Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi). Sendi merupakan
hubungan antar tulang sehingga tulang dapat digerakkan. Beberapa komponen
penunjang sendi antara lain
rawan hialin (kartilago hialin), cairan sinovial atau cairan sendi. Cairan sendi
adalah cairan pelumas yang terdapat pada sendi yang dihasilkan dari
ultrafiltrasi plasma dan mengandung asam hialuronat. Asam hialuronat ini
menyebabkan cairan sendi bersifat kental sehingga cairan sendi dapat berfungsi
sebagai pelumas (Ema, 2011).
Cairan synovial akan memberikan nutrisi bagi tulang rawan sehingga tidak
terjadi gesekan dalam pergerakan sendi. Pemeriksaan cairan sendi dilakukan
untuk
membantu
mendiagnosis
penyebab
peradangan,
nyeri,
dan
Masing-masing
tabung
diisi
1-3
mL
cairan
(Gandasoebrata,2006).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari cairan sendi?
2. Bagaimana proses pengambilan cairan sendi?
3. Bagaimana proses pembentukan dan jenis-jenis cairan sendi?
4. Bagaimana cara pemeriksaan pra analitik, analitik, dan pasca analitik di
dalam pemeriksaan cairan sendi.
1.3 Tujuan
BAB II
PENBAHASAN
2.1 Pengertian Cairan Sendi
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat
bergerakdengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang
yang satudengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat
digerakkansesuai
dengan
jenis
persendian
yang
diperantarainya.Sendi
merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi
menjadi tiga tipe, yaitu:
1. sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang
dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua
subtipe yaitu sutura dan sindemosis;
2. sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago
hialin, disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi
menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis; dan
3. sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat
mengalami pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan
sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendi membungkus
tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat
sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan
sinovial yang berwarna kekuningan, bening, tidak membeku, dan
mengandung leukosit. Asam hialuronidase bertanggung jawab atas
viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial.
Cairan sinovial mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi
rawan sendi.
Jenis sendi sinovial :
(1) Ginglimus : fleksi dan ekstensi, monoaxis ;
(2) Selaris : fleksi dan ekstensi, abd & add, biaxila ;
(3) Globoid : fleksi dan ekstensi, abd & add; rotasi sinkond multi
axial ;
(4) Trochoid : rotasi, mono aksis ;
(5) Elipsoid : fleksi, ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi
axis.
low-friction lining.
antibiotik
dan
(sebagai
uji
BTA
panduan
jika
dalam
dikhatirkan
memilih
adanya
mikrobakterium.
Analisis cairan sendi dilakukan jika menemukan sesuatu yang
mencurigakan di daerah persendian, berupa:
(1) nyeri di daerah persendian
(2) eritema meliputi daerah persendian dan sekitarnya
(3) inflamasi di daerah persendian
(4) akumulasi cairan sinovial.
Prosedur dalam pengambilan cairan sinovial
dikenal
dengan
Pre Analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : setiap kelainan memberi warna dan kejernihan yang
berbeda.
Alat : tabung yang steril.
Analitik
Cara kerja :
1. Sampel dimasukan kedalam tabung steril
2. Dilihat warna dan kejernihan sampel .
3. Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih.
Pasca Analitik
Interpretasi :
-
rematoid ringan.
Kuning keruh : inflamasi spesifik dan non spesifik, karena
bertambahnya lekosit.
Seperti susu (chyloid) : artritis rematoid dengan efusi
kronik, pirai dengan efusi akut dan obstruksi limfatik
dengan efusi.
Seperti nanah atau purulent : artritis septik yang lanjut.
Seperti darah : pada trauma, hemofilia dan sinovisitis
vilonodularis hemoragik. Bila darah terjadi karena trauma
pada waktu aspirasi maka warna merahnya akan berkurang
bila aspirasi diteruskan, sedangkan jika bukan oleh trauma
(Gandasoebrata,2006).
c. Bekuan
Cairan sendi normal tidak membeku karena tidak berisi
fibrinogen. Proses peradangan dapat menyebabkan menyusupnya
fibrinogen ke dalam cairan sendi. Kalau ada bekuan laporkanlah
besarnya bekuan itu, semakin besar bekuan itu, maka semakin
berat proses inflamasi
Pre analitik
9
Cara kerja :
Sampel dimasukan kedalam tabung steril
Dibiarkan sampel selama 1 jam
Dilihat ada tidaknya bekuan.
Nilai rujukan : tidak membeku.
Pasca analitik
Interpretasi :
Bekuan + : ada proses peradangan (Gandasoebrata,2006).
d. Viskositas
Cairan sendi mempunyai nilai viskositas tertentu, beberapa
keadaan patologis dapat mengurangi viskositas sehingga cairan
itu seolah-olah menjadi encer.Untuk menguji viskositas isaplah
cairan sendi kedalam semprit 2 ml, kemudian biarkan cairan itu
mengalir keluar dari semprit (tanpa jarum) dan perhatikan
panjangnya benang lendir yang dapat dibentuk sampai saat
cairan itu jatuh. Dalam keadaan normal panjangnya paling
sedikit 5 cm. Makin pendek benang itu, maka makin abnormal,
kadang-kadang viskositas itu rendah sekali sehingga menetesnya
seperti air saja.
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : asam hialuronat dalam cairan sendi menentukan
viskositas cairan.
Alat : spuit atau semprit tanpa jarum.
Analitik
Cara kerja :
1. Dihisap sampel ke dalam spuit atau semprit tanpa jarum.
2. Diteteskan sampel ke luar dari spuit tersebut.
3. Diukur panjang tetesan. Atau diambil sampel dengan jari telunjuk,
direntangkan antara jari telunjuk dan ibu jari.
4. Hitung panjang rentangan.
5. Nilai rujukan : panjangnya tanpa putus 4-6 cm disebut viskositas
tinggi.
10
Pasca analitik
Interpretasi :
non inflamatorik Viskositas tinggi.Viskositas menurun
(<
dapat
membedakan
inflammatory
arthritis,
non
hialuronidase.
Bila cairan sendi banyak mengandung eritrosit, maka
digunakan HCl 0,1% atau saponin 1%, karena cairan ini
Analitik
Cara kerja :
1. Dipipet sampel ke dalam pipet lekosit sampai tanda 0,5.
2. Dipipet NaCl 0,9% sampai tanda 11, kocok isi pipet beberapa
3.
4.
5.
6.
dikali 50 (pengenceran).
7. Nilai rujukan: jumlah lekosit < 200/mm3.
Pasca analitik
Interpretasi :
- Jumlah lekosit 200-500/mm3 penyakit non inflamatorik
-
(penyakit degeneratif).
Jumlah
lekosit
2.000-100.000/mm3
menandakan
inflamatorik akut.
~ Artritis gout akut : jumlah lekosit 750-45.000/mm3, ratarata 13.500/mm3.
~ Faktor rematoid : jumlah lekosit 300-98.000/mm3, ratarata 17.800/mm3
~ Artritis rematoid : jumlah lekosit 300-75.000/mm3, ratarata 15.500/mm3.
~ Septik (infeksi) : jumlah lekosit 20.000-200.000/mm3
~ Artritis TB : jumlah lekosit 2.500-105.000/mm3, rata-rata
23.500/mm3.
~ Atritis gonore : jumlah lekosit 1.500-108.000/mm3, ratarata 14.000/mm3.
~ Atritis septik : jumlah lekosit 15.600-213.000/mm3, ratarata 65.400/mm3.
~ Hemoragik : jumlah lekosit 200-10.000/mm3
2. Menghitung jenis sel
Cairan sendi diperiksa seperti cairan tubuh yang lain
dengan cara membuat sediaan apus yang dipulas Giemsa atau
Wright. Dalam keadaan normal leukosit berinti segment kurang dari
12
25% dari semua jenis sel yang ada dalam cairan sendi.Semakin
tinggi angka itu, maka semakin akut keadaan patologis.
a. Hitung Jenis
Hitung jenis lekosit pada sendi dapat membedakan
inflammatory arthritis, non inflammatory arthritis dan infectious
arthrtis.
Pre Analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
- Sampel harus diperiksa < 1 jam setelah pengambilan.
- Sampel dapat langsung dari cairan aspirasi atau dari
sedimen cairan sendi yang telah disentrifus (paling baik).
Prinsip tes : cairan sendi diapuskan di atas obyek glass
kemudian diwarnai.
Analitik
Cara kerja pewarnaan MGG :
1. Diambil cairan sendi yang telah disentrifuge
2. Diteteskan 1-2 tetes cairan sendi diatas objek glas, kemudian
dibuat hapusan di atas objek glass, dibiarkan mengering.
3. Difiksasi apusan tersebut dengan metanol selama 5 menit lalu
dibilas dengan air mengalir.
4. Diteteskan sediaan apusan dengan larutan May Grunwald 1
2 menit.
5. Digenangi dengan larutan buffer pH 6,4 dan diamkan selama 3
menit.
6. Diwarnai dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan
dengan buffer pH 6,4 dan dibiarkan 5 10 menit, cuci dengan
air mengalir lalu keringkan.
7. Diamati apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100
x menggunakan oil emersi.
8. Nilai rujukan : jumlah netrofil < 25 %.
Pasca analitik
Interpretasi :
Jumlah netrofil < normal atau non inflamatorik25%
Jumlah netrofil pada kelompok akut inflamatorik :
- Artritis gout akut : jumlah netrofil 48 94%, rata-rata 83%.
- Faktor rematoid : jumlah netrofil 8 89%, rata-rata 46%.
- Artritis rematoid : jumlah netrofil 5 96%, rata-rata 65%.
13
67%.
Artritis gonore : jumlah netrofil 2 - 96% , rata-rata 64%.
Artritis septik : jumlah netrofil 75 100%, rata-rata 95%.
Jumlah netrofil pada kelompok hemoragik : <50 o:p="">
(Gandasoebrata,2006).
b. Kristal-kristal
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus.
Persiapan sampel : sampel disentrifus terlebih dahulu.
Prinsip tes : jenis kristal tergantung jenis kelainan.
Analitik
Cara kerja :
1. Diteteskan satu sampai dua tetes cairan sendi yang telah
disentrifus diatas objek glass dan ditutup dengan cover
glass.
2. Diperiksa dengan mikroskop lensa objektif 10x dan 40x.
3. Nilai rujukan : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi.
Pasca analitik
Interpretasi :
- Kristal monosodium urat (MSU) ditemukan pada artritis
-
gout.
Calcium pyrophosphate dihydrate (CPPD) yang ditemukan
C. Kimia
1. Test Bekuan Mucin
Test ini menguji kualitas mucin yang ada dalam cairan sendi.Mucin
adalah satu komplex yang tersusun dari asam hialuronat dan protein,
mucin itu membeku oleh pengarah asam acetat.Dalam keadaan normal
dan pada proses non-radang :
- Mucin berkualitas baik : terlihat satu bekuan kenyal
-
14
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : asam asetat dapat membekukan asam hialuronat dan
protein.
Alat dan bahan :
1.
2.
3.
4.
5.
Tabung reaksi
Pengaduk
Aquades
Asam asetat glacial
Asam asetat 7 N
Analitik
Cara kerja :
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai rujukan
Terlihat satu bekuan kenyal dalam cairan jernih Mucin baik :
normal.
Pasca analitik
Interpretasi :
-
pada RA.
Mucin buruk : jika bekuan yang terjadi berkeping-keping
dalam cairan keruh, misalnya karena infeksi.
15
2.Test Glukosa
Pre analitik
Persiapan pasien : pasien harus berpuasa 6-12 jam sebelum
pengambilan sampel.
Persiapan sampel : tidak hemolisis, cairan sendi disentrifus terlebih
dahulu.
Analitik
Cara Kerja:
Tes Glukosa menggunakan alat Cobas Mira
1. Masukkan 50 l sampel cairan sendi ke dalam tabung mikro
2. Kemudian letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor
pemeriksaan
3. Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes (protein,
glukosa, LDH)
4. Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
5. Pengukuran akan dilakukan secara otomatis
6. Hasil tes akan keluar pada print out
Nilai rujukan: Perbedaan antara glukosa serum dan glukosa cairan
sendi adalah < 10 mg%.
Pasca analitik
Interpretasi :
Kelompok non inflamatorik : perbedaannya <10 mg="" o:p="">
Kelompok inflamatorik :
-
12 mg%.
faktor rematoid perbedaannya 6 mg%.
artritis rematoid perbedaannya 0 88 mg%, rata-rata 31
mg%.
Kelompok septik :
~ artritis tuberkulosa perbedaannya 0 108 mg%, rata-rata 57
mg%.
~ artritis gonore perbedaannya 0 97 mg%, rata-rata 26 mg
%.
-
17
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat pada sendi.Pemeriksaan
cairan sendi dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan,
nyeri, dan pembengkakan pada sendi. Dalam proses pengambilan sampel
cairan sendi yang perlu diperhatikan yaitu sterilitas dalam proses pengambilan
dan menggunakan teknik pengambilan yang benar. Jenis pemeriksaan dari
cairan sendi diawali dengan pemeriksaan makroskopi, pemeriksaan mikroskopi
dan pemeriksaan kimia.
19
3.2 Saran
Dari penyususnan makalah ini, masih banyak kekurangan yang ada maka
saran dan kritikan dari pembaca (Dosen dan teman-teman Mahasiswa) sangat
di harapkan untuk penulis demi penyempurnaan makalah berikutnya atau masa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Zier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds
5.Jakarta : EGC.
Potter perry. 2006. Fundamental keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.
Sloane et all. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula.Jakarta : EGC.
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah
Brunner& Suddarth, Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC, Jakarta.
Syarifuddin.(2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Ringsrud M.K inne JJ. synovial Fluid Analysis and Body Fluids, Mosby A
Hartcourt Health Sciences Company, 1995
20
Narang B-S,
Reynolds T.
Laboratory Examination of
Bermes E.
21
22