Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2.2 Pengertian
Polip hidung adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung.
Polip hidung merupakan daging tumbuh seperti tumor yang timbul di dalam salah
satu rongga hidung atau keduanya. Polip hidung tersebut dapat dilihat dari luar,
tampak seperti lendir berwarna keabua-abuan (Wijayakusuma, 2008:179).
Polip hidung adalah tumor bertangkai yang timbul dari mukosa sinus
hidung. Polip ini menyebabkan obstruksi hidung, rinorea, bersin, dan penurunan
2.3 Epidemiologi
Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang terjadi pada anakanak. Pada anak-anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis. Polip
hidung banyak ditemukan pada penderita asma nonalergi (13%) dibanding
penderita asma alergi (5%). Polip hidung terutama ditemukan pada usia dewasa
dan lebih sering pada laki-laki, di mana rasio antara laki-laki dan perempuan 2:1
atau 3:1. Penyakit ini ditemukan pada seluruh kelompok ras.
2.4 Etiologi
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat dari reaksi hipersensitivitas
atau reaksi alergi di dalam selaput mukosa hidung. Di mana kerusakan jaringan
setempat dalam mukosa menimbulkan produksi berlebihan cairan interseluler dan
cenderung membentuk polip. Peranan infeksi terhadap kejadian polip hidung
belum diketahui secara pasti tetapi infeksi dalam hidung atau sinus paranasal
seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip.
Polip merupakan gejala dari fibrosis kistik (mucoviscidosis) yang biasanya
tumbuh di daerah di mana selaput lendir membengkak akibat penimbunan cairan,
seperti daerah di sekitar lubang sinus pada rongga hidung. Beberapa faktor lain
(dapat menjadi faktor predisposisi) yang meningkatkan kemungkinan kejadian
polip hidung antara lain sinusitis (radang sinus) yang menahun, iritasi, sumbatan
hidung karena kelainan anatomi seperti deviasi septum dan adanya pembesaran
pada konka.
sinusitis, nyeri kepala, alergi berupa bersin-bersin dan iritasi. Polip hidung,
biasanya bilateral, juga menyebabkan obstruksi dan merupakan penyebab
tersering anosmia, atau hilangnya daya penciuman. Polip hidung biasanya
dijumpai pada pasien dengan rinitis alergika (Swartz, 1995:125)
Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di
hidung. Sumbatan ini tidak hilang timbul dan makin lama semakin berat
keluhannya. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia atau
anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus paranasal, maka sebagai komplikasinya
akan terjadi sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rinore.
Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan
iritasi di hidung. Pasien dengan polip yang masif biasanya mengalami sumbatan
hidung yang meningkat, hiposmia sampai anosmia, perubahan pengecapan, dan
drainase post nasal persisten. Sakit kepala dan nyeri pada wajah jarang ditemukan
dan biasanya pada daerah periorbita dan sinus maksila. Pasien polip dengan
sumbatan total rongga hidung atau polip tunggal yang besar memperlihatkan
gejala sleep apnea obstruktif dan pernafasan lewat mulut yang kronik.
Pasien dengan polip soliter seringkali hanya memperlihatkan gejala
obstruktif hidung yang dapat berubah dengan perubahan posisi. Walaupun satu
atau lebih polip yang muncul, pasien mungkin memperlihatkan gejala akut,
rekuren, atau rinosinusitis bila polip menyumbat ostium sinus.
Beberapa polip dapat timbul berdekatan dengan muara sinus, sehingga
aliran udara tidak terganggu, tetapi mukus bisa terperangkap dalam sinus. Dalam
hal ini dapat timbul perasaan penuh di kepala, penurunan penciuman, dan
mungkin sakit kepala. Mukus yang terperangkap tadi cenderung terinfeksi,
sehingga menimbulkan nyeri, demam, dan mungkin perdarahan pada hidung.
Manifestasi klinis polip hidung tergantung pada ukuran polip. Polip yang
kecil mungkin tidak menimbulkan gejala dan mungkin teridentifikasi sewaktu
pemeriksaan rutin. Polip yang terletak pada posterior biasanya tidak teridenfikasi
pada waktu pemeriksaan rutin rinoskopi posterior. Polip yang kecil pada daerah di
mana polip biasanya tumbuh dapat menimbulkan gejala dan menghambat aliran
saluran sinus, menyebabkan gejala-gejala sinusitis akut atau rekuren.
Gejala subjektif yaitu:
1. Hidung terasa tersumbat
2. Hiposmia atau Anosmia (gangguan penciuman)
3. Nyeri kepala
4. Rhinore
5. Bersin
6. Iritasi di hidung (terasa gatal)
7. Post nasal drip
8. Nyeri muka
9. Suara bindeng
10. Telinga terasa penuh
11. Mendengkur
12. Gangguan tidur
13. Penurunan kualitas hidup
Gejala objektif yaitu:
1. Edema mukosa hidung
2.6 Patofisiologi
Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang terdiri atas cairan
interseluler dan kemudian terdorong ke dalam rongga hidung dan gaya berat.
Polip dapat timbul dari bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan seringkali
bilateral. Polip hidung paling sering berasal dari sinus maksilaris (antrum) dan
dapat keluar melalui ostium sinus maksilla dan masuk ke rongga hidung dan
membesar di koana dan nasofaring. Polip ini disebut polip koana.
Secara makroskopik polip terlihat sebagai massa yang lunak berwarna
putih atau keabu-abuan. Sedangkan secara mikroskopik tampak submukosa
hipertrofi dan sembab. Sel tidak bertambah banyak dan terutama terdiri dari sel
eosinofil, limfosit dan sel plasma, letaknya berjauhan dan dipisahkan oleh cairan
interseluler. Pembuluh darah, saraf dan kelenjar sedikit dalam polip dan polip
dilapisi oleh epitel thorak berlapis semu.
Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan
terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan
interseluler, sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus
berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan turun ke
dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai sehingga terbentuk polip.
Polip di rongga hidung terbentuk akibat proses peradangan yang lama.
Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu
yang lama, vasodilatasi terjadi dengan lama dari pembuluh darah submukosa dan
menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan menjadi irreguler dan terdorong ke
sinus dan pada akhirnya membentuk suatu struktur bernama polip. Biasanya
terjadi di sinus maksila, kemudian di sinus etmoid. Setelah polip terus membesar
di antrum, polip akan turun ke rongga hidung. Hal ini terjadi karena bersin dan
pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami oleh orang yang
mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada rinitis alergi terutama rinitis alergi
perennial yang banyak terdapat di Indonesia karena tidak adanya variasi musim
sehingga alergen terdapat sepanjang tahun. Begitu sampai dalam rongga hidung,
polip akan terus membesar dan bisa menyebabkan obstruksi di meatus media.
10
2.8 Pengobatan
Terapi polip hidung dapat terbagi atas terapi medikamentosa dan terapi
pembedahan. Terapi medikamentosa bertujuan untuk mengurangi gejala dan
ukuran polip, menunda selama mungkin perjalanan penyakit, mencegah
pembedahan, dan mencegah kekambuhan setelah prosedur pembedahan. Terapi
pembedahan
bertujuan
menghilangkan
obstruksi
hidung
dan
mencegah
11
12
a. pengobatan kronis dengan dosis yang lebih tinggi dari yang dianjurkan
karena dapat menyebabkan supresi adrenal
b. terapi glukokortikoid sistemik (tidak boleh dihentikan mendadak pada saat
terapi inhalasi atau intranasal dimulai)
5. Reaksi merugikan dan efek samping
Mata dan THT: rasa terbakar pada hidung, iritasi hidung, mimisan, serangan
bersin (setelah pemberian intranasal).
6. Rute dan dosis
Intranasal anak-anak 6-11 tahun: 1 semprotan pada setiap lubang hidung 3 kali
sehari
7. Sediaan
Aerosol untuk inhalasi nasal: memberikan 42 mcg/aktivasi, 200 dosis
terukur/16,8 gr canister. Larutan aerosol untuk inhalasi nasal 0,042% larutan, 200
dosis terukur/25 gr botolTindakan pengangkatan polip dapat digunakan
menggunakan senar polip dan anestesi lokal. Untuk polip yang besar dan
menyebabkan kelainan pada hidung, memerlukan jenis operasi yang lebih besar
dan anestesi umum.
Pada kasus polip yang kejadiannya berulang-ulang, perlu dilakukan
operasi etmoidektomi karena umumnya polip berasal dari sinus etmoid.
Etmoidektomi ada 2 cara, yaitu intra nasal dan ekstra nasal.
Tindakan pembedahan dilakukan jika polip menghalangi saluran
pernafasan, polip menghalangi drainase dari sinus sehingga sering terjadi infeksi
sinus, polip berhubungan dengan tumor. Polip cenderung tumbuh kembali jika
penyebabnya (alergi maupun infeksi) tidak terkontrol. Pemakaian obat semprot
hidung yang mengandung kortikosteroid bisa memperlambat atau mencegah
kekambuhan. Tetapi jika kekambuhan ini sifatnya berat, sebaiknya dilakukan
pembedahan untuk memperbaiki drainase sinus dan membuang bahan-bahan yang
terinfeksi.
Akan tetapi bila faktor yang menyebabkan terjadinya polip tidak teratasi
maka polip hidung ini rawan untuk kambuh kembali. Oleh sebab itu sangat
diharapkan kepatuhan dari pasien untuk menghindari hal-hal yang menyebabkan
alergi yang bisa menyebabkan kekambuhan untuk terjadinya polip hidung
13
kemudian. Polip bisa tumbuh kembali oleh karena itu pada pengobatan perlu
ditujukan pada penyebabnya, misalnya alergi.
Polip diangkat dengan operasi. Operasi dilakukan dengan sangat hati-hati.
Jika polip terjadi akibat adanya alergi hidung dan alerginya tidak disembuhkan,
polip akan tumbuh lagi. Indikasi pembedahan yaitu:
1. Polip berhubungan dengan tumor
2. Polip menghalangi saluran pernafasan
3. Polip menghalangi drainase dari sinus sehingga sering terjadi infeksi sinus
2.9 Pencegahan
Seorang
penderita
polip
hidung
dapat
membantu
mengurangi
14
sendiri yaitu dengan mencampurkan 1/4 sendok teh (1,2 ml) garam dengan 2
cangkir (0,5 liter) air hangat.
15
dalam sinus mudah terjadi. Apabila sewaktu polip dikeluarkan terjadi infeksi yang
tidak diketahui, maka dapat terjadi perdarahan sekunder. Atas alasan ini maka
sebelum setiap operasi dilaksanakan, perlu diadakan pemeriksaan rontgen sinus
dan pembuatan biakan hapus dari hidung.