DISUSUN OLEH:
Mahmud Yunus 2012430139
Pandu Setyadi
2012430144
BAB I
PENDAHULUAN
mendapatkan 1 MT TPA dibutuhkan bahan baku 650 kg p-Xylene yang diperoleh dari
dalam negeri dan 6 MT udara.
1.2 Maksud dan Tujuan Prarancangan Pabrik
Pendirian pabrik ini juga didasarkan pada hal-hal berikut:
a. Terciptanya lapangan pekerjaan, yang berarti akan mengurangi pengangguran.
b. Memacu pertumbuhan industri-industri baru yang menggunakan bahan baku Asan
Terephtalat
c. Menurunkan ketergantungan impor.
d. Meningkatkan pendapatan negara dari sektor industri, serta menghemat devisa negara.
e. Meningkatkan sumber daya manusia melalui proses alih teknologi.
1.3 Analisa Pasar dan Perencanaan Kapasitas Produksi
1.3.1
Analisa Pasar
Analisa pasar untuk Asam Terephtalat sangat diperlukan untuk memenuhi
permintaan atau kebutuhan pasar. Di Indonesia pabrik Asam Terephtalt sudah ada yang
beroperasi seperti pada tabel 1.1 tetapi kebutuhannya secara nasional masih membutuhkan
suplai dari luar negeri seperti terlihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.1 Pabrik Asam Tereftalat yang telah beroperasi di Indonesia
Produsen
PT. Pertamina
PT. Mitsubishi Chemical Indonesia
PT. Polysindo Eka Perkasa
Total
Kapasits (ton/tahun)
225.000
650.000
350.000
1.275.000
Jumlah (ton)
2007
19.370
2008
9.828
2009
1.147
2010
32.964
2011
40.102
2012
72.856
2013
70.359
2014
3.221
2015
4.060
(Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2007 -2015)
Berdasarkan tabel 1.1 dan tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan dalam
negeri untuk Asam Tereftalat dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut:
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Kebutuhan
1.294.370
1.284.828
1.276.147
1.307.964
1.315.102
1.347.856
1.345.359
1.278.221
1.279.060
Dimana:
3
x = rata-rata x
y = rata-rala y
n =jumlah data yang diobservasi
Tabel 1.1 Perhitungan persamaaan kebutuhan Asam Terepthalat di Indonesia
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Jumlah
y
1.294.37
0
1.284.82
8
1.276.14
7
1.307.96
4
1.315.10
2
1.347.85
6
1.345.35
9
1.278.22
1
1.279.06
0
11.728.9
06
x^2
16
25
36
49
64
81
45
285
y^2
xy
1.675.392.428.
418
1.650.783.966.
053
1.628.549.991.
554
1.710.768.708.
295
1.729.493.109.
962
1.816.716.317.
008
1.809.990.260.
377
1.633.847.871.
587
1.635.994.483.
600
1.294.370
5.291.537.136.
854
2.569.657
3.828.440
5.231.854
6.575.510
8.087.137
9.417.511
10.225.76
5
11.511.54
0
58.741.78
3
x = 45/9 = 5
y = 11.728.906 /9 = 1.303.211,7
a = 1.303.211,7
b = 1.620,9
Jadi, y = 1.303.211,7 + 1.620,9 (x 5) = 1.620,9x + 1.303.211,7 8.104,6
Dan perhitungan dengan persarnaan di atas diperoleh persamaan:
4
y = 491x + 1.295.107
Sehingga proyeksi konsumsi Asam Terepthalat di Indonesia tahun 2016 - 2030
seperti yang tercantum pada tabel berikut:
Tabel 1. 2 Proyeki kebutuhan Asam Terepthalat di Indonesia
Tahun
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
Tahun (x)
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
AKTUAL
PROYEKSI
POTENSI PASAR
Tahun
Produksi dalam Negeri
Kebutuhan
utama diperoleh dari Pertamina yang masih satu kawasan dengan pabrik yang akan
didirikan. Kebutuhan bahan baku p-Xylene
Pertamina UP IV Cilacap. Sehingga dalam hal ini ketersediaan bahan baku akan pXylene dapat terpenuhi. Demikian pula pemenuhan solvent asam asetat juga diambil dari
dalam negeri.
1.4.1.2. Pemasaran
Pemasaran produk adalah untuk kebutuhan dalam negeri terpenuhi. Oleh
karena itu lokasi pabrik berada di dekat pantai sehingga dapat mengurangi biaya
transportasi produk dari pabrik ke kapal pengangkut untuk dipasarkan ke tempat
tujuan.
1.4.1.3. Utilitas
Utilitas yang dibutuhkan adalah keperluan listrik, air, dan bahan bakar.
Kebutuhan tenaga listrik didapat dari PLN setempat dan dari generator pembangkit
yang dibangun sendiri. Kebutuhan air dapat diambil dari laut. Kebutuhan bahan bakar
dapat diperoleh dari Pertamina atau distributornya.
1.4.1.4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan diperoleh dari masyarakat sekitar selain tenaga
ahli yang harus didatangkan dari luar.
1.4.1.5. Transportasi dan Telekomunikasi
Transportasi dan telekomunikasi di daerah Cilacap, Jawa Tengah sudah sangat
baik,
sehingga
arus
barang
dan
komunikasi
dapat
berjalan
dengan
lancar.
Transportasi, baik darat, laut, maupun udara cukup baik dan relatif mudah diperoleh.
1.4.2. Faktor Sekunder
1.4.2.1. Buangan Pabrik
Hasil buangan pabrik diolah terlebih dahulu agar tidak mencemari lingkungan.
Buangan air pendingin yang berasal dari laut bisa dialirkan kembali ke laut.
1.4.2.2. Kebijakan Pemerintah
Kawasan Industri Cilacap merupakan kawasan industri dan berada dalam
teritorial Negara Indonesia sehingga secara geografis pendirian pabrik di kawasan tersebut
tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah.
1.4.2.3. Tanah dan Iklim
Penentuan suatu kawasan tentunya terkait dengan masalah tanah, yaitu tidak
rawan terhadap bahaya tanah longsor, gempa, maupun banjir. Jadi pemilihan lokasi
pendirian pabrik di kawasan industri Cilacap tepat walaupun masih diperlu kan kajian
lebih lanjut lagi tentang masalah tanah sebelum pendirian pabrik. Kondisi iklim di
Cilacap seperti iklim di Indonesia pada umumnya dan kondisi iklim ini tidak
membawa pengaruh yang besar terhadap jalannya proses produksi.
1.4.2.4. Keamanan Masyarakat
Masyarakat Jawa Tengah merupakan campuran dari berbagai suku bangsa yang
hidup saling berdampingan, hal ini bukan merupakan faktor penghambat tetapi
menjadi faktor pendukung pendirian suatu pabrik. Pembangunan pabrik di lokasi
tersebut dipastikan akan mendapat sambutan baik dan dukungan dari masyarakat
setempat, dan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.