Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

PRARANCANGAN PABRIK ASAM TEREPTHALAT


PROSES AMOCO
KAPASITAS 35.000 TON/TAHUN

DISUSUN OLEH:
Mahmud Yunus 2012430139
Pandu Setyadi

2012430144

JURUSAN TEKNIK KIM IA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH JAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara berkembang berusaha semaksimal mungkin untuk
mengurangi ketergantungan dari luar negeri. Untuk itu dilakukanlah pembangunan di
segala sektor, terutama pembangunan di bidang industri. Industri kimia merupakan salah
satu industri yang diharapkan dapat memajukan pembangunan di Indonesia. Salah satunya
adalah produksi Asam Terephtalat.
Pabrik produsen Asam Terephtalat yang berkembang di Indonesia diantaranya
adalah PT. Pertamina (Plaju, Palembang) dengan kapasitas 225.000 ton/tahun, PT.
Mitsubishi Chemical Indonesia (Serang, Banten) 650.000 ton/tahun, dan PT. Polysindo
Eka Perkasa (Merak, Banten) 350.000 ton/tahun.
Pada saat ini perkembangan industri petrokimia di Indonesia dapat dikatan
berkembang cukup pesat. Didukung dengan harga minyak dunia yang saat ini sedang
mengalami penurunan, industri petrokimia cukup diuntungkan dengan keadaan ini
dikarenakan minyak adalah bahan baku untuk industri petrokimia. Salah satu produk
petrokimia adalah Asam Terephtalat. Asam Terephthalat (TPA/Terephthalic Acid) atau 1,4
Benzene Dicarboxyl Acid adalah salah satu senyawa petrokimia yang berupa kristal putih
digunakan sebagai bahan baku industri serat sintetis, merupakan hasil turunan dari
para-xylene, dengan Ethylen Glikol turunan dari para-xylene ini dipolimerisasi
menjadi polyester yang digunakan untuk keperluan industri lainnya, diantaranya polyester
non tekstil dan film. Kebanyakan konsumsi dari TPA ini digunakan oleh industriindustri kecil yang mengubah hasil polimerisasi TPA menjadi polyester. Kebutuhan
akan TPA untuk polyester chip berkisar antara 860 hingga 900 kg tiap ton TPA,
atau jika dirata-rata adalah sebesar 880 kg TPA/ton polyester. Sampai saat ini Indonesia
masih mengimpor TPA dari luar negeri yang berarti kurang terpenuhinya kebutuhan TPA
dalam negeri . Untuk mengatasi hal tersebut serta mendorong berdirinya pabrik baru yang
menggunakan TPA, disamping juga untuk menambah lapangan kerja maka perlu didirikan
pabrik TPA.
Dari segi ekonomi, pendirian pabrik ini menguntungkan karena TPA mempunyai
harga jual yang lebih tinggi daripada bahan baku. Sebagai gambaran, untuk
1

mendapatkan 1 MT TPA dibutuhkan bahan baku 650 kg p-Xylene yang diperoleh dari
dalam negeri dan 6 MT udara.
1.2 Maksud dan Tujuan Prarancangan Pabrik
Pendirian pabrik ini juga didasarkan pada hal-hal berikut:
a. Terciptanya lapangan pekerjaan, yang berarti akan mengurangi pengangguran.
b. Memacu pertumbuhan industri-industri baru yang menggunakan bahan baku Asan
Terephtalat
c. Menurunkan ketergantungan impor.
d. Meningkatkan pendapatan negara dari sektor industri, serta menghemat devisa negara.
e. Meningkatkan sumber daya manusia melalui proses alih teknologi.
1.3 Analisa Pasar dan Perencanaan Kapasitas Produksi
1.3.1

Analisa Pasar
Analisa pasar untuk Asam Terephtalat sangat diperlukan untuk memenuhi

permintaan atau kebutuhan pasar. Di Indonesia pabrik Asam Terephtalt sudah ada yang
beroperasi seperti pada tabel 1.1 tetapi kebutuhannya secara nasional masih membutuhkan
suplai dari luar negeri seperti terlihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.1 Pabrik Asam Tereftalat yang telah beroperasi di Indonesia
Produsen
PT. Pertamina
PT. Mitsubishi Chemical Indonesia
PT. Polysindo Eka Perkasa
Total

Kapasits (ton/tahun)
225.000
650.000
350.000
1.275.000

Tabel 1.2 Perkembangan Impor Asam Tereftalat Tahun 2007-2015


Tahun

Jumlah (ton)

2007

19.370

2008

9.828

2009

1.147

2010

32.964

2011

40.102

2012

72.856

2013

70.359

2014

3.221

2015
4.060
(Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2007 -2015)
Berdasarkan tabel 1.1 dan tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan dalam
negeri untuk Asam Tereftalat dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut:
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015

Kebutuhan
1.294.370
1.284.828
1.276.147
1.307.964
1.315.102
1.347.856
1.345.359
1.278.221
1.279.060

Berdasarkan kebutuhan tersebut diperlukan pendirian pabrik Asam Tereftalat untuk


memenuhi kebutuan dalam negeri dari ketergantungan impor.
1.3.2 Kapasitas Perancangan
Berdasarkan Tabel 1.3 maka kebutuhan Asam Terepthalat beberapa tahun
mendatang dapat diproyeksikan. Kebutuhan Asam Terepthalat untuk tahun yang akan
dapat dapat dicari dengan menggunakan metode Least Square y = a + b ( x - x).

Dimana:
3

x = rata-rata x
y = rata-rala y
n =jumlah data yang diobservasi
Tabel 1.1 Perhitungan persamaaan kebutuhan Asam Terepthalat di Indonesia
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Jumlah

y
1.294.37
0
1.284.82
8
1.276.14
7
1.307.96
4
1.315.10
2
1.347.85
6
1.345.35
9
1.278.22
1
1.279.06
0
11.728.9
06

x^2

16

25

36

49

64

81

45

285

y^2

xy

1.675.392.428.
418
1.650.783.966.
053
1.628.549.991.
554
1.710.768.708.
295
1.729.493.109.
962
1.816.716.317.
008
1.809.990.260.
377
1.633.847.871.
587
1.635.994.483.
600

1.294.370

5.291.537.136.
854

2.569.657
3.828.440
5.231.854
6.575.510
8.087.137
9.417.511
10.225.76
5
11.511.54
0
58.741.78
3

x = 45/9 = 5
y = 11.728.906 /9 = 1.303.211,7
a = 1.303.211,7
b = 1.620,9
Jadi, y = 1.303.211,7 + 1.620,9 (x 5) = 1.620,9x + 1.303.211,7 8.104,6
Dan perhitungan dengan persarnaan di atas diperoleh persamaan:
4

y = 491x + 1.295.107
Sehingga proyeksi konsumsi Asam Terepthalat di Indonesia tahun 2016 - 2030
seperti yang tercantum pada tabel berikut:
Tabel 1. 2 Proyeki kebutuhan Asam Terepthalat di Indonesia
Tahun
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025

Tahun (x)
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Jumlah (ton) (y)


1.311.316,4
1.312.937,3
1.314.558,2
1.316.179,1
1.317.800,1
1.319.421,0
1.321.041,9
1.322.662,9
1.324.283,8
1.325.904,7

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka dalam perancangan ini


ditentukan kapasitas awal perancangan sebesar 35.000 ton/tahun dengan harapan dapat
memenuhi kebutuhan asam terephthalat dalam negeri dan dapat membuka kesempatan
berdirinya industri lain yang menggunakan asam terephthalat sebagai bahan baku
maupun bahan tambahan.

AKTUAL

PROYEKSI

POTENSI PASAR

Kapasitas Produksi (Ton)

Tahun
Produksi dalam Negeri

Kebutuhan

Gambar 1. Grafik Kebutuhan dan Produksi Asam Tereftalat dalam negeri

1.4 Pemilihan Lokasi


Pabrik yang akan didirikan berlokasi di kawasan industri Cilacap, Jawa
Tengah. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi pabrik di daerah
Jawa antara lain :
1.4.1. Faktor Primer
1.4.1.1. Bahan Baku
Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi kelangsungan operasi sehingga
keberadaannya harus benar-benar diperhatikan. P-Xylene

yang menjadi bahan baku

utama diperoleh dari Pertamina yang masih satu kawasan dengan pabrik yang akan
didirikan. Kebutuhan bahan baku p-Xylene

dapat dipenuhi dan diperoleh dari PT.


6

Pertamina UP IV Cilacap. Sehingga dalam hal ini ketersediaan bahan baku akan pXylene dapat terpenuhi. Demikian pula pemenuhan solvent asam asetat juga diambil dari
dalam negeri.
1.4.1.2. Pemasaran
Pemasaran produk adalah untuk kebutuhan dalam negeri terpenuhi. Oleh
karena itu lokasi pabrik berada di dekat pantai sehingga dapat mengurangi biaya
transportasi produk dari pabrik ke kapal pengangkut untuk dipasarkan ke tempat
tujuan.
1.4.1.3. Utilitas
Utilitas yang dibutuhkan adalah keperluan listrik, air, dan bahan bakar.
Kebutuhan tenaga listrik didapat dari PLN setempat dan dari generator pembangkit
yang dibangun sendiri. Kebutuhan air dapat diambil dari laut. Kebutuhan bahan bakar
dapat diperoleh dari Pertamina atau distributornya.
1.4.1.4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan diperoleh dari masyarakat sekitar selain tenaga
ahli yang harus didatangkan dari luar.
1.4.1.5. Transportasi dan Telekomunikasi
Transportasi dan telekomunikasi di daerah Cilacap, Jawa Tengah sudah sangat
baik,

sehingga

arus

barang

dan

komunikasi

dapat

berjalan

dengan

lancar.

Transportasi, baik darat, laut, maupun udara cukup baik dan relatif mudah diperoleh.
1.4.2. Faktor Sekunder
1.4.2.1. Buangan Pabrik
Hasil buangan pabrik diolah terlebih dahulu agar tidak mencemari lingkungan.
Buangan air pendingin yang berasal dari laut bisa dialirkan kembali ke laut.
1.4.2.2. Kebijakan Pemerintah
Kawasan Industri Cilacap merupakan kawasan industri dan berada dalam
teritorial Negara Indonesia sehingga secara geografis pendirian pabrik di kawasan tersebut
tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah.
1.4.2.3. Tanah dan Iklim

Penentuan suatu kawasan tentunya terkait dengan masalah tanah, yaitu tidak
rawan terhadap bahaya tanah longsor, gempa, maupun banjir. Jadi pemilihan lokasi
pendirian pabrik di kawasan industri Cilacap tepat walaupun masih diperlu kan kajian
lebih lanjut lagi tentang masalah tanah sebelum pendirian pabrik. Kondisi iklim di
Cilacap seperti iklim di Indonesia pada umumnya dan kondisi iklim ini tidak
membawa pengaruh yang besar terhadap jalannya proses produksi.
1.4.2.4. Keamanan Masyarakat
Masyarakat Jawa Tengah merupakan campuran dari berbagai suku bangsa yang
hidup saling berdampingan, hal ini bukan merupakan faktor penghambat tetapi
menjadi faktor pendukung pendirian suatu pabrik. Pembangunan pabrik di lokasi
tersebut dipastikan akan mendapat sambutan baik dan dukungan dari masyarakat
setempat, dan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai