Anda di halaman 1dari 19

Teori Perilaku Konsumen

PERILAKU KONSUMEN
DEFINISI PERILAKU KONSUMEN
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi
untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap
yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum
pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada
tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah
pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan
akhirnya membuang produk setelah digunakan.Atau kegiatan-kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya
proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang
berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer,
payer atau user.
Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang
memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan
perilaku.
Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan bagaimana kebiasaan
seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu. Kesemuanya ini sangat membantu
manajer pemasaran di dalam menyusun kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses
pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai
dengan peran masing-masing.
Peran yang dilakukan tersebut adalah: (1) Initiator, adalah individu yang mempunyai inisiatif
pembelian barang tertentu; (2) Influencer, adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan
pembelian. Informasi mengenai kriteria yang diberikan akan dipertimbangkan baik secara
sengaja atau tidak; (3) Decider, adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa
yang akan dibeli, bagaimana membelinya; (4) Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi
pembelian sesungguhnya; (5) User, yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa yang
dibeli.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian terhadap suatu produk.
Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar program pemasarannya dapat lebih
berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor ekonomi, psikologis, sosiologis dan

antropologis.
Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa membeli pada penjual
tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan desain
produk, harga, saluran distribusi, dan program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain
dari program pemasaran perusahaan.
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
(1) Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha
memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap
suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana
kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari
pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain;
(2) Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam
menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung;
(3) Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok
masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan
sebagainya.
Pengertian Pemasaran menurut Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan
bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial (Stanton, 1997).
Pengertian pemasaran menurut Kotler (2000: 8), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial
dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain. Dalam hal ini
pemasaran merupakan proses pertemuan antara individu dan kelompok dimana masing-masing
pihak ingin mendapatkan apa yang mereka butuhkan/inginkan melalui tahap menciptakan,
menawarkan, dan pertukaran.
Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang meliputi: kebutuhan (needs),
produk (goods, services and idea), permintaan (demands), nilai, biaya, kepuasan, pertukaran,
transaksi, hubungan, dan jaringan, pasar, pemasar, serta prospek.
Sumber : http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2009/12/makalah-pengertian-pemasarandan.html

Riset Pemasaran
Studi tentang perilaku konsumen juga tidak terlepas pada masalah riset pemasaran. Riset
pemasaran adalah salah satu perangkat dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM), yang
melakukan pengumpulan informasi tentang sikap, motivasi, keinginan, dan hal-hal lainnya
tentang konsumen. Dapat di lihat dari pengertiannya sebagai berikut :

Motivasi
Motivasi sebagai tenaga dorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak,
yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Motivasi muncul karena adanya
kebutuhan yang dirasakan. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan
ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya
dirasakan.
Untuk memahami kebutuhan manusia, Teori Maslow dan McClelland menggambarkan bahwa
manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda sehingga hal ini dapat digunakan pemasar
untuk mendorong konsumsi suatu produk dan atau jasa.
Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur, dan
menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia, yaitu proses
bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita. Stimuli ini diterima oleh alat pancaindra
manusia. Stimuli mana yang akan diproses tergantung dari apakah stimuli dapat masuk ke dalam
proses untuk menginterpretasikannya. Untuk dapat masuk ke dalam proses interpretasi suatu
stimuli harus mampu mengekspos manusia (mendapat perhatian) melalui indra penerimaan,
artinya harus diperhatikan ambang penerimaan stimuli manusia. Setelah stimuli diterima maka
proses interpretasi dapat dilakukan yang terkait dengan faktor individu
Sikap
Terdapat beberapa pengertian sikap yang disampaikan oleh para ahli. Intinya sikap adalah
perasaan dari konsumen (positif dan negatif) dari suatu objek setelah dia mengevaluasi objek
tersebut. Semakin banyak objek yang dievaluasi akan semakin banyak sikap yang terbentuk.
Sikap memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, ego defensive, ekspresi nilai, dan
pengetahuan. Untuk lebih memahami sikap perlu dipahami beberapa karakteristik sikap,
diantaranya memiliki objek, konsisten, intensitas dan dapat dipelajari.
Model dan Teori Sikap
Perkembangan teori tentang sikap sudah sangat maju. Sikap juga dapat digambarkan dalam
bentuk model. Model tradisional menggambarkan pengaruh informasi dari lingkungan luar
pribadi seseorang, di mana informasi tersebut akan diolah dengan menggunakan elemen internal
dari seseorang, untuk menghasilkan sikap terhadap objek. Model analisis konsumen
menyebutkan bahwa sikap terdiri dari komponen perasaan (affect) dan kognitif, perilaku, serta
lingkungan. Model tiga komponen dan model ABC menyatakan bahwa sikap konsumen dibentuk
oleh faktor kognitif, afektif, dan konatif (perilaku atau kecenderungan untuk berperilaku). Teori
kongruitas menggambarkan pengaruh antara dua jenis objek, di mana kekuatan satu sama lain
dapat saling mempengaruhi persepsi konsumen. Dan model terakhir adalah model Fishbein yang
merupakan kombinasi dari kepercayaan objek terkait dengan atribut dan intensitas dari
kepercayaan tersebut. Model Fishbein ini kemudian dimodifikasi dengan menambahkan bahwa
perilaku dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku dan norma subjektif.
Pembentukan Sikap

Sikap yang terbentuk biasanya didapatkan dari pengetahuan yang berbentuk pengalaman pribadi.
Sikap juga dapat terbentuk berdasarkan informasi yang diterima dari orang lain, yang memiliki
pengaruh. Kelompok juga menjadi sumber pembentukan sikap yang cukup berpengaruh.
Perubahan Sikap
Strategi perubahan sikap dapat dilakukan baik terhadap produk dengan keterlibatan tinggi,
maupun untuk produk dengan tingkat keterlibatan rendah. Usaha mengarahkan audiens untuk
produk dengan keterlibatan rendah ditempuh dengan mentransformasi situasi ke arah keterlibatan
konsumen yang tinggi. Adapun strategi perubahan sikap konsumen terhadap produk atau jasa
tertentu dilakukan dengan menggunakan saluran komunikasi persuasif, yang mengikuti alur
proses komunikasi yang efektif. Pemasar harus mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan
mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan dapat menyebabkan
perubahan sikap dari penerima pesan atau konsumen. Faktor sumber, pesan, dan penerima pesan
dapat digunakan secara optimal untuk menghasilkan perubahan sikap dan tentunya perubahan
perilaku positif dari konsumen yang diharapkan oleh pemasar. Kredibilitas dari sumber pesan
menjadi fokus dari komunikasi persuasif. Dalam mengelola pesan, yang harus diperhatikan
adalah struktur, urutan, dan makna yang terkandung dalam pesan. Karakteristik dari penerima
pesan, yang meliputi kepribadian, mood, dan jenis kepercayaan yang dimiliki juga menjadi
faktor penentu keberhasilan komunikasi persuasif.
Kepribadian
Konsep kepribadian (personality) dibahas secara teoretis oleh para pakar melalui berbagai sudut
pandang yang beraneka ragam, diantaranya menekankan pembahasan kepribadian pada pengaruh
sosial dan lingkungan terhadap pembentukan kepribadian secara kontinu dari waktu ke waktu,
serta menekankan pada pengaruh faktor keturunan dan pengalaman di awal masa kecil terhadap
pembentukan kepribadian.
Tiga karakteristik yang perlu dibahas dalam pembahasan mengenai kepribadian adalah
kepribadian mencerminkan perbedaan antarindividu, kepribadian bersifat konsisten dan
berkelanjutan, dan kepribadian dapat mengalami perubahan.
Dalam mempelajari kaitan antara kepribadian dan perilaku konsumen, 3 teori kepribadian yang
sering digunakan sebagai acuan adalah teori Freudian, Neo Freudian dan teori traits.
Konsep Diri
Konsep diri adalah bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri yang kadang-kadang akan
berbeda dari pandangan orang lain. Konsep diri konsumen terbagi ke dalam 4 dimensi, yaitu
bagaimana mereka sesungguhnya melihat dirinya sendiri, bagaimana mereka ingin melihat diri
mereka sendiri, bagaimana sesungguhnya orang lain melihat diri mereka, dan bagaimana mereka
ingin orang lain melihat diri mereka.
Bagaimana konsumen memandang diri mereka dapat menjadi dorongan yang kuat pada perilaku
mereka di pasar sehingga pemasar dapat menggunakan konsep diri ini dalam merancang strategi
pemasaran, misalnya dalam menciptakan merek atau produk baru.
Extended self merujuk pada kecenderungan seseorang untuk mendefinisikan dirinya sendiri
berdasarkan kepemilikannya (possession). Kepemilikan yang dimaksud di sini tidak harus
sesuatu yang besar, seperti rumah atau mobil, tetapi dapat berupa benda-benda kecil, seperti

pigura. Penelitian memperlihatkan, konsumen cenderung untuk memilih produk atau merek yang
sesuai dengan dirinya atau dengan apa yang ingin dicapainya sebagai manusia. Lebih banyak
wanita daripada pria yang menganggap bahwa produk yang mereka gunakan mencerminkan
kepribadiannya sendiri.
Pemasar sebaiknya mengembangkan citra produk sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
konsep diri yang dianut oleh konsumen. Meskipun konsep diri yang dimiliki seseorang bersifat
sangat unik, ada kemungkinan konsep diri antar individu memiliki beberapa kemiripan.
Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana seseorang memilih untuk
menggunakan waktu, uang dan energi dan merefleksikan nilai-nilai, rasa, dan kesukaan. Gaya
hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang
ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak lahir dan seiring
dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani siklus kehidupan.
Konsep gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan
bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan
waktu mereka. Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif internal, yang
memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan dan persepsi mereka terhadap sesuatu.
Gaya hidup yang diinginkan oleh seseorang mempengaruhi perilaku pembelian yang ada dalam
dirinya, dan selanjutnya akan mempengaruhi atau bahkan mengubah gaya hidup individu
tersebut.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang diantaranya demografi, kepribadian,
kelas sosial, daur hidup dalam rumah tangga. Kasali (1998) menyampaikan beberapa perubahan
demografi Indonesia di masa depan, yaitu penduduk akan lebih terkonsentrasi di perkotaan, usia
akan semakin tua, melemahnya pertumbuhan penduduk, berkurangnya orang muda, jumlah
anggota keluarga berkurang, pria akan lebih banyak, semakin banyak wanita yang bekerja,
penghasilan keluarga meningkat, orang kaya bertambah banyak, dan pulau Jawa tetap terpadat.
Psikografi
Psikografi adalah variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur gaya hidup. Bahkan sering
kali istilah psikografi dan gaya hidup digunakan secara bergantian. Beberapa variabel psikografi
adalah sikap, nilai, aktivitas, minat, opini, dan demografi. Analisis terhadap variabel-variabel
psikografis telah banyak membantu pemasar untuk mengelompokkan konsumen berdasarkan
kesamaan tertentu. Hal ini akan membantu penetapan strategi pemasaran agar sesuai dengan
target konsumen.
Pengukuran psikografi dapat dilakukan dalam tingkat kespesifikan yang berbeda-beda. Pada satu
sisi ekstrem terdapat pengukuran yang bersifat umum yang menyangkut cara-cara umum dalam
menjalani kehidupan. Pada satu sisi ekstrem lainnya adalah pengukuran terhadap variabel secara
spesifik.
Konsep Dasar Kelompok
Kelompok merupakan kumpulan individu-individu yang saling berinteraksi antara satu dengan
yang lainnya selama periode waktu tertentu untuk suatu kebutuhan atau tujuan bersama.

Untuk dapat memahami karakteristik kelompok, perlu dipahami beberapa hal yang terkait
dengan kelompok, yaitu status, norma, peran, sosialisasi, dan kekuasaan yang ada di dalam
kelompok.
Kekuasaan yang mempengaruhi kelompok ini dapat mempengaruhi perilaku anggotanya,
diantaranya kekuasaan karena pemberian penghargaan/hadiah (reward power), kekuasaan karena
paksaan melalui hukuman/sangsi (coercive power), kekuasaan yang sah (legitimate power),
kekuasaan karena keahlian (expert power), dan kekuasaan karena perasaan/keinginan untuk
menjadi anggota kelompok (referent power).
Pengaruh Kelompok terhadap Perilaku Konsumen
Kelompok referensi/acuan adalah individu/kelompok nyata atau khayalan yang memiliki
pengaruh evaluasi, aspirasi, bahkan perilaku terhadap orang lain. Kelompok acuan (yang paling
berpengaruh terhadap konsumen) mempengaruhi orang lain melalui norma, informasi, dan
melalui kebutuhan nilai ekspresif konsumen.
Pemasar harus dapat mengidentifikasi peran seseorang di dalam kelompoknya dalam
pengambilan keputusan, dan harus menekankan pada si pengambil keputusan. Penyesuaian
dilakukan hanya untuk sekadar menyesuaikan diri agar diterima oleh kelompok atau penyesuaian
yang mengubah kepercayaan. Orang butuh untuk menilai opini dan kemampuan mereka dengan
membandingkannya dengan opini dan kemampuan orang lain. Dalam polarisasi kelompok,
perbedaan pandangan antara kelompok dengan individu, dan kelompok dapat berubah
pandangannya dikarenakan informasi dan budaya yang ada.
Kelompok acuan dapat berbentuk organisasi formal yang besar, terstruktur dengan baik,
memiliki jadwal pertemuan rutin, dan karyawan-karyawan yang tetap. Di lain pihak, kelompok
acuan juga dapat berbentuk kelompok kecil dan informal. Kelompok acuan terdiri dari orangorang yang dikenal secara mendalam (seperti keluarga atau sahabat) atau orang-orang yang
dikenal tanpa ada hubungan yang mendalam (klien) atau orang-orang yang dikagumi (tokoh atau
artis). Karena orang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain yang memiliki
kemiripan, mereka sering kali terpengaruh dengan mengetahui bagaimana orang lain
menginginkan mereka menjalani hidup.
Kecenderungan orang untuk menjadi bagian dari kelompok acuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah keakraban, ekspos terhadap seseorang (Mere Exposure), dan kepaduan
kelompok.
Terdapat beberapa bentuk kelompok acuan yang dapat mempengaruhi konsumen dalam perilaku
konsumsi, yaitu kelompok pertemanan, kelompok belanja, kelompok kerja, komunitas maya dan
kelompok aksi konsumen.
Seorang pemberi opini ini adalah orang yang sering kali mampu mempengaruhi sikap atau
perilaku orang lain. Opinion leader memiliki sumber informasi yang berharga. Yang biasanya
menjadi opinion leader adalah artis, ahli atau pakar di bidang tertentu, orang awam (biasa),
pimpinan perusahaan, dan karakter
Keluarga
Rumah tangga (a household) terdiri dari anggota yang terkait dengan keluarga (family) dan
semua orang-orang yang tidak terkait yang berada dalam suatu unit tempat tinggal (baik itu

rumah, apartemen, kelompok kamar-kamar, dan lain-lain). Rumah tangga dapat terdiri dari dua
jenis/ bentuk: keluarga (families) dan non-keluarga (non families).
Suatu keluarga mungkin merupakan suatu keluarga patriat (patriarchal family), di mana sang
ayah dipertimbangkan sebagai anggota yang paling dominan, sedangkan dalam suatu keluarga
matriat (matriarchal family), pihak wanita memainkan peran dominan, dan membuat banyak
keputusan, sedangkan dalam equalitarian family, sang suami dan istri membagi secara seimbang
pengambilan keputusan
Keluarga memiliki struktur sendiri, seperti juga yang terjadi pada masyarakat, di mana setiap
anggota memainkan perannya masing-masing. Bagi pemasar adalah penting untuk membedakan
peran setiap anggota keluarga dalam tujuan untuk mengoptimalkan strategi pemasaran. Asumsi
yang dibuat mengenai peran-peran pembelian harus dicek melalui riset konsumen sehingga
pemasar dapat membuat bauran pemasaran yang tepat ditujukan terhadap individu yang tepat.
Konsep siklus hidup keluarga atau rumah tangga telah terbukti sangat bermanfaat bagi pemasar,
khususnya untuk aktivitas dari keluarga-keluarga seiring dengan berjalannya waktu. Dengan
adanya konsep siklus hidup, pemasar mampu mengapresiasi kebutuhan keluarga, pembelian
produk, dan sumber daya keuangan bervariasi sepanjang waktu.
Siklus hidup keluarga modern didasarkan pada usia (dari individu wanita dalam rumah tangga,
jika tepat), yang ditelusuri dalam kelompok-kelompok usia muda (young), usia menengah
(middle aged). Dan kelompok usia lebih tua (elderly). Usia yang beragam ini dipengaruhi oleh
dua bentuk peristiwa penting, yaitu (1) pernikahan dan pemisahan (baik karena perceraian atau
kematian), dan (2) hadirnya anak pertama dan anak paling akhir.
Kelas Sosial
Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status
kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang
sama`dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Kategori kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar dari status yang rendah
sampai yang tinggi. Dengan demikian, para anggota kelas sosial tertentu merasa para anggota
kelas sosial lainnya mempunyai status yang lebih tinggi maupun lebih rendah dari pada mereka.
Aspek hierarkis kelas sosial penting bagi para pemasar. Para konsumen membeli berbagai
produk tertentu karena produk-produk ini disukai oleh anggota kelas sosial mereka sendiri
maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen mungkin menghindari berbagai produk lain
karena mereka merasa produk-produk tersebut adalah produk-produk kelas yang lebih rendah.
Pendekatan yang sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori yang
luas berikut ini: ukuran subjektif, ukuran reputasi, dan ukuran objektif dari kelas sosial.
Peneliti konsumen telah menemukan bukti bahwa di setiap kelas sosial, ada faktor-faktor gaya
hidup tertentu (kepercayaan, sikap, kegiatan, dan perilaku bersama) yang cenderung
membedakan anggota setiap kelas dari anggota kelas sosial lainnya.
Para individu dapat berpindah ke atas maupun ke bawah dalam kedudukan kelas sosial dari
kedudukan kelas yang disandang oleh orang tua mereka. Yang paling umum dipikirkan oleh
orang-orang adalah gerakan naik karena tersedianya pendidikan bebas dan berbagai peluang
untuk mengembangkan dan memajukan diri.

Dengan mengenal bahwa para individu sering menginginkan gaya hidup dan barang-barang yang
dinikmati para anggota kelas sosial yang lebih tinggi maka para pemasar sering memasukkan
simbol-simbol keanggotaan kelas yang lebih tinggi, baik sebagai produk maupun sebagai hiasan
dalam iklan yang ditargetkan pada audiens kelas sosial yang lebih rendah.
Budaya
Dalam studi tentang budaya kita perlu memperhatikan karakteristik-karakteristik dari budaya itu
sendiri, yaitu budaya itu ditemukan (invented), budaya dipelajari, budaya diyakini dan
disebarluaskan secara sosial, budaya-budaya itu serupa tapi tidak sama, budaya itu memuaskan
kebutuhan dan diulang-ulang secara konsisten (persistent), budaya bersifat adaptif, budaya itu
terorganisasi dan terintegrasi, dan budaya itu dasar aturan (prescriptive).
Nilai adalah ide umum tentang tujuan yang baik dan yang buruk. Dari alur norma atau aturan
yang menjelaskan tentang yang benar atau yang salah, yang bisa diterima dan yang tidak.
Beberapa norma dikatakan sebagai enacted norms, di mana maksud dari norma tersebut terlihat
secara eksplisit, benar dan salah. Namun, banyak norma lain yang lebih halus, ini adalah crescive
norm yang telah tertanam dalam budaya dan hanya bisa terlihat melalui interaksi antaranggota
dalam budaya.
Nilai-nilai budaya yang berlaku berbeda di setiap wilayah. Nilai yang berlaku di suatu Negara
belum tentu berlaku di Negara atau bahkan bisa bertolak belakang dari nilai yang berlaku di
Negara lain tersebut. Budaya mempengaruhi konsumen dalam sudut pandang terhadap dirinya
dan orang lain, dan karenanya mempengaruhinya dalam berperilaku. Oleh karenanya, budaya
sangat mempengaruhi bagaimana konsumen bereaksi atau berperilaku terhadap produk atau
inovasi tertentu
Subbudaya
Subbudaya adalah grup budaya dalam cakupan berbeda, yang menggambarkan segmen yang
teridentifikasi dalam masyarakat yang lebih besar atau sebuah kelompok budaya tertentu yang
berbeda yang hadir sebagai sebuah segmen dalam sebuah masyarakat yang lebih besar dan
kompleks.
Analisa subbudaya memungkinkan manajer pemasaran untuk fokus dalam menentukan ukuran
segmen pasar dan segmen pasar yang lebih natural. Subbudaya yang penting untuk diperhatikan
adalah subbudaya kewarganegaraan, agama, lokasi geografis, ras, usia dan jenis kelamin
(Schiffman dan Kanuk, 2004). Selain ketujuh hal tersebut, kelas sosial juga tergolong sebagai
subbudaya karena kelas sosial akan mempengaruhi perilaku sebagai akibat dari keanggotaan
pada kelas sosial tertentu, termasuk perilaku pada setiap kelas sosial masyarakat seluruh dunia.
Perusahaan yang bergerak dalam pasar global memiliki kebutuhan untuk mengembangkan
perencanaan penasaran yang terpisah untuk tiap budaya atau penggunaan satu perencanaan
pemasaran yang bisa diimplementasikan dalam tiap daerah/negara. Mengadaptasi budaya dari
budaya lokal juga merupakan salah satu cara yang bisa dipertimbangkan.
Tujuan utama dari analisis konsumen lintas budaya adalah untuk melihat bagaimana persamaan
konsumen dalam dua atau lebih masyarakat, dan bagaimana perbedaan mereka.
Pengaruh lintas budaya dan subbudaya dapat berpengaruh terhadap strategi pemasaran, yang
akan dibahas dalam bagian ini lebih pada strategi segmentasi dan 4P. Khusus terhadap 4P

diharapkan dapat diambil dari pelajaran-pelajaran yang ada dalam kesalahan-kesalahan yang
pernah terjadi, misalnya dalam mendefinisikan produk, promosi, dan penetapan harga.
Konsep Dasar Pengambilan Keputusan Konsumen
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seorang konsumen harus memilih produk dan/atau jasa
yang akan dikonsumsinya. Banyaknya pilihan yang tersedia, kondisi yang dihadapi, serta
pertimbangan-pertimbangan yang mendasari akan membuat pengambilan keputusan satu
individu berbeda dari individu lainnya. Pada saat seorang konsumen baru akan melakukan
pembelian yang pertama kali akan suatu produk, pertimbangan yang akan mendasarinya akan
berbeda dari pembelian yang telah berulang kali dilakukan. Pertimbangan-pertimbangan ini
dapat diolah oleh konsumen dari sudut pandang ekonomi, hubungannya dengan orang lain
sebagai dampak dari hubungan sosial, hasil analisa kognitif yang rasional ataupun lebih kepada
ketidakpastian emosi (unsure emosional). menggambarkan bahwa pada saat mengambil
keputusan, semua pertimbangan ini akan dialami oleh konsumen walaupun perannya akan
berbeda-beda di setiap individu
Proses Pengambilan Keputusan Konsumen
Proses pengambilan keputusan diawali dengan adanya kebutuhan yang berusaha untuk dipenuhi.
Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan beberapa alternatif sehingga perlu dilakukan evaluasi
yang bertujuan untuk memperoleh alternatif terbaik dari persepsi konsumen. Di dalam proses
membandingkan ini konsumen memerlukan informasi yang jumlah dan tingkat kepentingannya
tergantung dari kebutuhan konsumen serta situasi yang dihadapinya.
Keputusan pembelian akan dilakukan dengan menggunakan kaidah menyeimbangkan sisi positif
dengan sisi negatif suatu merek (compensatory decision rule) ataupun mencari solusi terbaik dari
perspektif konsumen (non-compensatory decision rule), yang setelah konsumsi akan dievaluasi
kembali.
Model Pengambilan Keputusan Konsumen
Model-model pengambilan keputusan telah dikembangkan oleh beberapa ahli untuk memahami
bagaimana seorang konsumen mengambil keputusan pembelian. Model-model pengambilan
keputusan kontemporer ini menekankan kepada aktor yang berperan pada pengambilan
keputusan yaitu konsumen, serta lebih mempertimbangkan aspek psikologi dan sosial individu.
Konsumerisme
Konsumerisme adalah suatu gerakan sosial yang dilakukan oleh berbagai pihak yang bertujuan
untuk meningkatkan posisi konsumen dalam berinteraksi dengan pihak penjual, baik sebelum,
pada saat, dan setelah konsumsi dilakukan. Konsumen perlu mengetahui hak-haknya secara jelas
sehingga apabila terjadi ketidaksesuaian yang dirasakan pada tiga fase tersebut, konsumen akan
dapat mengidentifikasi letak ketidaksesuaiannya, di mana karena sumber permasalahan dapat
berasal dari kecerobohan konsumen itu sendiri.
Perkembangan teknologi informasi dan era perdagangan bebas memunculkan masalah
konsumerisme baru yang harus diwaspadai oleh berbagai pihak sehingga dapat mencegah
dampak yang merusak bagi konsumen
Model dan Penelitian terhadap Perilaku Konsumen

Dalam usaha untuk lebih memahami perilaku konsumen, seorang pemasar akan melakukan
penelitian yang terkait dengan konsumen dan produk yang dipasarkan. Penelitian ini dilakukan
dalam upaya untuk mengumpulkan informasi mengenai karakteristik perilaku konsumen
sehingga seorang pemasar akan dapat lebih mengenal siapa konsumennya, dan bagaimana
perilaku mereka dalam mencari, menggunakan, dan membuang produk. Perilaku konsumen
sangat kompleks dan melibatkan banyak variabel dalam analisis sehingga diperlukan modelmodel perilaku konsumen untuk menyederhanakan gambaran dan keterkaitan antar variabel
tersebut dalam perilaku konsumen. Dengan berpedoman kepada model-model perilaku
konsumen yang telah ada maka penelitian akan lebih mudah dilakukan karena variabel-variabel
terkait sudah teridentifikasi di dalam model-model tersebut.
Lembaga Perlindungan Konsumen
Tidak pahamnya konsumen mengenai hak dan kewajibannya sebagai seorang konsumen yang
menggunakan barang dan atau jasa yang disediakan oleh pelaku bisnis, sering kali menimbulkan
permasalahan yang merugikan konsumen. Kerugian dapat berupa kerugian fisik (kesehatan dan
keselamatan) maupun kerugian nonfisik yaitu uang. Sering kali konsumen hanya pasrah setelah
menerima perlakuan yang merugikan mereka, yang disebabkan karena mereka tidak tahu
bagaimana dan kepada siapa harus mengadukan permasalahannya.
Perlindungan konsumen ini tertuang dalam Undang-undang No.8 Tahun 1999 yang dikenal
dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK), di mana secara jelas diuraikan
berbagai hal mengenai hak dan kewajiban konsumen dan pelaku bisnis serta pihak-pihak yang
terkait dalam program Perlindungan Konsumen. Salah satu lembaga yang bergerak dalam
perlindungan konsumen ini adalah Yayasan lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang tujuan
utamanya adalah untuk membantu konsumen Indonesia agar tidak dirugikan dalam
mengonsumsi barang dan atau jasa.
Globalisasi dan Perubahan Perilaku Konsumen
Globalisasi menghilangkan batas-batas negara untuk mengonsumsi suatu produk atau jasa.
Teknologi informasi akan memudahkan konsumen untuk memperoleh informasi yang terkait
dengan perilaku konsumsi, produk, dan gaya hidup di negara lain dan akan mempengaruhi
perilaku konsumsinya sendiri. Teknologi informasi juga mempengaruhi pelaku bisnis dalam hal
penyebaran informasi dan melakukan komunikasi dengan konsumen.
Sumber : http://massofa.wordpress.com/2008/02/02/perilaku-konsumen/
KONSEP PEMASARAN
Fokus pemasaran yang utama adalah menjadikan kebutuhan dan keinginan para konsumen.
Filsafat pemasaran yang berorientasi ke konsumen dikenal sebagai konsep pemasaran. Asumsi
pokok yang mendasari konsep pemasaran adalah jika perusahaan ingin meraih sukses maka
perusahaan harus menentukan kebutuhan dan keinginan berbagai target pasar tertentu dan
memberikan kepuasan yang diinginkan lebih baik dari pada pesaing. Konsep pemasaran
didasarkan pada dasar pemikiran bahwa pemasar harus membuat apa yang dapat dijualnya, dari
pada berusaha menjual apa yang telah dibuatnya. Konsep penjualan berfokus pada kebutuhan
penjual, sedangkan konsep pemasaran berfokus pada kebutuhan pembeli.

RUANG LINGKUP PERILAKU KONSUMEN


Studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan
sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan
dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan
mereka membeli, dimana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, dan seberapa
sering mereka menggunakannya.
Di samping mempelajari pemakaian konsumen dan evaluasi pasca-pembelian produk yang
mereka beli, para peneliti konsumen juga tertarik untuk mengetahui cara individu membuang
produk. Dengan tujuan adalah bahwa mereka harus menyesuaikan produksi mereka dengan
kekerapan konsumen membeli penggantinya.
PERILAKU KONSUMEN BERAKAR PADA LINTAS DI SIPLIN ILMU
PENGETAHUAN
Perilaku konsumen merupakan cabang antar ilmu pengetahuan, yaitu didasarkan pada berbagai
konsep mengenai orang yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan dalam disiplin ilmu yang
sangat berbeda. Teori-teori awal mengenai perilaku konsumen didasarkan pada teori ekonomi,
dengan pendapat bahwa individu bertindak sacara rasional untuk memaksimumkan kekayaan,
keuntungan (kepuasan) mereka dalam memberi barang dan jasa.
MODEL SEDERHANA PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN
Proses pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai tiga tahap yang berbeda namun
memiliki hubungan satu sama lain diantaranya:
1) Tahap Input
Merupakan tahap yang mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas produk
dan terdiri dari dua sumber informasi utama, yaitu:
Usaha pemasaran perusahaan (produk itu sendiri, harganya, promosi dan dimana ia
dijual),
Pengaruh sosiologis eksternal atas konsumen (keluarga, teman-teman, tetangga, sumber
informal). Hal ini merupakan input yang mungkin mempengaruhi apa yang dibeli
konsumen dan bagaimana mereka menggunakan apa yang mereka beli.
2) Tahap Proses
Merupakan tahap yang memfokuskan pada cara konsumen mengambil keputusan. Berbagai
faktor psikologis yang melekat pada setiap individu, mempengaruhi input dari luar pada tahap
input mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan, pencarian informasi sebelum
pembelian, dan evaluasi terhadap berbagai alternative.
3) Tahap Output
Merupakan pengambilan konsumen terdiri dari dua macam kegiatan setelah pengambilan
keputusan yang berhubungan erat dengan perilaku membeli dan evaluasi setelah membeli.

Percobaan merupakan tahap penyelidikan pada perilaku pembelian, yakni konsumen menilai
produk melalui pemakaian langsung pembelian ulang biasanya menandakan penerimaan akan
produk.
ETIKA PEMASARAN
Penilitian-penelitian mengenai etika pemasaran biasanya memusatkan perhatian pada berbagai
praktik pemasar. Studi mengenai filsafat etika mengemukakan dua kelompok teori yang berbeda
yaitu:
1. Teori Teleologi, berkaitan dengan nilai moral atas perilaku yang ditentukan besarnya nilai
tersebut berdasarkan akibatnya.
2. Teori Deontologi, berhubungan dengan metode dan maksud yang terkandung dalam
perilaku tertentu.
ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Lingkungan perusahaan dan falsafah perusahaan merupakan faktor yang menentukan perilaku
yang etis para karyawan perusahaan. Banyak perusahaan yang telah menyusun kode etik yang
jelas untuk menentukan cara pengambilan keputusan di seluruh organisasi.
Perusahaan pada umumnya mengakui bahwa kegiatan yang bertanggung jawab secara sosial
memperbaiki citra perusahaan dimata para konsumen, pemegang saham, masyarakat keuangan,
dan publik terkait lainnya. Dengan cara demikian, bentuk bisnis yang baik, yang menghasilkan
citra yang baik, dan akhirnya meningkatkan penjulan.
KONSEP PEMASARAN YANG MEMPERHATIKAN KEPENTINGAN MASYARAKAT
Konsep ini menghendaki agar semua pemasar menaati prinsi-prinsip tanggung jawab sosial
dalam memasarkan barang dan jasa mereka yaitu, mereka harus berusaha memuaskan kebutuhan
dan keinginan berbagai pasar targetnya dengan cara melindunginya dan meningkatkan
kesejahteraan konsumen dan masyarakat secara keseluruhan.
Hambatan yang serius untuk memperluas pelaksanaan konsep pemasaran yang memperhatikan
kepentingan masyarakat ini adalah orientasi jangka pendek yang diatur oleh para manajer bisnis
atas langkah yang diambil untuk meningkatkan pangsa pasar dan memperoleh laba dengan cepat.

Sumber : http://kumpulan-artikel-ekonomi.blogspot.com/2009/09/perilaku-konsumen.html

TEORI PERILAKU KONSUMEN


Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak
berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen
yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli
berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang
diharapkannya.
PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN
Pendekatanuntuk mempelajariperilakukonsumen dalammengkonsumsisuatubarang:
1.Pendekatan Kardinal
2.Pendekatan Ordinal
1.) Pendekatan Kardinal

a. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.


b. Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan
c. Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap
satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi
semakin kecil.( Mula mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau
saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun ).Hukum ini menyebabkan
terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini
dikenal dengan hukum Gossen.
d. Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang,
sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh
tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika
kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan
harga
murah.
Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal.

2.) Pendekatan Ordinal


Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan
konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya
pengukuran semacam ini sulit dilakukan.Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen

dengan angka ordinal (relatif).Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva


indiferens(kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang
menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).
Ciri-ciri kurva indiferens:
1.Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu
apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi)
2.Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia
korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi
(marginal rate of substitution)
3.Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva
indiferens yang berbeda
Perbedaan antara pendekatan kardinal dengan ordinal
Pandangan antara besarnya utility menganggap bahwa besarnya utiliti dapat dinyatakan dalam
bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalaml
bilangan/angka.
Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan
marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva
kepuasan sama .

Macam-macam elastisitas
Asumsi dalam elastisitas adalah perubahan harga akan mempengaruhi perubahan
permintaan. Harga di sini tidak terbatas dengan harga barang tersebut akan tetapi juga harga
barang lainnya. Pada keadaan normal, apabila harga sebuah mobil merk X turun, maka
permintaan akan kendaraan tersebut akan meningkat. Pada kejadian yang sama bila harga
pesaing mobil merk X naik, maka hal ini dapat menyebabkan permintaan mobil merk X akan
naik. Mobil pesaing ini disebut barang subtitusi. Di samping itu bila harga barang
pelengkap/komplementer (misalkan bahan bakar) turun maka permintaan mobil merk X juga
akan naik.
Elastistas silang
Elastisitas silang adalah efek atas perubahan permintaan atau penawaran dari satu barang sebagai
akibat dari perubahan dalam sesuatu yang berkaitan dengan produk lain berapa banyak
perubahan harga satu produk yang akan mengubah volume penjualan lain.
Elastisitas harga silang dari produk A dengan produk B adalah:
(Q A / T A) / (P B / P B)
dimana
T A adalah kuantitas penjualan A

Q A adalah perubahan jumlah A dijual


P B adalah harga B
P B adalah perubahan harga B.
Sebuah elastisitas silang tersebut dapat positif atau negatif.. Jika dua barang komplementer maka
kenaikan harga satu akan mengurangi permintaan untuk keduanya.. Jika mereka pengganti
(misalnya, alam dan karet sintetis) kenaikan harga satu akan meningkatkan permintaan untuk
yang lain.
Elastisitas pendapatan
Penghasilan elastisitas mengukur seberapa sensitif penjualan suatu yang baik untuk perubahan
pendapatan konsumen: Hal ini:
( Q / T) / ( Y / Y)
Dimana:
Q = adalah kuantitas yang diminta
Y = adalah pendapatan, dan
= memiliki arti yang biasa untuk menunjukkan perubahan.
elastisitas Penghasilan mengarah pada efek pendapatan , dan klasifikasi barang sebagai inferior
atau normal. Pendapatan elastisitas lebih besar dari satu juga telah digunakan untuk
mengklasifikasikan barang sebagai kemewahan daripada kebutuhan. Alasan di balik kedua
adalah bahwa jika orang tidak dapat mengurangi konsumsi mereka yang baik sesuai dengan
pendapatan mereka, maka harus (kepada mereka) keharusan.. Perlu diketahui bahwa (seperti
teori ekonomi lebih mirip) hanya penilaian dari jumlah konsumen.. Itulah sebabnya, dengan
kriteria ini, tembakau (atau heroin dalam hal ini) adalah suatu keharusan: kebenaran ini adalah di
luar cakupan pembahasan kita di sini.
PERILAKU PRODUSEN
Teori Produsen dan Fungsinya
produksi dapat kita lihat dimana saja,Yang dimaksud dengan teori produksi adalah
kegiatan yang membuat barang-barang,produksi juga sangat berkaitan dengan nilai guna suatu
barang.Di dalam produksi terdapat proses produksi tertentu yang harus dijalani sehingga bias
menghasilkan barang yang berguna,secara sederhana prose situ digambarkan dibawah ini :

Di dalam menganalisis teori produksi, kita mengenal 2 hal:


1. Produksi jangka pendek
Dalam membahas teori produksi kita perlu membedakan pengertian jangka panjang dan jangka
pendek.Jangka pendek dan jangka panjang tidak terkait dengan lamanya waktu yang digunakan
dalam proses produksi.Produksi dalam jangka pendek bararti terdapat satu factor produksi yang

bersifat tetap,sedangkan factor produksi yang lainnya bersifat variable(berubah-ubah).produksi


dalam jangka panjang berarti semua factor produksi yang digunakan bersifat variable(berubahubah).
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi
produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik
atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang
dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor
produksi maupun harga produk. Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
Y = f (X1, X2, X3, .., Xn)
Dimana Y = tingkat produksi (output) yang dihasilkan dan X1, X2, X3, , Xn adalah
berbagai faktor produksi (input) yang digunakan. Fungsi ini masih bersifat umum, hanya biasa
menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang
dipergunakan, tetapi belum bias memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara
produk dan faktor-faktor produksi tersebut. Untuk dapat memberikan penjelasan kuantitatif,
fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang spesifik, seperti misalnya:
a) Y = a + bX ( fungsi linier)
b) Y = a + bX cX2 ( fungsi kuadratis)
c) Y = aX1bX2cX3d ( fungsi Cobb-Douglas), dan lain-lain.

Dalam teori ekonomi, fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hukum yang disebut :The
Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang).
Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang inputinput yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahansatu unit input
yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut
terus ditambahkan
Dari hukum tersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan produksi seperti yang dinyatakan
dalam The Law of Diminishing Returns dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu :
a. produksi total dengan increasing returns,
b. produksi total dengan decreasing returns, dan
c. produksi total yang semakin menurun.
Disamping analisis tabulasi dan analisis grafis mengenai hubungan antara produk total, produk
rata-rata, dan produk marginal dari suatu proses produksi seperti diatas, dapat pula
digunakan analisis matematis. Sebagai contoh, misalnya dipunyai fungsi produksi :
Y = 12X2 0,2 X3,

dimana :
Y = produk
X = faktor produksi.

2. Produksi jangka panjang

Sebagaimana telah dijelaskan,produksi dalam jangka panjang tidak terkait dengan jangka waktu
proses produksi,tetapi lebih kepada sifat factor produkdi yang digunkan . Dalam jangka panjang
semua factor produksi yang digunakan bersifat variable atau berubah-ubah.untuk mempelajari
produksi dalam jangka panjang kiata akan mempelajari kurva isoquant dan jumlah produk
optimal.
a.) Isoquant atau Isoproduk
Kurva isokuant atau isoproduk adalah kurva tempat kedudukan titik-titik yang menunjukan
kombinasi dua factor produksi untuk menghasilkan tingkat produksi yang sama.
b.) Produksi optimal
Konsep efisiensi dari aspek ekonomis dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau efisiensi harga.
Dalam teori ekonomi produksi, pada umumnya menggunakan konsep ini. Dipandang dari konsep
efisiensi ekonomis, pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan
keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi
ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi. Ada syarat lagi yang harus
diketahui, rasio harga harga input-output. Secara matematis, syarat tersebut adalah sebagai
berikut. Keuntungan (p) dapat ditulis : p = PY.Y -Px.X, di mana Y = jumlah produk;
PY = harga produk;
X = faktor produksi;
Px = harga factor produksi.
Sumber :
1. http://www.scribd.com/TEORI-PERILAKU-KONSUMEN
2. http://paperusadvance.blogspot.com/
3. http://www.e-dukasi.net
4. Buku yudistira sma kelas X
5. www.endz4shared.cn.cc

1. Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari
konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (lowinvolvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk
barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan pertimbangan yang matang.
2. MANFAAT MEMPELAJARI PERILAKU KONSUMEN
Dalam pasar yang semakin intensif tingkat persaingannya, tuntutan konsumen yang semakin
tinggi dan sangat ingin diperlakukan secara khusus, pemahaman akan konsumen begitu tinggi.
Untuk itu sangatlah dibutuhkan pengetahuan tentang perilaku konsumen demi memuaskan
konsumen dan memenangkan persaingan.
Pemahaman terhadap perilaku konsumen sangat bermanfaat untuk kepentingan penyusunan
strategi dan bauran pemasaran. Melalui pemahaman terhadap psikografis konsumen dan juga
perilaku penggunaan, pemasar dapat melakukan segmentasi berdasarkan variabel tersebut.
Berdasarkan sikap konsumen, pemasar dapat menyusun strategi promosi, khususnya iklan
secara tepat.
3. Pendekatan Kardinal
a.

Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.

b.

Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan

c.

Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap
satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi
semakin kecil.( Mula mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau
saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun ).Hukum ini menyebabkan
terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini
dikenal dengan hukum Gossen.

d.

Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang,
sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh
tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika
kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan
harga
murah.
Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal.

2.) Pendekatan Ordinal

Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan
konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada
kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.Pendekatan ordinal mengukur
kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif).Tingkat kepuasan konsumen dengan
menggunakan kurva indiferens(kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang
yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).
Ciri-ciri kurva indiferens:
1.Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg
satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi)
2.Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus
ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi
(marginal rate of substitution)
3.Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva
indiferens yang berbeda
4.

Anda mungkin juga menyukai