Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TUGAS TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN

TEKNOLOGI PADA BAMBU

Disusun Oleh:
1. Agung Yon Pamuji
2. Tegar Aji Pambudi
3. Novel Saputra DF
4. Wahyu Setiaji
5. Tri Bekti Ardian
6. Fathannia indah Wahyuni

(H1D009034)

7. Sahala Dameyanto Sihotang

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PURBALINGGA
2012
1

I.

PENDAHULUAN

I.1. Penjelasan Bambu


Perkembangan teknologi sudah demikian maju sehingga segala kelemahan bambu sudah
dapat direkayasa dan diatasi mulai dari konstruksi, sambungan dengan berbagai jenis
konektor serta bentuk, yang memungkinkan bambu dipakai pada panjang efektif sesuai
dengan desain yang diinginkan tetapi memenuhi persyaratan teknis. Keterbatasan bambu
untuk dipakai pada bangunan-bangunan khusus yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi
sudah dapat diatasi bahkan di beberapa negara maju, bambu sudah dipakai sebagai bahan
untuk bangunan penting seperti villa, tribun stadion, kantor bertingkat, jembatan dengan
bentang lebar, dll. Teknologi pengawetan tradisional yang tadinya menggunakan metode
perendaman, pemulasan dan pengasapan, sudah mulai berkembang dengan cara modern
seperti, metode Bucherie cara grafitasi atau vertikal, tekanan udara (vacuum pressure) yang
mempercepat proses pengawetan. Begitu pula sistem pengeringan dengan menggunakan
pengeringan di ruangan, sudah memudahkan kita untuk mendapatkan bambu yang memenuhi
syarat kekeringan sesuai yang disyaratkan untuk dipakai pada konstruksi bangunan. Saat ini
untuk mendapatkan bambu dengan keawetan yang tinggi sudah mudah diperoleh bahkan
dapat dilakukan oleh kita sendiri.
Perkembangan teknologi sudah demikian maju sehingga segala kelemahan bambu
sudah dapat direkayasa dan diatasi mulai dari konstruksi, sambungan dengan berbagai jenis
konektor serta bentuk, yang memungkinkan bambu dipakai pada panjang efektif sesuai
dengan desain yang diinginkan tetapi memenuhi persyaratan teknis. Keterbatasan bambu
untuk dipakai pada bangunan-bangunan khusus yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi
sudah dapat diatasi bahkan di beberapa negara maju, bambu sudah dipakai sebagai bahan
untuk bangunan penting seperti villa, tribun stadion, kantor bertingkat, jembatan dengan
bentang lebar, dll. Teknologi pengawetan tradisional yang tadinya menggunakan metode
perendaman, pemulasan dan pengasapan, sudah mulai berkembang dengan cara modern
seperti, metode Bucherie cara grafitasi atau vertikal, tekanan udara (vacuum pressure) yang
mempercepat proses pengawetan. Begitu pula sistem pengeringan dengan menggunakan
pengeringan di ruangan, sudah memudahkan kita untuk mendapatkan bambu yang memenuhi
syarat kekeringan sesuai yang disyaratkan untuk dipakai pada konstruksi bangunan. Saat ini
3

untuk mendapatkan bambu dengan keawetan yang tinggi sudah mudah diperoleh bahkan
dapat dilakukan oleh kita sendiri.
I.2. Pengertian Bambu
Bambu merupakan suatu tanaman yang memiliki Ordo Gramineae, Familia
Bambusea,Sub familia Bamboidae.Bambu memiliki pertumbuhan yang sangat cepat.
Bambu dapat dimanfaatkan dalam banyak hal :
sebagai komponen bangunan, peralatan rumah tangga, penyalur air minum ataupun air
pengairan, bahan kertas, bahan makanan, bahan kerajinan tangan, alat musik, dan pakaian
I.3. Keunggulan Bambu
Bambu mudah ditanam dan dapat tumbuh di lahan basah maupun kering
Bambu adalah bahan terbaharui dan murah
Bambu dapat ditebang setiap tahun tanpa merusakkan
Bambu tahan terhadap gangguan
Bambu menghasilkan banyak O2 penyerap CO2
Keunggulan Bambu
g y 2p y p 2
Pertumbuhan bambu sangat cepat, bambu dengan kualitas prima dapat diperoleh
pada umur 35 tahun
Bambu mempunyai sifat mekanik yang bagus, kuat tariknya relatif tinggi (sekitar 370
MPa) dan dapat dipersaingkan dengan baja,
Bentuk berongga menjadikan momen kelembaman bambu tinggi,
Kulit bambu licin, bersih, dan kuat
Bambu mudah dikeringkan dengan alat sederhana, dan dapat diawetkan agar dapat
dipakai dalam waktu yang lama
Bambu mudah dipecah dengan alat sederhana
Seluruh bagian bambu termasuk batangnya dapat dimanfaatkan, rebung untuk
dimakan, daun untuk makanan ternak, dan ranting dapat dipakai sebagai bahan sapu
atau kayu bakar.
Hubungan antara tahan tarik dan berat jenis bambu 6 kali lebih besar dibandingkan baja.

I.4 Kekurangan dan Solusi


4

1.
2.
3.
4.

Kekurangan (masalah) pada bambu:


1. Tidak awet Diawetkan
2. Sifat tak seragam, bentuk silindris
3. Gaya geser lemah
4. Konvensional/Marjinal
Solusi yang dapat dilakukan pada bambu:
Teknologi Laminasi
Teknologi sambungan
Teknologi bamboo
Diawetkan
I.5 Sifat Bambu
Sebagai bahan bangnan, sifat fisika yang perlu diketahui
adalah sifat kembang susut agar komponen bangunan
dapat didisain sedemikian sehingga tidak mengalami
perubahan bentuk yang berlebihan sebagai akibat
perubahan temperatur/kelembaban.
Perubahan bentuk komponen struktur yang berlebihan
tidak hanya menimbulkan retak, tetapi juga dapat
menimbulkan kerusakan pada komponen bangunan yang
lain, seperti pecahnya kaca jendela, sulitnya daun
pintu/jendela untuk dibuka, dan mengurangi keindahan
bangunan.
Akibat yang fatal dapat terjadi pada pemakaian bambu
sebagai tulangan beton. Tulangan bambu akan susut
setelah bambu kering. Hal ini dapat mengakibatkan ikatan
antara beton dan tulangan menjadi lepas, sehingga
tulangan dapat lolos.

II.

PENGAWETAN BAMBU
Menurut Liese (1980)

Ketahanan bambu tanpa pengawetan, langsung berhubungan

dengan tanah dan tidak

terlindung terhadap cuaca kurang dari 1--3 th Bambu yang terlindung terhadap cuaca dapat
tahan lebih dari 4--7 tahun. Tetapi untuk lingkungan yang ideal, sebagai rangka kudakuda,
bambu dapat tahan lebih dari 10--15 th. Di Temanggung Jawa Tengah rangka atap dari bambu
yang diawetkan secara tradisional, masih dapat bertahan pada umur lebih dari 20 tahun.
Cara pengawetan Bambu dengan gravitasi:
-

Memecah buku bambu dengan batang besi, pastikan buku bamboo yang ujung tidak
ikut pecah
5

Bambu bambu tersebut kemudian di tegakkan dan di ikat agar tidak bergerak

Menyambungkan selang dengan tangki penampung bak pengawet

Pada hari ke 13 larutan tidak perlu diisi lagi.

Waktu yang dibutuhkan untuk penyerapan larutan secara sempurna tergantung pada
ketebalan dan kelembaban bambu.

Pada hari ke 14, lihat tingkat penyerapan dengan menggergaji buku bagian atas
bambu. Jika penyerapan sempurna batang bambu akan berwarna kemerahan.
Kemudian pecahkan buku paling bawah bambu dengan menancapkan pada paku atau
besi pemecah. Pastikan memakai penutup mata sewaktu melakukanya. Biarkan larutan
mengalir keparit penampungan

Kemudian bambu di angin anginkan selama 2 minggu dan tidak terkena sinar
matahari langsung

III.

TEKNOLOGI BAMBU
III.1 Sambungan Bambu

Perbedaan pengisi sambungan.


Sambungan dengan pengisi kayu :
-

Siap dibebani setelah 3 hari

Mahal

Resin tidak tersedia di sembarang toko

Kurang praktis untuk pedesaan

Sambungan bamboo dengan pengisi mortar


-

Murah

Baru bisa dibebani setelah berumur 28 hari

Cocok untuk pedesaan

Sambungan dengan pengisi mortar

Sambungan dengan pengisi mortar dilakukan pada bambu yang masih basah
6

Mortar dibuat dengan adukan semen, pasir halus, dan air dengan perbandingan 1
semen, 2 pasir halus dan air secukupnya.

Untuk batang menerus lubang dibuat agak panjang.

Sisi dalam bambu dikasarkan dengan memakai alat.

III.2. Teknik laminasi Bambu


III.2.1. Persiapan bambu
Pembelahan dan Pembutan Bilah bambu
Bambu di belah menjadi bilah dengan ukuran 2-3 cm
Pengawetan Bilah Bambu
Pengawetan dilakukan pada bilah awal dengan cara direndam(direbus)
menggunakan larutan pengawet
Pengeringan Bilah Bambu
Bilah bambu yang telah diawetkan kemudian di keringka
Pemeriksaan kadar Air Bilah Bambu
Kadar air selama proses pengeringan diperiksa dan di kontrol

samapai kadar

airnya kurang dari 15%


Pembuatan Bilah Bambu Akhir (Finising)
Bilah bambu akhir diperoleh setelah proses pengeringan kemudian diplanner n di
bentik sesuai dengan ukuran yang diinginkan
III.2.2 persiapan Perekat
Perekat Urea Formaldehida (UF)
Perekat UF adalah campuran dari Resin UF, tepung terigu dan Hardener.
Perbandingan Campuran Perekat
Resin UF (79,4-84,3%):Flour(14%-19,8%):Hardener(0,8%-1,7%)
III.2.3 Proses Laminasi bambu
a.Pelaburan Perekat
7

Pengolesan Perekat pada permukaan bambu yang akan dilaminasi


b.Penjepitan
c.Pengempaan (Press)
d.Pengerasan/Pengeringan Perekat
e.Pelepasan Penjepit (klem)
III.2.4 Tahap Akhir
Bambu yang telah dilaminasi ,selanjutnya diplanner,dirapikan dan dipotong sesuai kebutuhan
untuk siap digunakan
III.2.5 Aplikasi Bambu laminasi
Penerapan bambu laminasi pada struktur jembatan
Jembatan bambu laminasi pertama yang dikembangkan adalah jembatan pejalan kaki di
kampus Hunan University, dekat Laboratorium Lingkungan. Ukuran jembatan, lebar 1,5 m,
panjang 5 m dengan 6 girder bambu laminasi ukuran lebar 84 mm x tinggi 30 cm. Desain
beban hidup lalu-lintas jembatan 5 kPa dan lendutan yang dijinkan dibawah L/600
III.3. Aplikasi bamboo pada struktur
Bambu Sebagai Alat Sambung
Alat sambung bambu pada struktur rangka batang di pameran Aichi, Pavilion Nagakutre,
Jepang
Sambungan
konstruksi
bambu
memakai
buhul dengan pengisi kayu atau mortar (Morisco, 2006)
Kelemahan
geser
pada
struktur
komposit
dengan
rongga
bambu
sehingga
komposit

baut

dan

pelat

bambu
dapat
diatasi
dengan
membuat
memasukkan
kayu
atau
mortar
di
dalam
gaya
yang
bekerja
akan
dilawan
secara

Sambungan
bambu
memakai
PVC
sistem
double
layer
Sistem
DLG
dengan
PVC
dapat
menjamin
sambungan bambu tanpa terjadi keruntuhan belah
III.3.1
Aplikasi
bambu
pada
struktur
Penerapan bambu pada pelat, kolom, dan balok

(Polyvinyl
grids
tahan
tarik

komposit

bambu

Choride)
(DLG)
dan
tekan
-

beton
8

Diperoleh kekuatan geser half split

bamboo diafragma sebesar 10,89 MPa

dengan standar deviasi 2 56 MPa

Half split bamboo diafragma Full split bamboo diafragma

2,56 MPa.

Salah satu faktor utama yang

memberikan pengaruh kekuatan pelat

adalah tahanan geser diafragma

sebagai konektor geser.

Dengan mengganti iafragma dengan

baja atau dibuat penuh, memberikan

peningkatan hasil hampir 2 kali lipat

Kolom beton tulangan bamboo

Kolom dibuat bentuk lingkaran (diameter 30 cm) dan persegi (20x20 cm) dengan
tinggi 220 cm,untuk sengkang kolom persegi digunakan baja 5 mm.

Hasil uji menunjukkan kekuatan kolom beton


sengkang bambu sama dengan kolom sengkang baja

Kelemahan utama pada bamboo konstruksi beton bertulan

Keawetan

Penyusutan

Dan daya lekat

Solusi yang dapat dilakukan:


Keawetan -> sistem pengawetan (pengeringan, zat kimia)
9

- Penyusutan -> memberikan lapisan permukaan (waterproofing)


- Daya lekat -> perlakuan pada permukaan bambu (dibuat kasar, lilitan kawat)

Gambar sambungan bambu dengan pengisi

10

IV.

PENUTUP

11

Anda mungkin juga menyukai