Anda di halaman 1dari 15

LEMBARAN DAERAH

PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI


NOMOR : 38

TAHUN : 2000

SERI : C NO. 6

PERATURAN DAERAH PROPINSI TINGKAT I BALI


NOMOR 8 TAHUN 1999
T E N TAN G
PEMBINAAN USAHA PARIWISATA DI KAWASAN PARIWISATA
DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI,
Menimbang

: a. bahwa dengan adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang


Pajak Daerah dan Retribusi dipandang perlu melakukan
penyesuaian terhadap Peraturan Daerah Propinsi Daerah
Tingkat I Bali Nomor 14 Tahun 1996 tentang Usaha
Kawasan Pariwisata;
b. bahwa penyesuaian Peraturan Daerah Propinsi Daerah
dimaksud huruf a ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Propinsi Daerah Tingkat I Bali;

Mengingat

: 1. Undang-undang

Nomor

64

Tahun

1958

tentang

Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara


Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun

1958 Nomor 115; Tambahan Lembaran Negara Nomor


1649);
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun
1974 Nomor 38; Tambahan Lembaran Negara Nomor 38;
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
3. Undang-undang

Nomor

Tahun

1990

tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78;


Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427);
4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115;
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);
5. Undang-undang

Nomor

18

Tahun

1997

tentang

PajakDaerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara


Tahun 1997 Nomor 41; Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3685);
6. Undang-undang

Nomor

23

Tahun

1997

tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun


1997 Nomor 68; Tambahan Lembaran Negara Nomor
3699);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1979 tentang
Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah dalam Bidang
Kepariwisataan kepada Daerah Tingkat I (Lembaran
Negara Nomor 34 Tahun 1979; Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3144);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang
Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara
Tahun 1993 Nomor 84; Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3538);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang
Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun

1996 Nomor 101; Tambahan Lembaran Negara Nomor


3658);
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993
tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah
Perubahan);
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep39/MENLH/8/1996 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang
Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan;
12. Keputusan Menparpostel Nomor: KM.94/UM.001/ MPPT94, tanggal 22 Nopember 1994 tentang Pedoman Tehnik
Penyusunan Analisis mengenai Dampak Lingkungan
Bidang Pariwisata;
13. Keputusan Menparpostel Nomor : KM.95/UM.001/ MPPT94. tanggal 22 Nopember 1994 tentang Pedoman Tehnik
Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Bidang Pariwisata;
14. Keputusan

Menparpostel

Nomor

KM.59/PW.002/

MPPT.85 tentang Peraturan Usaha Kawasan Pariwisata;


15. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 6
Tahun 1986 tentang Kedudukan, Fungsi dan Peranan Desa
Adat sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam
Propinsi Daerah Tingkat I Bali.
16. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 11
Tahun 1986 tentang Penerimaan Sumbangan Pihak Ketiga
(Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Tahun
1987 Nomor: 85 Sen B Nomor 1);
17. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 3
Tahun 1991 tentang Pariwisata Budaya (Lembaran Daerah
Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 241 Sen C Nomor
2);

18. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 4


Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi
Daerah Tingkat I Bali (Lembaran Daerah Propinsi Daerah
Tingkat I Bali T'ahun 1997 Nomor : 125 Sen C Nomor 1);
19. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor : 4
Tahun 1999 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah
Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor: 4 Tahun 1996
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah
Tingkat I Bali;
Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I
Bali;
M E M U T U S K AN :
Menetapkan

: PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I


BALI TENTANG PEMBINAAN USAHA PARIWISATA DI
KAWASAN

PARIWISATA

DI

PROPINSI

DAERAH

TINGKAT I BALI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Propinsi Daerah Tingkat I Bali;
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah
Tingkat I Bali;
c. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Bali;
d. Dinas Pariwisata adalah Dinas Pariwisata Propinsi Daerah
Tingkat I Bali;

e. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu


yang

dibangyn

atau

disediakan

untuk

me-menuhi

kebutuhan kebutuhan pariwisata;


f. Usaha Kawasan Pariwisata adalah merupakan usaha yang
kegiatannya membangun dan atau mengelola kawasan
dengan

luas

tertentu

untuk

memenuhi

kebutuhan

pariwisata;
g. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dan
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik
wisata;
h. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata;
i. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan wisata termasuk pengusaha obyek dan daya tarik
wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut;
j. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan penyelenggaraan pariwisata;
k. Usaha

Pariwisata

adalah

kegiatan

yang

bertujuan

menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau


mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana
pariwisata dan usaha lainnya yang terkait dibidang
tersebut;
l. Izin Usaha adalah izin usaha kawasan pariwisata yang
dikeluarkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali;
m. Pembinaan Usaha Pariwisata di Kawasan Pariwisata
adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan terhadap
pembangunan dan penyelenggaraan usaha pariwisata
didalam kawasan pariwisata agar tetap memenuhi
ketentuan yang berlaku.

n. Desa adat adalah kesatuan masyarakat hukum adat di


Propinsi Daerah Tingkat I Bali yang mempunyai satu
kesatuan

tradisi dan tata krama

pergaulan hidup

masyarakat umat Hindu secara turun temuruii dalam


ikatan

Khayangan

Tiga

(Khyangan

Desa)

yang

mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri


serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri.
BAB II
KAWASAN PARIWISATA
Pasal 2
(1) Dalam Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Bali, telah
ditetapkan Kawasan Pariwisata, yang merupakan suatu
Daerah/Wilayah yangdi dalamnya terdapat kegiatan
untuk

menyediakan

sarana

dan

prasarana

kepariwisataan;
(2) Usaha Kawasan Pariwisata rencana pemilihan lokasi
dan pengelolaannya berdasarkan atas RTRW Propinsi
Daerah Tingkat I Bali dan Rencana Detail Tata Ruang
dan Analisis mengenai Dampak Lingkungan Kawasan
Pariwisata

yang

ditetapkan

dengan

Keputusan

Gubernur Kepala Daerah;


(3) Kawasan Pariwisata dimaksud pasal 2 ayat (1) ditetapkan sesuai dengan kondisi Daerah dan daya
dukung lingkungan dengan tetap menjaga dan
mengembangkan kemampuan fungsi lingkungan.
Pasal 3
(1) Disamping

memenuhi

ketentuan

Peraturan

Perundangan yang ditetapkan Pemerintah setiap


rencana

pembangunan

prasarana

dan

sarana

kepariwisataan yang dilaksanakan dalam Kawasan


Pariwisata terlebih dahulu agar disosialisasikan secara
terbuka, mendapat saran pendapat dan pertimbangan
dari masyarakat setempat melalui Desa Adat dan
Lembaga Swadaya Masyarakat lainnya;
(2) Saran pendapat dan pertimbangan dalam ayat (1)
diatas diputuskan melalui rapat Desa Adat atas sikap
dan pendapat lembaga lainnya.
Pasal 4
Setiap pembangunan dalam kawasan pariwisata harus
sesuai dengan Perda tentang Perubahan Pertama Perda No.
4 Tahun 1996 tentang RTRWP Bali, Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Pariwisata yang bersangkutan dan Amdal
Kawasan.
BAB III
Bagian I
USAHA KAWASAN PARIWISATA
Pasal 5
(1) Dalam Kawasan Pariwisata dapat diadakan Usaha
Kawasan Pariwisata dengan persetujuan dan tata cara
yang ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah;
(2) Usaha Kawasan Pariwisata seperti yang dimaksud
dalam ayat (1) diatas, merupakan usaha yang ruang
lingkup kegiatannya menyediakan sarana pariwisata
untuk mengembangkan kepariwisataan dan mengelola
Kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi
kebutuhan pariwisata dengan tetap memperhatikan
pelestarian kemampuan fungsi lingkungan setempat.

Bagian II
KEGIATAN USAHA PARIWISATA
Pasal 6
Usaha Kawasan Pariwisata meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a. Membangun atau menyewakan satuan-satuan simpul
(lingkungan tertentu) itu untuk membangun Usaha
Pariwisata meliputi Usaha Kawasan Jasa Pariwisata,
Pengusahaan Obyek dan Daya Tank Wisata Usaha
Sarana Pariwisata dan Pusat Pembelanjaan sesuai
gambar rencana;
b. Melaksanakan Pembangunan sarana dan prasarana
jaringan jalan, air bersih, listrik dan lainnya sesuai
dengan gambar rencana;
c. Menentukan

syarat-syarat

untuk

mendukung

pelestarian kemampuan fungsi lingkungan di dalam


kawasan pariwisata berkenaan dengan penyediaan
prasarana

dan

sarana,

tata

bangunan,

pencegahan

kebakaran

dan

lain-lain,

persyaratan

tersebut

tidak

sanitasi,
sepanjang

bertentangan

dengan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di bidang


usaha masing-masing;
d. Melaksanakan dan atau mengawasi pembangunan
Usaha

Pariwisata

sesuai

Peraturan

Perundang-

undangan yang berlaku dibidang usaha masingmasing;


e. Memelihara dan menjaga kebersihan serta keamanan
lingkungan Kawasan Pariwisata;
f. Memelihara kelestarian pertamanan, lingkungan, adat
istiadat dan kebudayaan Daerah;

g. Menyediakan sarana dan prasarana untuk kepentingan


umum.
Pasal 7
Pengusahaan Kawasan Pariwisata dapat bekerja sama baik
dengan perusahaan Nasional maupun asing sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 8
Untuk setiap Usaha Kawasan Pariwisata di Kawasan
Pariwisata dapat didirikan antara lain :
a. Usaha jasa pariwisata;
b. Pengusahaan obyek dan daya tank wisata;
c. Usaha sarana pariwisata;
d. Pusat Perbelanjaan.
BAB IV
BENTUK USAHA DAN PERMODALAN
Pasal 9
Usaha Kawasan Pariwisata harus berbentuk Perseroan
Terbatas atau Koperasi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, dengan mengutamakan tenaga kerja setempat.
Pasal 10
Modal Usaha Kawasan Pariwisata dapat bersumber dari
Dalam Negeri atau Patungan.

BAB V
KETENTUAN PERIZINAN
Pasal 11
(1) Untuk mengusahakan Usaha Kawasan Pariwisata,
pengusaha harus memiliki Izin Prinsip Usaha Kawasan
Pariwisata dan Izin Usaha kawasan dari Gubernur
Kepala Daerah serta perijinan lain sesuai ketentuan
Peraturan Perundangan yang berlaku;
(2) Untuk memperoleh Izin Prinsip Usaha Kawasan
Pariwisata, pengusaha harus mengajukan permohonan
kepada Gubernur Kepala Daerah, dengan melampiri:
a. Gambar/lokasi rencana;
b. Rekomendasi
(dilengkapi

Kepala
dengan

Daerah
saran,

Tingkat
pendapat

II
dan

pertimbangan Desa Adat);


c. Akte pendirian perusahaan;
d. Proposal/rencana pengembangan usaha kawasan
pariwisata.
(3) Izin Prinsip Usaha Kawasan Pariwisata dipergu-nakan
sebagai da.sar untuk memperoleh Izin Usaha Kawasan
Pariwisata dan berlaku bagi semua pengusaha diatas
kawasan pariwisata tersebut dan diberlakukan untuk
melengkapi perizinan lainnya;
(4) Izin Prinsip Usaha Kawasan Pariwisata berlaku selama
1 (satu) tahun, dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali
selama 1 (satu) tahun dan apabila dalam jangka waktu
1 (satu) tahun masa perpanjangan pengusaha yang
bersangkutan tidak menyampaikan pennohonan Izin
Usaha Kawasan Pariwisata, maka Izin Prinsip Usaha
Kawasan Pariwisata dianggap tidak berlaku atau batal
demi hukum;

(5) Untuk mendapat Izin Usaha Kawasan Pariwisata,


pengusaha mengajukan pennohonan tertulis kepada
Gubernur Kepala Daerah, melalui kepala Dinas
Pariwisata, sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
(6) Jangka waktu penyelesaian atas pennohonan Izin
Prinsip Usaha Kawasan Pariwisata dan Izin Usaha
Kawasan Pariwisata dimaksud ayat (1) pasal ini,
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung mulai
tanggal diterimanya permohonan secara lengkap oleh
Gubernur Kepala Daerah;
(7) Izin Usaha Kawasan Pariwisata, berlaku untukjangka
waktu tidak terbatas, dengan ketentuan setiap 3 (tiga)
tahun

pengusaha

yang

bersangkutan

wajib

mendaftarkan ulang kepada Dinas Pariwisata;


(8) Bentuk Izin Prinsip Usaha Kawasan Pariwisata dan
Izin Usaha Kawasan Pariwisata ditetapkan oleh
Gubernur Kepala Daerah sesuai dengan Peraturan
Perundangan yang berlaku.
Pasal 12
Dalam Izin Prinsip Usaha Kawasan Pariwisata dan Izin
Usaha Kawasan Pariwisata ditetapkan syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh pemegang izin.
Pasal 13
Izin Prinsip Usaha Kawasan Pariwisata dan Izin Usaha
Kawasan Pariwisata dapat dicabut, apabila :
a. Memperoleh izin secara tidak syah;
b. Tidak memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini;

c. Memindahkan Izin tanpa persetujuan tertulis dari


Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 14
Setiap Badan Usaha, Koperasi yang memegang Izin Usaha
Kawasan Pariwisata dikenakan sumbangan pihak ketiga
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam perda Nomor
11 Tahun 1986.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 15
(1) Pembinaan dan pengawasan atas kegiatan Usaha
Kawasan Pariwisata dilakukan oleh Gubernur
Kepala Daerah;
(2) Dalam upaya pembinaan dan pengawasan tersebut
pada ayat (1) pasal ini, Gubernur Kepala Daerah
memberikan bimbingan dan petunjuk baik tehnis
maupun operasional, melalui Dinas Pariwisata
Propinsi Daerah Tingkat I Bali.
BAB VII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 16
(1) Pelanggaran terhadap pasal 5 dan pasal 11
Peraturan

Daerah

ini,

dapat

diancampidana

kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau


denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,- (lima
puluh ribu rupiah);
(2) Tindak Pidana yang dimaksud ayat (1) pasal ini
adalah pelanggaran.

BAB VIII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 17
Selain oleh Pejabat Pegawai Umum, penyidikan atas
Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pasal 17 Peraturan
Daerah ini, dilakukan oleh Penjabat Penyidik Negeri Sipil
di Lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat I, yang
pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 18
Dalam melaksanakan

tugas penyidik

para Pejabat

sebagaimana dimaksud pasal 17 Peraturan Daerah ini


berwenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang
tentang adanya tindakan pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat
kejadian dan melakukan pemeriksaan;
c. menyuruh

berhenti

seseorang

tersangka

dan

memeriksa tanda pengenal mengenai din tersangka;


d. melakukan penyitaan benda dan atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
g. mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungan
dengan pemeriksaan perkara;
h. menyarankan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat
cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan
tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik

memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum,


tersangka atau keluarganya;
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Untuk setiap Usaha Kawasan Pariwisata yang telah ada
sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, diwajibkan
dalam waktu selambat-lambatnya l (satu) tahun setelah
Peraturan Daerah ini dinyatakan berlaku, harus telah
memenuhi

ketentuan

persyaratan

teknis

untuk

mendapatkan izin sesuai dengan Peraturan Daerah.


Pasal 20
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ni
akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Bali sepanjang mengenai
pelaksanaannya.
Pasal 21
(1) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
mengetahuinya,

Agar

supaya

setiap

memerintahkan

orang

dapat

pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam


Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali.
(2) Dengan

berlakunya Peraturan Daerah ini, maka

Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali


Nomor : 14 Tahun 1996 tentang Usaha Kawasan

Pariwisata di Propinsi Daerah Tingkat I Bali,


dinyatakan tidak berlaku.

Ditetapkan di : Denpasar
Pada tanggal

: 12 April 1999

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT


DAERAH PROPINSI BALI
TINGKAT I BALI
K E T U A,

GUBERNUR KEPALA DAERAH


TINGKAT I BALI,

ttd.

ttd.

I KETUT SUNDRIA, MBA

DEWA BERATHA

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Bali


Nomor

: 38

Tanggal : 20 April 2000

Seri

: C

Nomor : 6
Sekretaris Daerah Propinsi Bali,
ttd.
PUTU WIJANAYA, SH.
PEMBINA UTAMA
NIP. 600002026

Anda mungkin juga menyukai