Anda di halaman 1dari 47

PEM

ERINTAH KABUPATEN NGADA


DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA
PEMERINTAH KABUPATEN NGADA
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WAEPANA
NOMOR : Ksr 032.1/11/WPN/
/
/2015
TENTANG
WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

I.Menimbang

a. bahwa untuk mewujudkan mutu pelayanan klinik dan


meningkatkan standart pelayanan klinik kepada pasien maka
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk membantu
penegakan diagnosa,dan perlu juga di tetapkan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratoriun
b. bahwa Untuk maksud huruf a,waktu penyampaian laporan
hasil pemeriksaan Laboratorium di tetapkan dengan surat

II.

Mengingat

keputusan kepala Puskesmas Waepana.


1. Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:002/Menkes/SK/I/2009 tentang pedoman Pelayanan
Publik unit Pelaksanan Teknis di Lingkungan Depkes;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
411/ MENKES/ Per/ X/ 2010 tentang Laboratorium Klinik.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
1691/ Menkes/ Per/ VIII/2011 tentang keselamatan pasien
Puskesmas Waepana;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
290/ Menkes/ Per/ III/2008 tentang persetujuan tindakan
kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

MEMUTUSKAN

LABORATORIUM

KESATU

Waktu penyampaian pemeriksaan Laboratorium di sesuai kan dengan


jenis pemeriksaan laboratorium yang di lakukan,dan merupaka lampiran
yang tak terpisahkan dari keputusan ini.

KEDUA

Surat keputusan ini berlaku

sejak

tanggal

ditetapkan

denganketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan


akan diadakan perbaikan/perubaha sebagaimana mestinya apabila
dikemudian

hari

terdapat

kekeliruan

akan

diadakan

perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.


Ditetapkan
Di Waepana pada tanggal Februari 2015
Kepala UPTD Puskesmas Waepana
Margareta U.Kromen,Amd.Keb
NIP: 19690628 198903 2 005

PEMERINTAH KABUPATEN NGADA


DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WAEPANA
NOMOR : Ksr 032.1/11/WPN/
/
/2015
TENTANG
WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK PASIEN
URGEN (CITO)

I.

Menimbang

a. bahwa untuk mewujudkan mutu pelayanan klinik dan


meningkatkan standart pelayanan klinik kepada pasien maka
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk membantu
penegakan diagnosa,dan perlu juga di tetapkan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratoriun untuk pasien
urgen( cito ).
b. bahwa Untuk maksud huruf a,waktu penyampaian laporan
hasil pemeriksaan Laboratorium untuk Pasien urgen( Cito) di

II.

Mengingat

tetapkan dengan surat keputusan kepala Puskesmas Waepana.


1. Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:002/Menkes/SK/I/2009 tentang pedoman Pelayanan
Publik unit Pelaksanan Teknis di Lingkungan Depkes;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
411/ MENKES/ Per/ X/ 2010 tentang LaboratoriumKlinik.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
1691/ Menkes/ Per/ VIII/2011 tentang keselamatan pasien
Puskesmas Waepana;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
290/ Menkes/ Per/ III/2008 tentang persetujuan tindakan
kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
MEMUTUSKAN

KESATU

WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


LABORATORIUM UNTUK PASIEN URGEN( CITO)

KEDUA

Waktu penyampaian hasil pemeriksaan Laboratorium di sesuai kan


dengan jenis pemeriksaan laboratorium yang di lakukan,khusu pasien
urgen atau Cito maka waktu penyampaian hasil pemeriksaan
Laboratorium harus di dahulukan dari pasien lainnya.

KETIGA

Untuk Penyerahan hasil Pemeriksaan Laboratorium bagi pasien urgen


diatur dalam lampiran keputusan ini,yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari keputusan ini.

KEEMPAT

Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapatkekeliruan
akan diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan
Di Waepana pada tanggal Februari 2015
Kepala UPTD Puskesmas Waepana

Margareta U. Kromen,Amd.Keb
NIP: 19690628 198903 2 005

PEMERINTAH KABUPATEN NGADA


DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WAEPANA
NOMOR : Ksr 032.1/11/WPN/
/
/2015
TENTANG
JENIS REGENSIA ESENSIAL DAN BAHAN LAIN YANG HARUS TERSEDIA
I.

Menimbang

a. bahwa untuk mewujudkan mutu pelayanan klinik dan


meningkatkan standart pelayanan klinik kepada pasien
khususnya pemeriksaan laboratorium maka perlu tersedia
regensia esensial dan bahan lain yang menunjang
pemeriksaan laboratorium.
b. bahwa Untuk maksud huruf a,jenis regensial dan bahan
lain harus tersedia di tetapkan dengan surat keputusan
kepala Puskesmas Waepana.

II.

Mengingat

1. Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 Tentang Praktik Kedokteran;

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor:002/Menkes/SK/I/2009 tentang pedoman
Pelayanan Publik unit Pelaksanan Teknis di Lingkungan
Depkes;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
411/ MENKES/ Per/ X/ 2010 tentang Laboratorium
Klinik.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
1691/ Menkes/ Per/ VIII/2011 tentang keselamatan pasien
Puskesmas Waepana;
6. Keputusan Menteri kseshatan Republik Indonesia Nomor
831/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standart Reagen Ziehl
Neelsen.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

KESATU

MEMUTUSKAN
JENIS REGENSIA ESENSIAL DAN BAHAN LAIN YANG

KEDUA

HARUS TERSEDIA.
Jenis Regensia esensial dan bahan lain yang harus tersedia di

KETIGA

laboratorium terlampir dalam lampiran keputusan ini.


Jika regensia esensial dan bahan lain yang harus tersedia untuk
pemeriksaan laboratorium tidak tersedia maka kepal Puskesmas
berkewajiban untuk menyiapkan melalui permintaan ke Dinas
Kesehatan atau ;pengadaan sendiri jika Regulasi memungkinkan.

KEEMPAT

Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapatkekeliruan
akan diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan
Di Waepana pada tanggal Februari 2015
Kepala UPTD Puskesmas Waepana
Margareta U. Kromen,Amd.Keb
NIP: 19690628 198903 2 005

PEMERINTAH KABUPATEN NGADA


DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WAEPANA
NOMOR : Ksr 032.1/11/WPN/
/
/2015
TENTANG
MENYATAKAN KAPAN REGENSIA TIDAK TERSEDIA
I.

Menimbang

: a. abahwa untuk mewujudkan mutu pelayanan klinik dan meningkatkan

standart pelayanan klinik kepada pasien khususnya pemeriksaan


laboratorium maka perlu tersedia regensia esensial dan bahan lain
yang menunjang pemeriksaan laboratorium dan jika regensia dan
bahan lain tidak tersedia maka perlu di sampaikan kepada pasien.
b. bahwa Untuk maksud huruf a, menyatakan regensia dan bahan lain
tidak tersedia di tetapkan dengan surat keputusan kepala Puskesmas
Waepana.
II.

Mengingat

: 1. Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang KesehataN

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang


Praktik Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:002/Menkes/SK/I/2009 tentang pedoman Pelayanan Publik
unit Pelaksanan Teknis di Lingkungan Depkes;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 411/
MENKES/ Per/ X/ 2010 tentang Laboratorium Klinik.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 1691/
Menkes/ Per/ VIII/2011 tentang keselamatan pasien Puskesmas
Waepana;
6. Keputusan Menteri kseshatan Republik Indonesia Nomor
831/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standart Reagen Ziehl Neelsen.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 Tahun
2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
MEMUTUSKAN

KESATU
KEDUA

: MENYATAKAN KAPAN REGENSIA TIDAK TERSEDIA.


: Jika Regensia dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium tidak tersedia
maka petugas laboratorium wajib menyampaikan kepada Kepala Puskesmas
dan Penanggung jawab layanan klinik untuk di sampaikan kepada semua

KETIGA

petugas puskesmas dan Pasien.


: Jika regensia esensial dan bahan lain yang harus tersedia untuk pemeriksaan
laboratorium tidak tersedia maka kepala Puskesmas berkewajiban untuk
menyiapkan melalui permintaan ke Dinas Kesehatan atau ;pengadaan sendiri

KEEMPAT

jika Regulasi memungkinkan.


: Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan


diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan/perubahan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan
Di Waepana pada tanggal Februari 2015
Kepala UPTD Puskesmas Waepana
Margareta U. Kromen,Amd.Keb
NIP: 19690628 198903 2 005

PEMERINTAH KABUPATEN NGADA


DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WAEPANA
NOMOR : Ksr 032.1/11/WPN/
/
/2015
TENTANG
RENTANG NILAI YANG MENJADI RUJUKAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
I. Menimbang

a. bahwa untuk mewujudkan mutu pelayanan klinik dan


meningkatkan standart pelayanan klinik kepada pasien
khususnya pemeriksaan laboratorium maka perlu adanya
rentang nilai yang menjadi rujukan hasil pemeriksaan
laboratorium.
b. bahwa Untuk maksud huruf a, rentang nilai yang menjadi
rujukan hasil pemeriksaan laboratorium maka perlu di
tetapkan dengan surat keputusan kepala Puskesmas

II.

Mengingat

Waepana.
1. Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang KesehataN
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun

2004 Tentang Praktik Kedokteran;


3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:002/Menkes/SK/I/2009 tentang pedoman
Pelayanan Publik unit Pelaksanan Teknis di Lingkungan
Depkes;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
411/ MENKES/ Per/ X/ 2010 tentang Laboratorium Klinik.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
1691/ Menkes/ Per/ VIII/2011 tentang keselamatan pasien
Puskesmas Waepana;
6. Keputusan Menteri kseshatan Republik Indonesia Nomor
831/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standart Reagen Ziehl
Neelsen.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
MEMUTUSKAN
RENTANG NILAI YANG MENJADI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
KESATU

RUJUKAN

HASIL

Rentang nilai yang menjadi rujukan hasil pemeriksaan laboratorium di


buat berdasarkan jenis regensia yang tersedia.

KEDUA

Rentang Nilai yang menjadi rujukan hasil pemeriksaan


laboratorium,merupakan bagian tak terpisahkan dari lampiran keputusan
ini.

KETIGA

Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
akan diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya

Ditetapkan
Di Waepana pada tanggal Februari 2015
Kepala UPTD Puskesmas Waepana
Margareta U. Kromen,Amd.Keb
NIP: 19690628 198903 2 005

PEMERINTAH KABUPATEN NGADA


DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WAEPANA
NOMOR : Ksr 032.1/11/WPN/
/ 02 /2015
TENTANG
PENGENDALIAN MUTU LABORATORIUM
I.Menimbang

a. bahwa untuk mewujudkan mutu pelayanan klinik dan

meningkatkan standart pelayanan klinik kepada pasien


khususnya pemeriksaan laboratorium maka perlu adanya
b.

pengendalian mutu laboratorium.


bahwa Untuk maksud huruf a, pengendalian mutu
laboratorium perlu di tetapkan dengan surat keputusan kepala

II.

Mengingat

Puskesmas Waepana.
: 1. Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:002/Menkes/SK/I/2009 tentang pedoman Pelayanan
Publik unit Pelaksanan Teknis di Lingkungan Depkes;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 411/
MENKES/ Per/ X/ 2010 tentang Laboratorium Klinik.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
1691/ Menkes/ Per/ VIII/2011 tentang keselamatan pasien
Puskesmas Waepana;
6. Keputusan Menteri kseshatan Republik Indonesia Nomor
831/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standart Reagen Ziehl
Neelsen.
7. .Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
MEMUTUSKAN

KESATU

PENGENDALIAN MUTU LABORATORIUM.

KEDUA

Pengendalian Mutu laboratorium menjadi tanggung jawab Kepala


Puskesmas,penanggung jawab laboratorium,penangung jawab layanan

KETIGA

klinik dan semau staf Puskesmas


Pengendalian mutu laboratorium di susun berdasarkan jenis
pemeriksaan laboratorium dan ketersediaan peralatan laboratorium yang
di gunakan dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

KEEMPAT

Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
akan diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakanperbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan
Di Waepana pada tanggal Februari 2015
Kepala UPTD Puskesmas Waepana
Margareta U. Kromen,Amd.Keb
NIP: 19690628 198903 2 005

PEMERINTAH KABUPATEN NGADA


DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WAEPANA
NOMOR : Ksr 032.1/11/WPN/
/ 02 /2015
TENTANG
PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL LABORATORIUM
I.Menimbang

a. bahwa untuk mewujudkan mutu pelayanan klinik dan


meningkatkan standart pelayanan klinik kepada pasien
khususnya pemeriksaan laboratorium maka perlu adanya
b.

Pemantapan Mutu Eksternal Laboratorium.


bahwa Untuk maksud huruf a, Pemantapan Mutu Eksternal
Laboratorium perlu di tetapkan dengan surat keputusan

II.Mengingat

kepala Puskesmas Waepana.


1. Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:002/Menkes/SK/I/2009 tentang pedoman Pelayanan
Publik unit Pelaksanan Teknis di Lingkungan Depkes;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :

411/ MENKES/ Per/ X/ 2010 tentang Laboratorium Klinik.


5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
1691/ Menkes/ Per/ VIII/2011 tentang keselamatan pasien
Puskesmas Waepana;
6. .Keputusan Menteri kseshatan Republik Indonesia Nomor
831/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standart Reagen Ziehl
Neelsen.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
MEMUTUSKAN
KESATU

PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL LABORATORIUM.

KEDUA

Pengendalian Mutu laboratorium menjadi tanggung jawab Kepala


Puskesmas,penanggung jawab laboratorium,penangung jawab layanan

KETIGA

klinik dan semau staf Puskesmas.


Pengendalian mutu laboratorium di susun berdasarkan jenis pemeriksaan
laboratorium dan ketersediaan peralatan laboratorium yang di gunakan
dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

KEEMPAT

Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan
Di Waepana pada tanggal Februari 2015
Kepala UPTD Puskesmas Waepana
Margareta U. Kromen,Amd.Keb
NIP: 19690628 198903 2 005

PEMERINTAH KABUPATEN NGADA


DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WAEPANA
NOMOR : Ksr 032.1/11/WPN/
/ 02 /2015
TENTANG

PENANGANAN DAN PEMBUANGAN BAHAN BERBAHAYA.


I.Menimbang

a. bahwa untuk menciptakan keamanan dan keselamatan Pasien


maupun petugas perlu dilakukan penanganan dan
pembuangan bahan berbahaya yang digunakan dalam
kegiatan pelayanan di Puskesmas,di perlukan aturan yang
mengatur.
b. bahwa Untuk maksud huruf a, Penanganan dan Pembuangan
bahan berbahaya di tetapkan dengan surat keputusan kepala

II.Mengingat

Puskesmas Waepana.
1. Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:002/Menkes/SK/I/2009 tentang pedoman Pelayanan
Publik unit Pelaksanan Teknis di Lingkungan Depkes;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
411/ MENKES/ Per/ X/ 2010 tentang Laboratorium Klinik.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
1691/ Menkes/ Per/ VIII/2011 tentang keselamatan pasien
Puskesmas Waepana;
6. Keputusan Menteri kseshatan Republik Indonesia Nomor
831/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standart Reagen Ziehl
Neelsen.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

KESATU

MEMUTUSKAN
PENANGANAN DAN PEMBUANGAN BAHAN

BERBAHAYA.
KEDUA

Penanganan dan Pembuangan bahan berbahaya,harus mengikuti

panduan yang tersedia di puskesmas dan berdasarkan standart

KETIGA

KEEMPAT

operasional prosedur yang tersedia.


Penanganan dan pembuangan bahan berbahaya di pisahkan antara
bahan padat dan bahan cair.

Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
akan diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan
Di Waepana pada tanggal Februari 2015
Kepala UPTD Puskesmas Waepana
Margareta U. Kromen,Amd.Keb
NIP: 19690628 198903 2 005

PEMERINTAH KABUPATEN NGADA


DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WAEPANA
NOMOR : Ksr 032.1/11/WPN/
/ 02 /2015
TENTANG
JENIS-JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG
TERSEDIA

I.

Menimbang

a. bahwa untuk meningkatkan efektif dan efisiensi Pelayanan


Laboratorium di Puskesmas Waepana perlu di tetapkan jenis-

II.

Mengingat

jenis pemeriksaan laboratorium yang tersedai di Puskesmas


Waepana.
b. bahwa untuk maksud huruf a, maka maka perlu di tetapkan
jenis-jenis pemeriksaan Laboratorium yang tersedia yang di
tetapkan dengan Surat Keputusan Kepala UPTD
Puskesmas Waepana.
1.Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran;
3.Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor:002/Menkes/SK/I/2009 tentang pedoman Pelayanan


Publik unit Pelaksanan Teknis di Lingkungan Depkes;
4.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
411/ MENKES/ Per/ X/ 2010 tentang Laboratorium Klinik.
5.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
1691/ Menkes/ Per/ VIII/2011 tentang keselamatan pasien
Puskesmas Waepana;
6.Keputusan Menteri kseshatan Republik Indonesia Nomor
831/Menkes/SK/IX/2009

tentang

Standart

Reagen

Ziehl

Neelsen.
7.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
MEMUTUSKAN
KESATU

JENIS-JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG


TERSEDIA.

KEDUA

Jenis-jenis Pemeriksaan Laboratorium yang tersedia di sesuaikan


dengan Ketersediaan Tenaga,Sarana dan Prasarana.

KETIGA

Jenis-jenis Pemeriksaan laboratorium yang tersedia terlampir


dalam lampiran Surat Keputusan ini.

KEEMPAT

Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
akan diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Waepana: 13 Pebruari 2015


Kepala UPTD Puskesmas Waepana
= Margareta U.Kromen=
NIP:1969062819890320015

Lampiran Keputusan
Kepala UPTD Puskesmas Waepana
Nomor:Ksr 032.1/11/WPN/
/02/2015
TENTANG
JENIS-JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG TERSEDIA DI
PUSKESMAS WAEPANA
NO

JENIS-JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1.

HAEMOGLOBIN (HB)

2.

MALARIA

3.

SPUTUM BTA

4.

GOLONGAN DARAH

5.

SGPT

6.

SGOT

7.
8.

UREA
BILIRUBIN TOTAL

9.

GULA DARAH

10.

ASAM URAT

11.

CHOLESTEROL

12.

CREATININE

13.

VIH

14.

HBSAG

15.

PROTEIN URINE

16.

GLUKOSA URINE

17.

DARAH LENGKAP

Waepana: 13 Pebruari 2015


Kepala UPTD Puskesmas
Waepana.
= Margareta U.kromen=
NIP :196906281989032005

PEMERINTAH KABUPATEN NGADA


DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WAEPANA
NOMOR : Ksr 032.1/11/WPN/
/ 02 /2015
TENTANG
PEMANTAPAN MUTU INTERNAL

III.

Menimbang

a.bahwa rangka meningkatkan pelayanan kepada pasien maka


perlu di lakukan pemantapan mutu internal pelayanan
Laboratorium di Puskesmas Waepana.
b.bahwa untuk maksud huruf a, maka maka perlu di tetapkan
Pemantapan mutu internal pemeriksaan laboratorium di
Puskemas Waepana yang di tetapkan dengan Surat Keputusan
Kepala UPTD Puskesmas Waepana.

IV.

Mengingat

1.Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan

2.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


Tentang Praktik Kedokteran;
3.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:002/Menkes/SK/I/2009 tentang pedoman Pelayanan
Publik unit Pelaksanan Teknis di Lingkungan Depkes;
4.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
411/ MENKES/ Per/ X/ 2010 tentang Laboratorium Klinik.
5.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
1691/ Menkes/ Per/ VIII/2011 tentang keselamatan pasien
Puskesmas Waepana;
6.Keputusan Menteri kseshatan Republik Indonesia Nomor
831/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standart Reagen Ziehl
Neelsen.
7.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
MEMUTUSKAN
KESATU

PEMANTAPAN MUTU INTERNAL

KEDUA

Semua Petugas di Puskesmas Waepana berkewajiban


Memantapkan Mutu Internal Pelayanan Laboratorium.

KETIGA

Petugas Laboratorium berkewajiabn meningkatkan pengetahuan


dan Ketrampilan untuk dapat melaksanakan Pemantapan Mutu
Internal Kegiatan Laboratorium..

KEEMPAT

Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
akan diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Waepana: 13 Pebruari 2015


Kepala UPTD Puskesmas Waepana
= Margareta U.Kromen=
NIP:1969062819890320015

PEMERINTAH KABUPATEN NGADA


DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA

KERANGKA ACUAN
PROGRAM KESELAMATAN DAN KEAMANAN LABORATORIUM
DI PUSKESMAS WAEPANA

I.

Latar Belakang
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas
dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja,Khususnya keselamatan
dan keamanan Laboratorium.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu
proses

produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya


akan
berdampak pada masyarakat luas.
Keselamatan dan keamanan kerja petugas laboratorium di sebabkna
kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja
yang
kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,
sehingga tidak menggunakan alat-alat pelindung diri opada saat
melakukan pemeriksaan laboratorium.dalam meaksanakan tugasnya
petugas wajib
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan
pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Diantara sarana kesehatan, Laboratorium Kesehatan merupakan suatu
institusi yang cukup rentan terhadap penularan penyakit.
Kegiatan laboratorium kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor
fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan
kelengkapan
laboratorium menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring
dengan
kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi laboratorium, maka
risiko yang dihadapi petugas laboratorium semakin meningkat.
Petugas laboratorium merupakan orang pertama yang terpajan
terhadap
bahan kimia yang merupakan bahan toksisk korosif, mudah meledak
dan
terbakar serta bahan biologi. Selain itu dalam pekerjaannya
menggunakan alat-alat yang mudah pecah, Oleh karena itu penerapan
budaya aman dan sehat dalam bekerjahendaknya dilaksanakan pada
semua Institusi di Sektor Kesehatan termasuk Laboratorium Kesehatan.
Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal
dari
manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia untuk penentuan
jenis
penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.
Disain laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai
dengan
petugas

sirkulasi udara yang adekuat,untuk menciptakan kenyaman kerja bagi


laboratorium.

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan dan standar bagi petugas laboratorium Puskesmas
dalam menjaga keselamatan dan keamanan kerja.
2. Tujuan Khusus
a) Mencegah terjadinya kecelakaan Kerja.
b) Mencegah Penularan Penyakit baik kepada Petugas,pasien
Maupun Masyarakat.
c) Menigkatkan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan
Keselamatan dan keamanan kegiatan Unit laboratorium
III. Manfaat

Kerangka acuan ini menjadi Pedoman Kerja Petugas laboratorium


dalam
meningkatkan program keselamatan dan keamanan pelaksanaan
kegiatan di Unit Laboratorium Puskesmas Waepana :
a. Mengurangi terjadinya kecelakaan kerja.
b. Mengelolah bahan infeksinis secara baik untuk menghindari penularan.
c. Mengurangi Pencemaran Lingkungan.
IV. PELAKSANAAN
A. Waktu dan Lokasi
Tempat
: Puskesmas Waepana
Waktu Pelaksanaan : setiap hari
Sasaran
: Semua Pegawai Puskesmas
B. Pelaksana
a. Petugas laboratorium
b. Semua Petugas Puskesmas
VII.

Pembiayaan
Biaya Kesehatan dan Keselamata Kerja di bebankan pada APBD Ngada.

V1. Penutup
Demikian kerangka acuan ini dibuat untuk memberikan pedoman dalam
program
Keselamatan dan keamanan kerja di Laboratorium Kesehatan yang bertujuan
agar petugas, masyarakat dan lingkungan laboratorium kesehatan saat bekerja
selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk
dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama
yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung-jawab terhadap kesehatan
masyarakat, memfasilitasi pembentukan berbagai peraturan, petunjuk teknis
dan
pedoman K3 di laboratorium kesehatan serta menjalin kerjasama lintas program
maupun lintas sektor terkait dalam pembinaan K3 tersebut.
Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau
pengelola laboratorium kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan
program ini. Demikian pula dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan
yang menjadi sasaran program K3 ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan
hanya sebagai obyek tetapi juga berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini.
Melalui kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja , diharapkan petugas
kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di laboratorium kesehatan dapat
bekerja dengan lebih produktif, sehingga tugas sebagai pelayan kesehatan
kepada masyarakat dapat ditingkatkan mutunya.

Waepana : 10 Pebruari 2015


Penanggung Jawab Unit Laboratorium
UPTD Puskesmas Waepana
=Kristina Dobhe=
NIP:

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Waepana

= Margareta U.Kromen=
NIP: 196906281989032005

PEMERINTAH KABUPATEN NGADA


DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA
PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS WAEPANA
1.Pendahuluan.
Bahwa Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan Stara pertama dalam
pemberian pelayanan kesehatan kepada Masyarakat mempunyai peranan penting
dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat.
Bahwa dalam rangka mengoptimalisasikan dan mengitegrasikan semua upaya
keperawatan kesehatan di Puskesmas agar pelayanan ynag di berikan bermutu
dan kopherhsensif perlu adannya Pedoman yang di susun sebagai panduan
Keselamatan pasien di Puskesmas Waepana.
Keselamatan pasien di Puskesmas adalah suatu sistem dimana Puskesmas

membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi pengurangan resiko


terjadinya kecelakaan kerja yang terjadi pada pasien selam perawtan di
puskesmas Waepana.melakukan identifikasi dan penanganan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, sistem pencatatan dan pelaporan dan
analisis insiden, sehingga memberikan penmbelajrana bagi petugas dalam
penanganan insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan yang dapat mengancam nyawa
pasien.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat;
b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. hidup dalam lingkungan sehat; dan
d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Panduan ini di buat dengan harapan dapat menjadi pedoman dalam program keselamatan pasien di
Puskesmas Waepana.
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
a.
b.
c.

: sebagai Pedoman kerja bagi semua petugas di puskesmas waepana dalam


upaya keselamata pasien di Puskesmas waepana.
:
Sebagai Pedoman dalam Program Keselamatan pasien Di Puskesmas.
Meningkatkan Mutu Pelayanan.
Mencegah terjadinya kecelakaankerja bagi petugas,pasien maupun keluarga.

Standart Keselamatan pasien Di Puskesmas Meliputi:


1. hak pasien
2. mendidik pasien dan keluarga
3. keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
Pasien
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1.Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
insiden,sehingga dokter sebagai penanggung jawab layanan Klinis wajib
membuat rencana layanan klinik bagi pasien yang di rawat di Puskesmas
Waepana dan
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas
dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
pelayanan,pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya insiden yang tidak di harapkan selama pasien di rawat di Puskesmas
waepana.
2.Mendidik Pasien

Petugas Pelayanan klinis harus mendidik pasien dan keluarganya tentang


kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan,Karena itu,
di Puskesmas harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan Puskesmas Waepana.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3.Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
a.Puskesmas waepana menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan
pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan di
Puskesmas Waepana.
Oleh sebab itu harust koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan termasuk pemeriksaan laboratorium, diagnosis,
perencanaan pelayanan,tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar
dari Puskesmas Waepana..
b.Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan,sehingga pada
seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan
lancar.
c.Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, termasuk pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut
lainnya.
d.Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman
dan efektif.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien:
a. Puskesmas Waepana harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses
yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan
data,
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan
untuk meningkatkan
kinerja serta keselamatan pasien.
b.Puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain)yang baik, mengacu
pada visi, misi, dan tujuan Puskesmas Waepana kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,dan faktor-faktor lain yang berpotensi
risiko bagi pasien sesuai dengan kegiatan Keselamatan pasien di Puskesmas.
b. Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan : pelaporan insiden, manajemen risiko, mutu pelayanan,
keuangan. Dan harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko
tinggi.
a. Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan,agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien di Puskesmas Waepana. .
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi
insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja Puskesmas Waepana serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas Waepana dan keselamatan pasien:
:
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden.
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari Puskesmas Waepana terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien.
5.4. Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang
lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas
tentang Analisis Akar Masalah Kejadian Nyaris Cedera dan kejadian pada saat
program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
misalnya menangani Kejadian Sentinel atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengan Kejadian Sentinel.
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan di Puskesmas dengan pendekatan antar disiplin.
5.8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien,
termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
Puskesmas Waepana dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut
dan implementasinya.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
1.Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan
pasien secara jelas.
2. Puskesmas menyelenggarakan pertemuan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisipliner dan kolaborasi dalam pelayanan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien

1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi


keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2. Menyiapkan dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di Puskesmas
Waepana, Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong
perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas waepana
sasaran Keselamatan pasien Meliputi:
1.Ketepatan Identifikasi pasien.
Puskesmas wajib mengembangkan pendekatan untuk
memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi dihampir
semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien
bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami
disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar atau, adanya kelainan
sensori, atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua
kali pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang
akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian
pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi
pasien ketika pemberian obat pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis; atau
pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur
memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien,
seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, lain-lain. Nomor kamar
pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau
prosedur juga
menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di
Puskesmas Waepana, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau
ruang Rawat inap termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas.
Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan
dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk
dapat diidentifikasi.
Penilaian Sasaran I:
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
Pemeriksaan laboratorium klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yangkonsisten
pada semua situasi dan lokasi.

II. Peningkatan komunikasi yang efektif


Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan.
Maksud dan Tujuan Sasaran II:
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik,
lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan
terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan
kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium
klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat denagan lengkap
dan jelas dalam rekam medik pasien(atau memasukkan ke komputer) perintah
yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian
penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil
pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca
ulang adalah akurat. Kebijakan
dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan
tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak sepertisituasi gawat
darurat di UGD atau kamar Bersalin.
Penilaian Sasaran II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
III. peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(high-alert)
Puskesma mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan
obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert).
Maksud dan Tujuan Sasaran III
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,manajemen
harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obatobatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa
dan Ucapan Mirip/NORUM, atau
Look Alike Soun Alike/LASA).
Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isukeselamatan pasien adalah
pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida
2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari
0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi
bila perawat tidak mendapatkan
orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat atau Bidan
baru
tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada

keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses
pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan
elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.
Puskesamas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai
berdasarkan data yang ada di Puskesmas. Kebijakan dan/atau prosedur
juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit
konsentrat, seperti di UGD atau kamar Bersalini, serta pemberian label secara
benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut,
sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak
sengaja/kurang hati-hati.
Penilaian Sasaran III
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses
identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus
diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted)
1V . kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien bedah Minor.
Puskesmas Waepana mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan
tepat lokasi,tepat-prosedur, dan tepat- pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran IV
Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada tindakan bedah minor, adalah
sesuatu
yang mengkhawatirkan dan tidak mungkin dapat terjadi di Puskesmas
Waepana. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau
yang tidak adekuat
antara anggota tim kerja, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam
penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi
lokasi bedah minor. Di samping itu, asesmen pasien yang tidak adekuat,
penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak
mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim, permasalahan
yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca (illegible
handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang
sering terjadi.
Puskesmas Waepana perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah
yang mengkhawatirkan ini.
Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam penanganan bedah minor di
Puskesmas maka perlu di lakukan:
1. Puskesmas Waepana menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti
untuk
identifikasi lokasi bedah minor dan melibatkan pasien di dalam proses
penandaan.
2. Puskesmas Waepana menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk

memverifikasi saat prebedah minor tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,
tepat, dan fungsional.
3. Tim yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum
insisi/time-out tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
bedah minor.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar
ruang tindakan..
V. pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Puskesmas Waepana mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risiko
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan Sasaran V
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam
tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar
bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan.
Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood
stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi
mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci
tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca
di Standart Operasional yang tersedia.
Puskesmas Waepana mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan
kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk
mencuci tangan yang benar dan wajib dilakukan semua staf.

.
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Puskesmas Waepana mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety)
2. Puskesmas Waepana menerapkan program mencuci tangan yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
VI. Pengurangan risiko pasien jatuh
Puskesmas Waepana mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risiko
pasien dari cedera karena jatuh di ruang rawat inap
Maksud dan Tujuan Sasaran VI
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien
rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan

yang disediakan, dan fasilitasnya, Puskesmas Waepana perlu mengevaluasi


risiko
pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila
sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah
terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu
berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan
Puskesmas Waepana.
Elemen Penilaian Sasaran VI
1. Puskesmas Waepana menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap
risiko jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan
terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh dengan mengusulkan
pengadaan tempat tidur yang mengurangi resiko pasien jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di Ruang
perawatan
TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS WAEPANA
Mengacu kepada standar keselamatan pasien di Puskesmas Waepana, maka
Puskesmas Waepana harus merancang proses baru atau memperbaiki proses
yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan
Puskesmas Waepana, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah
klinis
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi
risiko bagi pasien sesuai dengan Tujuh Langkah Keselamatan Pasien
Puskesmas Waepana.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas Waepana adalah
sebagai berikut:
1. MEMBANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
A. Bagi Puskesmas Waepana:
Pastikan Puskesmas Waepana memiliki kebijakan yang menjabarkan apa
yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden: Mencatat kejadian
insidenmelporkan ke penanggung jawab layanan klinik,melaukan tindakan
pertolongan sesuai insiden yang terjadi, bagaimana
langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan
apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
1) Pastikan Puskesmas Waepana memiliki kebijakan yang menjabarkan
peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden.

2) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang


terjadi di Puskesmas Waepana.
3) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien.
B. Bagi Unit/Tim:
-. Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
-. Petugas Puskesmas Waepana wajib memastikan semua laporan dibuat
secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi
yang tepat.

2. MEMIMPIN DAN MENDUKUNG STAF


Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan
Pasien di Puskesmas Waepana.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas Waepana:
1) Dokter Puskesmas yang bertanggung jawab atas Keselamatan Pasien
2) Identifikasi di tiap bagian Puskesmas Waepana, orang-orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi penggerak dalam gerakan Keselamatan Pasien.
3) Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Minilokarya Lintas
Program
Kepala Puskesmas waepana Atau Kepala Sub bagian Tata Usaha maupun rapatrapat manajemen Puskesmas Waepana.
4) Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf
Puskesmas Waepana melalui penyegaran yang dilakukan secara bersama-sama.
efektivitasnya.
B. Untuk Unit/Tim:
1) Kepala; UPTD Puskesmas waepana sendiri yang memimpin Gerakan
Keselamatan Pasien.
2) Jmenjelaskan kepada TIM relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi
mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
3) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.
3. MENGINTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikas dan asesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas Waepana:
1) Menyusuin struktur struktur dan proses yang ada dalam manajemen
risiko klinis dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup
dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan staf;

2) Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan


risiko yang dapat dimonitor oleh direksi/pimpinan Puskesmas Waepana;
3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara
proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
B. Untuk Unit/Tim:
1) kegiatan rapat di Puskesmas Waepana untuk mendiskusikan isu-isu
Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen yang
terkait;
2) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko Puskesmas Waepana;
3) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat untuk
memperkecil risiko tersebut;
4) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan
ke proses asesmen dan pencatatan risiko Puskesmas Waepana.
4. MENGEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN
Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta Puskesmas Waepana
mengatur pelaporan kepada penanggung jawab keselamatan pasien di
Puskesmas dan kepada Kepala Puskesmas.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas Waepana:
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam
maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke Komite Nasional
Keselamatan Pasien Puskesmas Waepana.
B. Untuk Unit/Tim:
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah
dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan
pelajaran yang penting.
5. MELIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas Waepana:
1) Pastikan Puskesmas Waepana memiliki kebijakan yang secara jelas
menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka selama proses
asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya( melibatkan pasien
dan keluarga dalam penyusunan layanan klinik)
2) Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang
benar dan jelas bilamana terjadi insiden.(Informasi Kepada pasien dan keluarga)
3) Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf
agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.
B. Untuk Unit/Tim:
1) Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden

2) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga


bilamana terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka
informasi yang jelas dan benar secara tepat
3) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empatikepada pasien dan
keluarganya.
6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN
PASIEN
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas Waepana:
1) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian
insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab.
2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (root cause analysis/RCA)
yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per
tahun melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)
untuk proses risiko tinggi.
B. Untuk Unit/Tim:
1) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis
insiden.
2) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak
di masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih
luas.
7. MENCEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM
KESELAMATAN PASIEN
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas Waepana:
1) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta
analisis, untuk menentukan solusi setempat.
2) Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem
(struktur dan proses), penyesuaian penyegaran staf dan/atau
kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang menjamin
keselamatan pasien.
3) Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan.
4) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh tim penanggung jawab
Keselamatan Pasien Puskesmas Waepana.
5) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang
diambil atas insiden yang dilaporkan.

B. Untuk Unit/Tim :
1) Semua tenaga pelayanan klinis di libatakan dalam mengembangkan berbagai
cara untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
2) Penanngung jawab ruang perawatan berkewajiban memeriksa dokumen
perawatan yang di buat staf.
.
3) Pastikan bahwa penanggug jawab keselamatan pasien menerima umpan balik
atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan.
PENUTUP
Tujuh langkah keselamatan pasien Puskesmas Waepana merupakan panduan
yang
komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah
tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap orang yang bekerja
diI puskesmas waepana.
Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan
tidak harus serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling
mudah dilaksanakan di Puskesmas Waepana. Bila langkah-langkah ini berhasil
maka kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh
langkah ini telah dilaksanakan dengan baik Puskesmas Waepana dapat
menambah
penggunaan metoda-metoda lainnya sesuai Tenaga dan sarana Prasarana yang
tersedia.
Demikian pedoman Keselamatan pasien di Puskesmas Waepana ini di buat
untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Pelayanan kepada Pasien.

Waepana:10 Pebruari 2105


Kepala UPTD Puskesmas Waepana

= Margareta U.Kromen=
NIP:19890628189032005
UPTDPuskesmas Waepana PELAPORAN PROGRAM KESELAMATAN

Standart Operasional
Prosedur

No Dokumen : ksr No Revisi :000


Halaman :1/1
032.1/WPN/11/67 /6/2012
Tanggal Terbit :
Ditetapkan Oleh :
12 Juni 2012
Kepala UPTD Puskesmas WAEPANA

=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
1.Pengertian

2.Tujuan
3.Kebijakan
4.Prosedur kerja

Pelaporan program keselamatan adalah kegiatan


yang dilakukan oleh petugas laboratorium untuk
memberikan informasi tentang program
keselamatan pasien yang di lakukan di Puskesmas
waepana.
1.agar di ketahui kegiatan keselamatan pasien
ayng dilakukan di unit laboratoriunm
2. untuk dilakukan evaluasi dan perbaikan.
Surat Keputusan Kepala Puskesmas Waepana
Nomor :ksr 032.1/11/wpn/ /02/2015 tentang
keselamatan pasien di Puskesmas Waepana.
1.Melakukan kegiatan keselamatan pasien di unit
Laboratorium
2.Bekerja sesuai panduan keselamatan pasien
Puskesmas waepana.
3.Mecatat semua upaya keselamatan pasien yang
telah di lakukan.
4.Melaporkan upaya keselamatan npasien di unit

laboratorium.
5.Melakukan evaluasi terhadap upaya keselamtan
pasien yang telah dilakukan.
6.Melakukan perbaikan jika ada yang masih harus
di perbaikai.
7.Mendokumentsaikan tindakan perbaikan dalam
buku bukti pelaksanaan perbaikan.
5.Unit Terkait

Semau Unit Pelayanan Klinis.

6 Sumber.

Panduan nkeselamatan Pasien Puskesmas


Waepana.

UPTDPuskesmas Waepana

Standart Operasional
Prosedur

PELAPORAN INSIDEN

No Dokumen :
032.1/WPN/11/
02/2015
Tanggal Terbit :
12 Pebruari 2015

ksr No Revisi :000


/

Halaman :1/1

Ditetapkan Oleh :
Kepala UPTD Puskesmas WAEPANA

=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
1.Pengertian

2.Tujuan
3.Kebijakan
4.Prosedur Kerja

Pelaporan insiden adalah pemberian informasi


kepada Kepala Puskesmas jika ada insiden yang
terjadi di unit pelayanan laboratorium,yang dapat
mengancam keselamatan pasien maupun petugas.
1. mengetahui data insiden di laboratorium.
2. Merencanakan tindakan perbaikan.
Surat Keputusan Kepala Puskesmas Waepana
Nomor :ksr 032.1/11/wpn/ /02/2015 tentang
keselamatan pasien di Puskesmas Waepana.
1.mencatat semua insiden yang terjadi.
2.Melaporkan insiden yang terjadi kepada Kepala
Puskesmas
Waepana.
3.Melakukan rencana Perbaikan untuk mencegah
insiden.
4.Mengevaluasi tindakan perbaikan nyang telah di
lakukan.
5.Jika perbaikan membutuhkan keterlibatan semua
staf maka akan di sampaikan pada rapat-rapat intern.
6.Jika membutuhkan kerja sama lintas sektor maka
akan disampaikan oleh kepala Puskesmas Waepana.
7.Mendokumentasikan semua hasil pertemuan.

5.Unit Terkait

Semua Unit Pelayanan di Puskesmas.

6.Sumber

Panduan keselamatan Pasien di puskesmas waepana.

ORIENTASI PROSEDUR DAN


PRAKTIK KESELAMATAN
/KEAMANAN KERJA

UPTD PUSKESMAS
WAEPANA
STANDART
OPERASIONAL
PROSEDUR.

No Dokumen : ksr
032.1/WPN/11/ /02/2015
Tanggal Terbit : 12
2015

No Revisi :000 Halaman 1/1

Ditetapkan
Pebruari
Oleh Kepala UPTD
Puskesmas Waepana

=Margareta U.Kromen=
NIP:196906281989032005
1.Pengertian

2.Tujuan
3.Kebijakan.
4.Prosedur Kerja

Orientasi Prosedur dan praktik keselamatan /keamanan


kerja adalah: kegiatan orientasi yang di berikan oleh
petugas laboratorium senior kepada petugas
Laboratorium tentang keselamatan/keamanan kerja di
unit Laboratorium Puskesmas Waepana.
1. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Agar Petugas Memahami mekanisme kerja.
Surat Keputusan Kepala Puskesmas Waepana Nomor
:ksr 032.1/11/wpn/ /02/2015 tentang keselamatan
pasien di Puskesmas Waepana.
1.Kepala Puskesmas Waepana mewajibkan semua
petugas laboratorium untuk melakukan orientasi
keselamatan kerja.
2.Petugas melakukan orientasi keselamatan pasien
untuk menghindari resiko insiden.
3.bagi petugas baru wajib melakukan orientasi
keselamatan kerja selam 2 minggu.
4.Petugas senior berkewajiban memberikan orientasi
bagi petugas yunior.
5.Melakukan pelaporan ke Kepala Puskesmas setelah
orientasi selesai.
6.Kepala Puskesmas berkewajiban melakukan

5.Unit terkait

Pemantauan orientasi yang di lakukan petugas


laboratorium.
7.Petugas Senir mencatat semua hasil Orientasi dan
membuat laporan.
Semua unit Pelayanan di Puskesmas Waepana.

6.Sumber

Pedoman Panduan Keselamatan pasien.

PERBAIKAN

UPTD PUSKESMAS
WAEPANA
STANDART
OPERASIONAL
PROSEDUR.

No Dokumen : ksr
032.1/WPN/11/ /02/2015
Tanggal Terbit : 12
2015

Pebruari

No Revisi :000 Halaman 1/1


Ditetapkan
Oleh Kepala UPTD
Puskesmas Waepana

=Margareta U.Kromen=
NIP:196906281989032005

1.Pengertian

2.Tujuan
3.Kebijakan
4.Prosedur Kerja

Perbaikan adalah: kegiatan yang dilakukan untuk


pembenahan jika terjadi penyimpangan dalam
pelaksanaan kegiatan di unit laboratorium
Puskesmas Waepana.
1.Pembenahan kegiatan.
2.Agar Prosedur dilaksanakan secara baik dan
benar.
Surat Keputusan Kepala Puskesmas Waepana Nomor
:ksr 032.1/11/wpn/ /02/2015 tentang keselamatan
pasien di Puskesmas Waepana.
1.Petugas bekerja berdasrkan standart Operasional
Prosedur dan instruksi kerja yang tersedia.
2.mencatat semua kegiatan nyang menyimpang.
3.Mempelajari ulang Prosedur kerja yang harus
dilakukan.
4.Melakukan perbaikan dari prosedur yang
menyimpang.
5.Mencatat hasil perbaikan.
6.Melaporkan hasil perbaikan kepada Kepala
Puskesmas

5.Unit Terkait

Semua Unit Pelayanan Di Puskesmas Waepana.

6.Sumber

Paduan Keselamatan pasien.

PEMERINTAH KABUPATEN NGADA


DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA

PANDUAN PROGRAM KEAMANAN LINGKUNGAN FISIK


PUSKESMAS WAEPANA
I.Pendahuluan
Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan
Ada Enam (6) program wajib yang harus dilakukan di Puskesmas diantaranya Program kesehatan
Lingkungan,termasuk Kesehatan lingkungan DI Puskesmas waepana.
Untuk mengelola lingkungan di mana pasien di rawat dan para staf bekerja perlu di lakukan upaya
yan meliputi perencanaan perencanaan,Pelaksanaan,pendidikan dan pelatihan petugas termasuk
pemantauan dan evaluasi.Terselenggaranya pelayanan rnedik kepada masyarakat di rurnah sakit tidak
dapat terlepas dari tersedianya fasilitas pelayanan yang
memadai. Bangunan Puskesmas Waepana beserta seluruh aspek penunjangnya adalah rnerupakan
sarana tempat dimana pelayanan rnedik dilaksanakan.Keadaan dan kelengkapan bangunan Puskesmas
Waepana sangat menentukan kualitas pelayanan medik disarnping aspek-aspek yang rnenentukan
seperti obat-obatan dan kelengkapan pelayanan kesehatan lainnya.Untuk rnenjamin keadaan selalu
siap operasional maka bangunan Puskesmas Waepana beserta seluruh utilitas penunjangnya perlu
dipelihara
sehingga akan terhindar dari kerusakan yang akan rnengakibatkan terganggunya pelayanan medik
dalam jangka waktu yang lama. Bangunan rurnah sakit khususnya, bangunan-bangunan tempat
diselenggarakan pelayanan medik mempunyai beberapa kekhususan tersendiri sesuai dengan
fungsinya dalam pelaksanaan pelayanan medik, rnisalnya ruang UGD, ruang laboratoriurn, poliklinik
dan ruang perawatan. Kekhususan ruangan yang disesuaikan dengan fungsi pelayanan ini rnenuntut
adanya ketentuan khusus rnengenai bentuk ruangan dan jenis serta kualitas bahan bangunan yang
dipergunakan dalam rnembuat ruangan tersebut, sehingga perneliharaanya harus mengacu kepada
aspek-aspek bahan dan fungsi pelayanannya.
Perneliharaan bangunan Puskesmas Waepana ini, rneliputi bangunan Puskesmas,Peralatan yang
meliputi instansi Listrik,air dan gas,serta hal-hal lain yang berpengaruh terhadap keselamatan
pasien,petugas dan Masyarakat.
Petugas penanngung jawab keamanan lingkungan fisik Puskesmas Berkewajiban membuat jadwal
pemeliharaan dan melalukan perawatan ringan secra rutin sesuai dengan jenis perawatan yang akan
dilakukan.

Perawatan gedung dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas ,tapi jika tidak memungkinkan dapat
dilakukan juga oleh pihak lain atas permintaan Puskesmas.
Jika tidak memungkinkan maka perawatan gedung dan peralatan dapat di usulkan kedinas kesehatan
untuk dianggarkan
2. Tujuan:
Tujuan umum : mencegah timbulnmya masalah keamanan lingkungan yang dapat
mengancam keselamatan pasien.

Tujuan Khusus;
1. Menjaga Keamanan Lingkungan.
2. Menjaga gedung dan peralatan dalam keadaan baik.
3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

3.Jenis-jenis Perawatan
3.1.LANTAI (FLOOR)
1). Pemeliharaan.
a) Pembersihan lantai yang kotor, dibersihkan dengan sapu serta dipel dengan kain pel.
Pembersihan dilakukan dengan setiap hari.
b) Bidang yang terdapat bercak noda dibersihkan dengan air yang dicampur dengan deterjen,
kemudian dikeringkan dengan lap. Pembersihan bercak noda dilakukan segera mungkin.
2). Perbaikan kecil.
Bagian permukaan yang rusak diperbaiki, kemudian di plester halus.
Kegiatan dilakukan jika ada lantai yang rusak.
3.2 KERAMIK
1)Pemeliharaan.
a) Pembersihan.
(1) Terutama untuk menjaga kebersihan dari debu dan kotoran di permukaan keramik di gunakan sapu
dan kemudian di Pel.
Kegiatan dilakukan setiap hari.
(2) Untuk pembersihan kotoran yang menempel,seperti noda bercak tanah liat, diseka dengan
kain basah dan disikat.
Pembersihan dilakukan segera mungkin.
b) Pencucian.
Pencucian dengan dete jen atau bahan semacam porstek dilakukan sebulan sekali.
2) Perbaikan kecil.
Yang termasuk dalam ingkup perbaikan adalah : pembongkaran keramik yang rusak
pecah dan pemasangan yang baru, pelapisan nat dengan bahan kedap air.
MATRIK PEMELIHARAAN LANTAI
NO

KOMPONEN/UNIT

KEGIATAN

ALAT

1.

Lantai di plester halus

Pemeliharaan

a.Sapu
b.Kain Pel
c.Ember

BAHAN
PEMELIHARAAN
a.Air
b.Deterjen
c.Cairan Pembersih

WAKTU
Setiap hari

Perbaikan

2.

Keramik

Pemeliharaan

Penggantian yang pecah

a.Pahat
b.palu
cSendok Semen
d.Ember
a.sapu
b.Kain Pel
c.Ember

a.semen
b.pasir
c.Air

sesewaktu

a.Air
b.Cairan Pembersih
d deterjen

Setiap hari

a.Pahat Beton
b.Palu
c.Sendok Semen
d.Ember
e.Gergaji
Keramik.
f.Benang
g.Garisan Kayu.
h.Ember.

a.Semen
b.pasir
c.air

sesewaktu

3.3. BETON EKSPOSE/DI PLESTER

1) Pemeliharaan.
a) Pembersihan.
Pembersihan debu dan kotoran menggunakan sapu dan sikat.
b) Pencucian.
Basahi dengan air bersih, kemudian sapukan campuran bubuk kimia. Untuk dinding yang kotor sekali
dapat digunakan bubuk abrasive, kemudian dibilas dengan air bersih untuk
Menghilangkan/membersihkan garam alkalinya.
c) Pemolesan.
Pemolesan dilakukan untuk melindungi komponen dari debu dan memudahkan untuk pembersihan.
Prosesnya, komponen yang akan dipoles harus dibersihkan dari segala kotoran.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memoles, komponen cenderung berubah warna, oleh karena itu
pemolesan dilakukan sekali setahun, jika diperlukan.
menghilangkan noda dapat digunakan bahan kimia, tergantung jenis nodanya.
2) Perbaikan kecil.
Yang termasuk dalam lingkup perbaikan:
a) Pembongkaran.
Pembongkaran dilakukan pada bagian yang rusak atau Iembab saja.
b) Pemasangan
Pemasannga hanya di lakukan pada bagian yang rusak saja.
c) Penambalan
Penambalan dilakukan pada bagian yang dianggap rusak
3.4.DINDINGKERAMIK
1) Pemeliharaan.
a) Pembersihan
Pembersihan meliputi Pembersihan dari debu dankotoran dengan menggunakan
Sapu dan kain lembab.
Untuk pembersihan nat digunakan sikat yang bulunya agak kaku, terutama pada bagian luar.
b) Pencucian.
Pencucian menggunakan deterjen , dan dilakukan sebulan sekali.

2) Perbaikan kecil.
Pembongkaran keramik yang rusak, diganti dengan yang baru dan pelapisan nat dengan bahan kedap
air.

3.5KAYU
Kayu dilapisi finishing yangdimaksudadalah : parket, formika,triplek, ramin yang telah difinishing
dan telah diberi lapisan cat, plitur, teak oil &n duco.
Pelapisan kayu, adalah untuk melindungi terhadap serat serat maupunsel-sel dari pengaruh zat kimia,
jamur, serangga,debu, kotoran dan laimya.
1) Kayu dilapis plitur dan teak oil.
a) Pemeliharaan.
(1) Pencucian.
Meliputi pencucian bercak noda yang melekat pada permukaan cat, dengan menggunakan air
dicampur bahan kimia kemudian dilap sampai kering.Perawatan di lakukan enam bulan sekali.
( 2)Pembersihan debu dan kotoran dilakukan setiap hari, dengan rnenggunakan lap, sapu,
b) Perbaikan kecil.
(1)Meliputi penggatian cat yang kusam,
perbaikan lapisan cat dilakukan setelah bidang bidang yang akan dilapis cat di gosok dengan amplas
halus sampai bersih.
(2) pergantian kayu yang lapuk kemudian dilapisi dengan cat sesuai denagan warna yang telah ada
menggunakan Kuas.
2) Kayu dilapisi cat dan duco.
a.Pemeliharaan
1.Pembersihan dan debu menggunakan lap dilakukan setiap hari.
2.Pencucian:Pencucian noda atau bercak pada permukaan cat menggunakan air di campur bahan
kimia kemudian dilap sampai kering.dilakukan setiap 6 bulan sekali.
b.Perbaikan kecil
(1) Pergantian cat yang terkelupas dilakukan setelah bagian cat yang terkelupas di gosok dengan
amplas halus sampai bersih kemudiaan di cat ulang menggunakn cat halus.
(2) Pembongkaran komponen atau bagian kayu yang lapuk,diganti dengan kayu yang baru kemdudian
dilapisi cat,sesuai yang telah ada dengan menggunakan kuas.

.
3.6. ALUMINIUM DAN STAINLESS STEEL.
1) Pemeliharaan.
Pembersihan.
a) Dibersihkan dengan kain halus, cuci dengan deterjen dan air hangat, bilas dan kemudian keringkan.
b) Untuk pembersihan noda, gunakan cairan atau bubuk pembersih, danlap dengan kain halus sampai
kering.
2) Perbaikan kecil.
Penggantian bagian yang rusak.
3.7. KACA DAN FLEXIGLASS.
1) Pemeliharaan.
Pembersihan Debu dan kotoran yang menempel, menggunakan alat pembersih kaca dan deterjen,
dilakukansetiap hari. Untuk bagian yang sulit menggunakan alat bantu (seperti stager),dilakukan tiga
bulan sekali.

Pembersihan dari minyak dan lemak menggunakan bahan kimia.


2).perbaikan kecil
Kaca yang pecah di ganti.
MATRIK PEMELIHARAAN DINDING,PINTU,JENDELA.
NO

KOMPONEN/UNIT

KEGIATAN

ALAT

1.

Beton di plester halus

Pemeliharaan

a.Sapu
b.sikat
c.Ember
d.Lap

Perbaikan

a.Sendok Semen
b..skop

Pemeliharaan

a.sapu
b.Kain Pel
c.Ember

Penggantian yang pecah

2.

3.

Keramik

Kayu

Pembersihan
Pengecatan
Perbaikan

4.

Almunium

Pembersihan

5.

Kaca

Pembersihan

BAHAN
PEMELIHARAAN
a.Air
b.Deterjen
c.Cairan Pembersih

WAKTU

a.semen
b.pasir
c.Air
a.Air
b.Cairan Pembersih
d deterjen

sesewaktu

a.Pahat Beton
b.Palu
c.Sendok Semen
d.Ember
e.Gergaji
Keramik.
f.Benang
g.Garisan Kayu.
h.Ember.
a.Lap
b.Sapu
c.Sikat halus
a.Kuas.
b.Ampalas

a.Semen
b.pasir
c.air

sesewaktu

a.Air.
b.bahan kimia.

Setiap
minggu.

a.Meni
b.Cat

Setahun
sekali.

a.Paku
b.Gergaji
c.Amplas
d.Mortir
a.Lap.
b.Bulu ayam.
c.sikat halus
a.Lap
b.bulu ayam

a.Jenis kayu
b.Lem
d.Obat anti rayap

Sesewaktu

a.air
b.bahan kimia

Setiap
hari/seninggu
sekali.
Setiap hari

a.Air
b.Bahan Kimia.

Setiap bulan

Setiap hari

3.8 Pemeliharaan Listrik


Komponen ynag termasuk dalam lingkup pemeliharaan listrik meliputi:
Amatur Lampu,saklar,Stop Kontak,Instalasi kabel dalam gedung,panel listrik dan UPS.
a.Amatur lampu:
1. Kotak lampu Pijar atau TL
Pemeliharaan: Pembersiahan tehadap Debu yang menempel dilakukan dengan Lap atau kain
Pembersih,jika sulit maka kain pembersih di campur air dan penbersih kaca.
Kotak TL bagian dalam harus di buka,dan di bersihkan.
2.Lampu.
Bila lampu mati di ganti yang baru.

b.Saklar ( Kotak Kontak)


Pemeliharaan saklar yang menggunakan pegas harus di bersihkan setiap tahun sekali,bagian dalam
terutama bagian kotak saklar harus bersih dari debu,apabila saklar dalam keadaan on dan teraba panas
maka harus segera di ganti.
c.Stop Kontak( tusuk Kontak)
Pemeliharaan stop kontak harus sering dilakukan terutama di ruangan yang sering menggunakan alat
listrik portabel yang sering di pindah pindah,sering di tusuk dan dilepas sehingga kotak kontak yang
menjepit akan cepat aus.perlu di perhatikan agar stop kontak selalu dalam keadaan bersih,kalau
terjadi panas atau rusak segera di ganti.
d.Instalasi kabel dalam gedung
Pengukuran tahanan isolasi dengan merger dilakukan setiap 3-4 tahun sekali,apabila tahanan isolasi
kabel kurang dari 250 kilo Ohm maka intastalasinya harus di ganti atau kabelnya di ganti.

e.Panel Listrik.
Pada Panel in i pemeliharaannya lebih teliti,untuk mematikan tegangan perlu melakukan koordinasi
dengan ruang perawatan.perawatan panel dilakukan setiap enam bulan sekali.
f.UPS (Uninterutible Power Supply)
UPS perlu di perhatikan pada baterai yang dilakukan setiap 2 bulan sekali.

3.9 Pemeliharaan Plafon


1.Plafon Trippleks:
Pemeliharaan
a.Pembersihan dengan sapu ijuk atau lap dilakukan sebulan sekali.
b.Pengecatan dilakukan 3 tahun sekali.
Perbaikan.
Pergantian trippleks dilakukan segera setelah trippleks Rusak
3.10.Pemeliharaan Atap.
Atap seng:Meliputi pembongkaran,penutupan yang berlubang,bongkaran atap yang rusak dan
menggantinya kembali dengan seng yang baru.bagian atau seng yang rusak di potong kemudian di
tambah dengan seng yang baru dengan cara di sisipkan.setelah di ganti bagian seng yang baru dilapisi
dengan meni besi kemudian dilapisi dengan bahan kedap air.
3.11.Pemeliharaan Talang.
Talang Seng datar:
a.Pemeliharaan
Pembersihan dari sampah dan organisme Botani seperti Lumut/Rumput.sampah di sapu dengan sapu
ijuk atau sapu lidi sedangakn rumput atau lumut di kikis kemudian di sikat dengan air dan bubuk
pembersih.Pembersihan dilakukan seminggu sekali untuk samapah dan 6 bulan sekali untuk rumpu
atau Lumut.
b. Perbaikan kecil
Meliputi perbaikan kebocoran seng yang berlubang,lepas sambungan,pergantian yang lepas
sambungan dan pencecatan ulang.bagian talang yang bocor karena berlubnag dan lepas
sambungannya di perbaiki dengan pensolderan dan pengecatan.bagian talang yang rusak di

potong kemudian di sambung dengan seng yang abru dengan cara pensolderan.seluruh talang
yang dilakukan pensolderan dilakukan pengecatan ulang kemudian dilapisi bahan anti karat.
MATRIK PEMELIHARAAN Plafon,atap,Talang.
NO

KOMPONEN/UNIT

KEGIATAN

ALAT

1.

Plafon tripleks

Pemeliharaan

a.Sapu
b.Lap

Pengecatan

a.sapu
b.Lap
c.Kuas
a.gergaji
b.mortil
c.Paku
d.Pensil kayu
a.sapu Lidi
b.Sapu ijuk

a.Meni
b.Cat
d.tiner
a.Trippleks
b.jenis Kayu

3 tahun sekali.

a.Air
b.Cairan Pembersih
d deterjen

Setiap bulan

Penggantian yang bocor

a.gunting seng
b.Palu
c.paku
d.lem seng
e.kuas

a.seng
b.meni
c.cat

sesewaktu

Pembersihan

a.sapu lidi
b.Sapu ijuk
c.Sikat halus
a.Kuas.
b.Ampalas
c.gunting seng
d.paku
epalu

a.Air.
b.bahan kimia.

Setiap bulan.

a.Meni
b.Cat
d seng plat

Setahun
sekali.

Perbaikan

2.

3.

Atap Seng

Plafon rata

Pemeliharaan

perbaikan

BAHAN
PEMELIHARAAN

WAKTU
Setiap bulan

sesewaktu

4.PENUTUP
Demikian kerangkan acuan ini dibuat untuk menjadi pedoman bagi semua petugas Puskesmas
Waepana untuk dapat melaksanakan kegiatan Pemantaun fisik bangunan sesuai pedoman yang
tersedia.
Semoga Tuhan menyertai kita.Selamat bertugas.

WAEPANA TERSENYUM : Tekun.Empati,Ramah,Senyum,Unggul,Manusiawi

Waepana:12 Pebruari 2015


Kepala Puskesmas Waepana
= Margareta U.Kromen=

NIP:196908281989032005

Anda mungkin juga menyukai