Oleh
Kelompok 8
1.
2.
3.
4.
5.
6.
04011181320052
04011181320032
04011181320072
04011181320092
04011181320010
040111813200
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
TA 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sang
Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena
berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan tema Etika Berpakaian Dalam Islam yang sederhana ini
dapat terselesaikan tidak kurang dari pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah
satu dari sekian kewajiban mata kuliah, serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab
penulis pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak/Ibu selaku dosen serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar
bahwasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan yang maha Esa, sehingga dalam
penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam upaya evaluasi diri.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian etika ?............................................................................2
1.2.2. Apa pengertian aurat ?............................................................................2
1.2.3. Bagaimana dalil menutup aurat ?...........................................................2
1.2.4. Bagaimana etika berpakaian menurut ajaran Islam ?.............................2
1.2.5. Apa hikmah berpakaian Islami ?............................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
Kesimpulan.......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
dengan
syariat
Islam,
supaya
apa
yang
kita
kenakan
dapat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya
manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati
dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masingmasing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa
merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan
sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak
asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat
kita.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan
mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata
Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuranukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
2.2.
Pengertian Aurat
Menurut pengertian bahasa, aurat adalah kekurangan dan sesuatu yang
mendatangkan celaan. Imam al-Raziy, dalam kamus Mukhtar al Shihaah menyatakan
aurat adalah aurat manusia dan semua hal yang menyebabkan malu. Dalam Syarah
Sunan Ibnu Majah disebutkan bahwa aurat adalah setiap yang menyebabkan malu,
dan membawa aib bagi pemiliknya jika terlihat. Dan di dalam kitab Faidl al-Qadiiir
disebutkan bahwa aurat adalah apa-apa yang menyebabkan rasa malu jika terlihat.
Imam Syarbiniy dalam kitab Mughniy al-Muhtaaj berkata, secara literal aurat
bermakna kekurangan, sesuatu yang menyebabkan celaan. Disebut seperti itu, karena
ia akan menyebabkan celaan jika terlihat.
Dalam kitab al-Mubaddi dinyatakan, kata al-aurat secara literal bermakna
kekurangan dan sesuatu yang menyababkan celaan. Disebut aurat, sebab jika
ditampakkan tercela. Dalam kamus Lisaan al-Arab disebutkan bahwa aurat adalah
setiap aib dan cacat cela pada sesuatu. Imam Syaukani, di dalam kitab Fath al-Qadiir,
menyatakan :Makna asal dari aurat adalah al-khalal (aib, cela, cacat). Setelah itu,
makna aurat lebih banyak digunakan untuk mengungkapkan aib yang terjadi pada
sesuatu yang seharusnya dijaga dan ditutup, yakni tiga waktu ketika penutup
dibuka.
2.3.
seorang wanita telah akil baligh, tidak boleh tampak dari dirinya, kecuali ini dan
ini. Beliau mengisyaratkan wajah dan kedua telapak tangan (HR. Abu Dawud).
Imam Muslim juga meriwayatkan sebuah hadits, bahwasannya Nabi saw
bersabda; Barang siapa melihat aurat, hendaknya ia menutupnya (HR. Abu
Dawud).
Hadits-hadits ini menunjukkan dengan jelas, perintah untuk menutup aurat.
Tidak hanya itu saja, hadits-hadits diatas diperkuat dengan hadits-hadits yang berisi
ancaman bagi siapa saja yang membuka auratnya dihadapan non mahram.
Adapun dalil bahwa jilbab merupakan pakaian dalam kehidupan umum,
adalah hadits yang telah diriwayatkan dari Ummu, Athiyah r.a, bahwa dia berkata;
Rasulullah Saw memerintahkan kaum wanita agar keluar rumah menuju shalat ied,
maka Ummu Athiyah berkata, salah seorang diantara kami tidak memiliki jilbab
Maka Rasulullah Saw bersabda: Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya
kepadanya (Muttafaqun alaihi) (Al-Albani,).
Berkaitan dengan hadits Ummu Athiyah ini, Syaikh Anwar Al-Kasymiri,
dalam kitabnya Faidhul Bari, mengatakan: Dapatlah dimengerti dari hadits ini,
bahwa jilbab itu dituntut manakalah seorang wanita keluar rumah, dan ia tidak boleh
keluar rumah jika tidak mengenakan jilbab. (Al-Albani : 93).
Allah Taala berfirman: Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman,
Hendaklah mereka menahan pandangan dan kemaluan mereka.Janganlah mereka
menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang (terpaksa) nampak dari padanya.Dan
hendaklah mereka menutupkan khimar ke dada-dada mereka. (QS. An-Nur: 31).
Perhiasan yang dimaksud adalah perhiasan yang digunakan oleh wanita untuk
berhias, selain dari asal penciptaannya (tubuhnya). Khimar adalah sesuatu yang
digunakan oleh wanita untuk menutupi kepalanya, wajahnya, lehernya, dan dadanya.
Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: Barangsiapa yang memanjangkan kainnya karena sombong
maka Allah tidak akan melihatnya.Ummu Salamah bertanya, Wahai Rasulullah,
apa yang harus dilakukan oleh para wanita dengan ujung pakaian mereka?Beliau
menjawab, Kalian boleh memanjangkannya sejengkal.Ummu Salamah bertanya
lagi, Jika begitu, maka kaki mereka akan terbuka!Beliau menjawab, Kalian boleh
menambahkan satu hasta dan jangan lebih. (HR. At-Tirmizi). Sehasta adalah dari
ujung jari tengah hingga ke siku.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum
pernah aku lihat: (1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang
dipergunakannya untuk memukul orang. (2) Wanita-wanita yang berpakaian tetapi
telanjang, berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu,
rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat
masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga.Padahal bau surga itu dapat
tercium dari begini dan begini. (HR. Muslim).
Makna berpakaian tetap telanjang adalah dia menutup sebagian auratnya tapi
menampakkan sebagian lainnya. Dan ada yang menyatakan maknanya adalah: Dia
menutupi seluruh auratnya tapi dengan pakaian yang tipis sehingga nampak bagian
dalam tubuhnya.
Dari dalil di atas menunjukkan wajibnya seorang muslimah untuk berhijab.
Hijab secara syari adalah seorang wanita menutupi seluruh tubuhnya dan
perhiasannya, yang dengan hijab ini dia menghalangi orang asing (non mahram)
untuk melihat sedikitpun dari bagian tubuhnya atau perhiasan yang dia pakai.Dan
hijab ini bisa berupa pakaian dan bisa juga berupa berdiam di dalam rumah.
Adapun menutup seluruh tubuh maka ini mencakup wajah dan kedua telapak tangan.
Ini ditunjukkan dalam surah An-Nur di atas dari beberapa sisi :
1. Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk menundukkan pandangan
mereka dari yang bukan mahram mereka. Dan menundukkan pandangan tidak akan
sempurna kecuali jika wanita tersebut berhijab dengan hijab yang sempurna
menutupi seluruh tubuhnya. Sementara tidak diragukan lagi bahwa menyingkap
wajah merupakan sebab terbesar untuk memandang ke arahnya.
2. Allah Taala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun dari perhiasan luarnya
kepada non mahram, kecuali terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak bisa
disembunyikan, semisal pakaian terluarnya. Jika Allah Taala melarang untuk
memperlihatkan perhiasan luar (selain tubuh), maka tentunya wajah dan telapak
tangan yang merupakan perhiasan yang melekat pada diri seorang wanita lebih
wajib lagi untuk disembunyikan.
3. Allah Taala memerintahkan untuk mengulurkan khimar mereka sampai ke dadadada mereka, sementara khimar adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk
menutup kepalanya. Jika khimar diperintahkan untuk diulurkan sampai ke dada,
maka tentunya secara otomatis wajah tertutup oleh khimar tersebut.
yang sombong bisa dipikirkan dan ditelaah dalam-dalam, Allah saja pemilik semesta
alam tidak pernah sombong kepada Makhluknya.
Surat Al araf ayat 26 menjelaskan bahwa Allah menurunkan pakaian yang
baik untuk menutup aurat dan menghindarkan Manusia dari zalim terhadap dirinya
dan orang lain. yang artinya :
Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk
menutup auratmu dan untuk perhiasan bagimutetapi pakaian takwa itulah yang lebih
baik demikianlah sebagai tanda-tanda Allahmudah-mudahan ingat. (al-Araf: 26).
Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab berpakaian (untuk
lelaki dan wanita) yaitu:
1. Menutup aurat. Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke
lutut. Aurat wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak
tangan dan tapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Paha itu adalah
aurat." (Bukhari).
2. Tidak menampakkan tubuh. Pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat
tidak memenuhi syarat menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna
kulit, malah boleh merangsang nafsu orang yang melihatnya.Rasulullah SAW
bersabda yang bermaksud: "Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku
lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan
bagi memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian
tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta
yang tunduk. Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya
walaupun bau syurga itu dapat dicium daripada jarak yang jauh." (Muslim).
3. Pakaian tidak ketat. Tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan.
4. Tidak menimbulkan riak. Rasulullah saw bersabda bermaksud: "Sesiapa yang
melabuhkan pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah SWT tidak akan
memandangnya pada hari kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda
bermaksud: "Sesiapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah
akan memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat nanti." (Ahmad, Abu Daud,
an-Nasa'iy dan Ibnu Majah).
5. Lelaki, wanita berbeza. Maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh
dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini
dengan tegas menerusi sabdanya yang bermaksud: "Allah mengutuk wanita yang
meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap
perempuan." (Bukhari dan Muslim). Baginda juga bersabda bermaksud: Allah
melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki." (Abu Daud dan
Al-Hakim).
6. Larangan pakai sutera. Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera.
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Janganlah kamu memakai sutera,
sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di
akhirat." (Muttafaq 'alaih)
7. Melabuhkan pakaian. Contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai
kehendak syarak iaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan
juga dada. Allah berfirman bermaksud: Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteriisteri dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan beriman, supaya
mereka melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka
keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai
perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu.Dan
(ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang."(al-Ahzab:59).
8. Memilih warna sesuai. Contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia
nampak bersih dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan
Rasulullah SAW. Baginda bersabda bermaksud: "Pakailah pakaian putih kerana ia
lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan alHakim).
9. Larangan memakai emas. Termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam ialah
barang-barang perhiasan emas seperti rantai, cincin dan sebagainya. Bentuk
perhiasan seperti ini umumnya dikaitkan dengan wanita namun pada hari ini ramai
antara para lelaki cenderung untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang
sanggup bersubang dan berantai. Semua ini amat bertentangan dengan hukum
Islam.
Rasulullah
s.a.w.
bersabda
bermaksud
: "Haram
kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada
wanita.
10. Mulakan sebelah kanan. Apabila memakai baju, seluar atau seumpamanya,
mulakan sebelah kanan. Imam Muslim meriwayatkan daripada Saidatina Aisyah
bermaksud: "Rasulullah suka sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti
memakai kasut, berjalan kaki dan bersuci. Apabila memakai kasut atau
seumpamanya, mulakan dengan sebelah kanan dan apabila menanggalkannya,
mulakan dengan sebelah kiri. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Apabila
seseorang memakai kasut, mulakan dengan sebelah kanan, dan apabila
menanggalkannya, mulakan dengan sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang
pertama memakai kasut dan yang terakhir menanggalkannya." (Riwayat Muslim).
11. Selepas beli pakaian: apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti
yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud: "Ya Allah,
segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon
kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan
kepada-Mu daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang diperbuat
untuknya. Demikian itu telah datang daripada Rasulullah".
12. Berdoa. Ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah yang
mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri
dalam kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia.
Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai
menurut tuntutan agamanya kerana sesungguhnya pakaian yang sopan dan
menutup aurat adalah cermin seorang Muslim yang sebenar.
2.5.
oleh penduduk setempat termasuk wanita yang hamil muda itu. Setelah beberapa
hari ternyata sang suami dan keluarga korban menerima berita tersebut dan
langsung menuju pemakaman sang istri. Kemudian mayatnya dipindahkan ke dekat
tempat tinggalnya. Tapi ketika makamnya digali,mereka melihat mayat wanita itu
langsung pingsan karena tidak kuat melihat mayat. Ketika dimakamkan, mayat
tersebut diletakan dalam kondisi membujur sementara setelah digali kembali posisi
mayat sudah berubah menjadi jongkok dengan kedua tangan diletakan diatas
kepala seperti menahan siksaan sementara kepalanya ditumbuhi paku2 besi yang
sangat banyak hampir memenuhi semua bagian kepalanya.Setelah diselidiki,
ternyata wanita tersebut belum berjilbab semasa hidupnya.Itu siksaan di alam
kubur belum lagi siksaan nanti di akhirat.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Adapun menutup seluruh tubuh maka ini mencakup wajah dan kedua telapak
tangan. Ini ditunjukkan dalam surah An-Nur di atas dari beberapa sisi:
1. Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk menundukkan pandangan
mereka dari yang bukan mahram mereka. Dan menundukkan pandangan tidak akan
sempurna kecuali jika wanita tersebut berhijab dengan hijab yang sempurna
menutupi seluruh tubuhnya. Sementara tidak diragukan lagi bahwa menyingkap
wajah merupakan sebab terbesar untuk memandang ke arahnya.
2. Allah Taala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun dari perhiasan luarnya
kepada non mahram, kecuali terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak bisa
disembunyikan, semisal pakaian terluarnya. Jika Allah Taala melarang untuk
memperlihatkan perhiasan luar (selain tubuh), maka tentunya wajah dan telapak
tangan yang merupakan perhiasan yang melekat pada diri seorang wanita lebih
wajib lagi untuk disembunyikan.
3. Allah Taala memerintahkan untuk mengulurkan khimar mereka sampai ke dadadada mereka, sementara khimar adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk
menutup kepalanya. Jika khimar diperintahkan untuk diulurkan sampai ke dada,
maka tentunya secara otomatis wajah tertutup oleh khimar tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Asymuni, dkk. (2000). Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. Jakarta
: Suara Muhammadiyah.
Al-Nawiy, Syamsuddin. (2007) . Hukum Islam Seputar Busana & Penampilan Wanita .
Jogjakarta: Raudhoh Pustaka.
Al-Taliyadi, Abdullah. (2008) . Astaghfirullah, Aurat! . Jogjakarta : Diglossia Media Baru.
Departemen Ilmiah Darul Wathan. (2008) . Etika Seorang Muslim . Jakarta : Darul Haq