Anda di halaman 1dari 17

ETIKA BERPAKAIAN DALAM ISLAM

Oleh
Kelompok 8
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Erentina Suarna Putri


Ezi Septyandra
M. Ilham Satya Nugraha
Rani Gustini
Riana Eka Emas Santi
Yeni Intan Cahyati

04011181320052
04011181320032
04011181320072
04011181320092
04011181320010
040111813200

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
TA 2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sang
Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena
berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan tema Etika Berpakaian Dalam Islam yang sederhana ini
dapat terselesaikan tidak kurang dari pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah
satu dari sekian kewajiban mata kuliah, serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab
penulis pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak/Ibu selaku dosen serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar
bahwasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan yang maha Esa, sehingga dalam
penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam upaya evaluasi diri.

Palembang, 20 Februari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

1.2.

Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian etika ?............................................................................2
1.2.2. Apa pengertian aurat ?............................................................................2
1.2.3. Bagaimana dalil menutup aurat ?...........................................................2
1.2.4. Bagaimana etika berpakaian menurut ajaran Islam ?.............................2
1.2.5. Apa hikmah berpakaian Islami ?............................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1.

Apa pengertian etika ?........................................................................................3

2.2.

Apa pengertian aurat ?........................................................................................3

2.3.

Bagaimana dalil menutup aurat ?.......................................................................4

2.4.

Bagaimana etika berpakaian menurut ajaran Islam ?.........................................8

2.5.

Apa hikmah berpakaian Islami ?......................................................................11

BAB III PENUTUP


3.1.

Kesimpulan.......................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Adanya berbagai kemajuan teknologi dan perkembangan zaman yang serba
canggih dan cepat dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam yang
digunakan untuk kebutuhan manusia. Salah satu aspek yang sangat berkembang dan
dapat mempengaruhi kehidupan manusia adalah industri pakaian. Pakaian pada
dasarnya adalah kebutuhan primer (pokok) yang sangat dibutuhkan oleh manusia di
dunia dan perkembanganya cukup signifikan, hal ini terbukti dengan berdirinya
pabrik-pabrik pakaian dengan berbagai model dan bahan yang sangat bervariasi
diseluruh dunia, khususnya di Indonesia.
Sebagai seorang muslim kita harus melihat kaidah-kaidah berpakaian yang
sesuai

dengan

syariat

Islam,

supaya

apa

yang

kita

kenakan

dapat

dipertanggungjawabkan di akhirat kelak dan tidak memicu hal-hal yang tidak


diinginkan. Berbeda dengan zaman sekarang banyak dikenal model yang tidak sesuai
dengan syariat islam, sebagai contoh adalah model pakaian yang dikenal dengan
istilah you can see yang artinya kamu boleh melihat, atau bahkan ada yang rela
mati-matian untuk menaikan bagian bawahnya ke atas dan yang atas rela diturunkan
kebawah, atau ada yang mengenangkan baju yang tidak semestinya dipakai oleh anak
TK/SD (pakaian super ketat) hingga terlihatlah apa yang seharusnya tidak terlihat.
Naudzubillah min dzalik.
Begitu pula dengan kehidupan di kampus yang tentunya tidak terlepas dari
peratura-peraturan kampus sendiri. Dimana kampus merupakan salah satu media
untuk mencetak kader-kader penerus bangsa yang menjadi figur dari beberapa
kalangan, baik kota maupun desa dan kalangan lainnya. Sehingga masalah berpakain
di kampus juga perlu di jaga dan disesuaikan dengan syariat Islam.
Akhir-akhir ini banyak diantara mahasiswa dan mahasiswi yang memfigurkan
pakaian-pakain barat sebagai kebanggaan mereka biasanya identik serba seksi
walaupun melanggar ketentuan syariat islam. Dengan gaya dan mode pakaian
tersebut secara tidak langsung akan dapat memicu para generasi muda bangsa pada
perbuatan-perbuatan tidak diinginkan, terutama moral dan akhlak mereka serta
merugikan baik secara duniawi maupun ukhrawi.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian etika ?
1.2.2. Apa pengertian aurat ?
1.2.3. Bagaimana dalil menutup aurat ?

1.2.4. Bagaimana etika berpakaian menurut ajaran Islam ?


1.2.5. Apa hikmah berpakaian Islami ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

Pengertian Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya
manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati
dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masingmasing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa
merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan
sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak
asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat
kita.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan
mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata
Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuranukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.

2.2.

Pengertian Aurat
Menurut pengertian bahasa, aurat adalah kekurangan dan sesuatu yang
mendatangkan celaan. Imam al-Raziy, dalam kamus Mukhtar al Shihaah menyatakan
aurat adalah aurat manusia dan semua hal yang menyebabkan malu. Dalam Syarah
Sunan Ibnu Majah disebutkan bahwa aurat adalah setiap yang menyebabkan malu,
dan membawa aib bagi pemiliknya jika terlihat. Dan di dalam kitab Faidl al-Qadiiir
disebutkan bahwa aurat adalah apa-apa yang menyebabkan rasa malu jika terlihat.
Imam Syarbiniy dalam kitab Mughniy al-Muhtaaj berkata, secara literal aurat
bermakna kekurangan, sesuatu yang menyebabkan celaan. Disebut seperti itu, karena
ia akan menyebabkan celaan jika terlihat.
Dalam kitab al-Mubaddi dinyatakan, kata al-aurat secara literal bermakna
kekurangan dan sesuatu yang menyababkan celaan. Disebut aurat, sebab jika
ditampakkan tercela. Dalam kamus Lisaan al-Arab disebutkan bahwa aurat adalah
setiap aib dan cacat cela pada sesuatu. Imam Syaukani, di dalam kitab Fath al-Qadiir,
menyatakan :Makna asal dari aurat adalah al-khalal (aib, cela, cacat). Setelah itu,
makna aurat lebih banyak digunakan untuk mengungkapkan aib yang terjadi pada

sesuatu yang seharusnya dijaga dan ditutup, yakni tiga waktu ketika penutup
dibuka.
2.3.

Dalil Menutup Aurat


Syariat Islam telah mewajibkan laki-laki dan wanita untuk menutup aurat, agar
masing-masing bisa menjaga pandangannya. Sebab, yang dimaksud dengan menjaga
pandangan adalah tidak melihat hal-hal yang diharamkan atas dirinya. Dengan kata
lain, perintah menjaga pandangan tak ada bedanya dengan perintah untuk tidak mlihat
aurat laki-laki maupun wanita. Sebab, aurat adalah bagian tubuh manusia yang tidak
boleh dilihat, baik oleh laki-laki maupun wanita. Sedangkan selain aurat, tidak ada
larangan bagi laki-laki dan wanita untuk melihatnya. Dari sini dapat disimpulkan,
bahwa yang dimaksud dengan perintah untuk menjaga pandangan adalah menjaga
pandangan dari aurat laki-laki maupun wanita asing. Kewajiban menutup aurat telah
disitir di dalam al-Quran. Allah swt berfirman; Hai anak Adam, sesungguhnya Kami
telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu, dan pakaian indah
untuk perhiasan (al-Araaf:26).
Imam Qurthubiy di dalam Tafsir Qurthubiy menyatakan; ayat ini merupakan
dalil wajibnya menutup aurat. Sebab, Allah swt telah mnurunkan kepada kita, pakaian
yang digunakan untuk menutup aurat. Para ulama tidak berbeda pendapat mengenai
wajibnya menutup aurat. Mereka hanya berbeda pndapat tentang bagian tubuh mana
yang termasuk aurat.
Di dalam kitab Fath al-Qadir, dituturkan; jumhur ulama berpendapat, bahwa
ayat ini merupakan dalil wajibnya menutup aurat dalam setiap keadaan, walaupun ia
seorang diri, sebagaimana yang tersebut di dalam hadits-hadits shahih. Dalam kitab
al-Muhadzdzab dinyatakan bahwa menutup aurat dari pandangan mata adalah wajib.
Adapun dalil-dalil sunnah yang menunjukan kewajiban menutup aurat bagi laki-laki
dan wanita adalah sebagai berikut:
Imam Muslim, Abu Daud, dan Turmudziy meriwayatkan sebuah hadits yang
menuturkan bahwasannya Rasulullah saw bersabda; Sesungguhnya, Rasulullah saw
bersabda, Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain, dan janganlah
seorang wanita melihat aurat wanita lain. Janganlah seorang laki-laki tidur dengan
laki-laki yang lain dalam satu selimut; dan janganlah seorang wanita tidur dengan
wanita lain dalam satu selimut (HR. Imam Muslim, Abu Dawud, dan Turmudziy).

Imam Mubarakfuriy dalam kitab Tuhfat al-Ahwadziy menyatakan, bahwa


hadis ini merupakan dalil haramnya seorang laki-laki melihat aurat laki-laki, serta
haramnya seorang perempuan melihat aurat perempuan lain, begitu juga sebaliknya,
seorang laki-laki tidak boleh melihat aurat wanita dan wanita tidak boleh melihat
aurat laki-laki.
Bahz bin Hakim meriwayatkan sebuah hadits dari bapaknya, dan bapaknya
berasal dari kakeknya, bahwasannya kakeknya berkata; Saya bertanya kepada
Rasulullah saw, Ya Rasulullah, terhadap aurat kami, apa yang boleh kami
tampakkan dan apa yang harus kami tutup?Nabi saw menjawab, Jagalah auratmu,
kecuali kepada isteri-isterimu dan budak-budak yang kamu miliki. Saya bertanya
lagi, Lalu, bagaimana jika ada suatu kaum, dimana satu dengan yang lain bisa
saling melihat auratnya? Nabi saw menjawab, Jika kamu mampu jangan sampai
auratmu dilihat oleh seorangpun. Oleh karena itu, janganlah seseorang melihat aurat
orang lain. Saya bertanya lagi, Bagaimana, jika seorang diantara kami telanjang?
Nabi menjawab, Harusnya ia lebih malu kepada Allah swt (HR. Jamaah kcuali
Imam al-Nasaaiy).
Imam Syaukani, dalam kitab Nail al-Authar, menyatakan, bahwasannya
hadits di atas merupakan dalil mengenai wajibnya menutup aurat di setiap waktu,
kecuali saat buang air, bersenggama, mandi; dan wajibnya menutup aurat di hadpan
semua orang, kecuali di hadapan isteri, budak, dokter, saksi, dan qadliy ketika ada
persengketaan. Hadits ini juga menunjukkan larangan mandi di satu kolam, dimana,
satu dngan yang lain saling melihat aurat.
Imam Bukhari meriwayatkan sbuah hadits di dalam Tarikh-nya, bahwasannya
Mohammad bin Jahsiy berkata; Rasulullah saw melewati Mamar yang saat itu
kedua pahanya sedang terbuka. Beliau bersabda, Hai Mamar tutuplah kedua
pahamu. Sebab, paha itu adalah aurat (HR. Imam Ahmad, Hakim, dan Bukhari di
dalam kitab Tarikh-nya).
Jarhad meriwayatkan sebuah hadits dari bapaknya bahwasannya bapaknya
berkata; Rasulullah saw tengah lewat, sedangkan saat itu saya sedang memakai
kain dan paha saya terbuka. Beliau pun bersabda, tutuplah pahamu, karena paha itu
adalah aurat (HR. Imam Ahmad, Malik, Abu Dawud dan Turmudziy).
Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwasannya ia berkata; Sesungguhnya Asma
binti Abu Bakar datang menemui Rasulullah saw, sedangkan ia mengenakan pakaian
tipis. Nabi saw pun segera berpaling darinya seraya bersabda, Wahai Asma, jika

seorang wanita telah akil baligh, tidak boleh tampak dari dirinya, kecuali ini dan
ini. Beliau mengisyaratkan wajah dan kedua telapak tangan (HR. Abu Dawud).
Imam Muslim juga meriwayatkan sebuah hadits, bahwasannya Nabi saw
bersabda; Barang siapa melihat aurat, hendaknya ia menutupnya (HR. Abu
Dawud).
Hadits-hadits ini menunjukkan dengan jelas, perintah untuk menutup aurat.
Tidak hanya itu saja, hadits-hadits diatas diperkuat dengan hadits-hadits yang berisi
ancaman bagi siapa saja yang membuka auratnya dihadapan non mahram.
Adapun dalil bahwa jilbab merupakan pakaian dalam kehidupan umum,
adalah hadits yang telah diriwayatkan dari Ummu, Athiyah r.a, bahwa dia berkata;
Rasulullah Saw memerintahkan kaum wanita agar keluar rumah menuju shalat ied,
maka Ummu Athiyah berkata, salah seorang diantara kami tidak memiliki jilbab
Maka Rasulullah Saw bersabda: Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya
kepadanya (Muttafaqun alaihi) (Al-Albani,).
Berkaitan dengan hadits Ummu Athiyah ini, Syaikh Anwar Al-Kasymiri,
dalam kitabnya Faidhul Bari, mengatakan: Dapatlah dimengerti dari hadits ini,
bahwa jilbab itu dituntut manakalah seorang wanita keluar rumah, dan ia tidak boleh
keluar rumah jika tidak mengenakan jilbab. (Al-Albani : 93).
Allah Taala berfirman: Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman,
Hendaklah mereka menahan pandangan dan kemaluan mereka.Janganlah mereka
menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang (terpaksa) nampak dari padanya.Dan
hendaklah mereka menutupkan khimar ke dada-dada mereka. (QS. An-Nur: 31).
Perhiasan yang dimaksud adalah perhiasan yang digunakan oleh wanita untuk
berhias, selain dari asal penciptaannya (tubuhnya). Khimar adalah sesuatu yang
digunakan oleh wanita untuk menutupi kepalanya, wajahnya, lehernya, dan dadanya.
Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: Barangsiapa yang memanjangkan kainnya karena sombong
maka Allah tidak akan melihatnya.Ummu Salamah bertanya, Wahai Rasulullah,
apa yang harus dilakukan oleh para wanita dengan ujung pakaian mereka?Beliau
menjawab, Kalian boleh memanjangkannya sejengkal.Ummu Salamah bertanya
lagi, Jika begitu, maka kaki mereka akan terbuka!Beliau menjawab, Kalian boleh
menambahkan satu hasta dan jangan lebih. (HR. At-Tirmizi). Sehasta adalah dari
ujung jari tengah hingga ke siku.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum
pernah aku lihat: (1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang
dipergunakannya untuk memukul orang. (2) Wanita-wanita yang berpakaian tetapi
telanjang, berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu,
rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat
masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga.Padahal bau surga itu dapat
tercium dari begini dan begini. (HR. Muslim).
Makna berpakaian tetap telanjang adalah dia menutup sebagian auratnya tapi
menampakkan sebagian lainnya. Dan ada yang menyatakan maknanya adalah: Dia
menutupi seluruh auratnya tapi dengan pakaian yang tipis sehingga nampak bagian
dalam tubuhnya.
Dari dalil di atas menunjukkan wajibnya seorang muslimah untuk berhijab.
Hijab secara syari adalah seorang wanita menutupi seluruh tubuhnya dan
perhiasannya, yang dengan hijab ini dia menghalangi orang asing (non mahram)
untuk melihat sedikitpun dari bagian tubuhnya atau perhiasan yang dia pakai.Dan
hijab ini bisa berupa pakaian dan bisa juga berupa berdiam di dalam rumah.
Adapun menutup seluruh tubuh maka ini mencakup wajah dan kedua telapak tangan.
Ini ditunjukkan dalam surah An-Nur di atas dari beberapa sisi :
1. Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk menundukkan pandangan
mereka dari yang bukan mahram mereka. Dan menundukkan pandangan tidak akan
sempurna kecuali jika wanita tersebut berhijab dengan hijab yang sempurna
menutupi seluruh tubuhnya. Sementara tidak diragukan lagi bahwa menyingkap
wajah merupakan sebab terbesar untuk memandang ke arahnya.
2. Allah Taala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun dari perhiasan luarnya
kepada non mahram, kecuali terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak bisa
disembunyikan, semisal pakaian terluarnya. Jika Allah Taala melarang untuk
memperlihatkan perhiasan luar (selain tubuh), maka tentunya wajah dan telapak
tangan yang merupakan perhiasan yang melekat pada diri seorang wanita lebih
wajib lagi untuk disembunyikan.
3. Allah Taala memerintahkan untuk mengulurkan khimar mereka sampai ke dadadada mereka, sementara khimar adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk
menutup kepalanya. Jika khimar diperintahkan untuk diulurkan sampai ke dada,
maka tentunya secara otomatis wajah tertutup oleh khimar tersebut.

Aisyah radhiallahu anha berkata; Semoga Allah merahmati wanita-wanita


Muhajirin yang pertama. Tatkala Allah menurunkan, Dan hendaklah mereka
menutupkan khimar ke dada-dada mereka, mereka merobek kain-kain mereka lalu
menjadikannya sebagai khimar.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata; Ucapan mereka lalu menjadikannya sebagai
khimar, yakni: Mereka menggunakannya untuk menutupi wajah-wajah mereka.
Adapun hadits Ibnu Umar di atas, maka dia menjelaskan mengenai beberapa
perkara:
1. Kaki wanita adalah aurat yang wajib ditutup.
2. Larangan isbal hanya berlaku bagi lelaki dan tidak berlaku bagi wanita.
3. Panjang maksimal pakaian wanita adalah sehasta dari mata kaki, tidak boleh lebih
dari itu.
Sementara hadits Abu Hurairah menjelaskan tentang syarat-syarat hijab dan
hijab secara umum, yaitu:
1. Hijab tidak boleh tipis sehingga menampakkan apa yang ada di baliknya.
2. Hijab tidak boleh ketat sehingga membentuk lekukan tubuhnya.
3. Haramnya wanita berjalan dengan berlenggok, karena itu merupakan bentuk
menampakkan perhiasannya.
4. Wajibnya wanita menjaga kehormatan dan rasa malu mereka.
5. Menutup sebagian tubuh dan menampakkan sebagian tubuh yang lain sama saja
dengan telanjang.
2.4.

Etika Berpakaian Menurut Ajaran Islam


Sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai karena pakaian sopan
dan menutup aurat adalah cermin seseorang itu muslim sebenarnya.
Islam tidak menetapkan bentuk atau warna pakaian untuk dipakai, baik ketika
beribadah atau di luar ibadah.Islam hanya menetapkan bahwa pakaian itu mestilah
bersih, menutup aurat, sopan dan sesuai dengan akhlak seorang Muslim.
Mengapa berjilbab bagi wanita muslim diwajibkan oleh Allah swt ?
Karena dari ujung rambut sampai ujung kaki adalah aurat bagi wanita dan
diperintah kan oleh Allah untuk menutupinya. Aurat wanita dapat mengundang
kemaksiatan bagi orang yang melihatnya, menutup auratpun dapat menghindarkan
wanita dari kedzaliman orang lain. Selain daripada itu, bisa mengangkat derajat dan
martabat wanita di mata Allah maupun masyarakat.
Dalam beberapa hadist telah jelas sangat dilarang bermegah megahan
membangga banggakan barang yang dikenakan, Allah SWT sangat membenci orang

yang sombong bisa dipikirkan dan ditelaah dalam-dalam, Allah saja pemilik semesta
alam tidak pernah sombong kepada Makhluknya.
Surat Al araf ayat 26 menjelaskan bahwa Allah menurunkan pakaian yang
baik untuk menutup aurat dan menghindarkan Manusia dari zalim terhadap dirinya
dan orang lain. yang artinya :
Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk
menutup auratmu dan untuk perhiasan bagimutetapi pakaian takwa itulah yang lebih
baik demikianlah sebagai tanda-tanda Allahmudah-mudahan ingat. (al-Araf: 26).
Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab berpakaian (untuk
lelaki dan wanita) yaitu:
1. Menutup aurat. Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke
lutut. Aurat wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak
tangan dan tapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Paha itu adalah
aurat." (Bukhari).
2. Tidak menampakkan tubuh. Pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat
tidak memenuhi syarat menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna
kulit, malah boleh merangsang nafsu orang yang melihatnya.Rasulullah SAW
bersabda yang bermaksud: "Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku
lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan
bagi memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian
tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta
yang tunduk. Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya
walaupun bau syurga itu dapat dicium daripada jarak yang jauh." (Muslim).
3. Pakaian tidak ketat. Tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan.
4. Tidak menimbulkan riak. Rasulullah saw bersabda bermaksud: "Sesiapa yang
melabuhkan pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah SWT tidak akan
memandangnya pada hari kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda
bermaksud: "Sesiapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah
akan memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat nanti." (Ahmad, Abu Daud,
an-Nasa'iy dan Ibnu Majah).
5. Lelaki, wanita berbeza. Maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh
dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini
dengan tegas menerusi sabdanya yang bermaksud: "Allah mengutuk wanita yang
meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap
perempuan." (Bukhari dan Muslim). Baginda juga bersabda bermaksud: Allah

melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki." (Abu Daud dan
Al-Hakim).
6. Larangan pakai sutera. Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera.
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Janganlah kamu memakai sutera,
sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di
akhirat." (Muttafaq 'alaih)
7. Melabuhkan pakaian. Contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai
kehendak syarak iaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan
juga dada. Allah berfirman bermaksud: Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteriisteri dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan beriman, supaya
mereka melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka
keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai
perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu.Dan
(ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang."(al-Ahzab:59).
8. Memilih warna sesuai. Contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia
nampak bersih dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan
Rasulullah SAW. Baginda bersabda bermaksud: "Pakailah pakaian putih kerana ia
lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan alHakim).
9. Larangan memakai emas. Termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam ialah
barang-barang perhiasan emas seperti rantai, cincin dan sebagainya. Bentuk
perhiasan seperti ini umumnya dikaitkan dengan wanita namun pada hari ini ramai
antara para lelaki cenderung untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang
sanggup bersubang dan berantai. Semua ini amat bertentangan dengan hukum
Islam.

Rasulullah

s.a.w.

bersabda

bermaksud

: "Haram

kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada
wanita.
10. Mulakan sebelah kanan. Apabila memakai baju, seluar atau seumpamanya,
mulakan sebelah kanan. Imam Muslim meriwayatkan daripada Saidatina Aisyah
bermaksud: "Rasulullah suka sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti
memakai kasut, berjalan kaki dan bersuci. Apabila memakai kasut atau
seumpamanya, mulakan dengan sebelah kanan dan apabila menanggalkannya,
mulakan dengan sebelah kiri. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Apabila
seseorang memakai kasut, mulakan dengan sebelah kanan, dan apabila

menanggalkannya, mulakan dengan sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang
pertama memakai kasut dan yang terakhir menanggalkannya." (Riwayat Muslim).
11. Selepas beli pakaian: apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti
yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud: "Ya Allah,
segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon
kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan
kepada-Mu daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang diperbuat
untuknya. Demikian itu telah datang daripada Rasulullah".
12. Berdoa. Ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah yang
mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri
dalam kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia.
Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai
menurut tuntutan agamanya kerana sesungguhnya pakaian yang sopan dan
menutup aurat adalah cermin seorang Muslim yang sebenar.
2.5.

Hikmah Berpakaian Islami :


1. Seseorang yang berpakaian islami akan terjaga kehormatannya. Akhwat-akhwat
yang memakai jilbab insyaAllah tidak akan diganggu oleh para ikhwan usil (Al
Ahzab: 59).
2. Terjaga dari perilaku yang menyimpang. Kalau di sekeliling kita masih banyak
yang membuka aurat, maka kita harus pandai-pandai mengalihkan pandangan.
''Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat.'' (Q.S.An Nur: 30).
"Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan
pandangannya." (Q.S.An Nur: 31).
3. Terhindar dari penyakit tertentu. Pakaian takwa adalah pakaian yang menutupi
tubuh. Artinya, secara otomatis kulit kita akan terlindungi dari bahaya sinar
ultraviolet yang bisa menyebabkan kanker kulit.
4. Terhindar dari azab Allah. Pernah ada kejadian, seorang wanita yang sedang hamil
muda pergi ke suatu tempat untuk melaksanakan tugar dari perusahaan tempat ia
bekerja. Jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya. Tiba-tiba dalam perjalanan
mobilnya bertabrakan dengan mobil lain. Setelah diselidiki, tidak ada satu korban
pun yang selamat dari kecelakaan itu.Dan setelah diselidiki lebih jauh, tidak ada
satu pun identitas korban yang diketahui.Makanya mayat para korban dimakamkan

oleh penduduk setempat termasuk wanita yang hamil muda itu. Setelah beberapa
hari ternyata sang suami dan keluarga korban menerima berita tersebut dan
langsung menuju pemakaman sang istri. Kemudian mayatnya dipindahkan ke dekat
tempat tinggalnya. Tapi ketika makamnya digali,mereka melihat mayat wanita itu
langsung pingsan karena tidak kuat melihat mayat. Ketika dimakamkan, mayat
tersebut diletakan dalam kondisi membujur sementara setelah digali kembali posisi
mayat sudah berubah menjadi jongkok dengan kedua tangan diletakan diatas
kepala seperti menahan siksaan sementara kepalanya ditumbuhi paku2 besi yang
sangat banyak hampir memenuhi semua bagian kepalanya.Setelah diselidiki,
ternyata wanita tersebut belum berjilbab semasa hidupnya.Itu siksaan di alam
kubur belum lagi siksaan nanti di akhirat.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan
Adapun menutup seluruh tubuh maka ini mencakup wajah dan kedua telapak
tangan. Ini ditunjukkan dalam surah An-Nur di atas dari beberapa sisi:
1. Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk menundukkan pandangan
mereka dari yang bukan mahram mereka. Dan menundukkan pandangan tidak akan

sempurna kecuali jika wanita tersebut berhijab dengan hijab yang sempurna
menutupi seluruh tubuhnya. Sementara tidak diragukan lagi bahwa menyingkap
wajah merupakan sebab terbesar untuk memandang ke arahnya.
2. Allah Taala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun dari perhiasan luarnya
kepada non mahram, kecuali terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak bisa
disembunyikan, semisal pakaian terluarnya. Jika Allah Taala melarang untuk
memperlihatkan perhiasan luar (selain tubuh), maka tentunya wajah dan telapak
tangan yang merupakan perhiasan yang melekat pada diri seorang wanita lebih
wajib lagi untuk disembunyikan.
3. Allah Taala memerintahkan untuk mengulurkan khimar mereka sampai ke dadadada mereka, sementara khimar adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk
menutup kepalanya. Jika khimar diperintahkan untuk diulurkan sampai ke dada,
maka tentunya secara otomatis wajah tertutup oleh khimar tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Asymuni, dkk. (2000). Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. Jakarta
: Suara Muhammadiyah.
Al-Nawiy, Syamsuddin. (2007) . Hukum Islam Seputar Busana & Penampilan Wanita .
Jogjakarta: Raudhoh Pustaka.
Al-Taliyadi, Abdullah. (2008) . Astaghfirullah, Aurat! . Jogjakarta : Diglossia Media Baru.
Departemen Ilmiah Darul Wathan. (2008) . Etika Seorang Muslim . Jakarta : Darul Haq

Himpunan Putusan Tarjih. (2000) . Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Jogjakarta :


Pustaka SM.

Anda mungkin juga menyukai