Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Oleh
M. Marjan Husni (H1A010001)
Try Widianto Putra Nugraha (H1A212061)
Nurshadrina Hendra Karamina ()

Pembimbing Fakultas
dr. Rika Hastuti S, M.Kes
dr. Ni Ketut Wilmayani

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
PUSKESMAS KEDIRI KABUPATEN LOMBOK BARAT
2016

ANGKA HARAPAN HIDUP

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan suatu ukuran standar


pembangunan manusia yaitu indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human Development
Index (HDI). Indeks ini dibentuk berdasarkan empat indikator, yaitu angka harapan hidup,
angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli. Indikator angka
harapan hidup merepresentasikan dimensi umur panjang dan sehat (Depkes RI, 2013).
Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk
dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. Angka ini
adalah angka pendekatan yang menunjukkan kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama.
AHH merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada
khususnya (Depkes RI., 2013).
TABEL 1. ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (DALAM TAHUN) INDONESIA
TAHUN 2008 2012 (Depkes, 2013).

Gambar 1. menunjukkan peningkatan AHH yang terjadi di Indonesia selama tahun


2008-2012. Pada tahun 2012, nilai AHH Indonesia mencapai 69,87 tahun lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai AHH tahun 2011 yang sebesar 69,65 tahun. Provinsi dengan nilai
AHH tertinggi terdapat di DKI Jakarta dengan nilai 73,49 dan DI Yogyakarta sebesar 73,33.
Provinsi dengan nilai AHH terendah terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 62,73 dan
Kalimantan Selatan sebesar 64,52 (Depkes RI, 2013).
Banyak hal yang melatarbelakangi angka harapan hidup di suatu daerah pada posisi
tinggi atau rendah. Keberhasilan program kesehatan dan pembangunan sosial ekonomi pada

umumnya dapat dilihat pada peningkatan pelayanan kesehatan, perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), pendidikan, dan pendapatan yang digambarkan dalam pedapatan domestik
regional bruto (PDRB). Keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan
pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan terhadap
kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas
dipengaruhi oleh faktor lokasi, yaitu mudahnya untuk dijangkau atau tidak. Bentuk pelayanan
kesehatan tidak hanya terbatas pada fasilitas pelayanan saja akan tetapi juga meliputi tenaga
kesehatan. Keberadaan tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan, informasi dan
motivasi kepada masyarakat untuk mendatangi fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan yang
merujuk pada kondisi fisik baik secara kualitas maupun kuantitas juga menjadi hal yang
krusial pada terjaminnya kesehatan masyarakat (Ardianti dkk, 2015).
Tidak hanya mengenai kesehatan yang menunjang angka harapan hidup pada suatu
wilayah, perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat turut mempunyai pengaruh dan peranan
yang besar terhadap derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidaknya lingkungan,
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri.
Untuk mengubah perilaku masyarakat tidak mudah namun sangat diperlukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk memperkecil terjadinya penyakit atau
gangguan kesehatan sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Beberapa indikator yang
menggambarkan kondisi lingkungan antara lain rumah sehat, air bersih, sarana sanitasi
(pembuangan air limbah, tempat sampah, dan kepemilikan jamban), tempat umum dan
pengelolaan makanan, serta sarana pengolahan limbah di sarana pelayanan kesehatan. Air
bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam kehidupan seharihari. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak
merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan oleh
pemerintah (Ardianti dkk, 2015).
ENDEMIK
Endemik atau wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu (PMK No. 949, Tahun 2004).
Konsep wabah (PMK No. 949, Tahun 2004)
a. Keriteria wabah
3

Suatu penyakit dikatakan mengalami wabah bila:


1. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, bulan, tahun).
2. Insidens rate meningkat 2 kali atau lebih disbanding angka rata rata sebulan atau
setahun sebelumnnya.
3. Angka rata-rata bulanan dalam satu tahun atau dari penderita baru menunjukan
kenaikan 2 kali atau lebih dibandingkan angka yang sama untuk tahun
sebelumnya.
4. Case fatality rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dengan CFR dari periode
sebelumnya.
b. Jenis wabah
Berdasrkan sifat wabah terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Common source epidemic (point source epidemic)
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang
dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relative
singkat. Adapun common sorce epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa
pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan
satu puncak epidemic, jarak antara satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya
dalam hitungan jam, tidak ada angka serangan kedua.
2. Propagated/progressive Epidemic
Bentuk epidemic dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih
lama dan masa tunas yang lebih lama pula. Propagated atau progressive epidemic
terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang baik langsung maupun
melalui vekor, relative lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh
kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan serta
morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemic cukup lama dengan situasi
peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal
anggota masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis
yang sesuai dengan urutan generasi kasus.

DAFTAR PUSTAKA
Ardianti AV, Sulip W, Aisah J. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka
Harapan Hidupdi Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015 : 1-6
Depkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2013. [online] Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profilkesehatan-indonesia-2013.pdf

Anda mungkin juga menyukai