New Laporan Pendahuluan Demensia
New Laporan Pendahuluan Demensia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis
atau progresif dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi,
termasuk memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,
kemampuan, bahasa, dan penilaian kesadaran tidak terganggu. Gangguan
fungsi kognitif yang biasanya disertai dan kadang-kadang didahului oleh
penurunan dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi. Sindrom
terjadi pada penyakit Alzheimer, di penyakit serebrovaskular dan dalam
kondisi lain terutama atau sekunder yang mempengaruhi otak (Durand dan
Barlow, 2006).
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa demensia
seringkali terjadi pada usia lanjut yang telah berumur kurang dari 60 tahun.
Demensia tersebut dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu Demensia Senilis
dan Demensia Pra Senilis. Sekitar 56,8% lansia mengalami demensia dalam
bentuk Demensia Alzeimer (4% dialami lansia yang telah berusia 75 tahun,
16% pada usia 85 tahun, dan 32% pada usia 90 tahun). Sampai saat ini
diperkirakan kurang lebih 30 juta penduduk dunia mengalami demensia
dengan berbagai sebab (Oelly Mardi Santoso, 2002).
Demensia banyak menyerang mereka yang telah memasuki usia lanjut.
Bahkan penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia kurang dari 50
tahun. Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang
hanya diderita oleh lansia, tapi kenyataannya demensia dapat diderita oleh
siapa saja dari semua tingkat usia dan jenis kelamin (Harvey, R. J. et al.,2003).
Usia lanjut (USILA) merupakan tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Setiap orang yang dikaruniai umur panjang akan
mengalami tahapan ini. Dengan berhasilnya pelayanan kesehatan yang
ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup maka kesempatan menjadi
usila semakin besar sehingga diperkirakan jumlah usila semakin bertambah.
Dalam Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati
mendukung
pelayanan
kesehatan
kepada
lansia.
Pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada klien di panti ini tentu saja dilaksanakan
dengan pendekatan proses keperawatan, yang dimulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi keperawatan.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada kelompok lansia di
1.2.2
melakukan
analisa
data
dan
memprioritaskan
perencanaan
asuhan
keperawatan
atas
1.3.3
holistik
demi
meningkatkan
kualitas
dan
kemandiriannya.
Bagi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pada kelompok lansia yang
menjadi binaan UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar.
BAB II
TINJAUAN TEORI
hidup
Definisi Lansia
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
(Azwar, 2006).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang
terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan
proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi
dimulai
sejak
permulaan
kehidupan.
Menjadi
tua
yang
memutih,
ditandai dengan
gigi
mulai
kulit
yang
mengendur,
ompong, pendengaran
rambut
kurang
jelas,
lanjut
usia
pada
Bab
Pasal
Ayat
menurunya
daya
tahan
tubuh
dalam
menghadapi
infeksi
dan
memperbaiki
kerusakan
yang
terjadi
2.1.3
pendengaran;
Prebiakusis
oleh
hilangnya
karena
(gangguan
kemampuan
pada
(daya)
2. Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga
menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna
coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain
sebagai berikut: Jaringan penghubung (kolagen dan elastin).
Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago
dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan
yang tidak teratur.
4. Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian
kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi
yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
5. Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang setelah di observasi adalah
bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis
lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
6. Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
jantung
bertambah,
vertikel
kiri
mengalami
10
Proses Penuaan
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan
suatu fenomena yang kompleks multidimensional yang dapat diobservasi
di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem.
(Stanley, 2006).
Tahap
dewasa
merupakan
tahap
tubuh
mencapai
titik
11
a. Teori biologis
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow
theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
1. Teori genetik dan mutasi
Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara
genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat
dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
12
ini
menyebabkan
sel-sel
tidak
dapat
melakukan
regenerasi.
5. Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia
sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas
kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
b. Teori psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula
dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.
Adanya
penurunan
meliputi
persepsi,
13
kesinambungan
(continuity
theory),
teori
perkembangan
14
Teori
perkembangan
menjelaskan
bagaimana
proses
Pengertian
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Gangguan fungsi
kognitif antara lain pada intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa,
pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi,
penyesuaian, dan kemampuan bersosialisasi. (Arif Mansjoer, 1999)
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan
fungsi vegetatif atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan
umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi
tertulis dan lisan dapat terganggu. (Elizabeth J. Corwin, 2009)
15
Demensia
adalah
penurunan
fungsi
intelektual
yang
Etiologi
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit
alzheimer, yang penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti,
namun diduga penyakit Alzheimer disebabkan karena adanya kelainan
faktor genetik atau adanya kelainan gen tertentu. Pada penyakit
alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga
terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia
yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan
jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yang
semrawut) dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi.
Penyebab kedua dari demensia yaitu, serangan stroke yang
berturut-turut. Stroke tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan
kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan.
Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan
otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya
16
stroke
kecil
disebut demensia
multi-infark.
Sebagian
demensia
menurut
Nugroho
(2008)
dapat
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari penyakit demensia antara lain :
1. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif.
2. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.
3. Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings).
4. Defisit neurologi dan fokal.
5. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang.
6. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid.
7. Keterbatasan dalam ADL (Activities of Daily Living)
8. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan.
9. Tidak bisa pulang kerumah bila bepergian.
10. Lupa meletakkan barang penting.
17
2.2.4
Klasifikasi Dimensia
1. Menurut Kerusakan Struktur Otak
a. Tipe Alzheimer
Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf pada otak
mengalami kematian sehingga membuat signal dari otak tidak
dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C.
2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,
18
19
(Normal
pressure
hydrocephalus,
subdural
meningkatnya
cairan
serebrospinalis,
hal
ini
menyebabkan adanya :
1. Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
2. Inkontinensia urin.
3. Demensia.
2.2.5
Patofisiologi
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia (usia >65 tahun)
adalah adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga
mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Lansia penderita demensia tidak
memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka
sebagaimana lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan
degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka
sulit untuk mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu
20
adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai
dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama mereka, mereka
merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi,
namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan dan
perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah
masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua
mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi
pada lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif.
Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan
biasanya akan memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja
lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Disinilah
keluarga membawa lansia penderita demensia ke rumah sakit dimana
demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan. Seringkali
demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji
dan mengenali gejala demensia.
Derajat keparahan dan perjalanan penyakit demensia dapat
dipengaruhi oleh faktor psikososial. Semakin tinggi intelegensia dan
pendidikan pasien sebelum sakit maka semakin tinggi juga kemampuan
untuk mengkompensasi defisit intelektual. Pasien dengan awitan demensia
yang cepat (rapid onset) menggunakan pertahanan diri yang lebih sedikit
daripada pasien yang mengalami awitan yang bertahap. Kecemasan dan
depresi dapat memperkuat dan memperburuk gejala. Pseudodemensia
dapat terjadi pada individu yang mengalami depresi dan mengeluhkan
gangguan memori, akan tetapi pada kenyataannya ia mengalami gangguan
depresi. Ketika depresinya berhasil ditanggulangi, maka defek kognitifnya
akan menghilang.
2.2.6
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang : (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003)
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
21
pemeriksaan
Pemeriksaan
laboratorium
laboratorium
yang
rutin
rutin
sebaiknya
dikerjakan
dilakukan.
antara
lain:
22
sebagai
penambahan
pemeriksaan
demensia,
terutama
mengukur
progresifitas
penyakit
yang
telah
diindentifikaskan demensia.
7. Sebagai suatu assesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini
(MMSE) adalah test yang paling banyak dipakai. (Asosiasi Alzheimer
Indonesia,2003 ;Boustani,2003 ;Houx,2002 ;Kliegel dkk,2004) tetapi
sensitif untuk mendeteksi gangguan memori ringan. (Tang-Wei,2003).
Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah test yang paling
sering dipakai saat ini, penilaian dengan nilai maksimal 30 cukup baik
dalam mendeteksi gangguan kognisi, menetapkan data dasar dan
memantau penurunan kognisi dalam kurun waktu tertentu. Nilai di
bawah 27 dianggap abnormal dan mengindikasikan gangguan kognisi
yang
signifikan pada
penderita
berpendidikan
tinggi.(Asosiasi
Alzheimer Indonesia,2003).
Penyandang dengan pendidikan yang rendah dengan nilai MMSE
paling rendah 24 masih dianggap normal, namun nilai yang rendah ini
mengidentifikasikan resiko untuk demensia. (Asosiasi Alzheimer
Indonesia,2003). Pada penelitian Crum R.M 1993 didapatkan median
skor MMSE adalah 29 untuk usia 18-24 tahun, median skor 25 untuk
yang > 80 tahun, dan median skor 29 untuk yang lama pendidikannya
>9 tahun, 26 untuk yang berpendidikan 5-8 tahun dan 22 untuk yang
berpendidikan 0-4 tahun.Clinical Dementia Rating (CDR) merupakan
suatu pemeriksaan umum pada demensia dan sering digunakan dan ini
juga merupakan suatu metode yang dapat menilai derajat demensia ke
23
orang
normal
tanpa
gangguan
kognitif.
Nilai
0,5,
Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine,
Memantine
b. Demensia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet
seperti Aspirin , Ticlopidine ,Clopidogrel untuk melancarkan aliran
darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan
dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang
berhubungan dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat
anti-depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak,
yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan
obat
anti-psikotik
(misalnya
Haloperidol,
Quetiapine
dan
24
Asuhan Keperawatan
2.2.9.1 Pengkajian
1. Pengkajian Riwayat Kesehatan
a. Identitas/Data Biografis Klien
b. Riwayat Keluarga
c. Riwayat Pekerjaan
d. Riwayat Lingkungan Hidup
e. Riwayat Rekreasi
f. Sistem Pendukung
g. Kebiasaan Ritual
h. Status Kesehatan Saat Ini
i. Status Kesehatan Masa Lalu
j. Tinjauan Sistem
Kaji ada tidaknya tanda-tanda/setiap gejala berikut ini:
1. Keadaan Umum
Kelelahan, perubahan BB setahun lalu, perubahan
nafsu makan, demam, keringat malam, kesulitan tidur,
sering pilek dan infeksi, penilaian diri terhadap status
25
nevi,
sering
memar,
perubahan
rambut,
26
nyeri/nyeri
tekan,
benjolan/massa,
hepar,
mual
atau
muntah,
hematesis,
27
dalam
mengambil
keputusan,
kesulitan
pada aktivitas
kehidupan
28
INDEKS KATZ
KRITERIA
Kemandirian dalam hal makan,
kontinen,
tambahan.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup seharihari, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil
Short
Portable
Mental
Status
29
Inventaris
Depresi
Beck
untuk
sosial
lansia
dapat
diukur
dengan
menggunakan APGAR Keluarga. Penilaian jika pertanyaanpertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang-kadang
(poin 1), hampir tidak pernah (poin 0).
No.
Fungsi
1. Adaptasi
APGAR Keluarga
Uraian
Skore
Saya puas bahwa saya dapat
kembali pada keluarga (temanteman) saya untuk membantu
pada
waktu
sesuatu
menyusahkan saya
2.
Hubungan
Saya
puas
dengan
cara
Pertumbuhan
dan
mengungkapakan
4.
Afeksi
baru
Saya puas dengan keluarga
(teman-teman)
mengekspresikan
saya
afek
dan
30
berespon
terhadap
emosi-
Pemecahan
teman
saya
dan
saya
memori,
hilang
konsentrsi,
tidak
mampu
pola
tidur
berhubungan
dengan
perubahan
terus-menerus
terjaga,
tidak
mampu
menentukan
terhadap
cedera
berhubungan
dengan
kesulitan
31
Intervensi
Dx
Hasil
1. Setelah
diberikan 1.Jalin
hubungan
tindakan
saling
keperawatan
dengan klien.
diharapkan
dapat
Rasional
mendukung
klien
dengan
1. Untuk membangun
perubahan lingkungan
dan
2. Menurunkan
kecemasan dan
perasaan terganggu.
dan lingkungan
KH :
3.
Kaji
tingkat
-mengidentifikasi
stressor
perubahan
(penyesuaian
perubahan peran
lingkungan
dan akibat
3. Untuk menentukan
kejadian dan tingkat
serangan.
keluarga,
perubahan
dan
berkurang
aktivitas
-membuat
pernyataan
positif
lingkungan
baru.
yang
4. Konsistensi
mengurangi
kebingungan dan
meningkatkan rasa
kebersamaan.
yang
5.Berikan penjelasan
dan informasi yang
menyenangkan
mengenai
peristiwa.
kegiatan/
5. Menurunkan
ketegangan,
mempertahankan rasa
saling percaya, dan
32
2.
Setelah
orientasi.
1. . Mengurangi
diberikan 1.Kembangkan
tindakan
lingkungan
yang
kecemasan
keperawatan
mendukung
dan
emosional.
diharapkan
mampu
klien hubungan
klien-
mengenali perawat
perubahan
dan
yang
dalam terapeutik.
berpikir
KH:
2.Pertahankan
a. -Mampu
lingkungan
memperlihatkan
2. Kebisingan
yang
merupakan
sensori
dan
berlebihan
yang
menyenangkan
meningkatkan
untuk
gangguan neuron.
menjalani
menegangkan berbicara
dengan
perhatian,
terutama
pada
klien
dengan
gangguan perceptual.
b. -Mampu
mengembangkan
strategi
4.Panggil
identitas
diri
mengatasi anggapan
menimbulkan
pengenalan
-Mampu
mengenali
tingkah
laku
faktor penyebab.
terhadap
dan
5.Gunakan
yang
suara 5. Meningkatkan
agak rendah
pemahaman. Ucapan
dan
berbicara
tinggi
dan
keras
dengan
perlahan
menimbulkan
stress
pada klien.
yg
mencetuskan
konfrontasi
3.
Setelah
tindakan
dan
respon marah.
1. Meningkatkan
diberikan 1.Kembangkan
lingkungan
dan
yang
kenyamanan
dan
33
keperawatan
suportif
diharapkan
hubungan
perubahan
dan
perawat-
persepsi klien
menurunkan
kecemasan pada klien.
yang
atau
2. Meningkatkan koping
terkontrol
dan
KH:
memahami
halusinasi.
a. -Mengalami
halusinasi.
penurunan
3. Keterlibatan
halusinasi.
b. -Mengembangkan
strategi
untuk
menurunkan
memperlihatkan
atau
gangguan
psikososial persepsi
dan
asimetris
mengurangi bagaiman
hal
menyebabkan
stress.
tersebut
kehilangan
-Mendemonstrasikan
mempengaruhi klien
kemampuan
otak
penglihatan
klien
pada
atau
pendengaran.
4. Untuk
4.Ajarkan
untuk
menurunkan
strategi
kebutuhan
mengurangi
halusinasi.
akan
stress.
5. Piknik
menunjukkan
dan
5.Ajak
piknik
realita
sederhana,
jalan-
memberikan stimulasi
sensori
sakit.
menurunkan perasaan
Pantau
aktivitas.
4.
Setelah
dilakukan 1.Jangan
yang
disebabkan
perasaan terkekang.
1. Irama
sirkadian
tindakan
menganjurkan klien
(irama tidur-bangun)
keperawatan
yang
tersinkronisasi
34
diharapkan
terjadi
a.
tidak berakibat
gangguan negative
tidur
KH :
hari.
Memahami
efek
terhadap
pada
faktor
pola tidur.
klien
Mampu
(steroid,
diuretik)
menentukan
penyebab
yang
mengganggu tidur.
tidur
Melaporkan
beristirahat
psikis
mood, insomnia.
dapat 3.Tentukan
yang kebiasaan
cukup.
d. Mampu
menciptakan
2. Deragement
termasuk
inadekuat.
c.
malam
dan
terbiasa
dari
malam
pada
dengan
pola kebiasaan
sudah
malam
hari
terbukti mengganggu
klien(memberi susu
tidur.
hangat).
4.Memberikan
lingkungan
4. Hambatan
yang
nyaman
untuk
kortikal
berkurang
meningkatkan
selama
tidur(mematikan
meningkatkan respon
lampu,
otomatik,
ventilasi
tidur,
karenanya
respon kardiovakular
yang
terhadap
sesuai,
menghindari
meningkat
kebisingan)
tidur.
teratur.
suara
selama
5. Penguatan
saatnya
bahwa
tidur
dan
35
5.
Setelah
mempertahankan
bahwa
ini
kesetabilan
lingkungan.
saat
tidur.
diberikan 1.Identifikasi
tindakan
kesulitan
keperawatan
berpakaian/
diharapkan
dapat
1. Memahami penyebab
dalam
mempengaruhi
intervensi.
klien perawatan
diri,
dirinya
yang
dengan
depresi,
penurunan
kemampuannya
kognitif
seperti
dapat
Masalah
diminimalkan
dengan menyesuaikan
atau
memerlukan
apraksia.
KH :
a. -Mampu melakukan 2.Identifikasi
aktivitas
2. Seiring perkembangan
perawatan kebutuhan
penyakit,
kebutuhan
kebersihan
tingkat kemampuan.
mungkin dilupakan.
b. -Mampu
berikan
sesuai
bantuan
kebutuhan
perawatan
rambut/kuku/
kulit,
dapat memberikan b
antuan.
dasar
3. Kehilangan
sensori
3.Perhatikan adanya
tanda-tanda
bahasa menyebabkan
nonverbal
fisiologis.
yang
klien mengungkapkan
kebutuhan perawatan
diri
dengan
nonverbal,
cara
seperti
terengah-engah, ingin
berkemih
dengan
memegang dirinya.
36
4. Pekerjaan
yang
tadinya
untuk
sekarang
menjadi
terhambat
karena
penurunan
motorik
melakukan
tugas.
mudah
dan
perubahan
kognitif.
5. Meningkatkan
6.
5.Bantu mengenakan
kepercayaan
hidup.
dan indah.
dilakukan. 1.Kaji
Setelah
derajat
untuk
1. Mengidentifikasi
tindakan
gangguan
risiko di lingkungan
keperawatan
kemampuan, tingkah
dan
diharapkan
penurunan
KH :
visual.
a. -Meningkatkan
tingkat aktivitas.
b. -Dapat
Bantu
keluarga
impulsi
mengidentifikasi
beradaptasi risiko
terjadinya
untuk
yang
trauma/
cedera.
cedera.
perawat
lingkungan bahaya
-Tidak
kesadaran
persepsi
dengan
risiko
mempertinggi
berisiko
mampu
mengendalikan
perilaku.
Penurunan
persepsi
visual
berisiko terjatuh.
mengalami 2. Hilangkan sumber
2. Klien
dengan
bahaya
gangguan
kognitif,
lingkungan.
gangguan
persepsi
adalah
awal
terjadi
jawab
kebutuhan
37
keamanan dasar.
3. Alihkan perhatian
saat
perilaku
3. Mempertahankan
keamanan
dengan
teragitasi/
menghindari
berbahaya,
konfrontasi
memenjat
pagar
tempat tidur.
4. Kaji
samping
yang
meningkatkan
risiko
terjadinya trauma.
efek
4. Klien
obat,
dapat
yang
tidak
melaporkan
tanda keracunan
tanda/gejala
obat
(tanda
dapat
ekstrapiramidal,
hipotensi
ortostatik,
penggantian
gangguan
diperlukan
penglihatan,
mengurangi
gangguan
gangguan.
menimbulkan
obat
untuk
gastrointestinal)
5. Hindari
5. Membahayakan klien,
penggunaan
restrain
Setelah
dilakukan 1.
terus-
dan
timbul
menerus. Berikan
fraktur
kesempatan
lansia
keluarga
tinggal
dengan
bersama
klien
selama
7.
meningkatkan agitasi
risiko
pada
klien
(berhubungan
penurunan
kalsium tulang).
periode
agitasi akut.
Beri dukungan 1. Motivasi terjadi saat
tindakan
untuk penurunan
klien mengidentifikasi
keperawatan
berat badan.
kebutuhan berarti.
diharapkan
umpan
38
mendapat
nutrisi
setiap minggu.
balik/ penghargaan.
yang seimbang
KH:
a. -Mengubah
pola
-Mendapat
nutrisi
keluarga/
klien
membantu
mengenai
perencanaan
diet
kebutuhan
pendidikan.
yang
makanan.
seimbang.
-Mendapat
berat
sesuai.
kembali 4. Usahakan/
badan
yang
bantuan
memilih menu.
menentukan
pilihan
kebutuhan nutrisi
menerima
dan
menjadi masalah.
makan
berkembang
seiring
berkembangnya
penyakit.
39
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK
UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BLITAR
3.1 Pengkajian Kelompok Usia Lanjut
3.1.1 Data Umum
Identitas
Nama
: UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
Alamat
: Jl.Sudirman No.13 Kec. Wlingi Kab. Blitar
Telp 0342-692909, Kode Pos 66184
3.1.2
Data Inti
a. Sejarah Berdirinya
Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur,
yang melaksanakan sebagian tugas Dinas Sosial Propinsi Jawa
Timur di bidang Pelayanan, Penyantunan dan Rehabilitasi Sosial
bagi lanjut usia terlantar. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
yang terletak di Jl. Panglima Sudirman No.13 Wlingi Kab. Blitar,
memiliki lahan seluas 3.589 m2, terdiri dari luas bangunan 1.474 m 2
dan luas tanah 2.105 m2.
Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
berdiri sejak tahun 1978 yang difungsikan sebagai Kantor
Penghubung Sosial. Kemudian pada tahun 1982 berubah nama
menjadi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Werdha Wlingi di
40
41
dan Kamboja.
Distribusi lansia
Tabel 1
Distribusi Klien UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Blitar berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis kelamin
Jumlah
Prosentase
1.
Laki-laki
13
24,08 %
2.
Perempuan
41
75,92 %
54
100 %
Jumlah
Umur
Jumlah
Prosentase
1.
0%
2.
27
50 %
3.
26
48,1 %
4.
1.9 %
42
54
Jumlah
100 %
Agama
Jumlah
Prosentase
Islam
49
90,7%
Kristen
3,7%
Katolik
5,6%
54
100%
Jumlah
Penyakit
Hipertensi
Jumlah
Porsentase
19
35,18%
43
Imobilisasi
5,55%
13
24,07%
Gangguan Penglihatan
3,7%
5.
Demensia
16,6%
6.
Nyeri sendi
23
42,5%
7.
Gangguan pernafasan
5,55%
8.
Tidak terkaji
3,7A%
Interpretasi
Jumlah
Prosentase
1.
Fungsi intelektual
utuh
0%
2.
Fungsi intelektual
kerusakan ringan
33,33%
3.
Fungi intelektual
kerusakan sedang
44,44%
4.
Fungsi intelektual
kerusakan berat
22,22%
100%
Jumlah
44
Interpretasi
Jumlah
Prosentase
1.
Tidak ada
11,11%
11,11%
77,78%
100%
gangguan kognitif
2.
Gangguan kognitif
sedang
3.
Gangguan kognitif
berat
Jumlah
45
No
Tingkat Kemandirian
Jumlah
Prosentase
10
18,52%
10
18,52%
Mandiri
34
62,96%
54
100%
Jumlah
dan
ruang
perawatan
khusus.
Setiap
ruang
46
NAMA/NIP
SUPRIANTO S.Sos., MM.
NIP 19611016 198603 1 010
FARIDA HIKMAWATI, Aks,
MAP.
NIP 19690302 199103 2 010
Drs. YANTOSA
NIP 19670519 199102 1 001
Dra. SIHAYEM
NIP 19640320 199103 2 009
SALIM
NIP 19621214 196303 1 009
ANIS EKOWATI
NIP 19721001 199401 2 002
DWI RAHAYUNINGTIYAS,
Amd. Keb.
NIP 19830109 200604 2 022
AGUS HERNAWAN
NIP 19700828 200701 1 020
HEPY ARIFIN HANDOYO
NIP 19710120 200701 1 008
ROFIQ QOMARUDIN
NIP 19840216 200801 1 008
SUGIYONO
NIP 19640912 200901 1 004
YOPPI RUSYANTO
NIP 19830102 201001 1 005
Pendidikan
S2
S2
S1
S1
SLTA
S1
S1
S1
S1
S1
SLTA
SLTA
47
SEPTIO CHABIBI
NIP 19870218 200701 1 010
PUJIANTO
14.
NIP 19660101 200701 1 052
SURIP FADIL
15.
NIP 19670218 200701 1 010
Dari data tabel 8, didapatkan status pendidikan
13.
SLTA
SLTA
SLTA
terakhir pegawai
NAMA
DWI MARDELI
TINUK KUNARWATI
SUPRIHATIN
BARIATI
RACHMA YUNAWAN S. Kep
SITI KHOIRIYAH
JOKO SETIONO
SUMARNI
WIDYA DEDI HARIANTO
PENDIDIKAN
SLTA
SMP
SLTA
SMPS
S1
SLTP
SLTA
SLTA
SLTA
48
49
- Orientasi
- Pemahaman masalah
c. Kegiatan bimbingan
- Bimbingan fisik
- Bimbingan mental
- Bimbingan social
d. Kegiatan terminasi dan lanjut usia
- Resosialisasi
- Terminasi
- Bimbingan lanjut
Persyaratan untuk mendapatkan pelayanan di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Blitar:
Laki-laki atau perempuan usia min. 60 tahun
Dari keluarga bermasalah sosial (miskin, terlantar diasingkan
lembar
Sanggup menaati seluruh peraturan dan tata tertib yang
diberlakukan didalam UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Blitar.
Lolos seleksi dari tim seleksi UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Blitar.
bimbingan
fisik,
bimbingan
mental,
bimbingan
50
lingkungan
kantor,
harap
51
Nama kelompok
Nama masalah
Faktor yang
berhubungan
- Proses menua
- Gangguan memori
: 11 A
: Demensia
Korelasi dengan masalah
Usia Lanjut
Menurunnya respon sensori
Ketidakseimbangan
kecepatan regenerasi dan
respon otak
Menurunnya kerja otak
daya pikir berkurang
daya ingat menurun
perubahan proses pikir
Data Fokus
DS:
- Klien mengatakan tidak
mengenali teman sekamarnya
- Klien mengatakan kuncinya
dikalungkan karena sering lupa
- Klien mengatakan sering lupa
mengenakan sandal
DO:
- Klien sering mengulang
perkataan
- Klien tampak mencari barang
pribadinya
- Klien menuduh temannya
mengambil barang dari almari
- Proses demensia
nya
DS:
- Klien mengatakan sering
terbangun di malam hari, dan
hari
DO:
-
disekitar mushola
Klien terlihat mondar
mandir
Kesulitan
keseimbangan
Kelemahan otot
Proses penuaan
DS:
-
Klien
mengatakan
tidak
sulit
52
Resiko cidera
DO:
-
untuk berjalan
Klien berjalan dengan alat
bantu yang ada dipinggir
tembok
Klien berjalan ke toilet
dengan
berpegangan
tembok
Perhatian
Poin
Tingkat
Kemungkinan
Nilai
Masyarakat
Prevalensi
Bahaya
Diatasi
Total
96
64
Perubahan
proses pikir
berhubungan
dengan
perubahan
fisiologis
(degenerasi
neuron
ireversibel)
Perubahan pola
tidur
berhubungan
dengan
53
perubahan
lingkungan
Resiko jatuh
berhubungan
dengan
kesulitan
48
keseimbangan
dan kelemahan
otot
Daftar prioritas diagnosa:
1. Perubahan
proses
pikir
berhubungan
dengan
perubahan
fisiologis
No.
Dx
1.
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
Kriteria Hasil
Setelah
diberikan 1.Kembangkan lingkungan. Mengurangi kecemasan dan
tindakan keperawatan yang
diharapkan
mampu
perubahan
mendukung
klien hubungan
dan emosional.
klien-perawat
berpikir
2.Pertahankan
KH:
a. -Mampu
tenang.
lingkungan
b. Kebisingan
merupakan
berlebihan
meningkatkan
yang
gangguan
54
memperlihatkan
kemampuan
untuk
kognitif 3.Tatap
wajah
ketika Menimbulkan
konsekuensi
yang
neuron.
terutama pada klien dengan
kejadian
gangguan perceptual.
menegangkan
terhadap
emosi
c.
dan 4.Panggil
perhatian,
klien
dengan
d. Nama
namanya.
adalah
identitas
bentuk
diri
dan
-Mampu mengembangkan
menimbulkan
anggapan
diri
pengenalan
yang
negative.
mengenali 5.Gunakan suara yang agak Meningkatkan pemahaman.
tingkah laku dan faktor rendah
dan
berbicara Ucapan tinggi dan keras
-Mampu
penyebab.
2.
Setelah
dilakukan 1.Jangan
menimbulkan
stress
mencetuskan
konfrontasi
tidak berakibat
efek
negative oleh
tidur
yg
yang
disebabkan
siang
yang
hari.
KH :
a.
penyebab
gangguan (steroid,
pola tidur.
b.
diuretik)
mengganggu tidur.
Mampu
psikis
yang terdapat
kortikosteroid,
terjadi
bila
panggunaan
termasuk
menentukan penyebab
tidur inadekuat.
c.
Melaporkan dapat rutinitas waktu tidur malam terbiasa dari asupan makan
beristirahat
yang dengan
cukup.
klien(memberi
d. Mampu
hangat).
kebiasaan klien
pada
malam
hari
55
yang adekuat.
4.Memberikan
yang
lingkungan Hambatan
nyaman
kortikal
untuk formasi
meningkatkan
reticular
akan
selama
tidur,
berkurang
tidur(mematikan
ventilasi
ruang
suhu
yang
pada
lampu, meningkatkan
respon
menghindari kebisingan)
suara
meningkat
terhadap
selama
tidur.
5.Buat jadwal tidur secara
teratur. Katakan pada klien Penguatan bahwa saatnya
bahwa saat ini adalah waktu tidur dan mempertahankan
untuk tidur.
kesetabilan lingkungan.
6.Ajarkan
relaksasi
autogenik
mengurangi
tingkat
klien
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
3 kali dalam
penyebab jatuh
b. Mampu
menerapkan cara
pencegahan
c. Resiko jatuh klien
mampu
KH:
a. Mampu mengetahui
klien
2. Berikan
pujian
atas
tidak
56
berkurang
jatuh
Dengan mengetahui faktor
4. Kaji faktor pendukung
pendukung
akan
terjadinya jatuh ulangan;
mempermudah
kondisi rumah, kondisi
meengantisipasi
kejadian
penderita
jatuh berulang
5. Diskusikan dan ajarkan
cara-cara
pencegahan
motivasi
akan
terjadinya
klien jatuh
mempraktekkan
cara pencegahan
lebih
semangat
Tanggal
Dx
1.
27 September 2016
14.45 WIB
Perkembangan (SOAPIE)
S:
Klien mengatakan susah dan
bingung
O:
- 7 dari 9 klien mengikuti
senam otak
- Belum ada klien yang
melakukan
gerakan
Tanda tangan
57
A:
Masalah belum teratasi
P:
Ajarkan kembali senam otak
I:
Mengajarkan senam otak
E:
7 dari 9 klien masih belum
melakukan gerakan dengan
benar
sampai
hitungan
selesai
2.
27 September 2016
15.00 WIB
S:
Klien
mengatakan
akan
relaksasi
konsentrasi
kurang
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Ajarkan kembali relaksasi
autogenik
58
I:
Mengajarkan
relaksasi
autogenik
E:
6 dari 9 klien masih belum
konsentrasi
saat
relaksasi
autogenik
3.
28 September 2016
S:
Klien
masih
bingung
dengan
hitungan
sangat pelang
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Ajarkan kembali senam otak
59
I:
Mengajarkan senam otak
E:
2 dari 9 klien masih belum
mau melakukan gerakan
4.
28 September 2016
S:
Klien
mengatakan
belum
relaksasi
relaksasi
autogenik
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Ajarkan kembali relaksasi
autogenik
I:
Mengajarkan
kembali
60
relaksasi autogenik
E:
2
relaksasi
autogenik
5.
29 September 2016
S:
Klien
masih
bingung
melakukan
gerakan
61
E:
- 1 dari 9 klien masih belum
melakukan gerakan
- 3 dari 9 klien belum
mampumelakukan
gerakan dengan hitungan
6.
29 September 2016
S:
Klien
mengatakan
belum
autogenik
dengan benar
- 1 dari 9 klien belum
mau melkukan relaksasi
autogenik
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Ajarkan kembali relaksasi
autogenik
I:
Mengajarkan
kembali
62
relaksasi autogenik
E:
3 dari 9 klien masih belum
konsentrasi saat relaksasi
autogenik
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
(Azwar, 2006).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi
didalam
kehidupan
manusia.
Proses
menua
merupakan
proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah,
yang
berarti
seseorang
telah
melalui
tiga
tahap
63
DAFTAR PUSTAKA
Aini,
Fitriatul.
2013.
Konsep
Keperawatan
Gerontik.
Online
2015.
Konsep
dan
Teori
Lanjut
Usia.
Online
Wiwin.
2013.
Lanjut
Usia
(Lansia).
Online
Wiwin.
2014.
Laporan
Pendahuluan
Demensia.
Online