Anda di halaman 1dari 3

1.

Renungan Idul Adha: Nabi Ibrahim Sebagai Teladan


Sepatutnya bagi kita meneladani Nabi Ibrahim, karena beliau adalah
Khalilurrahman, Sang Kekasih Allah Taala. Jika kita hendak dicintai oleh Allah
Taala, maka contohlah Nabi Ibrahim
By Wiwit Hardi Priyanto 17 September 2015
59 3698 1

Hari raya Idul Adha merupakan hari raya bagi umat Islam selain hari raya
Idul Fitri. Hari dimana umat Islam yang berada di Masjidil Haram
melaksanakan ibadah haji. Hari dimana berbagi kebahagiaan di antara kaum
muslimin. Dan yang paling berkesan adalah saat penyembelihan hewan
kurban. Umat islam bergotong royong, saling membantu satu sama lain. Hal
ini terlihat ketika penyembelihan dimulai hingga pembagian daging hasil
sembelihan.
Jika kita telisik lebih dalam, sejarah penyembelihan kurban itu sendiri berasal
dari kisah Nabi Ibrahim bersama putranya Nabi Ismail alaihimash shalatu wa
sallam. Jika kita mau mengambil pelajaran, banyak sekali keteladanan yang
dapat kita ambil dari Nabi Ibrahim.
Allah Taala berfirman,


Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Imam (yang dapat dijadikan
teladan), qaanitan (patuh kepada Allah), dan hanif, dan dia
bukanlah termasuk orangmusyrik (yang menyekutukan Allah). (QS.
An-Nahl: 120)
Sebagai Teladan
Nabi Ibrahim disebut dengan Abul Anbiya (bapaknya para Nabi). Tidaklah
seorang nabi setelah Nabi Ibrahim kecuali semuanya berasal dari keturunan
Beliau. Nabi Ibrahim disebut juga seorang Imam karena beliau menjadi
teladan bagi kita semua. Sebagaimana yang Allah Taala firmankan di surat
Al-Furqan ayat 74,

Dan jadikanlah kami sebagai Imam (pemimpin) bagi orang yang
bertakwa.

Para ahli tafsir menjelaskan, yang dimaksud imam pada ayat di atas
adalah dijadikan sebagai teladan bagi orang-orang yang hidup sesudahnya.
Patuh kepada Allah
Nabi Ibrahim adalah seorang hamba yang patuh. Dimana ia mendahulukan
perintah Allah dengan cara mantaati-Nya. Siapa yang tidak kenal dengan
kisah Beliau yang meninggalkan istrinya (Hajar) dan putranya (Nabi Ismail),
di tanah yang gersang tanpa meninggalkan bekal apa pun. Hal ini
menunjukkan bahwa rasa cinta Beliau kepada Allah melebihi rasa cintanya
terhadap istri dan anaknya. Padahal kita tahu bahwa istri dan anak adalah
salah satu godaan terbesar di dunia yang bisa menyebabkan seseorang
terlalu mencintai dunia dan melalaikan akhiratnya.
Allah Taala berfirman,

Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri dan
anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka hatihati/waspadalah kalian dari mereka. (At-Taghabun: 14).
Nabi Ibrahim juga melaksanakan perintah Allah, bahkan mendapat dukungan
dari anaknya sendiri, tatkala Allah perintahkan Beliau untuk menyembelih
anaknya sendiri, yaitu Nabi Ismail. Padahal Beliau telah lama merindukan
untuk memiliki buah hati.
Allah Taala berfirman,



Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku sedang menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa
pendapatmu! Ia menjawab: Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar. (QS. Ash Shaffat: 102)
Orang Yang Hanif
Hanif artinya bertekad mengikuti kebenaran dan jalan yang lurus. Nabi
Ibrahim adalah seorang yang berpegang teguh terhadap kebenaran, tidak
berpaling untuk meninggalkannya, dan memiliki pemahaman agama yang
lurus. Tidak pernah terlintas di pikiran beliau untuk meninggalkan agama

yang benar ini. Jadi sudah sepantasnya dan seharusnya kita meneladani
beliau dalam berpegang teguh pada ajaran yang benar ini.
Bukanlah Seorang Musyrik
Nabi Ibrahim bukanlah termasuk orang yang menyekutukan Allah. Bahkan
beliau secara tegas mendakwahkan tauhid. Ada anggapan keliru bahwa Nabi
Ibrahim pernah bingung terhadap Rabb-nya. Ayat ini membantah bahwa
Beliau tidaklah pernah sama sekali menyekutukan Allah. Namun kita lihat
praktik umat Islam jaman sekarang, masih banyak di antara umat Islam yang
melakukan amalan menuju kesyirikan, bahkan telah mencapai derajat
kesyirikan itu sendiri. Padahal kesyirikan adalah dosa yang tak terampuni
dan pelakunya akan kekal di dalam neraka jika pelakunya tidak bertaubat
sebelum meninggal.
Penutup
Sungguh ayat yang telah disebutkan di atas menunjukkan keteladanan
seorang Nabi Ibrahim. Kita sebagai umat Islam yang mengaku beriman
kepada Beliau, hendaknya menjadikan Beliau sebagai teladan kita. Oleh
karena itu, sepatutnya bagi kita mencontoh Beliau, karena Beliau
adalah Khalilurrahman, Sang Kekasih Allah Taala. Jika kita hendak dicintai
oleh Allah Taala, maka contohlah Nabi Ibrahim. Semoga
Allah Taala melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Wallahu Muwaffiq.
***
Catatan: Tulisan ini terinspirasi dari isi khutbah Idul Adha Ustadzuna Aris
Munandar Hafizhahullahu Taala.
Penulis: Wiwit Hardi P.

Sumber: https://muslim.or.id/26535-renungan-idul-adha-nabi-ibrahimsebagai-teladan.html

Anda mungkin juga menyukai