Perspektif Agama
Perspektif Agama
Penafsiran ini semakna dengan firman Allah Taala di dalam surat AlBaqarah ayat 188 yang menjelaskan haramnya memakan harta orang lain
dengan cara yang bathil.
Allah Taala berfirman:
(188)
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 188).
Imam Al-Qurthubi mengatakan, Makna ayat ini adalah janganlah
sebagian kalian memakan harta sebagian yang lainnya dengan cara yang
tidak benar. Dia menambahkan bahwa barangsiapa yang mengambil harta
orang lain bukan dengan cara yang dibenarkan syariat maka sesungguhnya
ia telah memakannya dengan cara yang batil. Diantara bentuk memakan
dengan cara yang batil adalah putusan seorang hakim yang memenangkan
kamu sementara kamu tahu bahwa kamu sebenarnya salah. Sesuatu yang
haram tidaklah berubah menjadi halal dengan putusan hakim. (Lihat AlJami Li Ahkam Al-Quran II/711).
Dalam menafsirkan ayat di atas, Al-Haitsami rahimahullah
mengatakan, Janganlah kalian ulurkan kepada hakim pemberian kalian,
yaitu dengan cara mengambil muka dan menyuap mereka, dengan harapan
mereka akan memberikan hak orang lain kepada kalian, sedangkan kalian
mngetahui hal itu tidak halal bagi kalian. (Lihat Az-Zawajir An Iqtirof
Al-Kaba-ir, karya Haitsami I/131).
3. Dalil Ijma
Para ulama telah sepakat secara ijma akan haramnya suap menyuap
secara umum, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Qudamah, Ibnul Atsir, dan
Ash-Shanani, semoga Allah merahmati mereka semua. (Lihat Al-Mughni
XI/437, An-Nihayah II/226, dan Subulussalam I/216).
Imam Al-Qurthubi rahimahullah di dalam kitab Tafsirnya mengatakan
bahwa para ulama telah sepakat akan keharamannya. (Lihat Al-Jami Li
Ahkam Al-Quran VI/119).
pidana korupsi juga dipidana dengan ancaman pidana yang sama dengan pelaku
tindak pidana korupsi.
Begitu pun yang dilakukan oleh Rudi Rubiandini, kasus korupsi yang
melibatkan Rudi Rubiandini menurut Sudut pandang hukum jelas dipandang
sebagai Extraordinary Crime. Kasus suap yang melibatkan Kepala SKK Migas
non aktif, Rudi Rubiandini dinilai merupakan pelanggaran konstitusi. Sebab, Pasal
33 ayat 3 UUD 1945 menyebutkan Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat. Di dalam Undang-undang pemberantasan korupsi,
penerima dan pemberi suap dinyatakan bersalah.
Rudi juga melanggar Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang TPPU jo
Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Dalam pasal ini disebutkan orang yang mengalihkan
uang hasil tindak pidana korupsi dengan tujuan menyamarkan asal-usul harta
kekayaan dikenai tindak pidana pencucian uang. Dengan itu, Rudi terancam
pidana penjara paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp 10 miliar.