Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN UMUM DAN STRATIFIKASI

SOSIAL MADURA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Antropologi Kesehatan

Disusun Oleh :
Esti Tri Rahma Nisa
P17320115058
Tingkat 1 C

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG


Jalan Dr. Otten Nomor 32

Gambara Umum Pulau Madura

Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau
Madura besarnya kurang lebih 5.168 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk
hampir 4 juta jiwa.
Jembatan Nasional Suramadu merupakan pintu masuk utama menuju Madura, selain itu untuk
menuju pulau ini bisa dilalui dari jalur laut ataupun melalui jalur udara. Untuk jalur laut, bisa
dilalui dari Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya menuju Pelabuhan Kamal di bangkalan, Selain
itu juga bisa dilalui dari Pelabuhan Jangkar Situbondo menuju Pelabuhan Kalianget di Sumenep,
ujung timur Madura.
Pulau Madura bentuknya seakan mirip badan sapi, terdiri dari empat Kabupaten,
yaitu : Bangkalan, Sampang, Pamekasan danSumenep. Madura, Pulau dengan sejarahnya yang
panjang, tercermin dari budaya dan keseniannya dengan pengaruh islamnya yang kuat.
Pulau Madura didiami oleh suku Madura yang merupakan salah satu etnis suku dengan populasi
besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta jiwa. Mereka berasal dari pulau Madura dan pulaupulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak
tinggal di bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai
utaraBanyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur
Probolinggo, Jember, jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga
termasuk Surabaya Utara ,serta sebagian Malang .
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan, masyarakat Madura juga dikenal
hemat, disiplin, dan rajin bekerja keras (abhantal omba' asapo' angen). Harga diri, juga paling
penting dalam kehidupan masyarakat Madura, mereka memiliki sebuah falsafah: katembheng
pote mata, angok pote tolang. Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi carok pada
sebagian masyarakat Madura.

1. Keadaan Geografis

Pulau Madura terletak di timur laut pulau Jawa, kurang lebih 7 derajat sebelah selatan dari
khatulistiwa di antara 112 derajat dan 114 derajat bujur timur. Pulau itu dipisahkan dari Jawa
oleh Selat Madura, yang menghubungkan Laut Jawa dengan Laut Bali. Moncongnya di barat laut
agak dangkal dan lebarnya tidak lebih dari beberapa mil laut.Secara geologis Madura merupakan
kelanjutan dari pegunungan kapur yang terletak di sebelah utara dan di sebelah selatan Lembah
Solo. Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar, dan
lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknya pun lebih menyatu. Puncak tertinggi di
bagian timur Madura adalah Gunung Gadu (341 m), Gunung Merangan (398 m), dan Gunung
Tembuku (471 m).
Iklim di Madura bercirikan dua musim, musim barat atau musim hujan selama bulan Oktober
sampai bulan April, dan musim timur atau musim kemarau. Komposisi tanah dan curah hujan
yang tidak samadi lereng-lereng yang tinggi letaknya justru kebanyakan, sedangkan di lerenglereng yang rendah malahan kekuranganmembuat Madura kurang memiliki tanah yang subur.
Hanya di daratan aluvial dan di tanah liat bercampur kapur di dataran tinggi yang terdapat cukup
curah hujan saja persawahan yang permanen atau sementara dimungkinkan. Sebagian besar
tanah yang diolah tediri dari tegalan yang terutama menghasilkan jagung dan singkong. Hanya
selama musim hujan saja lahan-lahan kering ini dapat ditanami. Di selatan, lahan-lahan yang
sama sekali tidak subur digunakan untuk pembuatan garam. Sudah sejak lama Madura terkenal
sebagai daerah penghasil garam yang penting.
2. Demografi
Mayoritas masyarakat Madura merupakan masyarakat agraris. Kurang lebih 90% penduduknya
hidup terpencar-pencar di pedalaman, di desa-desa, di dukuh-dukuh, dan kelompok-kelompok
perumahan petani. Pulau ini memiliki empat kota, dari barat ke timur berturut-turut yaitu
Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Kota-kota tersebut adalah sekaligus ibukota
kabupaten yang membagi daerah itu dengan menggunakan nama yang sama. Kota-kota itu
berada di tengah-tengah daerah yang subur dan letaknya berdekatan dengan pantai. Pada zaman
yang lampau, di tempat-tempat ini terdapat keraton yang merupakan kota kediaman raja-raja.
Jauh sebelum orang Belanda tiba di kepulauan Indonesia, tempat kediaman raja-raja itu telah
tumbuh menjadi kota-kota kecil, yang disamping tak terhitung banyaknya pegawai dan pelayan

istana, juga dihuni oleh ratusan tukang, para pemilik toko kecil, dan para pedagang. Kota keraton
ini merupakan pusat kebudayaan, ekonomi, dan pemerintahan kerajaan Madura.

3. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Madura adalah bertani dan beternak. Akan tetapi hasil pertanian
tidak dapat menghidupi seluruh penduduknya sehingga sebagian besar penduduknya bekerja
sebagai pedagang, nelayan dan pembuat garam. Kurangnya kesuburan tanah dan pengairan yang
tidak memadai, menyebabkan banyak penduduk Madura yang bermigrasi ke pulau Jawa dengan
alasan utama untuk mencari nafkah. Proses perpindahan ini melaui bermacam saluran seperti
perdagangan, pelayaran, penangkapan ikan dan ekspedisi militer. Alasan lain penduduk Madura
bermigrasi, menurut J.Van Goor yang dikutip oleh Sutjipto, adalah untuk menghindarkan diri
dari wajib militer, pemerasan atau tekanan dari bupati dan dari perlakuan hukum yang semenamena. Karena itu, sampai saat ini banyak dijumpai orang Madura di daerah Jawa Timur.

4. Gambaran Umum Kota Sumenep


Sumenep (bahasa Madura: Songnb) adalah sebuah kabupaten di propinsi Jawa Timur,
Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.093.45 km dan populasi 1 juta jiwa. Ibu
kotanya ialah Kota Sumenep. Terletak di ujung timur pulau Madura, Sumenep memiliki sebuah
keraton keluarga kerajaan Madura, Cakraningrat. Kabupaten Sumenep selain terdiri dari wilayah
daratan juga terdiri dari kepulauan yang berjumlah 126 pulau. Pulau yang paling utara adalah
Pulau Karamian yang terletak di Kecamatan Masalembu dan pulau yang paling Timur adalah
Pulau Sakala. Sumenep memiliki batas-batas sebagai berikut: sebelah selatan berbatasan dengan
Selat Madura, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Pamekasan, sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa / Laut Flores.
Keraton Sumenep, tanpa memperhitungkan bangunan-bangunan tambahan, kandang-kandang
dan ruang-ruang yang lain, memiliki 133 rumah dan pendopo, yang selain dari raja, para
keluarganya yang terdekat dan para gundiknya, juga merupakan tempat kediaman dari hampir
dari semua para bangsawan dan para pegawai tinggi istana. Di luar tembok keraton, terdapat
beberapa kampung dengan kehidupan penduduknya yang langsung atau tidak langsung

tergantung pada istana. Orang-orang timur asing, seperti orang Cina, Arab, dan Melayu
bertempat tinggal di lingkungan yang terpisah dengan pemimpin mereka sendiri. Dalam jarak
yang dekat, kota itu dikelilingi oleh sejumlah desa yang termasuk dalam daerah kota.

5. Ekonomi
Pertanian subsisten (skala kecil untuk bertahan hidup) merupakan kegiatan ekonomi
utama. Jagung dan singkong merupakan tanaman budi daya utama dalam pertanian subsisten di
Madura, tersebar di banyak lahan kecil. Ternak sapi juga merupakan bagian penting ekonomi
pertanian di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga petani selain penting
untuk kegiatan karapan sapi. Perikanan skala kecil juga penting dalam ekonomi subsisten di
sana.
Tanaman budi daya yang paling komersial di Madura ialah tembakau. Tanah di pulau ini
membantu menjadikan Madura sebagai produsen penting tembakau dan cengkeh bagi
industri kretek domestik. Sejak zaman kolonial Belanda, Madura juga telah menjadi penghasil
dan pengekspor utama garam. Selain komoditas tanaman di atas, sejak akhir tahun 2012, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) mencoba Pulau ini untuk dijadikan lahan
pengembangan tebu di Jawa Timur.
Bangkalan yang terletak di ujung barat Madura telah mengalami industrialisasi sejak tahun 1980an. Daerah ini mudah dijangkau dari Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, dan dengan
demikian berperan menjadi daerah suburban bagi para penglaju ke Surabaya, dan sebagai lokasi
industri dan layanan yang diperlukan dekat dengan Surabaya.Jembatan Suramadu yang sudah
beroperasi sejak 10 Juni 2009, diharapkan meningkatkan interaksi daerah Bangkalan dengan
ekonomi regional.
Sumenep sebagai daerah wisata juga menyimpan banyak sumber daya alam berupa gas alam
yang dieksplorasi untuk mensuplai kebutuhan gas industri yang tersebar di wilayah Jawa Timur.
Sumur-sumur gas sebagian besar tersebar di daerah lepas pantai Kepulauan Sumenep.
Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya yang
tidak baik untuk bertani. Orang Madura juga senang berdagang, terutama besi tua dan barangbarang bekas lainnya. Selain itu banyak yang bekerja menjadi nelayan dan buruh,serta beberapa
ada yang berhasil menjadi Tekonokrat, Birokrat, Menteri atau Pangkat tinggi di dunia militer.

Stratifikasi Sosial Masyarakat Madura

Pada umumnya orang orang yang diluar Pulau Madura atau orang yang belum
mengenal Pulau Madura cenderung mempunyai anggapan bahwa Madura itu gersang, tandus dan
orang orangnya keras serta sulit untuk diajak konpromi.
Pokoknya hal hal yang negatif banyak diarahkan pada masyarakat Madura, utamanya bagi
orang Madura yang diperantauan. Kenyataannya hal itu tidak semuanya benar, panjang sekali
masalah tersebut kalau penulis uraikan dalam kesempatan ini.
Pulau Madura terdiri dari 4 ( Empat ) Kabupaten, yaitu : Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan
Sumenep. Letaknya, ditimur laut pulau jawa dengan koordinat 7 o lintang selatan dan antara
112o dan 114o bujur timur.
Panjang pulau Madura, 190 Km jarak terlebar 40 Km, luasnya keseluruhan 5.304 Km.
Tingginya dari permukaan laut antara 2 meter sampai dengan 350 meter, ketinggian yang paling
rendah ada di daerah daerah pantai (Barat Utara Timur dan Selatan). Daerah daerah
yang tersebar di bagian tengah pulau, berupa deretan pegunungan pegunungan kecil.
Pulau pulau kecil yang berada di kepulauan Madura jumlahnya mencapai lebih dari 100,
diantara Pulau tersebut ada yang tidak berpenduduk.

Stratifikasi Sosial / Pelapisan Sosial Masyarakat Madura


1. Oreng Kene / Dume = Sebagai Lapisan Terbawah, Yaitu : masyarakat yang biasanya
kebanyakan bekerja sebagai petani nelayan pengrajin dan orang yang tidak mpunya
mata pencaharian tetap.
2. Ponggaba, Yaitu : orang yang bekerja di Instansi normal terutama di Kantor Pemerintah.
3. Parjaji, Yaitu : Lapisan masyarakat yang berada paling atas.
Parjaji ada 2 macam pengertiannya :
1. Orang orang yang masih keturunan raja di Madura pada saat itu. Biasanya tingkatan
Gelar Ke Bangsawanan nya seperti RA-RP-RB-R.mas-R ( Untuk laki laki ) R.Ayu /
R.Ajeng, R.Roro ( Untuk wanita ).
2. Orang orang berpangkat menengah sampai dengan tinggi pada saat Pemerintahan
Belanda, seperti Asisten Wedana (Camat) Wedana Patih Kanjeng / Bupati, dsb.
Stratifikasi Di Lingkungan Masyarakat Agama / Pesantren

Stratifikasi di lingkungan masyarakat agama / pesantren yang kita kenal ada 4 Tingkatan,
Yaitu ( Dari yang ter-atas ) :
Keyae
Adalah seseorang yang dikenal sebagai pemuka Agama (Ulama) karena menguasai
banyak Ilmu Agama Islam. Selain berfungsi sebagai pembina ummat juga sebagai penerus /
pengajar ajaran para Nabi pada santri santrinya.
Bindarah
Adalah orang orang yang telah mendapatkan / men-tamatkan pendidikannya di Pondok
Pesantren, dan mereka telah memiliki pengetahuan keagamaan yang cukup banyak tetapi belum
setara dengan pengetahuan Keyae.
Ada Pula Bindarah yang sudah banyak didatangi orang untuk NYABIS terutama di Desa / Dusun
yang agak jauh dari seorang Keyae.
Santre
Adalah orang orang yang masih sedang menuntut Ilmu keagamaan di sebuah Pondok
Pesantren.
Banne Santre
Seseorang yang tidak pernah Mondok / tidak pernah menuntut Ilmu keagamaan di sebuah
Pondok Pesantren.
Tingkatan Bahasa ( Dag-ondaggha Basa )
Dalam Bahasa Madura kita kenal 5 tinggkatan Bahasa :
1. Bahasa Kraton = Abdi Dalem Junan Dalem; Biasa digunakan di lingkungan keluarga
Kraton
2. Bahasa Tinggi = Abdina Panjennengan; Biasa digunakan oleh ponggawa / bawahan
pada atasan, baik di Lingkungan Kraton maupun di Lingkungan Pemerintahan, atau
Santre pada Keyae
3. Bahasa Halus = Kaula Sampeyan; Biasa digunakan oleh yang lebih muda pada yang
lebih tua / pada yang dihormati.
4. Bahasa Menengah = Bula Dika; Biasa digunakan oleh yang lebih tua pada yang lebih
muda tetapi di hormati.Misal : Mertua pada menantunya.
5. Bahasa Mapas / Kasar = Sengko Bana Kakeh Sedeh; Biasa digunakan oleh yang
lebih tua pada yang lebih muda, orang yang mempunyai posisi yang lebih tinggi pada
bawahannya, dan orang yang seumur / sebaya (teman).

Tulisan diatas menyalin dari : Lontar Madura | Merawat Tradisi Membesarkan


Budaya http://www.lontarmadura.com/stratifikasi-sosial-masyarakat-madura/#ixzz45cP4cmQB
Tulisan diatas menyalin dari : Gambaran Umum Pulau

Madura http://www.lontarmadura.com/gambaran-umum-pulau-madura-2/#ixzz45cNiI9pc

Anda mungkin juga menyukai