LP Halusinasi 1
LP Halusinasi 1
B. RESPON BIOLOGIS
Rentang respon neurobiologis dari keadaan respon persepsi adaptif
sehingga keadaan persepsi maladaptive, dapat dilihat pada gambar rentang
respon seperti di bawah ini :
RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS
Respon Adaptif
Pemikiran logis
Persepsi akurat
Emosi
konsisten
Distorsi pikiran
Respon Maladaptif
Kelainan
Ilusi
pikiran/delusi
Halusinasi
Reaksi emosional
dengan
berlebihan
pengalaman
kurang
Perilaku sesuai
atau
Ketidakmampuan
mengalami emosi
Ketidakberaturan
lazim
Hubungan sosial
Menarik diri
Isolasi social
Respon adaptif :
a) Pemikiran logis adalah suatu pemikiran dengan nmenggunakan
logika, rasional, masuk akal serta dapat diterima oleh akal sehat.
b) Persepsi akurat adalah sebuah keadaan yang sadar akan
banyaknya stimulus yang memepengaruhi indra.
c) Emosi konsisten dengan pengalaman adalah kemantapan perasaan
jiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.
d) Perilaku sesuai adalah kegiatan atau sesuatu yang berkaitan
dengan individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau
ucapan yang tidak bertentangan dengan moral.
e) Hubungan sosial adalah hubungan seseorang dengan orang lain
2)
3)
kemampuan
untuk
mengalami
kesenangan,
C. PSIKOPATALOGI
1)
Etiologi
a) Faktor Predisposisi
(1) Faktor perkembangan terhambat
(a) Usia sekolah (6 12 tahun) mengalami peristiwa yang
tidak menyenangkan selama sosialisasi dan kegiatan
sekolah.
(b) Usia remaja (12 21 tahun) mengalami krisis identitas
yang tidak terselesaikan.
(2)
(4)
Faktor genetik
Adanya keluarga yang menderita skizofrenia.
b) Faktor Presipitasi
(1)
orang-orang
yang
dicintai
dan
lingkungan
Faktor biokimia
Stress yang mengakibatkan lepasnya dopamin atau zat
halusinogenik yang menyebabkan terjadinya halusinasi.
(3)
Faktor psikologis
Kecemasan tinggi dan memanjang, tidak mampu mengatasi
masalah atau kegagalan dalam hidup.
2)
awal
tersebut
sebagai
pemecahan
masalah.
b) Fase II : Comforting (ansietas sedang : halusinasi menyenangkan)
(1) Karakteristik
Klien mengalami perasan mendalam seperti ansietas
kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus
pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas.
Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman
sensori berada dalam kendali kesadaran jika ansietas dapat
ditangani non psikotik.
(2) Perilaku klien
Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai., menggerakkan
bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon
verbal yang lambat jika sedang asyik sendiri, diam dan
asyik sendiri.
c)
jarak
dirinya
dengan
sumber
yang
Perilaku klien
Meningkatkan tanda-tanda sistem syarat otonom akibat
ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan dan
tekanan darah, rentang perhatian menyempit, asyik dengan
pengalaman
sensori
dan
kehilangan
kemampuan
berhenti
menghentikan
perlawanan
terhadap
(1) Karakteristik
Pengalaman sensori menjadi mengancam, jika klien
mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasi berakhir
dalam beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi
therapiutik. Psikotik berat
(2) Perilaku klien
Prilaku teror akibat panic, potensi kuat suicide atau
homicide, aktifitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti
prilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia, tidak
mampu berespon terhadap perintah komplek.
3)
Jenis Halusinasi
Wilson dan Kneisl (1988 hal. 406) membagi halusinasi sebagai
berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
g)
Halusinasi Kinestetik
Individu merasakan pergarakan sementara individu berdiri
tanpa bergerak.
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda atau gejala yang muncul pada klien halusinasi adalah bicara
kacau, senyum dan tertawa sendiri, mengatakan mendengar suara-suara
yang tidak jelas dari mana sumbernya, menarik diri, mudah tersinggung,
jengkel, marah, ekspresi wajah tegang tidak dapat membedakan hal yang
nyata dan tidak nyata.
E. PENATALAKSANAAN
1)
Penatalaksanaan Medis
a) Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita
skizoprenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai
berhubungan
dengan
praktis
dengan
maksud
Penatalaksanaan Keperawatan
a) Psikotherapi
Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah
emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang
terlatih dalam hubungan profesional secara sukarela dengan
maksud hendak menghilangkan, mengubah, atau menghambat
gejala-gejala yang ada, mengoreksi prilaku yang terganggu dan
mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif. (Direja,
2010, hal. 168).
b) Rehabilitasi
Terapi kerja baik untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila tidak menarik
diri dia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan
penderita untuk mengadakan permainan atau pelatihan bersama
(Maramis, 2005, Hal. 232).
Menurut Keliat (2009), di dalam rehabilitas terdapat terapi
aktivitas kelompok yang dibagi menjadi empat yaitu : terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi (klien dilatih
untuk mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang pernah dialami), terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori(aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien),
2.
halusinasinya,
apakah
halusinasinya
merupakan
halusinasi
10
Data subyektif
Menyatakan mendengar suara-suara dan melihat sesuatu yang tidak
nyata, tidak percaya terhadap lingkungan, sulit tidur, tidak dapat
memusatkan perhatian dan konsentrasi, merasa berdosa, menyesal
dan bingung terhadap halusinasinya, perasaan tidak aman, merasa
cemas, takut dan kadang-kadang panik, kebingungan.
11
b) Data obyektif
Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata,
pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal, sulit membuat
keputusan, tidak perhatian terhadap perawatan dirinya, sering
menyangkal dirinya sakit atau kurang menyadari adanya masalah,
ekpresi wajah sedih, ketakutan atau gembira, klien tampak gelisah,
insght kurang, tidak ada minat untuk makan. Dari data tersebut
diatas, kemudian didapatkan rumusan masalah sehingga ditemukan
diagnosa keperawatan.
c) Pohon Masalah
Menurut Budi Anna Keliat (1998), pohon masalah pada perubahan
persepsi sensori sebagai berikut :
Akibat
Resiko kekerasan terhadap diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
Masalah utama
Gangguan sensori persepsi :
halusinasi
Defisit
perawatan
diri
Penyebab
Kerusakan interaksi sosial
Harga diri rendah kronis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perumusan diagnosa keperawatan merupakan langkah keempat
dari pengkajian setelah pohon masalah. Diagnosa keperawatan adalah
penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial individu, keluarga
atau masayarakat terhadap masalah kesehatan klien/proses kehidupan
(Keliat, 2009).
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul dari pohon masalah di
atas adalah :
12
dapat
membina
hubungan
saling
percaya
untuk
mengendaliakan emosinya.
Rasional : hubungan saling percaya dapat mempererat hubungan
dan menjadi dasar interaksi klien dengan perawat.
Tindakan keperawatan:
(a) Bina hubungan saling percaya.
Rasional : meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat
atau orang lain.
(b) Ciptakan lingkungan yang hangat.
Rasional : untuk menciptakan rasa kebersamaan.
(c) Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
Rasional : agar klien bisa menceritakan masalahnya dengan
terbuka.
(2) Klien dapat mengenal halusinasinya.
Tindakan keperawatan :
(a) Adakan kontak sering dan singkat.
Rasional : untuk menghindari rasa jenuh klien dengan
perawat.
13
14
kegiatan
yang
dipilih
dalam
menghadapi
halusinasinya.
(h) Libatkan klien dalam kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK).
Rasional : dengan TAK akan membantu klien mengontrol
halusinasinya.
(i) Beri penguatan atas upaya yang berasil dan beri jalan keluar
upaya yang belum berhasil .
Rasional : pujian akan mendorong klien melakukan kegiatan.
(4)
Klien
mendapat
dukungan
untuk
mengendalikan
halusinasinya.
Tindakan keperawatan :
(a)
15
(c)
(d)
(e)
(f)
(5)
Klien
dapat
menggunakan
obat
untuk
mengendalikan
halusinasinya.
Tindakan keperawatan :
(a)
(b)
16
(c)
(d)
b)
TUK:
(1) Klien
dapat
membina
hubungan
saling
percaya
untuk
mengendaliakan emosinya.
Rasional : hubungan saling percaya dapat mempererat hubungan
dan menjadi dasar interaksi klien dengan perawat.
Tindakan Keperawatan:
(a) Bina hubungan saling percaya.
Rasional : meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat
atau orang lain.
(b) Ciptakan lingkungan yang hangat.
Rasional : Untuk menciptakan rasa kebersamaan.
(c) Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
Rasional : agar klien bisa menceritakan masalahnya dengan
terbuka.
(2) Klien mengetahui pentingnya perawatan diri.
Rasional : Agar klien mengetahui pentingnya perawatan diri.
Tindakan keperawatan yaitu mendiskusikan tentang :
(a) Penyebab klien tidak merawat diri.
Rasional : agar perawata mengetahui apa penyebab klien tidak
merawat diri.
(b) Manfaat menjaga perawatan diri untuk keadaan fisik, mental
dan sosial .
17
dengan baik.
(c)
Berikan pujian untuk setiap respon positif dari klien.
Rasional : agar pasien merasa di hargai.
(4) Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.
Rasional : agar klien melaksanakan perawatan diri dengan bantuan
perawat.
Tindakan keperawatan :
(a) Bantu kllien saat perawatan diri.
Rasional : agar klien dapat melakukan perawatan diri dengan
benar sebelum melakukannya secara mandiri.
(b) Beri pujian setelah melakukan perawatan diri.
Rasional : agar klien merasa diharagai.
(5) Klien dapat melaksanakan perawatan secara mandiri.
Rasional : agar klien dapat melaksanakan perawatan secara
mandiri.
Tindakan keperawatan :
18
tidak
19
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi yang ingin dicapai diantaranya yaitu :
1)
a)
b)
c)
d)
e)
2)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
20
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistic pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta
: EGC.
Keliat, B.A. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa (Edisi 2). Jakarta: EGC
Mansjoer, A. (1999) . Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Maramis, W.F. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Erlangga
University Press.
Keliat, Budi anna . (2005). Proses kesehatan keperawatan jiwa ; ECG
21