Latar belakang
Dewasa ini perkembangan kondisi ekonomi, social, budaya masyarakat semakin pesat. Dunia
sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada dorongan untuk mengejar
ketertinggalannya sehingga dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat ikut serta memasuki zaman
informasi yang pada akhirnya terciptalah era globalisasi. Era globalisasi mengharuskan setiap komponen
dari masyarakat untuk berpacu, meningkatkan kompetensi sehingga mampu menjawab tantangan zaman.
Begitu juga halnya dengan lembaga pendidikan, sebagai pencetak generasi penerus bangsa,
lembaga pendidikan sudah semestinya bertanggung jawab secara penuh dan terarah untuk
mengembangkan kemampuan mahasiswa agar mampu bersaing, termasuk di dalamnya kemampuan untuk
mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia karir yang diminatinya.
Pada penelitian yang ditemukan Kramer, dkk (dalam Herr, 1996:292) terhadap mahasiswa
Universitas Cornell ditemukan 48 % mahasiswa laki-laki dan 61 % mahasiswa perempuan mengalami
masalah dalam pilihan dan perencanaan karir. Penelitian lain menemukan bahwa sebagian mahasiswa
yang memasuki perguruan tinggi di Amerika menginginkan adanya pendampingan dalam perencanaan
karir atau pilihan karir. Dari penelitian tersebut ditemukan betapa butuhnya mahasiswa terhadap
pembimbingan (Assistance) terhadap karir yang akan ia tuju. Agus Rianto (2006) mengemukakan banyak
tantangan yang akan dihadapi mahasiswa dalam menentukan karir, diantaranya adalah ketidak pastian
karir, pengaksesan informasi dan program pengembangan karir, dan tantangan-tantangan ekonomi dan
teknologi. Untuk mengantisipasi tantangan-tangan ini perlu bagi perguruan tinggi untuk memberikan
pelayanan yang optimal terhadap perkembangan karir mahasiswa
3. Landasan teori
Indecisiveness merupakan ketidakmampuan dalam mengambil keputusan karir. Sebagai catatan,
ketidakmampuan pemilihan karier oleh individu indeciveness ditandai dengan kurangnya kejelasan
kognisi dalam dirinya (lack of kognitiv clarity). Individu tidak mampu memilih ketrampilan untuk
mengukur kelebihan dan kelemahan dirinya dan menghubungkan dengan kebutuhan lingkungan. Bisa jadi
dengan lemahnya kognitiv klality yang dimiliki oleh individu akan bermuara pada kesalahan
penggambilan keputusan karier. Contohnya individu yang tidak bisa memutuskan apakah dirinya lebih
baik kuliah sambil kerja atau kuliah saja, disebabkan karena tidak yakin akan berhasil menjalani kedua
tanpa bukti yang sesuai.
4. Subjek sasaran
Mahasiswa tingkat akhir di Universitas Muhammadiyah Malang
5. Tinjauan materi
Mahasiswa merupakan individu yang sedang menempuh pendidikan tinggi, berumur antara 18-21 tahun
(Herr, dkk., 1996:2004). Pada awal abad 19 mahasiswa di perguruan tinggi didominasi oleh mahasiswa
yang berjenis kelamin laki-laki, namun pada akhir-akhir ini justru persentase mahasiswa perempuan
meningkat sangat pesat, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor (Herr, 1996:293). Berkenaan dengan itu,
berdasarkan Ginzberg periode mahasiswa dianggap sebagai periode realistic, selanjutnya, Super
menjelaskan bahwa berkenaan dengan karir individu seusia mahasiswa (18-25 tahun) telah sampai pada
tahap spesifikasi dan implementasi preferensi dalam pekerjaan.
Berkenaan dengan tugas-tugas perkembangan, Akhmad Sudrajat (2009) menjelaskan bahwa pada periode
mahasiswa dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya,
yang intinya pada masa ini merupakan pemantapan pendirian hidup, sehingga tugas perkembangan yang
berhubungan dengan karir, yaitu memilih dan mempersiapkan karier masih menjadi tugas perkembangan
mahasiswa, yang pada tahap selanjutnya (dewasa awal), tugas perkembangannya akan menjadi :
1. Memilih pasangan.
2. Belajar hidup dengan pasangan.
3. Memulai hidup dengan pasangan.
4. Memelihara anak.
5. Mengelola rumah tangga.
6. Memulai bekerja.
7. Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
8. Menemukan suatu kelompok yang serasi.
Berkenaan dengan alasan-alasan individu untuk memasuki perguruan tinggi di Amerika, Herr
(1996:293) mengemukakan temuan-temuan alas an sebagai berikut :
Kepuasan diri
Meliputi pencarian terhadap identitas diri dan pemenuhan diri
Mengejar karir
Dalam hal ini mahasiswa memandang pendidikan di perguruan tinggi sebagai alat untuk
mencapai tujuan profesi atau pekerjaan tertentu, dalam hal ini perguruan tinggi dianggap sebagai alat/cara
yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh individu pada kehidupannya dimasa
akan datang
Untuk menghindar.
Hal ini dilakukan mahasiswa yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi sebagai jalan untuk
menghindari sesuatu hal (wajib militer, keharusan bekerja), dan bukan karena sesuatu hal yang positif dan
keinginan tidak sungguh-sungguh berasal dari hatinya.
A. Bab 1
Pelaksanaan konseling
Pelaksanaan bimbingan
B. Bab 2
Pelaksanaan kegiatan
C. Sasaran program
Layanan informasi ini ditujukan kepada mahasiswa tingkat akhir Universitas Muhammadiyah
MAlang agar mahasiswa dapat mengetahui minatnya setelah mereka lulus dari perguruan tinggi.
Gambaran program
TAHAP
PEMBUKAAN
URAIAN KEGIATAN
Salam pembuka , menyampaikan
tujuan konseling , menyajikan
materi yang bermaksud membuat
klien mengerti :
tujuan
kariernya
agar mahasiswa dapat
menggembangkan
WAKTU
5 MENIT
dirinya
agar mahasiswa mudah
menyesuaikan
diri
Tanya
jawab
dengan
30 MENIT
setelah
menyelesaikan studinya
di perguruan tinggi.
Mengisi daftar riwayat
hidup.
Menggali potensi yang di
minati oleh klien apakah
klien mau bekerja atau
melanjutkan kuliah lagi (
S2) setelah dia lulus dari
PENUTUP
perguruan tinggi.
Member schedule baru
untuk
bimbingan
selanjutnya.
Menutup perjumaan dan
mempersiapkan
klien
keluar.
Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal
Pukul
Tempat
10 MENIT
Tema Kegiatan
perguruan tinggi.
Materi
adalah ruang konseling, Perlengkapan ruangan, alat-alat pelayanan BK yang meliputi; Modul Bimbingan
Konseling, Catatan Pribadi, Instrumen BK, kertas folio,dan pulpen.
Metode
Tanya jawab
Diskusi
Indicator keberhasilan
Mahasiswa dinyatakan berhasil jika mahasiswa mampu memahami tentang minat dan potensi
Evaluasi
Evaluasi hasi
menengah diukur dengan menggunakan lembar observasi partisipasi Siswa saat mengikuti
kegiatan
Evaluasi proses
berlangsung. Aspek yang diamati antara lain partisipasi siswa dalam kegiatan layanan tersebut