Anda di halaman 1dari 12

RUANG UTAMA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH


KOTA BEKASI
Nandang Najmulmunir
Abstract
The New Major of Bekasis City just has been chosen through direct
election. He have to solve many agendas, especially in the free charge
of education and healthy. The analysis of all the component of
internal and external strategic environment saw that he must do the
Conservative Strategic Development Plan for 5 years ahead.
Kata Kunci: Rencana Pembangunan
Pembangunan Konservatif

Latar Belakang
Kota Bekasi secara geografis
berada
pada
konstelasi
pusat
pertumbuhan nasional.
Untuk itu
kemana arah perubahan Kota Bekasi
yang dilakukan melalui pembangunan
daerah?
Merupakan
pertanyaan
fundamental dalam arah perubahan
Kota Bekasi
Arah
pembangunan
Kota
difokuskan pada masyarakat Bekasi
sebagai
subyek
pembangunan
sekaligus sebagai modal sosial
(social capital) yang kreatif, inovatif
dalam mengolah sumberdaya menuju
pada kesejahteraan masyarakat.
Kesejahteraan yang dituju berdimensi
tangible (kesejahteraan material) dan
intangible (kesejahteraan immaterial),
baik
untuk
generasi
sekarang
maupun generasi yang akan datang.
Secara filosifis arah perubahan Kota
Bekasi
diformulasikan
sebagai
paradigma pembangunan berkelanjutan (sustainable urban develop-

Strategis,

Strategi

ment). Uraian masing-masing karakter keberlanjutan kota adalah sebagai


berikut:
1) Empowering. Pengembangan kota harus memberikan kesempatan pada pemberdayaan, yakni
tumbuhnya kemampuan lapisan
masyarakat bawah terutama
kelompok masyarakat miskin
perkotaan. Penumbuhan kemampuan meliputi kemampuan
untuk mengakses pada layanan
dasar,
terutama
pendidikan,
kesehatan, permodalan, informasi, teknologi dan pengetahuan
sehingga dapat tumbuh secara
mandiri. Dengan adanya kemampuan dasar ini, maka diharapkan
tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan kota
Bekasi.
2) Pertumbuhan (growth). Perkembangan kota diindikasikan oleh
salah satu parameternya yakni
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ini harus di atas angka

3)

4)

5)

6)

pertumbuhan penduduk, termasuk


pertumbuhan
yang
disebabkan oleh migrasi.
Pemerataan (equity). Pengembangan
kota
harus
dapat
memberikan peluang untuk tumbuhnya pemerataan pembangunan, baik pemerataan antar kelompok masyarakat, pemerataan
antar wilayah, sehingga kesenjangan dapat dihindari.
Equality. Pembangunan kota
juga harus memberikan rasa
keadilan bagi seluruh komponen
masyarakat, terutama dalam
pelayanan publik, termasuk di
dalamnya pelayanan sarana dan
prasarana perkotaan dan sarana
utilitas.
Efisisiensi. Pengembangan kota
harus memberikan efisiensi total
bagi masyarakat, terutama dalam
pemanfaatan energi. Kota yang
efisien dicerminkan oleh biaya
hidup yang relatif murah, termasuk biaya transpor yang
murah, serta rendahnya pencemaran udara, air dan tanah.
Ciri efisien juga tergambarkan
adanya manajemen wilayah yang
terintegrasi sehingga risiko lingkungan dapat ditekan, misalnya
rendahnya ancaman banjir bagi
masyarakat Kota Bekasi.
Kompetitif. Kota Bekasi adalah
bagian dari Jadebotabek, oleh
karena itu perkembangan Kota
ini diharapkan tidak saling
melemahkan perkembangannya
akibat hubungan horisontal yang
terlalu kuat, namun diharapkan
tumbuh dalam hubungan komplemen dan saling menguatkan.
Untuk itu pengembangan ekonomi perkotaan harus memiliki
jati diri dan diversifikasi sehingga

akan tumbuh
perkembangan
yang kompetitif.
Untuk menuju arah keberlanjutan disesuaikan dengan potensi
sumberdaya yang dimiliki, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya
buatan. Disamping itu perlu difahami
kondisi eksternal. Untuk itu diperlukan
analisis lingkungan strategis, baik
internal dan eksternal dalam lingkup
regional.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk
menyusun strategi pembangunan
jangka menengah Kota Bekasi agar
memberikan arah yang jelas untuk
mencapai sasaran yang diinginkan
terutama menuju pada kesejahteraan
masyarakat yang diproses melalui
mekanisme dan proses berkelanjutan
serta melibatkan partisipasi masyarakat secara luas.
Pendekatan Teori
Pembangunan
berkelanjutan
lahir sebagai babak baru dari teori
pembangunan dan sekaligus mengakhiri
perdebatan
antara
pertumbuhan ekonomi dan penyelamatan lingkungan. Konsep yang
cukup
luas
pertama
kali
dipublikasikan oleh World Conservation
Strategy (IUCN, 1980) dan menjadi
pusat pemikiran untuk pembangunan
dan lingkungan. Laporan yang utama
telah
disampaikan
oleh
World
Comission on Environment and
Development (WCED 1987, The
Brundtland
Report)
dan
The
Landmark World Paper Environment,
Growth and Development (World
Bank, 1987 dalam Pezzey, 1992).
Menurut Munasinghe (1993)
10

Jurnal Madani Edisi I/Mei 2008

the poor), dan di antara kelompok


tersebut peranan wanita adalah yang
sangat esensial, 4) Pertumbuhan
ekonomi, 5) Efisiensi dan keadilan
alokasi
sumberdaya
alam
(Winoto,1997 dalam Najmulmunir,
2001).

pembangunan berkelanjutan memiliki


tiga pilar, yaitu pilar ekonomi, ekologi
dan sosial yang membentuk sebuah
bangunan segi tiga. Pilar ekonomi
menekankan pada perolehan pendapatan yang berbasiskan penggunaan sumberdaya yang efisien.
Pendekatan ekologi menekankan
pada
pentingnya
perlindungan
keanekaragaman hayati yang akan
memberikan kontribusi pada keseimbangan ekosistem dunia. Sedangkan pendekatan sosial menekankan pada pemeliharaan kestabilan sistem sosial budaya,
meliputi
penghindaran
konflik,
keadilan (equity), baik antar generasi
maupun dalam suatu generasi.
Menurut
Serageldin
(1993)
keberlanjutan
aspek
ekonomi,
meliputi
pertumbuhan
ekonomi,
pemeliharan modal (capital maintenance), dan efisiensi penggunaan
sumberdaya dan modal. Keberlanjutan ekologi meliputi kesatuan
(integrity) ekosistem, daya dukung,
perlindungan keanekaragaman jenis
dan sumberdaya alam. Sedangkan
keberlanjutan aspek sosial adalah
adanya keadilan (equity), pemberdayaan (empowerment), partisipasi
dan kelembagaan.
Esensi dari Mazhab Pembangunan Berkelanjutan adalah merupakan arah dari proses perubahan
yang terencana yang senantiasa
memperhatikan
dan
mengintegrasikan aspek-aspek sebagai
berikut: 1) Kelestarian sistem penunjang kehidupan, 2) Aspek keadilan dan pemerataan antar waktu
dan antar wilayah, 3) Pemberdayaan
kelembagaan
dan
sumberdaya
manusia (empowering), terutama,
kelompok masyarakat marjinal dan
kelompok paling miskin (poorest of

Metodologi
Data
Data yang digunakan untuk
analisis adalah data sekunder hasil
kegiatan pembangunan dari berbagai
instansi terkait maupun hasil kajian
akademis yang menyangkut Wilayah
Kota Bekasi.
Analisis Data
Data
dianalisis
menurut
komponen Kekuatan, Kelemahan,
Peluang dan Tantangan dalam
perkembangan wilayah dalam 5 tahun
ke depan. Selanjutnya dianalisis
menurut pendekatan TOWS (David,
1996.)
Hasil dan Pembahasan
Lingkungan Strategis Internal Kota
Unsur Kekuatan
a. Perkembangan Wilayah Jabodetabek
Kota Bekasi merupakan bagian
dari wilayah Jabodetabek, sebagai
wilayah yang mengalami perkembangan sangat pesat. Interaksi atau
pergerakkan antara Kota Bekasi
dengan
wilayah
lainnya
di
Jabodetabek
di dominasi oleh
pergerakan eksternal terutama ke dan
dari
Kota
Jakarta
merupakan
bangkitan dan tarikan tertinggi, hal ini
dapat dilihat dari Matrik Asal Tujuan
(MAT) pada zona-zona eksternal.
Pola pergerakan commuter ini
11
Jurnal Madani Edisi I/Mei 2008

mengakibatkan pembebanan pada


jalan penghubung Kota Bekasi
dengan Jakarta (Jalan Sultan Agung,
Jalan K.H Noer Ali, Jalan Raya
Jatiwaringin, dan Jalan Tol BekasiJakarta) semakin besar mengingat
tidak terdapatnya jalan alternatif
menuju wilayah eksternal Kota
Bekasi.

Berdasarkan pendekatan LQ ini. Nilai


LQ selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 1.
Kota Bekasi memiliki penggerak utama perekonomian dalam
sektor: 1) pertanian, 2) industri, 3)
listrik, gas dan air minum dan 4)
perdagangan, hotel dan restoran.
Berdasarkan uraian di atas, maka
posisi Kota Bekasi memiliki karakteristik sebagai berikut:
Aspek struktur ekonomi hampir
sama dengan Jakarta Utara,
Tangerang
Aspek sektor basis memiliki
kemiripan dengan Tangerang,
Depok, Bogor
Berdasarkan karakteristik di
atas, maka Kota Bekasi cenderung
memiliki hubungan horisontal dengan
Kota Depok, Tangerang dan Bogor
serta Jakarta Utara. Hubungan
tersebut jika tiada inovasi dan
diversifikasi maka akan terjadi
hubungan kompetisi bukan komplemen.

b. Sektor Ekonomi Basis Kota


Bekasi
Sektor basis ekonomi adalah
sektor
yang
berperan
dalam
perkembangan ekonomi wilayah.
Lawannya adalah sektor non basis
ekonomi, karena perannya dibawah
rata-rata
wilayah
Jadebotabek.
Dengan kata lain sektor basis
ekonomi
adalah
kunci
dalam
mendorong pertumbuhan wilayah..
Indentifikasi sektor basis ekonomi
dapat didekati dengan Location
Quotion (LQ). Nilai LQ > 1 berarti
sektor basis, jika
nilai LQ < 1
menunjukkan sektor non basis.

Tabel 1. Nilai (LQ) Wilayah Kota/Kabupaten di Jadebotabek


Wilayah Kota di Jadebotabek
Lapangan Usaha
Pertanian

JAKPUS

JAKBAR

JAKUT

JAKTIM

JAKSEL

P.SERIBU

BEKASI

DEPOK

TANGERANG

BOGOR

0.03

0.17

0.24

0.15

0.15

4.3

1.64

5.2

14.67

0.55

Pertambangan dan
Penggalian

309.88

0.28

Industri Pengolahan

0.08

0.43

2.25

1.76

0.09

0.02

2.28

1.89

2.68

1.36

Listrik , Gas dan Air


Minum

0.35

0.78

1.43

0.6

0.26

0.05

1.95

2.96

5.8

2.96

Bangunan/Konstruksi

0.89

1.13

0.91

0.93

1.54

0.13

0.36

0.6

0.2

0.78

Perdagangan, Hotel
dan Restoran

0.9

1.36

0.88

0.97

0.99

0.26

1.37

1.32

0.6

1.45

Pengangkutan dan
Komunikasi

0.61

1.35

1.44

1.19

0.75

0.05

0.98

0.64

0.9

1.2

Bank dan Lembaga


Keuangan Lainnya

1.84

0.99

0.21

0.49

1.58

0.02

0.12

0.31

0.09

0.49

Jasa -Jasa

1.31

1.16

0.68

0.96

1.11

0.17

0.6

0.66

0.41

0.7

Sumber: Bappeda Kota Bekasi, 200


12
Jurnal Madani Edisi I/Mei 2008

c. Tingkat Pendidikan
Indeks Pendidikan (IP) Kota
Bekasi pada tahun 2005 sebesar
90,03 hal ini berarti mengalami
kenaikan sebesar 0,42 poin dari
tahun 2004 yang mencapai angka
89,61. Angka IP Kota Bekasi ini
merupakan angka capaian yang
tinggi untuk Indeks Pendidikan.
Kenaikan angka indeks pendidikan
periode tahun 2004 ke tahun 2005
dicapai melalui berbagai upaya di
bidang pendidikan.

setelah Dana Perimbangan (rata-rata


63,05% per tahun) dan Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah (ratarata 21,06% per tahun).
Unsur Kelemahan
a. Angka Pengangguran dan Kemiskinan
Tingkat pengangguran terbuka
berdasarkan data IPM (Satlak dan
BPS tahun 2007) menunjukkan
terjadinya penurunan -17,53% dari
tahun sebelumnya, dengan perincian
tahun 2005 tingkat pengangguran
terbuka mencapai 12,85% sedangkan
di tahun 2007 mencapai 8,74%.
Jumlah penduduk miskin di Kota
Bekasi menunjukkan peningkatan
dimana pada tahun 2006 mencapai
42.878 orang.

d. Sumberdaya Finansial
Tingkat pertumbuhan pendapatan yang cukup baik dan konsisten tersebut umumnya didorong
oleh kecenderungan peningkatan
perolehan dari seluruh komponen
pendapatan, baik dari Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, maupun Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah. Dalam realisasi
pendapatan selama periode TA 20032007, PAD memberikan kontribusi
perolehan sebagai sumber pendapatan daerah rata-rata sekitar 15,9% per
tahun, atau menduduki urutan ke-3

b. Kekuatan Ekonomi Rakyat belum


Berkembang
Secara mikro, kondisi perekonomian lokal dapat diwakili oleh
beberapa UKM yang diunggulkan
menjadi motor penggerak ekonomi
lokal. Selanjutnya UMKM terbagi atas
beberapa golongan berdasarkan kri-

T ab e l 2. R eal isa si P e rtu m b u h a n P en d a p ata n D ae r ah K ot a B ek a si T ah u n 2 00 3 200 7

Tah u n A n gg ar an

R e al isa si P e n d ap at an

P e rt u m b u h a n

20 03

Rp

54 2,5 81, 655 ,64 1.14

1 5.9 6%

20 04

Rp

64 0,5 21, 346 ,66 4.00

1 8.0 5%

20 05

Rp

75 9,1 02, 963 ,55 2.00

1 8.5 1%

20 06

Rp

91 9,3 05, 753 ,55 6.44

2 1.1 0%

20 07

Rp

1,08 9,8 15, 606 ,57 9.00

1 8.5 5%

R a ta -R ata Pe rt u m b u h an p e r -Ta h u n

1 8.4 3%

P e me rintah K o ta Be ka si, 20 08.

13
Jurnal Madani Edisi I/Mei 2008

Tabel 3. Distribusi Pelaku UMKM berdasarkan Kelas Usaha


Usaha Mikro

Usaha Kecil

Boneka
Furniture

%
5.88
71.05

%
35.29
28.95

Usaha
Menengah
%
58.82
0.00

Handycraft
Ikan Hias

42.86
81.08

57.14
18.92

0.00
0.00

0.00
0.00

Konveksi
Makanan dan Minuman

55.88
25.64

26.47
34.62

17.65
0.00

0.00
39.74

Peternakan
Sepatu dan Sandal

2.53
90.00

70.89
10.00

26.58
0.00

0.00
0.00

Tanaman Hias
Bapeda Kota Bekasi, 2008.

90.00

9.00

1.00

0.00

Kelompok Usaha

teria BPS serta Undang-undang No. 9


Tahun 1995 adalah sebagai berikut:
1) Usaha Mikro adalah usaha
produktif milik keluarga atau
perorangan Warga Negara Indonesia, secara individu atau tergabung dalam Koperasi dan memiliki hasil penjualan secara individu
paling
banyak
Rp
100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) per tahun sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan No.12/PMK.06/
2005 tangggal 14 Februari 2005
tentang Pendanaan Kredit Usaha
Mikro dan Kecil.
2) Usaha Kecil adalah usaha yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
usaha produktif milik Warga
Negara Indonesia yang berbentuk badan usaha orang
perorangan, badan usaha
yang tidak b erbentuk hukum,
atau badan usaha berbadan
hukum termasuk koperasi;
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik

%
0.00
0.00

secara langsung maupun tidak


langsung,
dengan
Usaha
Menengah atau Usaha Besar;
dan
memiliki
kekayaan
bersih
paling
banyak
Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha
atau memiliki hasil penjualan
maksimum Rp 1.000.000.000,
00 (satu miliar rupiah) per
tahun sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang No. 9
tahun 1995.
Berdasarkan kriteria tersebut,
maka pengelompokkan usaha UMKM
disajikan dalam Tabel 3.
c. Daya Beli Masyarakat Masih
Rendah
Tingginya nilai IPM Kota
Bekasi dipengaruhi oleh faktor utama
Indeks Pendidikan (90.11) dan Indeks
Kesehatan (74,98) Sedangkan Indeks
Daya Beli masyarakatnya yang masih
sangat rendah (62.34).
d. Manajemen Pemerintah Belum
Optimal
14

Jurnal Madani Edisi I/Mei 2008

Usaha Besar

Kompleksitas tuntutan masyarakat terhadap optimalisasi pelayanan


di berbagai sektor pembangunan,
dalam praktiknya dihadapkan pada
keterbatasan sumberdaya yang tersedia atau daya dukung yang terbatas, sehingga dalam pelaksanaan
pembangunan masih dijumpai pernyataan ketidakpuasan masyarakat
antara lain:
Rekrutmen
dan
peningkatan
sumberdaya aparatur melalui
berbagai kegiatan pendidikan dan
pelatihan, masih belum memenuhi
kebutuhan sesuai dengan tugas
dan fungsi SKPD.
Pembangunan sistem manajemen
strategik organisasi pemerintah
yang semula diharapkan mampu
menjadi alat manajemen yang
ampuh dalam mengawal proses
manajemen Kota Bekasi secara
keseluruhan, dalam praktiknya
belum dapat dilaksanakan secara
konsisten.
Secara umum kinerja pemerintah
dapat
dilihat
dari
kualitas
pelayanan publik yang diberikan
dalam
melayani
masyarakat.
Kepuasan masyarakat sebagai
konsumen perlu dijadikan indikator dalam menilai kualitas
pelayanan umum dari pemerintah
daerah. Kondisi pelayanan umum

di Kota Bekasi secara umum


masih belum dapat memuaskan
masyarakat.
Salah satu indikasi manajemen pemerintahan masih belum
optimal, termasuk didalamnya belum
optimalnya implementasi perundangundangan, reformasi birokrasi, kualitas
sumberdaya
aparatur
dan
sumberdaya lainya.
Adapun
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam
perencanaan pembangunan di Kota
Bekasi diidentifikasi sebagai berikut:
Belum tersedianya data yang
akurat dan lengkap.
Perubahan regulasi mengenai tata
cara penyusunan dokumen perencanaan di tingkat pusat.
Terbatasnya produk perencanaan
pembangunan.
Organisasi tersebut diisi oleh
aparatur pemerintah dengan jumlah
hirarki birokrasi atau eselon seperti
diuraikan dalam Gambar 1. Dari
gambar ini dapat dilihat bahwa eselon
menumpuk pada level III A. Kemudian
disusul oleh Eselon IV A dan IV B.
Pengaruh Lingkungan Strategis
Eksternal
Perkembangan Kota Bekasi
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal, baik pengaruh langsung

1200
1000
800
600
400
200
0
II A

II B

III A

III B

IV A

IV B

V A

15
Jurnal Madani Edisi I/Mei 2008

maupun tidak langsung pada perkembangan Kota.

urusan pemerintahan, yang menjadi


kewenangan daerah sebagaimana
pada ayat 1, pemerintah daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya
untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan berdasarkan
asas otonomi dan tugas pembantuan.
Undang-undang tersebut merupakan landasan hukum sekaligus
kesempatan untuk melakukan kreativitas dan inovasi dalam manajemen
pembangunan daerah untuk melakukan daya ungkit (akselerasi) pembangunan wilayah Kota Bekasi.

Peluang
a. Pasar Bebas ASEAN
Dewasa ini telah tercipta kawasan-kawasan perdagangan, atau
blok-blok perdagangan seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE),
kawasan perdagangan bebas ASEAN
(AFTA), kawasan perdagangan Asia
Pasifik (APEC), pasar bersama
Amerika Tengah (CACN), kawasan
perdagangan ini disebut dengan
integrasi ekonomi.

d. Kebijakan Perekonomian Nasional


Kebijakan moneter dan fiskal
sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional dan wilayah.
Kebijakan tersebut baik secara
langsung maupun tidak langsung,
misalnya suku bunga, nilai tukar,
ekspor, tarif, pajak, subsidi dsb,
berpengaruh
pada
pertumbuhan
ekonomi juga pada faktor inflasi.

b.

Hegemoni Pasar Lokal dan


Regional
Produk UMKM Kota Bekasi
sebagian besar dipasarkan ke pasar
lokal, misalnya boneka, furnitur,
konveksi, peternakan, sepatu dan
sandal serta tanaman hias, yang
didominasi untuk mengisi pasar lokal.
Begitu juga komoditas Kota Bekasi
dapat mengakses pasar nasional
yang sebagian melalui Jakarta.
Sedangkan pasar internasional hanya
dapat diakses oleh sebagian kecil
produk UMKM. Sedangkan industri
besar sudah mengakses sesuai
dengan induk perusahaan baik pasar
nasional dan internasional.

Ancaman
a. Daya Dukung Lingkungan
Beberapa penyebab banjir di
Kota Bekasi yang teridentifikasi
adalah:
Hambatan saluran air dari arah
selatan ke utara oleh jalan tol,
kalimalang, jalan kereta api,
selokan/gorong-gorong yang ada
saat ini kapasitasnya sudah tidak
mencukupi lagi.
Faktor alamiah, karena terjadinya
penggerusan dan terbawanya
material saluran oleh aliran air,
sehingga terjadi pendangkalan
dan sedimentasi yang mengakibatkan daya tampung saluran
menjadi berkurang.
Pola perilaku masyarakat yang
membuang sampah ke dalam

c. Otonomi Daerah (Undang-Undang


Nomor 32 Tahun 2004)
Pasal 10 Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004, ayat 1
menjelaskan
bahwa
pemerintah
daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ini
ditentukan menjadi urusan pemerintah, kemudian pasal 2 menjelaskan
bahwa dalam menyelenggarakan
16
Jurnal Madani Edisi I/Mei 2008

saluran drainase dan pembangunan fisik yang tidak memperhatikan


garis sempadan saluran menyebabkan penyumbatan dan kerusakan saluran drainase.
Pengembangan wilayah kota yang
tidak disertai dengan perencanaan ulang saluran drainase eksisting.
Pemeliharaan prasarana drainase
belum optimal.

tidak adanya sinergi kebijakan dan


teknis di lapangan, antara lain untuk
Wilayah Botabekjur yang terkait
dengan wilayah DKI Jakarta adalah
masalah banjir, migrasi, pertumbuhan
ekonomi dan infrastruktur wilayah,
wilayah kumuh, dan transportasi.
d. Angka Migrasi Penduduk yang
tidak terampil
Pertumbuhan penduduk di
wilayah Kota Bekasi ini tergolong
pesat, rata-rata laju pertumbuhan
dalam kurun waktu 2003-2007 adalah
sebesar 3,45 persen. Apabila laju
pertumbuhan ini tidak dapat dikendalikan dengan baik, maka penduduk
Kota Bekasi dalam kurun waktu 18
tahun yang akan datang menjadi dua
kali lipat atau menjadi sekitar 4,2 juta
jiwa. Berdasarkan hasil Survei
Indikator Pembangunan Manusia
(SIPM), tahun 2007 jumlah penduduk
di Kota Bekasi 2.143.804 jiwa
(dengan tingkat kepadatan sebesar
10.185 jiwa per km2), sedangkan
pada tahun tahun 2006, berjumlah
2.071.444 jiwa dengan tingkat
kepadatan penduduk sekitar 9.841
jiwa/km, dan pada tahun 2005
tercatat 2.001.899 jiwa.

b. Kualitas Lingkungan Perairan


Sungai di Kota Bekasi
Sungai-sungai di Kota Bekasi
umumnya mengalir dari bagian
selatan ke arah utara. Sungai yang
cukup besar adalah Kali Cileungsi,
Cikeas dan Kali Bekasi, yang
merupakan pertemuan kali Cileungsi
dan Cikeas. Kota Bekasi telah mengalami pencemaran berat. Kecuali
Sungai Cikeas masih tergolong
tercemar sedang
c. Kerjasama Regional Belum Berkembang secara Optimal
Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cianjur disingkat Jabodetabekjur merupakan satu kesatuan
wilayah fungsional, terutama kesatuan dalam aspek sebagai berikut:
Interaksi ekonomi yang sangat
intensif antar wilayah Jadebotabek, dengan pusat pertumbuhan
yang berada di Propinsi DKI
Jakarta
Wilayah tata ekologis, wilayah
Jadebotabek sebagai satu wilayah
ekosistem, dimana komponen
antar wilayah memiliki ketergantungan dan saling mempengaruhi
Pada saat ini Kebijakan
Publik belum menjawab permasalahan di wilayah ini. Permasalahan yang
sering muncul, terutama disebabkan

e. Wilayah Tetangga Lebih Kompetitif


Posisi Kota Bekasi memiliki
karakteristik bahwa dari aspek
struktur ekonomi hampir sama
dengan Jakarta Utara, Tangerang,
dan dari aspek keunggulan sektor
basis memiliki kemiripan dengan
Tangerang, Depok, Bogor.
Berdasarkan karakteristik tersebut, maka Kota Bekasi cenderung
memiliki hubungan horisontal dengan
Kota Depok, Tangerang dan Bogor
serta Jakarta Utara. Hubungan tersebut jika tiada inovasi dan diver17
Jurnal Madani Edisi I/Mei 2008

sifikasi maka akan terjadi hubungan


kompetisi bukan komplemen.

Bekasi sebagai berikut: Yakni strategi


Conservative, yaitu strategi untuk
memaksimalkan peluang dengan
meminimkan kelemahan-kelemahan.
Strategi Utama dapat dilihat dalam
Gambar 2.
Dari Gambar 2. dapat dilihat
bahwa arah perubahan pembangunan dalam 5 tahun ke depan bergerak
ke arah kanan, sehingga semula
unsur kelemahan, maka kelak harus
menjadi unsur kekuatan, sehingga
strategi pembangunan nanti harus
menjadi agresive. Begitu juga pembangunan jangan memutar ke arah
kiri, dimana akibat kelalaian maka

Strategi Pembangunan Kota Bekasi


Berdasarkan uraian lingkungan strategis baik eksternal dan
internal Kota Bekasi maka dapat
diuraikan ke
dalam komponen
Kekuatan (Strength), Kelemahan
(Weakness), Peluang (Opportunity),
Ancaman (Threat). Hasil analisis
TOWS dapat dilihat dalam Tabel
sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis
TOWS, maka dapat dihasilkan
Strategi Utama Pembangunan Kota

Tabel 4. Analisis TOWS Pembangunan Kota Bekasi


SWOT

ANALISIS LINGKUNGAN

Skala

Share

Bobot

Rating

Skor

INTERNAL
Kekuatan
(S)

Dilintasi infrastruktur regional


Dekat dengan pusat pertumbuhan
nasional
Tingkat Pendidikan Masyarakat

28.57

0.14

0.57

21.43

0.11

0.32

21.43

0.11

0.32

Sumberdaya finansial

28.57

0.14

0.43

14

100.00

0.50

13

1.64

Angka Pengangguran dan


kemiskinan cukup tinggi
Kekuatan ekonomi rakyat belum
berkembang

25.00

0.13

0.38

25.00

0.13

0.38

Daya Beli masyarakat masih rendah


Manajemen pemerintah belum
optimal
Total

25.00

0.125

0.50

25.00

0.125

0.50

16

100.00

0.50

14

1.75

Total
Kelemahan
(W)

EKSTERNAL
Peluang

Pasar bebas ASEAN

21.43

0.11

0.32

(O)

Hegemoni pasar lokal dan regional

28.57

0.14

0.57

Semangat otonomi daerah

21.43

0.11

0.32

Perkembangan ekonomi nasional

28.57

0.14

0.57

14

100.00

0.50

14

1.79

30.77

0.15

0.62

Ancaman

(T)

Total
Penurunan Daya Dukung
Lingkungan
Kerjasama regional belum optimal

23.08

0.12

0.35

Angka migrasi penduduk yang tidak


terampil tinggi

23.08

0.12

0.35

Wilayah tetangga kebih Kompetitif

23.08

0.12

0.35

13

100.00

0.50

13

1.65

Total

18
Jurnal Madani Edisi I/Mei 2008

conservative

agressive

O
2.0

1.0

0.0

diversive

defensive

peluang akan didominasi oleh ancaman.


Strategi utama Conservative
menuntut adanya inovasi dalam
manajemen
pembangunan
Kota
Bekasi, dan sinergi berbagai potensi
sumberdaya dan unit organisasi pemerintah serta partisipasi masyarakat
dalam pembangunan Kota Bekasi.
Inovasi tersebut akan dihasilkan
melalui matriks strategi melalui iterasi
antara komponen Peluang dan
Kelemahan. Berdasarkan matriks iterasi ini maka dihasilkan
strategi
utama dalam manajemen pembangunan Kota Bekasi dalam 5
tahun.

sejumlah kelemahan harus segera


da pat diatasi, sehingga unsur
kelemahan
berubah
menjadi
unsur kekuatan.
Selanjutnya setelah kelemahan
menjadi kekuatan, maka seluruh
kekuatan didayagunakan untuk
meraih peluang, melalui berbagai
inovasi manajemen pembangunan.
Saran
Arah pembangunan sebaiknya
tidak mengarah berlawanan jarum
jam, atau mundur, yang bila lalai
mengatasi
kelemahan
sehingga
peluang-peluang semakin jauh, dan
strategi pembangunannya jatuh ke
dalam pilihan defensif.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Kelemahan yang inheren dengan
wilayah Kota Bekasi menuntut
adanya strategi pembangunan
Kota Bekasi yang berorientasi ke
dalam (conservative), sehingga

Daftar Pustaka
Bappeda Kota Bekasi. 2007. Rencana
Umum
Pembangunan
Ekonomi. (RUPE)

19
Jurnal Madani Edisi I/Mei 2008

IUCN, UNEP dan WWF. 1993. Bumi


Wahana, Strategi Menuju Kehidupan yang Berkelanjutan. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

World without End, Economics,


Environment and Sustainable
Development. Oxford University
Press
Pezzey, J. 1992. Sustainable Development Concept, An Economic
Analysis. The World Bank,
Washington D.C.

David, Fred. R. 1996. Strategic Management. Prentice Hall, Upper


Saddle River, New Jersey
Najmulmunir, N. 2001. Dampak
Pembangunan Ekonomi terhadap
Perkembangan
Wilayah
dan
Kualitas
Lingkungan
Suatu
Pendekatan Input Output Kasus di
Propinsi Lampung (Disertasi tidak
dipublikasikan)

Pemerintah Kota Bekasi. 2008.


Rencana Pembangunan Jangka
Menegah Kota Bekasi
Serageldin, I. 1993. Promoting
sustainable development toward a
new paradigm. In Valuing the
Environment. Proceeding of The
First
Annual
International
Conference on Environmentally
Sustainable Development. September 30 - 1 October 1993. Pp.
13 -21

Munasinghe, M. 1993. Environmental


Economics
and
Sustainable
Development. World Bank Paper
Number 3. Washington D.C.
Pearce, D.W and Jeremy J. W. 1993.

20
Jurnal Madani Edisi I/Mei 2008

Anda mungkin juga menyukai