Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Himpsi bertahan karena dukungan penuh oleh komunitasnya dan diterima baik
oleh semua pihak, local, nasional, internasional.
Psikologi Abnormal
2.
3.
4.
Psikologi Pendidikan
5.
6.
Psikologi Eksperimen
7.
Psikologi Umum
8.
Psikologi Lansia
9.
10.
Kepribadian
11.
12.
Psikofarmakologi
13.
Psikologi Sosial
Dalam rapat pada hari Minggu tanggal 26 oktober 2003 Panitia Pengarah Temu
Ilmiah Nasional Kongres IX Himpsi telah mengidentifikasi subdisiplin psikologi
yang perlu dikembangkan di masa mendatang, sesuai dengan kondisi dan situasi
di Indonesia, yaitu :
1.
2.
Psikologi Forensik
Psikologi Militer
3.
Psikologi Lingkungan
4.
Psikologi Olahraga
5.
Psikologi Hukum
6.
Psikologi Ekonomik
7.
Psikologi Ergonomik
8.
Psikologi Kognitif
9.
Psikologi Indigenous
terapannya sehingga tidak lagi dipahami dalam pengertian yang sempit, yaitu
berkaitan dengan psiko tes semata. Masyarakat luas perlu memahami bahwa
belajarpsikologi tidaklah bertujuan untuk dapat melakukan tes psikologi
meleinkan memahami perilaku dalam arti yang sangat luas. Himpsi berharap
dapat terus mendorong komunitas psikologi untuk mengembangkan terapan
psikologi secara luas agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan
mengikuti perkembangan zaman. Dalam hal ini tentunya perlu bekerja sama
dengan penyelenggara pendidikan psikologi di Indonesia.
Himpsi menyikapi perkembangan psikologi dengan mendorong berdirinya
ikatan/asosiasi minat dan praktik spesialisasi psikologi yang berhimpun dalam
Himpsi. Saat ini ada sepuluh ikatan/ asosiasi, yaitu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Registrasi
Klasifikasi
Kualifikasi
Akreditasi
Jenjang kepangkatan
Mencapai kesetaraaan internasional bench marking professional bagi
tenaga asing yang bekerja di Indonesia.
Ruang Lingkup
(1) Ilmuwan Psikologi memberikan layanan dalambentuk mengajar, melakukan
penelitian dan/
atau intervensi sosial
pendidikan, pelatihan
dalam
area
dengan
sebatas
kompetensinya,
kaidah-kaidah
ilmiah
berdasarkan
yang
dapat
serta secara khusus dapat melakukan praktik psikologi terutama yang berkaitan
dengan
asesmen dan intervensi yang ditetapkan setelah memperoleh ijin praktik sebatas
kompetensi yang berdasarkan pendidikan, pelatihan, pengalaman terbimbing,
konsultasi,
telaah dan/atau pengalaman profesional sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah
yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam menangani berbagai isu atau
cakupan
kasuskasus khusus, misalnya terkait penanganan HIV/AIDS, kekerasan berbasis
gender,
orientasi seksual, ketidakmampuan (berkebutuhan khusus), atau yang terkait
dengan
kekhususan ras, suku, budaya, asli kebangsaan, agama, bahasa atau kelompok
marginal,
penting untuk mengupayakan penambahan pengetahuan dan ketrampilan
melalui berbagai cara
seperti pelatihan, pendidikan khusus, konsultasi atau supervisi terbimbing untuk
memastikan
kompetensi dalam memberikan pelayanan jasa dan/ atau praktik psikologi yang
dilakukan
kecuali dalam situasi darurat sesuai dengan pasal yang membahas tentang itu.
(4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi perlu menyiapkan langkah-langkah yang
dapat
dipertanggungjawabkan dalam area-area yang belum memiliki standar baku
penanganan,
guna melindungi pengguna jasa layanan psikologi serta pihak lain yang terkait.
(5) Dalam menjalankan peran forensik, selain memiliki kompetensi psikologi
sebagaimana
tersebut di atas, Psikolog perlu memahami hukum yang berlaku di Indonesia,
khususnya
hukum pidana, sehubungan dengan kasus yang ditangani dan peran yang
dijalankan.
Tujuan Himpsi
a . mengupayakan diperolehnya pengaku-an sesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan.
mewadahi
pembinaan
jasa
dan
dalam
(1)
dijabarkan
dalam
PERTANGGUNG JAWABAN
Iklan dan Pernyataan publik yang dimaksud dalam pasal ini dapat berhubungan
dengan jasa, produk atau publikasi profesional Psikolog dan atau Ilmuwan
Psikologi di bidang psikologi, mencakup iklan yang dibayar atau tidak dibayar,
brosur, barang cetakan, daftar direktori, resume pribadi atau curriculum vitae,
wawancara atau komentar yang dimuat dalam media, pernyataan dalam buku,
hasil seminar, lokakarya, pertemuan ilmiah, kuliah, presentasi lisan di depan
publik, dan materi-materi lain yang diterbitkan.
(1) Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi; dalam memberikan pernyataan kepada
masyarakat melalui berbagai jalur media baik lisan maupun tertulis
mencerminkan keilmuannya sehingga masyarakat dapat menerima dan
memahami secara benar agar terhindar dari kekeliruan penafsiran serta
menyesatkan masyarakat pengguna jasa dan atau praktik psikologi. Pernyataan
tersebut harus disampaikan dengan ;
Bijaksana, jujur, teliti, hati-hati,
Lebih mendasarkan pada kepentingan umum daripada pribadi atau golongan,
Berpedoman
pada
dasar
ilmiah
dan
disesuaikan
dengan
bidang
keahlian/kewenangan selama tidak bertentangan dengan kode etik psikologi.
(2) Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi dalam pernyataan yang dibuat harus
mencantumkan gelar atau identitas keahlian pada karya di bidang psikologi yang
dipublikasikan sesuai dengan gelar yang diperoleh dari institusi pendidikan yang
terakreditasi secara nasional atau mencantumkan sebutan psikolog sesuai
sertifikat yang diperoleh.
(3)
Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi tidak membuat pernyataan palsu,
menipu atau curang mengenai
a)
b)
Gelar profesi
c)
d)
e)
f)
g)
Dasar ilmiah dan klinis, atau hasil dan tingkat keberhasilan jasa layanan
h)
Biaya
i)
j)
Lahirnya Pendidikan Psikologi di Indonesia diawali oleh pidato ilmiah Prof. Dr.
Slamet Iman Santoso dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar Universitas
Indonesia pada Dies Natalis Universitas Indonesia pada tahun 1952 di Fakultas
Pengetahuan Teknik UI di Bandung (sekarang ITB). Dalam pidato tersebut, beliau
antara lain mengemukakan penggunaan pemeriksaan psikologis untuk
mendeteksi the right man on the right place, dan menghindari the right man on
the wrong place, the wrong man on the right place, serta the wrong man on the
wrong place.
Prof. Dr. Slamet Iman Santoso adalah seorang ahli penyakit syaraf dan jiwa,yang
menyadari bahwa tidak semua masalah kejiwaan dapat diselesaikan psikiatri,
sehingga muncul niat untuk mendirikan Fakultas Psikologi di Indonesia sehingga
kemudian dia dikenal sebagai Bapak Psikologi Indonesia. Latar belakang
pendidikannya adalah Europeesche Lagere School (ELS), Hollandsch Inlandsche
School (HIS (1912-1920) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO (19201923). Kemudian melanjut ke MAS-B, Yogyakarta (1923-1926); Indische Arts,
Stovia (1926-1932); dan Geneeskunde School of Arts, Batavia Sentrum (19321934).
Sebagai kelanjutan dari pidato Prof. Dr. Slamet Iman Santoso, di lingkungan
Kementerian Pendidikan, Pengadjaran, dan Kebudajaan (disingkat Kementerian
Kecemasan Pak Slamet tentang masa depan bangsa sudah timbul sejak ia
membacakan pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Psikiatri Fakultas
Kedokteran UI di Fakultas Teknik UI, Bandung (sekarang ITB) pada tanggal 3
Maret tahun 1952. Pada waktu itu beliau menyatakan bahwa masalah bangsa
yang pada waktu itu sedang mengalami transisi dari era kolonial ke era
kemerdekaan, tidak mungkin ditangani oleh para psikiater sendiri. Psikiater
hanya bisa mengobati orang-orang dengan gangguan kejiwaan pada masa itu,
namun tidak bisa menanganinya sampai tuntas.
Demikian pula psikiater bisa mengurangi gejala stres pada para pejabat yang
pada waktu itu harus mengisi pos-pos penting yang ditinggalkan Belanda,
sementara mereka sendiri hanya mantan tentara revolusi yang tidak
berpengalaman dan/atau berpendidikan.
Namun psikiatri tidak bisa memecahkan masalah the right man in the right
place. Maka dalam pidatonya itu ia mengusulkan agar di UI ada pendidikan
psikologi, yang diawali pada tahun 1953 (dianggap sebagai lahirnya Fakultas
Psikologi UI), dengan pembukaan Balai Psikoteknik di UI yang mendidik asisten
psikolog. Balai psikoteknik ini kemudian menjadi Jurusan Psikologi dari Fakultas
Kedokteran UI, dan pada tahun 1960 menjadi Fakultas Psikologi UI yang berdiri
sendiri.
Mantan Direktur Rumah Sakit Jiwa Gloegoer, Medan (1937-1938) ini, sangat
termotivasi dalam merintis dan mendirikan fakultas psikologi, karena sebagai
psikiater beliau menemukan banyak masalah yang tidak bisa dipecahkan oleh
psikiater. Dalam bidang profesi kedokteran, beliau menerima penghargaan
Wahidin Sodiro Hoesodo dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tahun 1989.
Sebagai seorang ahli psikologi, tahun 1961, beliau juga pernah memimpin
sekitar lima puluh mahasiswa Fakultas Psikologi UI mengunjungi penduduk yang
terkena gusuran pembuatan Istana Olahraga Senayan dan dipindahkan ke
daerah Tebet dan Penjaringan. Mereka berdialog dengan penduduk tergusur itu.
Conny Semiawan, mantan rektor IKIP Jakarta yang juga murid dan sempat
menjadi asisten Slamet Iman dalam menguji mahasiswa, mengenang Slamet
sebagai orang yang sangat tertib, teliti dan juga memiliki wawasan yang sangat
luas, selalu berfikir filosofis meskipun bukan ahli filsafat. Dalam menguji
mahasiswa, Slamet selalu menegaskan jangan menanyakan apa yang kamu
ketahui, tetapi usahakan untuk bertanya apa yang dipahami mahasiswa. Dengan
demikian dialog akan terjadi dan mahasiswa dapat mengaktualisasikan dirinya.
Menurut Conny Semiawan, Slamet adalah tokoh pendidikan yang berani. Beliau
adalah orang pertama mengusulkan perlunya satu standar bagi semua jenjang
pendidikan di Indonesia. Usul yang beliau lontarkan sepanjang tahun 1979-1981
ini membuat heboh dunia pendidikan. Beliau juga orang yang mengkritik keras
minimnya gaji guru yang beliau sebut dapat merusak dunia pendidikan. Beliau
membandingkan gaji guru jaman Belanda yang dua kali lipat daripada gaji
dokter. Sehingga guru tak perlu mencari tambahan dan dunia pendidikan tidak
dicampurbaurkan dengan bisnis. Beliau juga mempunyai andil besar dalam
merintis program penerimaan mahasiswa melalui UMPTN.
Ketika Slamet Iman menjadi Ketua Komisi Pembaruan Pendidikan Nasional (KPPN)
pada tahun 1979-1980, terjadi booming lulusan SMA yang ingin masuk
Perguruan Tinggi Negeri. Sebagai contoh, UI yang kapasitasnya sekitar 800
mahasiswa tapi jumlah pendaftar 4000 orang. Maka melalui komite yang
diketuainya dibentuklah satu sistem penerimaan calon mahasiswa yang sejak
1979 sudah berlangsung dengan nama yang sekian kali berubah mulai dari
Skalu, Proyek Perintis, Sipenmaru (Sistim Penerimaan Mahasiswa Baru) dan
UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Pria yang dikenal terus terang
dan sempat menjadi Pejabat Rektor UI ini, meskipun sudah mengakhiri jabatan
sebagai Ketua Komisi Pembaruan Sistem Pendidikan 1980, beliau masih sempat
mengurusi penerimaan calon mahasiswa pada tahun 1981.
Tangan dingin Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi, Universitas
Indonesia (1950-1953) serta mantan Staf Ahli Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung (1968-1973) ini, juga
sudah sangat banyak melahirkan tokoh pendidikan di Indonesia, diantaranya
adalah Conny Semiawan, Fuad Hassan, Sujudi, Wardiman Djojonegoro, Mahar
Mardjono dan Saparinah Sadli. Para mantan mahasiswanya ini sangat
menghormati dan mengagumi gurunya ini. Mereka mengenangnya sebagai guru
yang sangat akrab dan suka menularkan pengalaman. Salah satunya adalah
ucapan beliau dalam acara peringatan 100 tahun Albert Einstein di ruang
Rektorat UI, 1979: Ciri orang pandai, hal yang ruwet bisa disederhanakan,
sebaliknya orang bodoh akan meruwetkan soal sederhana.
Sebagai dokter ahli penyakit saraf dan jiwa, pada tanggal 1 Januari 1979 beliau
memasang iklan menutup praktek untuk selamanya. Beliau menyadari dirinya
sudah tua. Selain itu, Slamet Iman juga dikenal sebagai seorang penulis
terkemuka. Beliau sering menulis kolom di berbagai media dan juga menulis
buku. Beberapa bukunya yang terkenal adalah Sejarah Perkembangan Ilmu
Pengetahuan, Sinar Hudaya, Jakarta (1977); The Social Background For
Psychotheraphy in Indonesia; Psychiatry dan Masyarakat; Kesejahteraan Jiwa;
School Health in the Community; Sekolah Sebagai Sumber Penyakit atau Sumber
Kesehatan; Dasar Stadium Generale, Pendidikan Universitas Atas Dasar Teknik
dan Keilmuwan, Dasar-dasar Pokok Pendidikan; dan Pendidikan Indonesia dari
Masa ke Masa yang diterbitkan oleh CV Haji Masagung, Jakarta, 1987.
Kongres I berhasil menyususn AD/ART, kode etik, dan program kerja. Logo dan
lagu diselesaikan dalam kongres II. Peran organisasi dalam memberikan saran
kepada pemerintah telah dilakukan pada kongres kedua yang diselenggarakan di
Bandung pada tahun 1982. Beberapa makalah ilmiah yang diajukan dalam
kongres mengemukakan saran kepada penerintah untuk pengamanan Pemilu
(Pemilihan Umum). Pada kongres III di Jakarta tahun 1985 membahas tentang
keanggotaan ISPSI, apakah hanya dibatasi pada mereka yang berijazah S1
Psikolog saja, khususnya karena menyangkut izin praktik. Masalah keanggotaan
telah ditetapkan dalam kongres luar biasa pada bulan April 1998 di Jakarta,
dengan mengubah nama Ikatan sarjana Psikogi Indonesia disingkat ISPSI menjadi
Himpunana Psikologi Indonesia disingkat Himpsi. Jadi, organisasi profesi psikolog
ini jelas menampung semua professional psikologi, yaitu sarjana, magister,
doctor psikologi dan psikolog. Pergeseran ini membawa konsekuensi perluasan
program, yang tentunya tidak hanya menyangkut kepentingan psikolog saja
melainkan juga pengembangan professional psikologi secara menyeluruh.
Pasal 2
Pasal 3
2.Pemberian perlindungan
jasa/praktik psikologi;
kepada
profesional
psikologi
dan
pengguna