Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
Rahmat dan Karunia_Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Ilmu
komunitas II ini. Dalam makalah ini membahas tentang APGAR Lansia dan Skala Depresi.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen Pembimbing, teman-teman dan
semua pihak yang terlibat yang telah memberi semangat dan dukungan dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis sangat berharap kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pembaca,
mahasiswa (i) STIKES MANDALA WALUYA KENDARI khususnya dan masyarakat luas
pada umumnya. Amin......
Wassalamualaikum Wr. Wb
Kendari, 15 Maret 2016
DAFTAR ISI
Kata pengantar..1
Daftar isi ..2
Bab I Pendahuluan3
A. Latar blakang .3
B. Rumusan masalah.3
C. Tujuan pembahasan..3
Bab 2 pembahasan ..5
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Definisi....5
Etiologi...5
Klasifikasi...5
Penyebab/ faktor predisposisi.6
Patofisiologi6
Gejala ..8
Pemeriksaan diagnostic...9
Penanganan..9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan yang pesat dalam penemuan, penelitian dan produksi obat untuk
diagnosis, pengobatan dan pencegahan telah menimbulkan reaksi obat yang tidak
dikehendaki yang disebut sebagai efek samping.
Reaksi tersebut tidak saja menimbulkan persoalan baru disamping penyakit
dasarnya, tetapi kadang-kadang dapat menimbulkan maut juga. Hipokalemi, intoksikasi
digitalis, keracunan aminofilin dan reaksi anafilaktik merupakan contoh-contoh efek
samping yang potensial bebahaya. Gatal-gatal karena alergi obat, mengantuk karena
pemakaian antihistamin merupakan contoh lain reaksi efek samping yang ringan.
Diperkirakan efek samping terjadi pada 6 sampai 15% pasien yang dirawat di rumah sakit,
sedangkan alergi obat berkisar antara 6-10% dari efek samping. 40-60% disebabkan oeh
gigitaan serangga, 20-40% disebabkan oleh zat kontrasradiografi, 10-20% disebabkan
oleh penicillin.
Syok anafilaktik merupakan bentuk terberat dari reaksi obat. Anafilaktis memang
jarang dijumpai, tetapi paling tidak dilaporkan lebih dari 500 kematian terjadi setiap
tahunnya karena antibiotik golongan beta laktam, khususnya penisilin. Penisilin
merupakan reaksi yang fatal pada 0,002 % pemakaian. Selanjutnya penyebab reaksi
anafilaktoik yang tersering adalah pemekaian media kontras untuk pemeriksaan
radiologi. Media kontraksi menyebabkan reaksi yang mengancam nyawa pada 0,1 % dan
reaksi yang fatal terjadi antara 1 : 10.000 dan 1 : 50.000 prosedur intravena. Kasus
kematian berkurang setelah dipakainya media kontras yang hipoosmolar.
Kematian karena uji kulit dan imunoterapi juga pernah dilaporkan 6 kasus
kematian karena uji kulit dan 24 kasus imunoterapi terjadi selama tahun 1959 1984.
Penelitian lain melaporkan 17 kematian karena imunoterapi selama periode 1985-1989.
Anafilaktif memang jarang terjadi, tetapi bila terjadi umumnya tiba-tiba, tidak
terduga, dan potensial berbahaya. Oleh karena itu kewaspadaan dan kesiapan
menghadapai keadaan tersebut sangat diperlukan. Berangkat dari insiden tersebut, penulis
merasa tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang syok anafilaktik dengan tujuan agar
mahasiswa pun pembaca mengetahui tentang konsep teori dari anafilaksis dan
menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien syok anafilaktik.
B. Rumusan Masalah
Apa konsep teori dan asuhan keperawatan pada pasien penderita syok anafilaktik ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada pasien panderita syok
anafilaktik.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat lebih mengetahui tindakan gawat darurat yang tepat diberikan pada
pasien syok anafilaktik.
2. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat yang tepat pada
penderita syok anfilakt
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Anaphylaxis (Yunani, Ana =jauhdari dan phylaxis = perlindungan).
Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ
terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi
imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah
tersensitisasi. Syok anafilaktik adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan
atau tanpa penurunan kesadaran. (Cicilia Bangeud, 2012)
Syok anafilaktik adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau
tanpa penurunan kesadaran.
4
Syok anafilaktik merupakan suatu resiko pemberian obat, baik melalui suntikan
ataupun dengan cara lain. Reaksi dapat berkembang menjadi suatu kegawatan berupa
syok, gagal napas, henti jantung, dan kematian mendadak.(Alirifan, 2007)
Syok anafilaksis merupakan jenis syok distributif adalah hasil dari reaksi
hipersensitivitas segera. Ini adalah peristiwa hidup yang mengancam yang memerlukan
intervensi secepatnya. Respon antibodi antigen yang parah menyebabkan penurunan
perfusi jaringan dan inisiasi respon syok umum. (Critical care nursing, 2007)
Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang diperantarai
olehImmunoglobulin E (hipersensitivitas tipe I) yang ditandai dengan curah jantung dan
tekanan arteri yang menurun hebat.
B. Epidemiologi
Anafilaksis lokal (alergi atopik) yang merupakan predisposisi herediter untuk
terjadinya respon tipe 1 lokal terhadap allergen yang dihirup atau dicerna terjadi pada
10% masyarakat..
C. Klasifikasi
Berdasarkan reaksi tubuh :
-
Lokal : reaksi anafilaktik lokal biasanya meliputi urtikaria serta angioedema pada
tempat kontak dengan antigen dan dapat merupakan reaksi yang berat tetapi jarang
fatal.
Sistemik : reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang lebih 30 menit sesudah kontak
apnea.
Gastrointestinal : nausea, muntah, sakit perut.
Kulit : pruritus, urtikaria, angioedema, kulit pucat dan dingin
D. Penyebab/faktor predisposisi
5
Syok anafilaktik sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan intravena
seperti antibiotik atau media kontras. Obat-obat yang sering memberikan reaksi
anafilaktik adalah golongan antibiotik penisilin, ampisilin, sefalosporin, neomisin,
tetrasiklin, kloramfenikol, sulfanamid, kanamisin, serum antitetanus, serum antidifteri,
dan antirabies. Alergi terhadap gigitan serangga, kuman-kuman, insulin, ACTH, zat
radiodiagnostik, enzim-enzim, bahan darah, obat bius (prokain, lidokain), vitamin,
heparin, makan telur, susu, coklat, kacang, ikan laut, mangga, kentang, dll juga dapat
menyebabkan reaksi anafilaktik.
Alergen
Ada yang menyebutkan beberapa golongan alergen yang dapat menimbulkan reaksi
anafilaksis, yaitu makanan, obat-obatan, bisa atau racun serangga dan alergen lain yang
tidak bisa di golongkan.
Allergen Penyebab Anafilaksis
Makanan
Krustasea:Lobster, udang dan kepiting
Moluska : kerang
Ikan
Kacang-kacangan dan biji-bijian
Buah beri
Putih telur
Susu
Obat
Dan lain-lain
Hormon : Insulin, PTH, ACTH, Vaso-presin, Relaxin
Enzim
,Amphotericin B, Nitrofurantoin.
Agen diagnostik-kontras
Vitamin B1, Asam folat
Agent anestesi: Lidocain, Procain,
Lain-lain: Barbiturat, Diazepam, Phenitoin, Protamine,
Aminopyrine, Acetil cystein , Codein, Morfin, Asam salisilat
Bisa
dan HCT
Lebah Madu, Jaket kuning, Semut api Tawon (Wasp)
serangga
Lain-lain
E. Patofisiologi
Bila suatu alergen spesifik disuntikkan langsung kedalam sirkulasi
darah maka alergen dapat bereaksi pada tempat yang luas diseluruh tubuh dengan
adanya basofil dalam darah dan sel mast yang segera berlokasi diluar pembuluh darah
kecil , jika telah disensitisasi oleh perlekatan reagin Ig E menyebabkan terjadi
anafilaksis.
Histamin yang dilepaskan dalam sirkulasi menimbulkan vasodilatasi
perifer menyeluruh , peningkatan permebilitas kapiler menyebabkan terjadi kehilangan
banyak plasma dari sirkulasi maka dalam beberapa menit dapat meninggal akibat syok
sirkulasi.
Histamin yang dilepaskan akan menimbulkan vasodilatasi yang menginduksi
timbulnya red flare ( kemerahan ) dan peningkatan permeabilitas kapiler setempat
sehingga terjadi pembengkakan pada area yang berbatas jelas ( disebut hives ) .
Urtikaria muncul akibat masuknya antigen kearea kulit yang spesifik dan menimbulkan
reaksi setempat.
Histamin yang dilepaskan sebagai respon terhadap reaksi menyebabkan dilatasi
pembuluh darah setempat terjadi peningkatan tekanan kapiler dan peningkatan
permeabilitas kapiler menimbulkan kebocoran cairan yang cepat dalam hidug
menyebabkan dinding mukosa hidung bengkak dan bersekresi.
Sistem
pencernaan
Reaksi antigen
(basofil dan sel
mast)
Pelepasan
histamin
anafilaksis
Bengkak kulit,
gatal dan
urtikary
Gangguan
integritas kulit
Vasodilatasi
8 perifer
menyeluruh
Hipovolemi
Takhikardi
Hipotensi
Hipoermobilitas
saluran cerna
Mual & muntah
Resiko
Ktidakseimban
gan nutrisi
Sesak, sepasme
bronkus napas
dengan bibir,
rhinitis, pucat
Palpitasi, kulit
pucat, akral
dingin
Peningkatan
permeabilutas
kapiler
Gangguan
prfusi jaringan
Napas dengan
bibir & batuk,
Pola nafas
tidak efektif
F. Gejala klinis
Ringan :
Rasa kesemutan serta hangat pada bagian perifer, dan dapat disertai dengan
Rasa hangat
Cemas
Gatal gatal
Bronkospasme
Oedem saluran nafas atau laring dengan dispnea
Batuk serta mengi
kram abdomen, vomitus, diare dan serangan kejang kejang dapat terjadi. Kadang
kadang timbul henti jantung dan koma.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
-
Radiologi
- X foto: Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus, plug.
- EKG: Gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia
H. Diagnosis/kriteria diagnosis
Mendapatkan zat penyebab anafilaksis (injeksi, minum obat, disengat hewan, makan
sesuatu atau setelah test kulit). Timbul biduran mendadak, gatal dikulit, suara parau sesak,
sukar nafas, lemas, pusing, mual, muntah, sakit perut setelah terpapar sesuatu.
I. Therapy/tindakan penanganan
Penanganan anafilaksis adalah sebagai berikut:
a. Oksigenasi
Prioritas pertama dalam pertolongan adalah pernafasan. Jalan nafas yang
etrbuka dan bebas harus dijamin, kalau perlu lakukan sesuai dengan ABC-nya
resusitasi.
Penderita harus mendapatkan oksigenasi yang adekuat. Bila ada tanda-tanda
pre syok/syok, tempatkan penderita pada posisi syok yaitu tidur terlentang datar
dengan kaki ditinggikan 30o 45 agar darah lebih banyak mengalir ke organ-organ
vital. Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen dengan masker. Apabila terdapat
obstruksi laring karena edema laring atau angioneurotik, segera lakukan intubasi
endotrakeal untuk fasilitas ventilasi. Ventilator mekanik diindikasikan bila terdapat
spasme bronkus, apneu atau henti jantung mendadak.
b. Epinefrin
10
12
Penderita yang tertolong dan telah stabil jangan terlalu cepat dipulangkan karena
kemungkinan terjadinya reaksi lambat anafilaksis. Sebaiknya penderita tetap dimonitor
paling tidak untuk 12-24 jam. Untuk keperluan monitoring yang kektat dan kontinyu ini
sebaiknya penderita dirawat di Unit Perwatan Intensif. (Alirifan, 2011)
J. Komplikasi
- Henti jantung (cardiac arrest) dan nafas.
- Bronkospasme persisten.
- Oedema Larynx (dapat mengakibatkan kematian).
- Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).
- Kerusakan otak permanen akibat syok.
- Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan
BAB III
13
b.
c.
d.
e.
Masalah yang dirasakan beresiko atau diketahui beresiko tinggi pada klien
f.
Airway
Adanya rasa tercekik di daerah leher, suara serak sebab edema pada laring. Hidung
terasa gatal, bersin hingga tersumbat. serta adanya batuk, dan bunyi mengi.
Ditemukan edema pada lidah.
2)
Breathing
Pada pasien syok anafilaktik ditemukan adanya batuk dan sesak napas akibat
spasme pada bronkus, bunyi stridor pada auskultasi paru.
3)
Circulation
Terjadi hipotensi sampai syok, aritmia. Kelainan EKG : gelombang T datar,
terbalik, atau tanda-tanda infark miokard. Gelisah, pusing
.
4)
Disability
14
Exposure
Kaji kelainan kulit seperti urtikaria dibagian ekstremitas.
3. Secondary Survey
Pemeriksaan Fisik
a. Status respirasi
Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase kompensasi) kemudian menjadi
lambat (pada syok septik, respirasi meningkat jika kondisi menjelek)
b.
Fungsi metabolik
Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan (pada awal syok septik dijumpai
alkalosis metabolik, kausanya tidak diketahui). Alkalosis respirasi akibat
takipnea
c.
d.
Kulit
1) suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat sementara, karena
begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia)
2) Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok kardiogenik
dan syok hemoragi terminal)
3) Basah pada fase lanjut syok (sering kering pada syok septik).
15
e. Status jantung
Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
f. Tekanan darah
Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg (lebih tinggi pada penderita yang
sebelumnya mengidap hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septik)
g. Status mental
Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran dan orientasi menurun,
spoor sampai koma
4. Pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan Laboratorium
1) Hematologi : darah (Hb, hematokrit, leukosit, golongan darah), kadar
elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah. Hitung sel meningkat,
Hemokonsentrasi, trombositopenia, eosinophilia naik/ normal / turun
2) Kimia : Plasma Histamin meningkat, sereum triptaase meningkat
3) Analisa gas darah
b.
Radiologi
1)
2)
EKG
16
5. Pengelompokan Data
b.
a.
Data subjektif :
1)
2)
3)
4)
5)
Data objektif :
1) Klien tampak sesak, tampak bernafas dengan mulut, tampak pembengkakan pada
mukosa hidung,tampak penggunaan otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung,
terpasang oksigen
2) Tampak bengkak di sekitar tubuh dan hidung klien
3) Klien tampak pucat, akral dingin, gambaran EKG gelombang T mendatar dan
4)
5)
6)
7)
terbalik
Tanda tanda vital terutama tekanan darah menurun
Klien tampak lemah
Klien tampak cemas
Klien tampak menggaruk garuk badannya, tampak adanya pruritus (ada hives)
urtikaria
6. Diagnosa
a. Analisa data
No
1
Symptom
DS : klien mengatakan sesak
Etiologi
Reaksi imunologi
efektif
traktus respiratorus (allergen
DO :
dengan mulut
Tampak pembengekakan
pada mukosa hidung
Mengeluarkan performed
Terpasang O2
Problem
Pola nafas tidak
cuping hidung
leukotrein, prostaglandin
khususnya RR menurun
(dsypnea)
saluran nafas/laring
Penurunan aliran darah
Gangguan perfusi
DO :
anafilaktik
dingin
Klien tampak cemas dan
gelisah
Tanda tanda vital
terutama tekanan darah
menurun
Gambaran EKG gelombang
T mendatar dan terbalik
DS :
Klien mengatakan dirinya
sangat lemas
Resiko
ketidakseimbangan
volume cairan
DO :
Klien tampak lemah
Klien tampak mual dan
muntah
Peningkatan kapasitas
4
vaskuler
Peningkatan produksi
histamine dan bradikinin
hidung
Gangguan integritas
kulit
DO :
Klien tampak menggaruk
garuk badannya
Tampak pruritus (ada
hives), urtikaria
Tampak bengkak disekitar
tubuh dan hidungnya
b. Rumusan diagnosa
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme otot bronkeolus yang ditandai
dengan klien mengatakan sesak nafas atau sulit dalam bernafas, klien tampak
bernafas dengan mulut, tampak pembengekakan pada mukosa hidung, terpasang
O2 , tampak penggunaan otot bantu nafas dan pernafasan cuping hidung, tanda
tanda vital khususnya RR menurun (dsypnea).
2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung
dan vasodilatasi yang ditandai dengan klien mengatakan cemas dan gelisah, klien
tampak pucat, akral dingin, klien tampak cemas dan gelisah, tanda-tanda vital
terutama tekanan darah menurun, gambaran EKG gelombang T mendatar dan
terbalik.
3) Resiko ketidakseimbangan berhubungan dengan peningkatan kapasitas vaskuler
yang ditandai dengan Klien mengatakan dirinya sangat lemas, klien mengeluh
mual dan muntah, klien tampak lemah, klien tampak mual dan muntah
19
Hari /
tangga
l
Intervensi
No
Dx
Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Setelah dilakukan
keperawatan selama
faring
x 24 jam di
harapkan pasien
mulut pasien
2. Atur posisi klien :
mempertahankan
Letakkan pasien
pola pernapasan
efektif dengan
permukaan datar
kriteria hasil :
dan miringkan
Klien tidak
kepala pasien
cerebral
Bernafas spontan
3. Lakukan
penghisapan sesuai
indikasi
Tidak ada
penggunaan otot
tanpa bantuan O2
-
Pastikan tidak
terdapat benda atau
mengeluh sesak
-
1.
Rasional
tindakan
mampu
Intervensi
4. Kolaborasi :
Berikan tambahan
cuping hidung
O2 atau ventilasi
RR normal 16-20
x/menit
manual sesuai
kebutuhan
20
Setelah dilakukan
1. Kaji perubahan 1.
tindakan
tiba-tiba atau
keperawatan selama
gangguan mental
jantung.
x 24 jam
kontinu (cemas,
diharapkan dapat
gelisah, bingung,
memperbaiki perfus
letargi, pingsan)
i jaringan dengan
kriteria hasil :
Kulit pasien
hangat
apakah pucat,
sianosis, belang,
Setelah dilakukan
tindakan
vital
sirkulasi
keperawatan selama
2. Meningkatkan kebutuhan
24 jamdiharapkan
2. Kaji peningkatan
kebutuhan cairan
demam, berikan
terpenuhi dengan
kompres hangat
kriteria hasil :
sesuai indikasi,
pertahankan
pakaian tetap
Klien tampak
segar
Volume cairan
klien dapat terpenuhi
lingkungan
21
urine
4. Pantau pemasukan
oral dan
memasukan cairan
sedikitnya 2500
ml/hari
5. Kolaborasi dengan
tim medis lainnya
dalam pemberian
obat-obatan sesuai
indikasi, missal:
antipiretik (aceta
4
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
sirkulasi dan
24 jamdiharapkan
sensasi
dapat
-
minofen)
1. Kaji kulit setiap
menunjukan
2. Perthankan
hygiene kulit,
kemajuanpada luka
misalnya
atau
membasuh dan
penyembuhan denga
kemudian
n kriteria hasil :
mengeringkan
dengan hati-hati
menggaruk garuk
dan melakukan
badannya
masase dengan
22
Klien merasa
nyaman
menggunakan
lotion atau cream 5. Kuku yang panjang atau kasar
Klien dapat
3. Pertahankan
mempertahankan
kebersihan
integritas kulitnya
dermal
berkerut
4. Sarankan pasien
untuk melakukan
ambulasi beberapa
jam sekali jika
memungkinkan
5. Gunting kuku
secara teratur
6. Kolaborasi :
Gunakn atauberika
n obat-obatan atau
sistemik sesuai
indikasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
23
24
Daftar Pustaka
Prof. Dr. H. Tabrani Rab. 2007. Agenda Gawat Darurat (critical Care) Jilid 3. Penerbit P.T.
Alumni : Bandung.
Sudoyo. W Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I Edisi iv. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran. Jakarta.
Swearingen .PL. 1995. Manual of Critical Care Nursing. Mosby Year Book, Inc: St.Louis
Missouri.
Greenberg. Micahael I dkk. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Jilid I.Penerbit Erlangga :
Jakarta.
25