Tugas Bind
Tugas Bind
NRP
: 6513040002
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah adalah pengenalan masalah atau inventarisir masalah. Identifikasi masalah
adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting diantara proses lain.
Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan apakah
sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa kita
temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan lapangan (observasi, survey, dsb).
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu
variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri
dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain.
Beberapa hal yang dijadikan sebagai sumber masalah adalah :
1. Bacaan
Bacaan yang berasal dari jurnal-jurnal penelitian yang berasal dari laporan hasil-hasil penelitian
yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang baik tentunya
mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut, yang berkaitan dengan penelitian
tersebut. Suatu penelitian sering tidak mampu memecahkan semua masalah yang ada, karena
keterbatasan penelitian. Hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut dengan mengangkat
masalah-masalah yang belum terjawab.
Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah
misalnya buku-buku bacaan terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam
suatu kehidupan yang menyangkut dimensi sains dan teknologi atau bacaan yang berupa tulisan
yang dimuat dimedia cetak.
2. Pertemuan Ilmiah
Masalah dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, seperti seminar, diskusi.
Lokakarya, konfrensi dan sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah dapat muncul berbagai
permasalahan yang memerlukan jawaban melalui penelitian.
diangkat dalam suatu penelitian. Untuk memilih dan menentukan masalah yang layak untuk
diteliti, perlu mempertimbangkan kriteria problematika yang baik.
Ada beberapa kriteria dalam merumuskan problematika penelitian yang baik, sebagaimana
dikemukakan para ahli sebagai berikut ini :
1. Menurut Jack. R. Fraenkel dan Norma E. Wallen (1990) masalah penelitian biasanya
ditunjukkan sebagai pertanyaan. Karakteristik pertanyaan penelitian yang baik menurutnya
adalah :
Pertanyaan itu harus feasible, artinya pertanyaan atau masalah penelitian itu dapat
memungkinkan untuk diteliti, dipandang dari segi waktu, energi atau biaya.
Pertanyaan itu harus jelas, artinya pertanyaan tersebut harus dirumuskan dengan kalimat yang
sederhana yang dapat disepakati maknanya oleh sebagian besar masyarakat.
Pertanyaan itu harus signifikan, maksudnya bahwa masalah penelitian itu akan memberikan
sumbangan pengetahuan yang penting bagi manusia.
Pertanyaan itu harus etis, artinya pertanyaan atau permasalahan tersebut apabila diteliti tidak
akan merusak atau membahayakan manusia atau lingkungan alam dan lingkungan manusia.
2. Menurut John W. Best (1977) menyatakan bahwa masalah penelitian dikatakan baik (tepat dan
pantas diajukan sebagai masalah penelitian), apabila pertanyaan-pertanyaan penjajakan berikut
dapat terjawab, yaitu :
Apakah masalah tersebut dapat dijawab secara efektif melalui proses penelitian? Apakah bisa
dikumpulkan data relevan yang diperlukan untuk menjawab masalah tersebut?
Apakah masalah tersebut membawa hasil temuan yang cukup bermakna? Apakah mengandung
sesuatu yang penting di dalam masalah tersebut? Apakah pemecahan masalah atau penemuannya
nanti akan memberikan sesuatu yang baru kepada khasanah teori dan praktek pendidikan?
Apakah masalah tersebut merupakan sesuatu yang baru? Apakah masalah tersebut sudah diteliti
sebelumnya? Hal ini untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu.
Apakah masalah tersebut memungkinkan (fisibel) untuk diteliti? Hal ini termasuk kesesuaian
masalah dengan latar belakang si peneliti, sehingga si peneliti perlu melakukan penjajakan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
3. Menurut Donald Ary dan kawan-kawan (dalam Arief Furchan, 192) menyatakan ada beberapa
kriteria permasalahan yang baik, yaitu :
B. PERUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian, yang umumnya disusun dalam bentuk kalimat
tanya, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi arah kemana sebenarnya penelitian akan
dibawa, dan apa saja sebenarnya yang ingin dikaji / dicari tahu oleh si peneliti. Masalah yang
dipilih harus researchable dalam arti masalah tersebut dapat diselidiki. Masalah perlu
dirumuskan secara jelas, karena dengan perumusan yang jelas, peneliti diharapkan dapat
mengetahui variabel-variabel apa yang akan diukur dan apakah ada alat-alat ukur yang sesuai
untuk mencapai tujuan penelitian. Dengan rumusan masalah yang jelas, akan dapat dijadikan
penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pandangan yang dinyatakan
oleh Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1990:23) bahwa salah satu karakteristik formulasi
pertanyaan penelitian yang baik yaitu pertanyaan penelitian harus clear. Artinya pertanyaan
penelitian yang diajukan hendaknya disusun dengan kalimat yang jelas, tidak membingungkan.
Dengan pertanyaan yang jelas akan mudah mengidentifikasi variabel-variabel apa yang ada
dalam pertanyaan penelitian tersebut, dan berikutnya memudahkan dalam mendefenisikan istilah
atau variabel dalam pertanyaan penelitian. Dalam mendefenisikan istilah tersebut depat dengan
(1) Constitutive definition, yakni dengan pendekatan kamus (dictionary approach), (2), Contoh
atau by example dan (3) Operational definition, yakni mendefenisikan istilah atau variabel
penelitian secara spesifik, rinci dan operasional.
Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam merumuskan masalah penelitian, antara lain adalah :
1. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna
Masalah perlu dirumuskan dengan singkat dan padat tidak berbelit-belit yang dapat
membingungkan pembaca. Masalah dirumuskan dengan kalimat yang pendek tapi bermakna.
2. Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat Tanya
Masalah akan lebih tepat apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, bukan kalimat
pernyataan.
3. Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit
Rumusan masalah yang jelas dan kongkrit akan memungkinkan peneliti secara eksplisit dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan: apa yang akan diselidiki, siapa yang akan diselidiki, mengapa
diselidiki, bagaimana pelaksanaannya, bagaimana melakukannya dan apa tujuan yang
diharapkan.
(memilih satu atau dua) masalah yang akan diteliti (pilih satu atau dua dari yang sudah
diidentifikasi), (2) menegaskan pengertiannya, dan (3) memaparkan data-data yang memberikan
gambaran lebih rinci mengenai sosoknya.. Seperti dalam contoh : Jadi, jika masalahnya berupa
prestasi kerja karyawan yang rendah (yang dipilih dari, misalnya: kreativitas kerja yang
rendah, kemampuan berinisiatif yang rendah, kerja sama (kolegialitas) yang rendah, loyalitas
yang rendah, dan lainnya), maka yang akan diteliti (dipilih, dibatasi) tentu mengenai kerendahan
prestasi kerja karyawan, bukan mengenai faktor penyebab rendahnya prestasi kerja karyawan,
atau upaya memotivasi karyawan. Jika yang jadi masalah kekurangan fasilitas (sarana prasarana)
pendidikan, maka yang disebutkan (dituliskan) adalah bahwa yang akan diteliti (dipilih, dibatasi)
adalah masalah kekurangan fasilitas, bukan pengelolaan fasilitas. Kekurangan fasilitas dan
pengelolaan fasilitas merupakan dua hal yang berbeda [Ada masalah apa pula dengan
pengelolaan fasilitas? "Pengelolaan fasilitas" bukan masalah, itu topik atau tema! Lain jika
"salah kelola fasilitas" atau "ketidakefektivan pengelolaan fasilitas"].
KESIMPULAN
Di dalam membuat suatu penelitian, terlebih dahulu dilakukan pertama-tama mencari masalah
pada umumnya dilakukanlah pencarian dan pencatatan masalah (disebut dengan identifikasi
masalah). setelah dilakukan pengindentifikasian masalah maka masalah tersebut perlu
dirumuskan secara jelas karena dengan perumusan yang jelas diharapkan dapat mengetahui
variabel apa yang akan diukur untuk mencapai tujuan penelitian. Sedangkan batasan masalah itu
sendiri bertujuan untuk membatasi ruang lingkup masalah agar jangan terlalu luas pembahasan
sehingga penelitian lebih bisa fokus dilakukan.