Anda di halaman 1dari 12

NOMOR PEDOMAN

TANGGAL
PEMBUATAN
TANGGAL REVISI
TANGGAL
PENGESAHAN

PEDOMAN PENGELOLAAN
KEAMANAN LINGKUNGAN
PUSKESMAS ANGKONA

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Angkona

Damaris PL, SKM


NIP : 19581225 198209 2 001

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS ANGKONA KECAMATAN ANGKONA

PANDUAN KEAMANAN LINGKUNGAN FISIK PUSKESMAS ANGKONA

BAB I
A. Latar Belakang
Keamanan adalah kebutuhan dasar manusia yang merupakan prioritas kedua
berdasarkan kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi selama
hidupnya, sebab dengan terpenuhinya rasa aman setiap individu dapat berkarya dengan
optimal dalam hidupnya.
Keamanan lingkungan fisik Puskesmas merupakan keadaan terciptanya kondisi yang
aman untuk seluruh penghuni Puskesmas, baik staf/pegawai Puskesmas, pasien, maupun
pengunjung dari keadaan yang dapat menimbulkan bahaya, kerusakan, kecelakaan.
Keamanan dapat pula diartikan sebagai keselamatan kerja pada staf/petugas Puskesmas
dan keselamatan pada pasien dan pengunjung Puskesmas.
Keselamatan kerja pada petugas Puskesmas sangatlah penting. Hal ini disebabkan
lingkungan pekerjaan yang memang memiliki resiko tinggi, baik resiko tertular dari
penyakit pasien maupun resiko akibat kesalahan operator itu sendiri. Begitupula dengan
keselamatan pasien, dimana semua pasien harus dijamin keselamatannya pada saat
berada di Puskesmas. Keselamatan pasien di antaranya keselamatan untuk tidak
mengalami cedera, kejadian yang tidak diinginkan, maupun pencegahan dari terjadinya
malpraktik.
Oleh karena itu, sangat diperlukan perencanaan dan pelaksanaan keamanan
lingkungan fisik Puskesmas Angkona yang dapat menjamin keselamatan kerja
staf/petugas medis serta keselamatan pasien.
B. Tujuan
Tujuan keamanan lingkungan fisik Puskesmas ialah untuk mengelola resiko di
lingkungan dimana pasien dirawat dan staf bekerja
C. Sasaran
Sasaran dari panduan ini adalah seluruh staf Puskesmas, pasien serta pengunjung
Puskesmas
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari panduan keamanan lingkungan fisik Puskesmas ini meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pendidikan dan pelatihan petugas, pemantuan, dan evaluasi.
E. Batasan Operasional
Keamanan lingkungan fisik puskesmas, meliputi:
1. Keselamatan dan keamanan.
- Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana gedung, halaman/ground, dan
peralatan tidak menimbulkan bahaya atau resiko bagi pasien, staf, dan pengunjung.
- Keamanan adalah proteksi dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan, atau akses
serta penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang.
2. Keamanan dari bahan berbahaya, yang meliputi: penanganan, penyimpanan, dan
penggunaan bahan berbahaya lainnya harus dikendalikan dan limbah bahan berbahaya
dibuang secara aman
3. Keamanan dari keadaan emergensi (darurat) yaitu tanggapan terhadap wabah, bencana,
dan keadaaan emergensi direncanakan dan efektif.
4. Keamanan dari bahaya kebakaran yaitu perlindungan penghuni dan properti
Puskesmas dari kebakaran dan asap
5. Perlindungan dari resiko kegagalan operasi sistem utilitas, yaitu listrik dan air
6. Keamanan dari peralatan medis yang digunakan

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Semua staf puskesmas harus berperan aktif dalam program keamanan lingkungan
fisik puskesmas. Penanggung jawab program ini ialah masing-masing petugas yang
memiliki
Petugas program yang terlibat meliputi: penanggung jawab keamanan (sekuriti),
penanggung jawab kebersihan (cleaning service), penanggung jawab kesehatan
lingkungan, serta penanggung jawab pemeliharaan barang.
1. Sekuriti (Satpam)
Sekuriti puskesmas merupakan penanggung jawab keamanan lingkungan fisik
puskesmas. Satpam Puskesmas memiliki pendidikan terakhir SMA.
Adapun tugas pokok satpam adalah menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di
lingkungan/ kawasan kerja khususnya pengamanan fisik Fungsi satpam adalah segala
usaha kegiatan melindungi dan mengamankan lingkungan Puskesmas dari setiap
gangguan keamanan dan ketertiban serta pelanggaran hukum dari luar maupun dari
dalam. Sedangkan peranan satpam sebagai berikut:
1. Sebagai unsur pembantu pimpinan dalam hal menjaga keamanan dan ketertiban
2. Sebagai unsur pembantu POLRI dalam hal penegakan hukum di area tugasnya.
2. Penanggung jawab kebersihan (cleaning service)
Cleaning service merupakan petugas yang bertanggung jawab terhadap kebersihan
lingkungan puskesmas baik dalam ruangan maupun di luar ruangan. Puskesmas Angkona
memiliki tiga orang petugas cleaning service yang memiliki pembagian tugas dan
tanggung jawab masing-masing dan dilakukan rolling sesuai jadwal.
Adapun tugas pokok cleaning service, antara lain:
1. Melakukan pembersihan dalam ruangan, yang meliputi:
- menyapu dan mengepel sebelum dan sesudah jam pelayanan
-membersihkan debu pada setiap benda yang ada dalam ruangan dengan
menggunakan lap dan atau kemoceng
- membuang sampah yang ada pada setiap ruangan.
- membersihkan kaca
- membersihkan dinding ruangan dari sarang laba-laba
- mengganti gorden bila diperlukan
2. Melakukan pembersihan kamar mandi, yang meliputi:
- menyikat lantai kamar mandi setiap hari
- menguras bak mandi pada setiap kamar mandi setiap hari
- membersihkan jamban kamar mandi setiap hari
3. Melakukan pembersihan halaman dan taman Puskesmas
4. Menyiram tanaman yang ada di Puskesmas
3. Penanggung jawab kesehatan lingkungan
Penanggung jawab kesehatan lingkungan adalah lulusan D3 kesehatan lingkungan.
Adapun tupoksi penanggung jawab kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Membuat rencana kesehatan lingkungan
2. Koordinator klinik sanitasi
3. Pemantauan kualitas air
4. Pembinaan dan pengawasan TTU, TPM, Sanitasi DAMIU, dan Sanitasi sekolah
5. Inspeksi sanitasi lingkungan
6. Membuat pencatatan dan laporan kesling
4. Penanggung jawab pengurus barang
Pengurus barang merupakan petugas pengelola barang. Adapun tugas pokok dan
tanggung jawab pengurus barang antara lain:
1. Menyusun laporan sarana dan prasarana Puskesmas Angkona setiap bulan
Desember.
2. Membuat kaporan pemakaian barang habis pakai setiap bulan.
3. Menyusun rencana pemeliharaan alat dan barang secara periodik
4. Menyusun rencana kalibrasi alat dan barang secara periodik
5. Menyusun SOP pengelolaan barang
6. Mengkoordinir pengisian Kartu Inventaris Ruangan setiap bulan

7. Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana Puskesmas.


B. Distribusi Ketenagaan
1. Satpam/ sekuriti sebanyak dua orang
2. Penanggung jawab kebersihan sebanyak tiga orang
3. Penanggung jawab kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja sebanyak satu orang
4. Penanggung jawab barang sebanyak satu orang
C. Jadwal Kegiatan
1. Petugas keamanan/ sekuriti melakukan tugas dalam dua shift, yaitu shift pagi dan
malaam. Shift pagi dilakukan dari pukul 07.00-14.00, sedangkan shift malam
dilakukan dari pukul 18.00-07.00 setiap hari.
2. Penanggung jawab kebersihan bertugas mulai dari pukul 06.00-14.00 setiap hari kerja
3. Penanggung jawab barang bertugas setiap hari kerja mulai pukul 08.00-14.00
BAB III
STANDAR FASILITAS
Adapun standar fasilitas Puskesmas untuk mendukung keamanan lingkungan fisik
Puskesmas berdasarkan Permenkes no 75 tahun 2014, antara lain:
1. Fasilitas parkir
Puskesmas Angkona menyediakan tempat parkir kendaraan untuk pasien dan staf
Puskesmas. Parkir diatur oleh petugas keamanan yang bertugas
2. Fasilitas Keamanan
Puskesmas Angkona dikelilingi oleh pagar yang bertujuan untuk meningkatkan
keamanan lingkungan Puskesmas. Untuk mendukung keamanan, Puskesmas
merencanakan untuk membuat pos jaga sekuriti
3. Ketersediaan utilitas publik
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki sumur bor
sebagai salah satu upaya untuk tetap menjamin ketersediaan air bersih dengan
fasilitas pompa air serta tempat penampungan untuk mengatasi berkurangnya debit
air.
Puskesmas memiliki instalasi listrik dari PLN dan genset sebagai pengganti sumber
listrik pada saat aliran listrik dari PLN padam.
4. Pengelolaan kesehatan lingkungan
Puskesmas menyediakan fasilitas air bersih dan fasilitas pengolahan limbah padat,
cair, dan gas
Pengolahan limbah padat dilakukan melalui kerjasama dengan Rumah Sakit PT. Vale
Sorowako, yaitu dengan mengirimkan safety box yang berisi limbah padat biohazard
ke insenerator yang berada di Rumah Sakit PT. Vale
Pengolahan limbah cair untuk saat ini dialirkan ke septik tank.
Pengolahan limbah gas belum dilakukan di Puskesmas Angkona
5. Sistem Gas Medik
Sistem gas medik di Puskesmas Angkona berupa tabung gas oksigen. Adapun
persyaratan teknis gas medik adalah;
Pengolahan, penggunaan, penyimpanan dan pemeliharaan gas medik harus sesuai
ketentuan berlaku.
Tabung/silinder yang digunakan harus yang telah dibuat, diuji, dan dipelihara sesuai
spesifikasi dan ketentuan dari pihak yang berwenang
Tabung/silinder O2 harus di cat warna putih untuk membedakan dengan
tabung/silinder gas medik lainnya sesuai ketentuan yang berlaku
Tabung/silinder O2 pada saat digunakan, diletakkan di samping tempat tidur pasien,
dan harus menggunakan alat pengaman seperti troli tabung atau dirantai
Tutup pelindung katup harus dipasang erat pada tempatnya bila tabung/silinder
sedang tidak digunakan
Apabila diperlukan, disediakan ruangan khusus penyimpanan silinder gas medik.
Tabung/silinder dipasang/diikat erat dengan pengaman/rantai.
Hanya tabung/silinder gas medik dan perlengkapannya yang boleh disimpan dalam
ruangan penyimpanan gas medik

Tidak boleh menyimpan bahan mudah terbakar berdekatan dengan ruang


penyimpanan gas medik
Dilarang melakukan pengisian ulang tabung/silinder O2 dari tabung/silinder gas
medik besar ke tabung/silinder gas medik kecil.
6. Proteksi Kebakaran
Bangunan Puskesmas harus menyiapkan alat pemadam kebakaran untuk
memproteksi kemungkinan terjadinya kebakaran
Alat pemadam kebakaran kapasitas minimal 2 kg, dan dipasang 1 buah untuk setiap
15 m2
Pemasangan alat pemadam kebakaran diletakkan pada dinding dengan ketinggian
antara 15 cm 120 cm dari permukaan lantai, dilindungi sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan kerusakan atau pencurian

BAB IV

TATALAKSANA KEAMANAN LINGKUNGAN FISIK


A. LINGKUP KEGIATAN
Adapun lingkup kegiatan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pendidikan dan
pelatihan petugas, pemantauan, dan evaluasi tehadap keamanan lingkungan fisik
1. Keselamatan dan Keamanan
a. Patroli keamanan dan pemantauan harian instalasi listrik, air, dan sistem
lainnya
Keamanan Puskesmas dipantau secara rutin oleh petugas keamanan setiap hari.
Patroli rutin yang dilakukan petugas keamanan juga sekaligus untuk melakukan
pengecekan terhadap instalasi listrik,air, dan sistem lainnya. Hal ini bertujuan untuk
menjamin keamanan serta sebagai deteksi dini bila terdapat kerusakan/ gangguan
terhadap sistem tersebut.
Untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien, perencanaan program
keamanan berikutnya ialah untuk melakukan penambahan petugas keamanan. Sebab,
tenaga yang ada saat ini masih belum memungkinkan untuk melakukan penjagaan
selama 24 jam setiap harinya.
b. Pengaturan parkir kendaraan
Dengan melakukan pengaturan parkir kendaraan, petugas dapat mengontrol
keluar masuknya kendaraan pengunjung maupun staf. Sehingga, dapat meningkatkan
keamanan lingkungan Puskesmas.
c. Pembangunan pagar Puskesmas
Pembangunan pagar keliling Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan
keamanan dan keselamatan pasien. Dengan adanya pagar, dapat mencegah keluar
masuknya pengunjung/pasien tanpa kontrol dari petugas keamanan
d. Perencanaan pembuatan pos jaga keamanan
Sebagai salah upaya untuk menunjang keamanan Puskesmas, maka perlu
dilaksanakan pembuatan pos jaga untuk petugas keamanan.
e. Pemeliharaan kebersihan lingkungan dan bangunan Puskesmas
Kebersihan lingkungan dan bangunan Puskesmas juga menjadi salah satu poin
yang mendukung keselamatan pasien.. Lingkungan yang bersih dan sanitasi yang
sehat tentunya juga akan menjadikan pasien dan petugas lebih sehat.
f. Perencanaan pemantauan kualitas air bersih
Untuk menjamin kualitas air bersih yang digunakan di Puskesmas Angkona,
perlu dilakukan pemantauan kualitas air secara berkala. Sampel dari kualitas air
dikirim ke laboratorium yang berwenang.
g. Perencanaan pemeriksaan kesehatan rutin staf Puskesmas
Staf/petugas Puskesmas merupakan pekerja yang memiliki resiko tinggi tertular
penyakit infeksi dari pasien baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu,
petugas Puskesmas juga dapat mengalami Penyakit Akibat Kerja noninfeksius yang
disebabkan oleh resiko pekerjaan yang dilakukan. Pemeriksaan kesehatan berkala,
meliputi: pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, foto roentgen paru,
laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
h. Perencanaan pengadaan exhauter untuk ruangan yang beresiko tinggi
Dalam rangka mengendalikan penyebaran infeksi, baik untuk petugas maupun
untuk pasien sendiri, maka ruangan/poli yang memiliki ventilasi tertutup harus
menyediakan exhauter, contohnya ruangan dengan air conditioner. Dengan adanya
exhauter, maka pertukaran udara dapat berjalan dengan baik, sehingga resiko
penularan infeksi melalui udara dapat diminimalisir
2. Bahan dan Limbah Berbahaya dan Beracun
Perencanaan pengendalian bahan berbahaya
a. Mengupayakan substitusi bahan berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya
b. Menyediakan tempat khusus untuk penyimpanan tabung gas medis sesuai dengan
petunjuk
Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun
a. Memeriksa wadah dan pengemas. Kemasan yang diterima harus dalam bentuk asli
dalam keadaan utuh serta mencatumkan:
- nama sediaan atau nama barang
- isi/bobot netto
- komposisi isinya dalam nama kimia
- nomor registrasi

- petunjuk cara penggunaan


- petunjuk cara penanganan untuk mencegah bahaya anda peringatan lainnya
- nama dan alamat pabrik yang memproduksi
- cara pertolongan pertama akibat bahan berbahaya
b. Memperhatikan label berupa simbol, gambar dan atau tulisan berupa kalimat
peringatan bahaya misalnya : bahan peledak, bahan racun, bahan korosif,
bahan berbahaya, bahan iritasi, bahan mudah terbakar, dll.
Adapun cara penyimpanan bahan berbahaya dan beracun antara lain:
1. Harus terpisah dari bahan makanan, bahan pakaian dan bahan lainnya
2. Tidak menimbulkan interaksi antar bahan berbahaya satu dengan yang lain
3. Bahan yang mudah menguap harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
4. Bahan yang mudah menyerap uap air harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
yang berisi zat penyerap lembab
5. Bahan yang mudah menyerap CO2 harus disimpan dengan pertolongan kapur
tohor
6. Bahan yang harus terlindung dari cahaya disimpan dalam wadah yang buram atau
kaca dari kaca hitam, merah, hijau, atau coklat tua
7. Bahan yang mudah mengoksidasi harus disimpan di tempat yang sejuk dan
mendapat pertukaran udara yang baik
8. Bahan yang mudah terbakar harus disimpan di tempat terpisah dari tempat
penyimpanan perbekalan farmasi lain, mudah dilokalisir bila terjadi kebakaran,
tahan gempa dan dilengkapi dengan Pemadam Api
9. Bahan beracun harus disimpan di tempat yang sejuk, mendapat pertukaran udara
yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas
10. Bahan korosif harus disimpan ditempat yang dilengkapi dengan sumber air untuk
mandi dan mencuci
11. Bahan yang mudah meledak diijauhkan dari bangunan yang menyimpan oli,
lemak, api yang menyala
Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
A. Perencanaan dan penerapan dalam penggunaan bahan berbahaya dan beracun
memperhatikan sebagai berikut:
1. Alat Pelindung Diri yg sesuai dengan faktor resiko bahayanya, APAR yang siap
dan cukup
2. Kondisi kerja dan lingkungan dinyatakan aman oleh yang berwenang
3. Peralatan kerja harus layak pakai
4. SOP/protap sudah aman dan efektif
B. Selama penggunaan bahan berbahaya dan beracun harus sesuai dengan SOP
C. Bila penggunaan pada transisi shift jaga, maka tiap serah terima & tanggung jawab
dilakukan sebaik2 nya. Laporkan situasi kondisi kerja lebih2 yg tidak aman
D. Bila selesai, amankan & bersihkan alat2 kerja, lingkungan kerja, wadah sisa B3
hingga aman.
E. Lakukan P3K bila ada kecelakaan & penanganan lebih lanjut
Penanganan keracunan bahan kimia masuk mulut
1) Berilah minum berupa air atau susu 2 hingga 4 gelas.
2) Jika korban keracunan sedang dalam keadaan pingsan, jangan memasukkan sesuatu
(berupa makanan/minuman) melalui mulutnya
3) Masukkan jari telunjuk ke dalam mulut korban sambil menggerak-gerakkan jari di
bagian pangkal lidah dengan tujuan agar si korban muntah
4) Jangan melakukan poin di atas jika korban keracunan minyak tanah, bensin, alkali
atau asam
5) Berilah 1 sendok antidote dan segelas air hangat kepada korban
6) Antidote itu dalam keadaan serbuk dan terbuat dari 2 bagian arang aktif, 1 bagian
magnesium oksida dan 1 bagian asam tannat
Penanganan darurat eksposur bahan kimia dan berbahaya pada personal
1) Basahi daerah yang terkontaminasi dengan air mengalir
2) Lepaskan pakaian yang terkontaminasi
3) Bilas dengan air selama 15 menit
4) Segera minta pertolongan medis bila iritasi menetap
Penanganan darurat bahan kimia dan berbahaya berkontak dengan mata

1)
2)
3)
4)

1)
2)
3)

Basahi bola mata dan kelopak mata dengan air


Usahakan mata tetap terbuka
Irigasi sekurang-kurangnya 15 menit
Minta pertolongan medis secepatnya
Penanganan tumpahan (spills)
Tutup tumpahan dengan kain yang mudah menyerap.
Kosongkan area dari pasien dan pengunjung
Bersihkan tumpahan tergantung estimasi jumlah:
- Bila kurang dari 5 ml, perawat atau tenaga lain terlatih dapat membersihkan
tumpahan tersebut
- Bila lebih dari 5 ml, namun kurang dari 500 ml, ada tenaga dilatih khusus untuk
membersihkan tumpahan tersebut
- Bila lebih dari 500 ml, hubungi emergensi. Petugas lingkungan akan memberi
bantuan
2. Limbah bahan berbahaya dan beracun
Berdasarkan Peraturan Presiden no 101 tahun 2014 mengenai pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun, limbah didefinisikan sebagai sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan. Sedangkan limbah bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disebut
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun. Limbah B3 yang terdapat di Puskesmas Angkona dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu limbah padat (termasuk benda tajam) dan limbah cair.
A. Limbah Padat B3
Limbah padat yang tergolong limbah B3 merupakan limbah medis yang merupakan
bagian dari sampah Puskesmas yang berasal dari bahan yang mengalami kontak dengan
darah/ cairan tubuh pasien. Limbah medis tersebut antara lain:
material yang telah berkontak dengan darah/cairan tubuh pasien, yaitu: perban, kasa,
dan benda-benda lainnya.
benda-benda tajam bekas pakai, misalnya: jarum suntik, jarum jahit, pisau bedah,
tabung darah, tabung pipet atau gelas lainnya yang bersifat infeksius
sampah organik, misalnya jaringan, potongan tubuh, dan plasenta.
Penanganan limbah padat B3
Semua limbah jarum suntik dan benda tajam lainnya dimasukkan ke dalam safety box
yang ada di masing-masing ruangan penghasil limbah padat B3. Bila sudah penuh,
petugas sanitasi mengumpulkan safety box tersebut untuk disimpan di tempat
penampungan sementara. Selanjutnya, safety box tersebut dikirim ke insinerator Rumah
Sakit PT. Vale untuk dimusnahkan.
B. Limbah Cair B3
Limbah cair yang tergolong limbah B3 merupakan limbah yang diduga mengandung
patogen (bakteri, virus, parasit, dan jamur) dalam jumlah yang cukup untuk
menyebabkan penyakit pada penjamu yang rentan yang merupakan hasil buangan dari
instalasi laboratorium, poli gigi, kamar bersalin, ugd, dan poli KB.
Penanganan limbah cair B3
Semua limbah cair dari seluruh instalasi di Puskesmas Angkona untuk saat ini masih
dialirkan ke septik tank.
3. Manajemen emergensi
Manajemen emergensi merupakan kewaspadaan terhadap wabah, bencana alam, dan
keadaan emergensi. Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana, dan prasarana
umum yang memerlukan pertolongan dan bantuan secara khusus.
Bencana umumnya dapat terjadi dimana saja dan kapan saja yang datangnya tiba-tiba.
Puskesmas sebagai salah satu public area tidak mustahil menghadapi bahaya ini.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu disusun suatu acuan atau pedoman bagi
seluruh pegawai Puskesmas untuk menghadapi suatu bencana yang mungkin akan terjadi
di Puskesmas
Ruang lingkup dari kegiatan-kegiatan kewaspadaan bencana di Puskesmas, meliputi :
1. Diperlukan pedoman pencegahan dan penanggulangan bencana yang dapat digunakan
bagi seluruh pegawai Puskesmas dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan
guna mencegah dan menanggulangi bencana di Puskesmas, oleh karena itu telah dibuat
buku pedoman penanggulangan bencana yang dapat dievaluasi untuk perbaikan sistem
penanggulangan bencana.
2. Pembekalan Bagi Pegawai dalam menghadapi bencana

Untuk pembekalan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pegawai dalam


penanggulangan bencana maka diadakan :
Pelatihan dan Simulasi Penanggulangan Bencana yang dilaksanakan sebanyak 2 x
setiap satu tahunnya.
3. Ditetapkan sistem komunikasi dalam penanggulangan bencana yaitu tata cara
penggunaan telepon, daftar nomor penting, dan kewenangan penggunaan telepon.
4. Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien.
5. Sarana dan Prasarana Puskesmas mengikuti ketentuan perijinan perundang-undangan
yang berlaku.
4. Pengamanan Kebakaran
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita
hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan.Pencegahan kebakaran
adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-faktor yang menjadi sebab munculnya
atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah
kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu
program pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan pegawai, suatu rencana
pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya,
inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari peralatan pemadam
kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-pakainya maupun dari segi mudah
dicapainya.
Pengelolaan pencegahan kebakaran di Puskesmas Angkona yaitu dengan
mengendalikan sumber panas seperti Listrik, listrik statis, nyala api dan bahan mudah
terbakar seperti kertas, karpet, karet, dll.
Cara pengendaliannya adalah sebagai berikut :
Menetapkan larangan merokok di Kawasan Puskesmas.
Monitoring Inspeksi Listrik secara teratur.
Menyediakan alat Pemadam Api ringan dengan jumlah cukup sesuai ketentuan yang
berlaku.
Inspeksi Peralatan Pemadaman Kebakaran secara berkala.
Pemasangan tanda-tanda peringatan bahaya kebakaran pada tempat-tempat berisiko.
Penanggulangan Kebakaran
Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya
Oksigen dalam kebakran tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan Alat
pemadam Api Ringan (APAR) yang fungsinya mengisolasi adanya oksigen dalam api
tersebut, selain itu dapat digunakan air untuk memadamkan kebakaran sebagai media
yang dapat menimbulkan reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari kebakaran
tersebut.
Agar pegawai dapat melakukan penanggulangan kebakaran secara dini maka
dilakukanlah pelatihan secara berkala cara menggunakan APAR dan simulasi penggunaan
APAR.
Jadi cara penanggulangan Kebakaran di Puskesmas Angkona adalah sebagai berikut :
Merencanakan pengadaan alat pemadam api ringan (APAR) dengan jumlah cukup
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Manajemen Peralatan
Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan:
a. standar mutu, keamanan, dan keselamatan;
b. memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundangundangan;
c. diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang
berwenang.
d. dilakukan pemeliharaan dan pemantauan secara rutin terhadap peralatan medis yang
digunakan di setiap ruangan
B. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
1. Pemantauan dan evaluasi keseluruhan program pemeliharaan lingkungan fisik
Puskesmas dilakukan oleh tim audit internal.
2. Pemantauan dan evaluasi dilakukan sesuai dengan jadwal tim audit internal
3. Hasil pemantauan dan evaluasi dilaporkan kepada tim manajemen mutu untuk
ditindaklanjuti.
BAB V
LOGISTIK

Anggaran program keamanan lingkungan fisik Puskesmas diperoleh dari APBD,


APBN, serta bantuan dari pihak lain bila ada.

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Keselamatan sasaran kegiatan ialah keselamatan pada petugas/staf Puskesmas, yaitu


kesehatan kerja serta keselamatan pada pasien. Keselamatan kerja pada petugas atau staf
dilakukan berdasarkan pedoman kewaspadaan universal. Sedangkan keselamatan pasien
dilaksanakan sesuai dengan pedoman peningkatan mutu dan keselamatan pasien

BAB VII
PENUTUP

Panduan ini dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan program pemeliharaan


lingkungan fisik Puskesmas Angkona. Untuk peningkatan mutu, panduan ini harus
senantiasa di-update dan direvisi.

Anda mungkin juga menyukai