Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PEREKONOMIAN INDONESIA

NAMA ANGGOTA:
MARIO SYAMYOGA

: 1501025186

MUHAMMAD FADHLAN

: 1501025207

MUHAMMAD RAMADHANI A : 1501025192


SYAHRIL MUBARAK

: 1501025255

CHAERUNNISA

: 1501025

Kata Pengantar
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas penyertaanNya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah Sistem Ekonomi Indonesia Perubahan
Struktur Ekonomi Indonesia dengan baik.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada dosen pengasuh mata
kuliah yang selalu membimbing dan mengarahkan dalam proses pembuatan makalah ini hingga
selesai, dan juga semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu saran dan kritik dari para pembaca sangat diharapkan demi penyempurnaan
penulisan berikutnya. Atas perhatiannya diucapkan terimakasih

Samarinda, 18 0ktober 2016


Penyusun

Bab. I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Sistem ekonomi suatu negara sebagai bagian dari supra sistem kehidupan, berkaitan
erat dengan sistem sosial lain yang berlangsung di dalam masyarakat. Di dunia ini ada
kecenderungan bahwa sistem ekonomi suatu negara berkaitan dengan sistem ekonomi
poitik di negara yang bersangkutan. Suatu negara yang beridiologi politik liberal, pada
umumnya menganut idiologi ekonomi kapitalisme, dengan pengelolaan ekonomi
berdasarkan mekanisme pasar. Sedangakn negara-negara yang beridiologi politik
komunisme, idiologi ekonominya cenderung sosialisme, dengan pengelolaan ekonominya
berdasarkan perencanaan terpusat.
Namun demikian, tidak ada suatu negarapun di dunia ini yang menerapkan secara
mutlak kedua sistem ekonomi tersebut, seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, RRC
adan lain sebagainya, termasuk juga negara Indonesia. Negara Indonesia menganut
sistem ekonomi campuran atau lebih tepatnya sekarang disebut denga sistem ekonomi
kerakyatan (pancasila) yang mempunyai ciri yanag berbeda dengn kedua sistem ekonomi
diatas. Sistem ekonomi kerakyatan merupaka adopsi dari kedua sistem ekonomi, yaitu
sistem kapitalis dan sosialis yang disesuaikan dengan falsafah bangsa Indonesia, sehingga
struktur perekonomian Indonesia adalah ekonomi kerakyatan. Hal ini sesuai dengan pasal
33 UUD 1945 yang telah empat kali diamandemen.
Dari beberapa sistem ekonomi diatas mempunyai struktur yang berbeda terutama
dalam penerapan di masing-masing negara. Struktur ekonomi tersebut dapat dilihat dari
berbagai sudut tinjauan anatar lain tinjauan makro sektoral, tinjauan keuangan, tinjauan
penyelenggaraan kenegaraan, dan tinjauan birokrasi dan pengambilan keputusan.
Tinjauan makro sektoral dan tinjauan keuangan adalah merupakan tinjauan ekonomi
murni sedangkan tinjauan kenegaraan dan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan
adalah tinjauan di bidang politik. Dengan melihat beberapa sistem ekonomi yang ada
tersebut maka pada dasarnya suatu struktur ekonomi adalah merupakan penjabaran atau
implementasi dari sistem-sistem ekonomi yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan

(mewujudkan) kesejahteraan suatu negara melalui pembangunan ekonomi dan


pertumbuhan pendapatan nasional, maka akan membawa perubahan mendasar dalam
struktur ekonomi.
1.2. Tujuan

Pembaca dapat mengetahui teori terjadinya perubahan struktur ekonomi


Pembaca dapat memahami struktur perekonomian yang ada
Pembaca dapat memahami struktur perekonomian Indonesia
Pembaca dapat memahami perubahan struktur perekonomian Indonesia

Bab. II
Pembahasan

A. Perubahan Struktur Ekonomi


Teori perubahan struktur ekonomi menitikberatkan pada mekanisme transformasi yang
dialami oleh negara-negara sedang berkembang yang semula bersifat subsistem dan
menitikberatkan pada sektor tradisional menuju ke struktur lebih modern yang didominasi oleh
sektor-sektor non primer, khususnya industri jasa.
Cheneri meminjam isttilas Kuznets, menatakan bahawa perubahan sturktur ekonomi,
secara umum disebut sebagai transformasi struktur yang diartikan sebagai suatu rangkaian
perubahan yang saling terkait satu sama lain dalam komposis agregat demand (AD), eksporimpor (X - M), Agregat supplay (AS) yang merupaka produksi dan peng unaan faktor-faktor
produksi seperti tenaga kerja dan

modal guna mendukung proses pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.


Ada dua teori utama yangumum digunakan dalam menganalisis perubahan sturktur
ekonomi, yakni dari Arthur Lewis tentang migrasi dan Hollis Chenery tentang teori transportasi
struktural. Teori Lewis pada dasarnya membahasa proses pembangunan ekonomi yang terjadi di
daerah pedesaan dan daerah perkotaan. Dalamnya Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian
suatu negara pada dasranya terbagi atas dua, yaitu perekkonomian tradisional di pedesaan yang
didominasi sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai
sektor utama.
Karena perekkonomiannya masih bersifat tradisional dan subsistem, dan pertumbuhan
pendudik yang tinggi, maka terjadi pertumbuhan suplai tenaga kerja. Over-Supplay tenaga kerja
ini ditandai dengan produk marginalnya yang nilainya nol dan tingkat upah riil yang rendah.
Keranka pemikiran Chenery pada dasarnya sama dengan teori model Lewis. Teori Chenery
dikenal dengan teori pattern of development, dimana dalam teori ini difokuskan pada perubahan
struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di negara sedang berkembang, yang
mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke industri sebagai mesin utama pertumbuhan
ekonomi. Dalam penelitianya Chenery dan Syirquin mengidentifikasi bahwa dengan peningkatan
perubahan pendapatan masyarakat per kapita membawa perubahan ke arah konsumeristik dari
penekanan pada makanan dan kebutuhan poko lainnya ke arah barang-barang manufaktur dan
jasa.
Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan petumbuhan PDB yang merupakan total
pertumbuhan nilai tambah dari semua sektor ekonomi. Secara umum

dalam proses

pembangunan terjadi transformasi ekonomi, dimana pangasa PDB dari sektor industri meningkat
dan sektor pertanian mengalami penurunan.
Menururt Chenery, proses transformasi sturktural akan mencapai tarafnya yang paling
cepat bila pergeseran pola permintaan domestik ke arah output industri manufaktur diperkuat
oleh perubahan yang serupa dalam komposis perdagangan luar negri atau ekspor sebagaimana
yang terjadi di negar-negara industri baru. Sperti Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan
Hongkong.

B. Struktur Perekonomian Indonesia


Menurut Dumairy struktur perekonomian suatu negara dapat dilihat dariu berbagai sudut
tinjauan. Setidak-tidaknya struktur perekonomian dapat dilihat dari empat sudut tinjauan, yaitu
tinjauan makro-sektoral, tinjauan keuangan, tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, dan tinjauan
birokrasi pengambilan keputusan.
Tinjauan makro-sektoral dan keuangan merupakan tinjauan ekonomi murni sedangkan

tinjauan kenegaraan dan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan adalah tinjauan di

bidang politik. Berikut penjelasannya:


Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Makro-Sektoral
Berdasarkan tinjauan makro-sektoral perekonomian suatu negara dapat berstruktur agraris,
industri, atau niaga. Hal ini tergantung pada sektor apa/mana yang dapat menjadi tulang
punggung perekonomian negara yang bersangkutan. Dilihat secara makro sektoral dalam bentuk
produk domestik bruto maka struktur perekonomian Indonesia dam[ppai tahun 1990-an masih
agraris, namun sekarang sudah berstruktur industri.
Struktur perekonomian Indonesia yang industrialisasi pada saat ini sesungguhnya belum
mutlak, tetapi masih sangat dini. Industrialisasi di Indonesia barulah berdasarkan kontribusi
sektoral dalam membentuk PDB atau pendapatan nasional. Industrialisasi yang ada belum
didukung dengan kontribusi sektoral dalam penerapan tenaga dan angkatan kerja. Apabila
kontribusi sektoral dalam menyumbang pendapatan dan dalam penerapan tenaga kerja
diperbandingkan, maka struktur ekonomi Indonesia ternyata masih dualisme.
Boeke seoang ekonom Belanda mengatakan bahwa perekonomian Indonesia berstruktur
dualistis. Sebab dari segi penyerapan tenaga kerja dan sumber kehidupan rakyat (53,69%),
sedangkan sektor industri pengolahan hanya menyerap 10,51% tenaga kerja.

Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Keruangan

Pergesern sturktur ekopnomi secara makro-sektoral senada dengan pergeserannya dengan


keruanngan, ditinjau dari sudut pandang keruangan, struktur perekonomian telah bergeser dari
struktur pedesaan menjadi struktur perkotaan. Hal ioni dapat kita lihat dan kita rasakan sejak
Pelita I hingga era reformasi sekarang ini. Kemajuan perekonomian di kota-kota jauh lebih besar
dibandingkan dengan di pedesaan., hal ini disebabkan pembangunan industri-industri pengolahan
di daerah perkotaan dan juga makin berkembangnya sarana dan prasarana transportasi dan
komunikasi.
Dengan demikian jumlah penduduk yang tinggal di kawasan pedesaan menjadi lebih
sedikit, hal ini bukan semata-mata karena perpindahan pendudik dari pedesaan ke kota untuk
bekerja di pabrik-pabrik tetapi juga karena mekar dan berkembangnya kota-kota khusunya di
pulau Jawa sehingga terjadi penumoukan penduduk disini. Disamping itu juga kehidupan
masyarakat sehari-hari semakin modern yang tercermin dari perilaku konsumtif masyarakat dan
juga penerapan teknologi modern untuk proses produksi oleh perusahaan-perusahaan.

Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Penyelenggaraan Kenegaraan


Struktur ekonomi dapat pula melihatnya dengan tinjauan penyelenggraan kenegaraan.
Ditinjau dari sini maka struktur perekonomian dapat dibedakan menjadi struktur etatis, egaliter,
atau borjuis. Predikat ini bergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeranm
utama dalam perekonomian yang berangkutan, yaitu bisa pemerintah/negara, bisa rakyat
kebanyakan atau kalangan pemodal dan usahawan.
Struktur ekonomi Indonesia sejak awal Orde Baru hingga pertengahan dasawarsa 1980-an
berstruktur etatis dimana pemerintah atau negara dengan BUMN dan BUMD sebagai
kepanjangan tangannya, merupakan pelaku utama perekonomian Indonesia. Baru mulai
pertengahan dasawarsa 1990-an peran pemerintah dalam perekonomian berangsur-angsur
dikurangi, yaitu sesudah secara eksplisit dituangkan melalui GBHN 1988/1989 mengundang
kalangan swasta untuk berperan lebih besar dlam perekonomian nasional.
Struktur ekonomi ini arahnya untuk sementara adalah ke perekonomian yang berstruktur
borjuis, dan belum mengarah ke struktur perekonomian yang egaliter, karena baru kalangan
pemodal dan usahawan kuatlah yang dapat dengan cepat menanggapi undangan dari pemerintah
tersebut. Maka akibatnya terjadi ekonomi konglomerasi dimana hanya beberapa orang pemodal
kuat yang mengendalikan sektor-sektor ekonomi di Indonesia, yang dampaknya kita rasakan
sekarang yaitu ambruknya perekonomian Indonesia karena tidak terkendalinya investasiinvestasi yang dananya berupa pinjaman dari luar negeri.

Pada era revormasi ini struktur ekonomi Indonesia diarahkana pada strruktur ekonomi
egaliter dimana seluruh penggerak roda perekonomian dilibatkan dalam membangun
perekonomian Indonesia. Misalnya dengan memperkuat peran usaha-usaha koperasi, pengusaha
mikro, kecil; dan menengah karena mereka dianggap pelaku-pelaku ekonomi yang tahan
menghadapai krisis ekonomi, dan dianggap sebagai pelaku-pelaku ekonomi yang mampu

menjadi penyangga perekonomian Indonesia.


Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Birokrasi Pengambilan Keputusan
Struktur ekonomi dapat pula dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi pengambila keputusan.
Dilihat dari sudut tinjauan ini, struktur ekonomi dapat dibedakan menjadi struktur ekonomi yang
terpusat (sentralisasi) dan desentralisasi.
Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan, dapat dikaikan bahwa struktur
perekonomian Indonesia selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama adalah
sentralistis. Dalam struktur ekonomi yang sentralistis pembuatan keputusannya lebih banyak
ditetapkan oleh pemrintah pusat atau kalangan atas pemerintahan. Pemerintah daerah atau
kalangan pemerintahan dibawah, beserta masyarakkkat dan mereka yang tidak memiliki akses ke
pemrintahan pusat, cenderungnya mereka hanya menjadi pelaksana saja, dan dalam pembuatan
perencanaan hanya sekedar sebagai pendengar.
Struktur birokrasi pengambilan keputusan yang sentralistis ini terpelihara rapi selama
pemerintahan orde baru, hal ini disebabkan oleh budaya atau kultur masyarakat Indonesia yang
paternalistik. Walaupun Indonesia sudah merdeka stengah abad dan menuju era globalisasi
namun budaya ini masih sulit untuk ditngalkan, dan bahkan cenderung dipertahankan.
Struktur perekonomian yang etatis dan sentralistis berkaitan erat. Pemerintah Pusat
menganggap bahwa Pemerintah Daerah belum cukup mampu untuk diserahi tugas untuk
melaksanakan pembangunan ekonomi. Argumentasi yang sering dijadikan legitimasi adalah
karena sebagai negara sedang berkembang yang barau mulai melakukan proses pembangunan.
Sehingga dalam kondisi yang demikian diperlukan peran sekaligus dukungan pemerintah sebagai
agen pembangunan, sehingga menjadikannya etatis, dan sekaligus dibutuhkan pemerintahan
yang kuat. Namun demikian sejak awal pembangunan jangka panjang tahap kedua (PJP II)
struktur perekonomian yang etatis dan sentralistis tersebut secara berangsur mulai berkurang
kadarnya.
Keinginan untuk melakukan desentralisasi dan demokratisasi ekonomi makin besar.
Perubahan rezim pemerintahan dari orde baru ke rezim pemerintahan era reformasi telah
membawa angin segar bagi pemerintahan di daerah untuk melaksanakan pembangunan ekonomi.

Hal ini seiring dengan mulai diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 dan telah diubah
menjadi UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka terjadi perubahan
struktur perekonomian yang etatis menjadi egaliter, yang tadinya sentralistis menjadi
desentralistis.

Bab. III
Penutup
Kesimpulan
Jadi ditinjau secara makro-sektoral struktur perekonomian Indonesia sesungguhnya masih
dualistis. Hal ini dapat dilihat dari mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih
sektor pertanian, yang berarti struktur perekonomiannya masih agraris. Tetapi penyumbang
utama pendapatan nasional adalah sektor industri pengolahan, yang berati sturktur perekonomian
industrial. Dengan demikian secara makro-sektoral perekonomian Indonesia baru bergeser dari
strukturnya yang agraris menuju struktur yang industrial.
Pembangunan ekonomi memang senagaj diarahkan ke industrialisasi, tentu saja hal ini
menguangi kadar agraris struktur perekonomian. Hal ini sudah menjadi konsensus nasional
(GBHN 1999-2004). Namun yang disayangkan adalah belum semua lapisan atau golongan
masyarakat siap menghadapinya. Akibatnya, ketika pemerintah mengajak masyarakat luas untuk
bermitra dalam pembangunan, hanya mereka yang bermodal kuat dan pengusaha besar yang bisa
berperan aktif dalam pembangunan, dan masyarakat terpaksa harus puas menjadi penonton
dalam pembangunan. Jadi tidak heran jika struktur perekonomian kita dilihat dari kacamata
politik, cenderung berstruktur borjuis.

Struktur perekonomian Indonesia yang tengah kita hadapi saat ini sesungguhnya
merupakan suatu struktur yang tradisional. Sekarang kita sedang beralih dari struktur yang
agraris ke struktur industrial; dari struktur yang etatis ke struktur yang borjuis; dari struktur
pedesaan/tradisional ke struktur perkotaan.modern, sementara dalama hal birokrasi dan
pengambilan keputusan sudah mulai desentralisasi.
Sumber:
T. Tulus, Tambunan, 2003, Perekonomian Indonesia-Beberapa Masalah Penting, Jakarta :
Ghalia Indonesia.
kuswanto.staff.gunadarma.ac.id/.../3.+Pertumbuhan+dan+Perubahan+Struktur+Ekonomidoc
x.doc
Pertanyaan:

Anda mungkin juga menyukai