Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATA PENGANTAR
Dengan disahkannya undang-undang rumah sakit yang baru di indonesia, salah
satunya adalah sumber daya manusia yang mempunyai peran paling utama dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan adalah tenaga profesi medis. Oleh karena itu pihak
manajeman rumah sakit mengharapkan tenaga medis yang bekerja harus mempunyai mutu
yang baik. Maka dibuatlah PANDUAN KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL STAF
MEDIS RS AR BUNDA LUBUKLINGGAU.
Semoga pedoman ini bisa digunakan untuk membantu rumah sakit dalam melakukan
upaya melindungi keselamatan pasien melalui mekanisme kredensial dan rekredensial staf
medis yang baik. Pedoman ini tidaklah sempurna, jika ada kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi pedoman yang lebih baik dikemudian hari.
Lubuklinggau, 2015
NOMOR :
TENTANG
PANDUAN KREDENSIAL STAF MEDIS TENAGA KESEHATAN
DIREKTUR AR BUNDA LUBUKLINGGAU
Menimbang :
a. Bahwa untuk meningkatakan dan mengembangkan mutu pelayanan Rumah
Sakit, maka perlu diberlakukan panduan kredensial staf tenaga medis
b. Bahwa dalam menetapkan Surat Keputusan tersebut adalah menjadi bagian
dari tugas, hak , wewenang dan tanggung jawab Direktur.
Mengingat :
1. Undang undang Nomor 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan. ( Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 122, Tambahan Lembaga
Negara Republik Indonesia Nomor 5063).
2. Undang undang Nomor 44 Tahun 2009. Tentang Rumah Sakit
BAB I
DEFINISI
1.1 Pengertian
Proses kredensial (credentialing) : proses evaluasi suatu rumah sakit terhadap seorang
untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi kewenangan klinis (kewenangan
klinis (clinical privilege)) menjalankan tindakan medis / keperawatan tertentu dalam
lingkungan rumah sakit tersebut untuk suatu periode tertentu.
Proses Re-Kredensial (Re-Credentialing) : proses re-evaluasi oleh rumah sakit
terhadap perawat yang telah bekerja dan memiliki kewenangan klinis (kewenangan klinis
(clinical privilege)) di rumah sakit tersebut untuk menentukan apakah yang bersangkutan
masih layak diberi kewenangan klinis tersebut untuk suatu periode tertentu.
Kewenangan klinis (clinical privilege) : kewenangan klinis untuk melakukan tindakan
medis / keperawatan tertentu dalam lingkungan rumah sakit tertentu berdasarkan penugasan
yang diberikan direktur Rumah Sakit.
Surat Penugasan (clinical Appointment) : surat yang diterbitkan oleh kepala rumah
sakit kepada seorang paramedis untuk melakukan tindakan medis/keperawatan di rumah sakit
tersebut berdasarkan daftar kewenanganklinis yang ditetapkan baginya.
Tenaga staf medis : perawat dan tenaga professional kesehatan lain melakukan fungsi
tugas keperawatan dan pelimpahan kewenangan dari petugas
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Panduan ini diterbitkan dengan tujuan utama untuk melindungi kesehatan pasien melalui
mekanisme kredensial perawat di rumah sakit.
Tujuan khusus
1. Memberikan panduan mekanisme kredensial dan re-kredensial perawat di rumah sakit
BAB II
RUANG LINGKUP
koleganya dalam spesialisasi yang sama, tergantung pada ketetapan komite medis
tentang kompetensi untuk melakukan tiap tindakan medis oelh yang bersangkutan
berdasarkan hasil proses kredensial. Dalam hal tindakan medis seorang dokter
membahayakan pasien maka kewenangan klinis (clinical privilege) seorang dokter
dapat saja dicabut sehingga tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan medis
tertentu dilingkungan dirumah sakit tersebut. Pencabutan kewenangan klinis (clinical
privilege) tersebut dilakukan melalui prosedur tertentu yang melibatkan komite medis.
Kewajiaban rumah sakit untuk menetapakan kewenangan klinis (clinical privilege)
tersebut telah diatur dengan tegas dalam Undang-undang tentang Rumah sakit. Dalam
Undang-undang Rumah Sakit pasal 29 ayat (1) butir telah ditetapkan bahwa setiap
rumah sakit wajib menyusun dan melaksanakan hospital bylaws, yang dalam
penjelasan undang- undang tersebut ditetapkan bahwa setiap rumah sakit wajib
melaksanakan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Hal ini harus
dirumuskan oleh setiap rumah sakit dalam peraturan staf medis Rumah Sakit (medical
staff bylaw) antara lain diatur kewenangan klinis (clinical privilege).
Kelemahan rumah sakit dalam menjalankan fungsi kredensial akan
menimbulkan tanggung jawab hukum bagi rumah sakit dalam hal terjadi kecelakaan
tindakan medis. Setiap rumah sakit wajib melindungi pasiennya dari segala tindakan
medis yang dilakukan oleh setiap dokter di rumah sakit tersebut, hal ini dikenal
sebagai the duty of due care. Tanggungjawab rumah sakit tersebut berlaku tidak hanya
terhadap tindakan dokter yang bukan berstatus pegawai (dokter tamu). Rumah sakit
wajib mengetahui dan menjaga keamanan setiap tindakan medis yang dilakukan
dalam lingkungannya demi keselamatan semua pasien yang dilayaninya sebagai
bagian dari the duty of due care.
Mekanisme kerja
Untuk melaksanakan tugas sub komite kredensial, maka ditetapkan mekanisme kerja sebagai
berikut :
a. Mempersiapkan Kewenangan Klinis mencakup kompetensi sesuai area praktek
ditetapkan di rumah sakit.
b. Menyusun Kewenangan Klinis dengan criteria sesuai dengan persyaratan Kredensial
dimaksud
c. Melakukan assesmen Kewenangan Klinis dengan berbagai metode yang disepakati
d. Memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rekomendasi memperoleh
Penugasan Klinis dari kepala/direktur rumah sakit
e. Memberikan rekomendasi Kewenangan Klinis untuk memperoleh Penugasan Klinis dari
kepala/direktur Rumah Sakit dengan cara :
o Tenaga keperawatan mengajukan permohonan untuk memperoleh Kewenangan
Klinis kepada Ketua Komit Keperawatan
o Ketua Komite Keperawatan menugaskan sub komite Kredensial untuk melakukan
proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu/kelompok)
o Sub komite melakukan review, verifikasi dan evaluasi dengan berbagai metode,
forto folio, assesmen kompetensi
o Sub komite memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rapat menentukan
Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan
f. Melakukan pembinaan dan pemulihan Kewenangan Klinis secara berkal
g. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan
2.4 Peranan Komite Medik
Komite keperawatan memiliki peran sentral dalam mekanisme kredensial para
perawat karena tugas utamanya menjaga profesionalisme tenaga perawat dan melindungi
pasien rumah sakit untuk hal-hal yang berkaitan dengan tindakan medis dan keperawtan.
Ketua komite keperawatan bekerjasama dengan sub komite kredensial membentuk
panitia khusus yang berguna menyeleksi dan melakukan proses kredensial dan re-kredensial
terhadap perawat di rumah sakit. Evaluasi setiap 3 tahun dilakukan oleh panitia kredensial
untuk mengetahui perkembangan secara skill maupun attitude seorang perawat. Setiap
keputusan yang diambail akan dilakukan persetujuan langsung oleh direktur rumah sakit.
Lingkup komite keperwatan dan sub komite kredensial ini langsung dibawah
pengawasan direktur. Setiap kegiatan yang dilakukan harus mendapatkan persetujuan secara
tertulis oleh direktur. Harapan yang ingin dicapai dari panitia ini adalah membantu direktur
dalam hal ini rumah sakit mendapatakan tenaga perawat yang professional dan berkualitas
prima. Tumaha sakit melalui komite kperawatan menerapkan berbagai kompetensi yang
harus dimiliki oleh setiap petugas kesehatan, dalam hal ini adalah perawat. Penetapan dari
komite dan disetujui oleh direktur menjadikan tenaga keperawatan dirumah sakit baptis
secara tertulis mempunyai kewenangan klinis keperawatan.
BAB III
TATA LAKSANA
6. Pada Saat kredensial, sub komite kredensial menjadwalkan rapat penilian kredensial
terhadap tenaga medis dan membentuk panek atau panitia ad-hoc dengan melibatkan
mitra bestrai dari berbagai disiplin yang sesuai dengan kewenangan klinis yang diminta.
7. Personalia/ Panitia Rekruitmen mempersiapkan bahan rapat penilaian kredensial
terhadap tenaga tenaga medis.
8. Permohonan kewenangan klinis yang diajukan oleh staf medis tersebut dikaji oleh sub
komite kredensial dan mitra bestrai tersebut meliputi cakupan derajat kompetensi dan
praktik yakni : Keterampilan (skill) bidang kedokteran, Perilaku (attitude) terhadap
pasien dan sesama teman kerja, Etik dan disiplin profesi selama proses rekruitmrent
sampai dengan proses kredensial.
9. Tahap penilaian kredensial dilakukan di ruang rapat RS AR Bunda Lubuklinggau dan
keputusan rapat penilain kredensial diambil secara musyawarah dan mufakat. Dalam hal
yang tidak mungkin, keputusan dapat diambil dengan pemungutan suara menurut suara
terbanyak.
10. Sub komite kredensial mengajukan rekomendasi kewenangan klinis staf medis kepada
komite medik
11. Komite medis merekomendasikan kewenangan klinis staf medis kepada direktur.
12. Direktur menerbitkan surat penugasan klinis (clinical appointment) kepada staf medis
tersebut sudah bergabung dengan Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau
13. Berkas Kredensial dan Rekredensial dokter umum dan spesialis akan diserahkan kepda
staf SDM unuk dimasukan ke dalam file karyawan.
3.2 Penerbitan Surat Penugasan
Kepala rumah sakit menerbitkan surat penugasan kepada tenaga paramedis pemohon
berdasarkan rekomendasi tersebut. Kepala rumah sakit dapat saja meminta komite
keperawatan untuk mengkaji ulang rekomendasi tersebut memuat daftar sejumlah
kewenangan klinis untuk melakukan tindakan keperawatan bagi tenaga paramedis yang
memohon.
Daftar kewenangan klinis seorang tenaga paramedis dapta dimodifikasi setiap saat.
Seorang tenaga paramedis dapat saja mengajukan tambahan kewenangan klinis yang tidak
dimiliki sebelumnya dengan mengajukan permohonan kepada kepala rumah sakit.
Selanjutnya komite keperawatan akan melakukan proses kredensial khusus untuk tindakan
tersebut dan akan memberikan rekomendasinya kepada kepala rumah sakit. Namun
sebaliknya, kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan (clinical appointment)
habis masa berlakunya atau dicabut oleh kepala rumah sakit. Surat penugasan untuk setiap
tenaga paramedis memiliki masa berlakunya untuk periode tertentu, misalnya dua tahun.
Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah sakit harus melakukan rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan dengan proses kredensial awal sebagaimana
diuraikan diatas karena rumah sakit telah memiliki informasi setiap perawat yang melakukan
tindakan keperawatan dirumah sakit tersebut. Penerbitan ulang surat penugasan
(reappointment). Surat penugasan dapat berakhir setiap saat bila tenaga paramedis tersebut
dinyatakan tidak kompeten untuk melakukan tindakan keperawatan tertentu. Walaupun
seorang tenaga paramedis pada awalnya telah memperoleh kewenangan itu dapat dicabut
oleh rumah sakit berdasarkan pertimbangan komite keperawatan. Pertimbangan pecabutan
kewenangan klinis tertentu tersebut didasarkan pada kinerja profesi tenaga paramedis yang
bersangkutan terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental. Selain itu, pencabutan
kewenangan klinis juga dapat dilakukan dengan terjadi kecelakaan medis yang di duga
karena inkompetensi atau tindakan disiplin dari komite keperawatan. Namun demikian,
kewenangan klinis yang dicabut tersebut dapat diberikan kembali bila tenaga paramedis
tersebut dianggap telah pulih kompetensinya. Dalam hal kewenangan klinis tertentu seorang
tenaga paramedis diakhiri, komite keperawatan akan meminta subkoomite peningkatan mutu
profesi untuk melakukan berbagi upaya pembinaan agar merekomendasikan kepada kepala
rumah sakit pemberian kembali kewenangan klinis tertentu setelah melalui proses
pembinaan.
Pada dasarnya kredensial tetap ditunjukan untuk menjaga keselamatan pasien, sambil
tetap membina kompetensi seluruh tenaga paramedis di rumah sakit. Dengan demikian
jelaslah bahwa komite keperawatan dan staf keperawatan memegang peranan penting dalam
proses kredensial dan pemberian kewenangan knilis untuk setiap tenaga keperawatan.
b. Pengetahuan medis/klinis akan bidang biomedis, klinis dan ilmu sosial yang ada dan
berkembang serta aplikasi pengetahuan tersebut pada perawatan pasien dan menyalurkan
ilmu kepada orang lain.
c. Pembelajaran dan perbaikan berbasis praktik dengan menggunakan bukti dan metode
ilmiah untuk menyelidiki, mengevaluasi dan memperbaiki praktik-praktik perawatan
pasien.
d. Keterampilan Interpersonal dan komunikasi yang memungkinkan mereka untuk
membangun dan mempertahankan hubungan profesional dengan pasien, dan anggotaanggota tim perawatan kesehatan lainnya.
e. Profesionalisme tercermin dari komitmen
untuk
pengembangan
profesional
3. Berkas di evaluasi oleh Sub Komite Kredensial dan panitia mitra bestari (tim
rekredensial).
4. Tim rekredensial
mengajukan
rekomendasi
penambahan
atau
pengurangan
Proses kredensial adalah proses pengakuan profesi yang diberikan kepada individu
atau organisasi dengan mempunyai otoritas atau dianggap kompeten dalam melakukan suatu
tindakan pelayanan medis atau kebijakan. Dengan adanya proses kredensial dan rekredensial
tenaga medis di RS AR Bunda lubuklinggau diharapkan mampu memberikan pelayanan
kepada pasien sesuai dengan standar mutu dan kewenangan klinis yang berlaku, serta dapat
mempertahankan standar pelayanan medis dengan melaksanakan proses kredensial dan
rekredensial yang ada di RS AR Bunda lubuklinggau. Adanya sistem kredensial dan
rekredensial di RS AR Bunda lubuklinggau diharapkan masyarakat dapat merasakan
pelayanan kesehatan yang paripurna.
BAB V
DOKUMENTASI
Semua proses kredensial dan rekredensial harus tercatat dan di simpan dalam file
masing - masing staf medis.
DAFTAR PUSTAKA
PERSI. 2009. Pedoman Kredensial dan Kewenangan Klinis (clinical privilege) di
Rumah Sakit. Jakarta; PERSI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 755/Menkes/Per/IV/2011
tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
Dody Firmanda, 2010 workshop Penyusunan Prosedur Kredensial dan
Kewenangan Klinis
(Clinical Privilage) diselenggarakan oleh IMRS PERSI di Hotel Sultan Jakarta 4
Agustus 2010.
http:/www.scribd.com/doc/35296534/Dody-Firmanda-2010-PERSI-WorkshopFormat-Prosedur-Kredensial
Herry yudha,dr,2011, Rancangan prosedur kredensial tenaga medis
http://www.dokterbedahherryyudha.com/2011/09/rancangan-prosedur-kredensial
tenaga.html
peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 1796/menkes/per/viii/2011
tentang registrasi tenaga kesehatan
http://