Anda di halaman 1dari 16

CA TIROID

A. DEFINISI KANKER TIROID


Kanker Tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler,
folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar,
lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul
tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi
kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan cukup banyak hormon
tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.
B. ETIOLOGI KANKER TIROID
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well
differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis
meduler adalah factor genetic. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker
anaplastik dan meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker
tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali
lebih besar.
Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada anakanak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek
radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga
merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya
riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.
C. PATOFISIOLOGI KANKER TIROID
Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid yang diskret. Kadang-kadang
mirip goiter noduler jinak. Nodule-nodule tiroid dapat diraba, kebanyakan nodule tersebut
jinak, namun beberapa nodule goiter bersifat karsinoma.

Untuk menentukan apakah nodule tiroid ganas atau tidak, harus dinilai factor-faktor resiko
dan gambaran klinis massa tersebut, dan harus dilakukan beberapa pemeriksaan
laboratorium.
Karsinoma tiroid biasanya kurang menangkap yodium radioaktif dibandingkan kelenjar tiroid
normal yang terdapat disekelilingnya. Dengan cara scintiscan. nodule akan tampak sebagai
suatu daerah dengan pengambilan yodium radioaktif yang berkurang, Tehnik yang lain
adalah dengan echografi tiroid untuk membedakan dengan cermat massa padat dan massa
kistik.
Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik biasanya merupakan kista jinak.
Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu nodul yang
teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya dan berhubungan dengan limfadenopati
satelit.
Kanker Tiroid secara klinis dapat dibedakan menjadi suatu kelompok besar neoplasma
berdiferensiasi baik dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan
penyembuhan yang tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan
fatal.
1. Karsinoma papilaris
Jenis yang paling banyak ditemukan, Neoplasma tumbuh lambat dan menyebar melalui
saluran getah bening ke kelenjar getah bening regional.
2. Karsinoma folikuler
Tumor sangat mirip tiroid normal, meskipun pada suatu saat dapat berkembang secara
progresif, cepat menyebar ketempat-tempat yang jauh letaknya. Tumor ini tidak hanya
secara histologis menyerupai folikel tiroid, tetapi juga mampu menangkap yodium
radioaktif. Cara metastasis melalui aliran darah ketempat jauh letaknya seperti paru-paru
dan tulang.

3. Karsinoma meduler
Sel asal neoplasma ini adalah sel C atau sel parafolikuler. Seperti sel prekursornya, maka
tumor ini sanggup mensekresi kalsitonin. Meskipun tampaknya tumor ini tumbuh lambat,
tumor cenderung mengalami metastasis ke kelenjar getah bening local pada stadium dini.
Kemudian tumor ini akan menyebar melalui aliran darah ke paru-paru, hati, tulang dan
organ-organ tubuh lainnya dan ada kecenderungan bermetastasis pada stadium dini.
Perkembangan dan perjalanan klinisnya dapat diikuti dengan mengukur kadar kalsitonin
serum
4. Karsinoma anaplastik
Jenis tumor ini sangat ganas dan penyebarannya sangat cepat serta berdiferensiasi buruk.
Karsinoma ini memperlihatkan bukti invasi lokal pada stadium dini ke struktur-struktur
disekitar tiroid, serta metastasis melalui saluran getah bening dan aliran darah.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG KANKER TIROID
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada
yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum.
Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat
terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat
dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun
pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah
tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano).
Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
2. RADIOLOGIS
1. Foto X-Ray

Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk


melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada
massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat
kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma
meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga
terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan XRay juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila
ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi
tumor pada esophagus.
2. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat,
namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik
yang lebih sederhna dan murah.
3. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
4. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold
nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga
sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
3. BIOPSI ASPIRASI
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan
peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 23 serta alat pemegang, sediaan
aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat

diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan


karsinoma meduler.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN PERAWATAN
Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan
apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
1. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
1. Pola makan
2. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3. Pola aktivitas.
2. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita
3. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
1. Sistem pulmonari
2. Sistem pencernaan
3. Sistem kardiovaskuler
4. Sistem muskuloskeletal
5. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
6. Sistem reproduksi
7. Metabolik

4. Pemeriksaan fisik mencakup


1. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema disekitar
leher, adanya nodule yang membesar disekitar leher
2. Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik
3. Parastesia dan reflek tendon menurun
4. Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara
5. Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas
5. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan
lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas
beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien
mencakup kelima komponen konsep diri
6. Pengkajian yang lain menyangkut terjadinya Hipotiroidime atau Hipertiroidisme
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kejadian pra operasi dan
pasca operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.
2. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan ketakutan berkaitan dengan
diagnosis kanker yang baru saja diterima, masalah potensial ketidak pastian masa depan.
3. Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya perdarahan
atau edem pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka pada kelenjar
paratiroid.
4. Nyeri berhubungan dengan tiroidektomi.
5. Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Ansietas berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kejadian pra


operasi dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.
Tujuan

: Klien mengungkapkan ansietas berkurang/hilang.

Kriteria evaluasi: Klien melaporkan lebih sedikit perasaan gugup, mengungkapkan pemahaman tentang kejadian pra operasi dan pasca operasi, postur tubuh
riileks.
Rencana Tindakan:
N
O
1.

INTERVENSI

RASIONAL

Jelaskan apa yang terjadi selama periode


pra operasi dan pasca operasi, termasuk test
laboratorium pra op, persiapan kulit, alasan
status puasa, obat-obatan pre op, aktifitas
area tunggu, tinggal diruang pemulihan dan
program pasca operasi. Informasikan klien
bahwa obatnya tersedia bila diperlukan
untuk mengontrol nyeri, anjurkan untuk
memberitahu nyeri dan meminta obat nyeri
sebelum nyerinya bertambah hebat.

Pengetahuan tentang apa yang diperlukan membantu mengurangi ansietas & meningkatkan kerjasama klien
selama pemulihan, mempertahankan
kadar analgesik darah konstan,
memberikan kontrol nyeri terbaik.

2.

Informasikan klien bahwa ada suara serak Pengetahuan tentang apa yang diper& ketidaknyamanan menelan dapat dialami kirakan membantu mengurangi ansetelah pembedahan, tetapi akan hilang sietas.
secara bertahap dengan berkurangnya
bengkak 3-5 hari.

3.

Ajarkan & biarkan klien mempraktekkan Praktek aktifitas-aktifitas pasca opebagaimana menyokong leher untuk rasi membantu menjamin penurunan
menghindari tegangan pada insisi bila turun program pasca operasi terkomplikasi.
dari tempat tidur atau batuk.

4.

Biarkan klien dan keluarga mengungkapkan


perasaan tentang pengalaman pembedahan,
perbaiki jika ada kekeliruan konsep. Rujuk
pertanyaan khusus tentang pembedahan
kepada ahli bedah.

Dengan mengungkapkan perasaan


membantu pemecahan masalah dan
memungkinkan pemberi perawatan
untuk mengidentifikasi kekeliruan
yang
dapat
menjadi
sumber

kekuatan. Keluarga adalah sistem


pendukung bagi klien. Agar efektif,
sistem pendukung harus mempunyai
mekanisme yang kuat.
5.

Lengkapi daftar aktifitas pada daftar cek pre Daftar cek memastikan semua aktifiop, beritahu dokter jika ada kelainan dari tas yang diperlukan telah lengkap.
test Lab. pre op.
Aktifitas ini dirancang untuk memastikan klien telah siap secara fisiologis
untuk operasi dan mengurangi resiko
lamanya penyembuhan.

2. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan ketakutan berkaitan dengan


diagnosis kanker yang baru saja diterima, masalah potensial ketidak pastian masa
depan.
Tujuan:
- Klien dan keluarga dapat beradaptasi secara konstruktif terhadap krisis.
-

Klien dan keluarga mampu mengkomunikasikan secara terbuka dan efektif diantara
anggota keluarga.

Kriteria:
- Sering mengungkapkan perasaan terhadap perawat/dokter.
- Berpartisipasi dalam perawatan anggota keluarga yang sakit.
- Mempertahankan sistem fungsional saling mendukung antar tiap anggota keluarga.
Rencana Tindakan
N
O
1.

INTERVENSI

RASIONAL

Bantu klien & keluarga dalam menghadapi ke- Klien & keluarga mengetahui
khawatiran terhadap situasi: resikonya, pilihan segala sesuatu yang mungkin
yang ada serta bantuan yang didapat.
dapat menyebabkan kekhawatiran serta dapat mengatasi
nya.

2.

Ciptakan lingkungan rumah sakit yang bersifat Klien merasa terlindungi rasa
pribadi & mendukung untuk klien & keluarga. amannya.

3.

Libatkan anggota keluarga dalam perawatan Klien mendapat perhatian &


anggota keluarga yang sakit bila memungkin- kasih sayang dari keluargakan.
nya & keluarga dapat berperan lebih aktif dalam merawat
klien.

4.

Bantu anggota keluarga untuk mengubah ha- Harapan yang tidak realistis
rapan-harapan klien yang sakit dalam suatu si- membuat kelurga berpikir tikap yang realistis.
dak objektif.

5.

Buatlah daftar bantuan profesional lain bila Dengan mengetahui bantuan


masalah-masalah meluas diluar batas-batas ke- profesional diharapkan klien
perawatan.
& keluarga dapat mencari alternatif & usaha lain dalam
mengobati & merawat klien.

- Diagnosa Post Operasi


3. Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya
perdarahan atau edem pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka
pada kelenjar paratiroid.
Tujuan:
- Paru-paru klien bersih.
- Pola nafas klien berada dalam batas normal.
- Klien dapat berbicara dengan suara biasa.
NO
.
1.

INTERVENSI

RASIONAL

Monitor tanda-tanda respiratori distres, sia- Memonitor & mengkaji terus-menenosis, takipnea & nafas yang berbunyi.
rus dapat membantu untuk mendeteksi & mencegah masalah pernafasan.
Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post op, kemudian tiap 4 jam.
Monitor frekuensi & jumlah drainase serta

kekuatan balutan.
Periksa sensasi klien karena keketatan dise- Pembedahan didaerah leher dapat
keliling tempat insisi.
menyebabkan obstruksi jalan nafas
karena adanya edem post op.
Pertahankan klien dalam posisi semi fowler Dengan mempertahankan posisi &
dengan diberi kantung es (ice bag) untuk pemberian es dapat mengurangi
mengurangi bengkak.
pembengkakan.
Anjurkan klien untuk berbicara setiap 2 jam Kerusakan pada saraf laringeal selatanpa merubah nada atau keparauan suara.
ma pembedahan tiroid dapat menyebabkan penutupan glottis.
Kaji adanya tanda Chvostek & Trousseau.
Identifikasi adanya mati rasa.

Hipokalsemia, akibat dari kerusakan


atau pemotongan kelenjar paratiroid
dapat menyebabkan tetani & laringospasm.

Monitor tingkat serum kalsium.


Siapkan peralatan emergency untuk trache- Persiapan untuk gawat darurat
ostomy, suction, oksigen, perlengkapan be- memastikan pemberian perawatan
nang jahit bedah dan kalsium IV, dalam yang cepat & tepat.
keadaan siap pakai.

4. Nyeri berhubungan dengan tiroidektomi.


Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria: Menyangkal nyeri, tidak ada rintihan, ekspresi wajah rileks.
Rencana Tindakan:
N
O
1.

2.

INTERVENSI

RASIONAL

Berikan analgesik narkotik yang diresep- Analgesik narkotik perlu pada nyekan & evaluasi keefektifannya.
ri hebat untuk memblok rasa nyeri.
Ingatkan klien untuk mengikuti tindakan- Peregangan pada garis jahitan adatindakan untuk mencegah peregangan pada lah sumber ketidak nyamanan.

insisi seperti:
- menyokong leher bila bergerak di tempat
tidur & bila turun dari tempat tidur.
- menghindari hiper ekstensi & fleksi akut
leher.
5. Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan tiroidektomi, edema pada dan
sekitar insisi, pengangkatan tak sengaja dari para tiroid, perdarahan dan kerusakan
saraf laringeal.
Tujuan: Tidak terjadi komplikasi sampai klien pulang ke rumah (hari ke-7 10 post op).
Kriteria : Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat, hiperkalemia, kerusakan saraf
laringeal, obstruksi jalan nafas, ketidak seimbangan hormon tiroid dan infeksi.
Rencana Tindakan:
N
O
1.

INTERVENSI

RASIONAL

Perdarahan:
Untuk mendeteksi tanda-tanda awal
a. Pantau:
perdarahan.
- TD, nadi, RR setiap 2x24 jam. Bila stabil
setiap 4 jam.
- Status balutan: inspeksi dirasakan dibelakang leher setiap 2x 24 jam, kemudian
setiap 8 jam setelahnya.
b. Beritahu dokter bila drainase merah Temuan ini menandakan perdarahan
terang pada balutan/penurunan TD disertai berlebihan dan perlu perhatian medis
pe-ningkatan frekuensi nadi & nafas.
segera.
c. Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & Temuan ini menandakan perdarahan
ins-truksikan klien untuk memberi tanda berlebihan dan perlu perhatian medis
bila tersedak atau sensasi tekanan pada segera.
daerah insisi terasa. Bila gejala itu terjadi,
kendur-kan balutan, cek TTV, inspeksi
insisi, perta-hankan klien pada posisi semi
fowler, beri-tahu dokter.

2.

Obstruksi jalan nafas:


a.
Pantau
2x24 jam.

pernafasan

setiap Untuk mendeteksi tanda-tanda awal


obstruksi pernafasan.

Temuan-temuan ini menandakan


b.
Beritahu dokter bila keluhan- kompresi trakeal yang dapat disebabkeluhan
ke-sulitan
pernafasan, kan oleh perdarahan, perhatian medis
pernafasan tidak tera-tur atau tersedak.
untuk mencegah henti nafas.

3.

4.

5.

Posisi tegak memungkinkan ekspansi


c.
Pertahankan posisi semi paru lebih penuh & membantu menufowler dengan bantal dibelakang kepala runkan bengkak.
untuk sokongan
Pernafasan dalam mempertahankan
alveoli terbuka untuk mencegah ated.
Anjurkan
penggunaan lektasis.
spirometri insentif setiap 2 jam untuk
merangsang pernafas-an dalam.
Untuk digunakan bila terjadi kompresi trakea.
e.
Jamin bahwa O2 & suction
siap tersedia di tempat.
Untuk melawan/mencegah masuknya
Infeksi luka:
bakteri.
a. Ganti balutan sesuai program dengan
menggunakan teknik steril.
Temuan ini menandakan infeksi luka
& perlu terapi antibiotik.
b.
Beritahu dokter bila ada
tanda-tanda in-feksi.
Untuk menurunkan tegangan pada
Kerusakan saraf laringeal:
pita suara.
a. Instruksikan klien untuk tidak banyak bicara.
Perubahan-perubahan ini menunjukkan kerusakan saraf laringeal, dimab.
Laporkan peningkatan suara serak & na hal ini tidak dapat disembuhkan.
ke-lemahan suara.
Perubahan kadar kalsium serum terHipokalsemia:
jadi sebelum manifestasi ketidak sea. Pantau laporan-laporan kalsium serum.
imbangan kalsium.
Temuan ini menandakan hipokalsemia & perlunya penggantian garam
b. Beritahu dokter bila keluhan-keluhan ke- kalsium.

6.

D.

bal, kesemutan pada bibir, jari-jari/jari


kaki, kedutam otot atau kadar kalsium di
bawah rentang normal.
Untuk mendeteksi indikasi awal ketidakseimbangan hormon tiroid.
Ketidakseimbangan hormon tiroid:
a. Pantau kadar T3 & T4 serum.
Hormon tiroid penting untuk fungsi
metabolik normal.
b. Berikan penggantian hormon tiroid sesuai pesanan.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang ada.

E.

EVALUASI
1. Klien mengungkapkan ansietas berkurang/hilang.
2. Klien dan keluarga mampu mengkomunikasikan secara terbuka dan efektif diantara
anggota keluarga.
3. Pola nafas klien berada dalam batas normal.
4. Nyeri berkurang/hilang.
5. Tidak terjadi komplikasi sampai klien pulang ke rumah

DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999, "Pedoman Asuhan
Keperawatan", Edisi ke-3. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Long Barbara C, 1996, "Medical Bedah 2" Yayasan IAPK, Pajajaran, Bandung
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 1995 "Patifosiologi", Edisi ke-4 Buku ke II, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN CA TEROID DI RUANG


MAWAR MELATI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KUPANG

OLEH :
NORBERTUS NAHAK
NIM 30302709

Pembimbing Ruangan

Pembimbing Institusi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2012

Anda mungkin juga menyukai