Anda di halaman 1dari 17

https://nanangsugiarto.wordpress.

com/2008/03/25/dasar-dasar-teknik-reservoir-2/

Reservoir adalah suatu tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi. Pada umumnya
reservoir minyak memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari komposisi,
temperature dan tekanan pada tempat dimana terjadi akumulasi hidrokarbon didalamnya.
Suatu reservoir minyak biasanya mempunyai tiga unsur utama yaitu adanya batuan reservoir,
lapisan penutup dan perangkap. Beberapa syarat terakumulasinya minyak dan gas bumi
adalah :
1. Adanya batuan Induk (Source Rock)
Merupakan batuan sedimen yang mengandung bahan organik seperti sisa-sisa hewan dan
tumbuhan yang telah mengalami proses pematangan dengan waktu yang sangat lama
sehingga menghasilkan minyak dan gas bumi.
2. Adanya batuan waduk (Reservoir Rock)
Merupakan batuan sedimen yang mempunyai pori, sehingga minyak dan gas bumi yang
dihasilkan batuan induk dapat masuk dan terakumulasi.
3. Adanya struktur batuan perangkap
Merupakan batuan yang berfungsi sebagai penghalang bermigrasinya minyak dan gas bumi
lebih jauh.
4. Adanya batuan penutup (Cap Rock)
Merupakan batuan sedimen yang tidak dapat dilalui oleh cairan (impermeable), sehingga
minyak dan gas bumi terjebak dalam batuan tersebut.
5. Adanya jalur migrasi
Merupakan jalan minyak dan gas bumi dari batuan induk sampai terakumulasi pada
perangkap.
1. Sifat-Sifat Fisik Batuan Reservoir
Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, sedangkan suatu mineral dibentuk dari
beberapa ikatan kimia. Komposisi kimia dan jenis mineral yang menyusunnya akan
menentukan jenis batuan yang terbentuk. Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan
sedimen, yang berupa batupasir dan karbonat (sedimen klastik) serta batuan shale (sedimen
non-klastik) atau kadang-kadang vulkanik. Masing-masing batuan tersebut mempunyai
komposisi kimia yang berbeda, demikian juga dengan sifat fisiknya. Pada hakekatnya setiap
batuan dapat bertindak sebagai batuan reservoir asal mempunyai kemampuan menyimpan
dan menyalurkan minyak bumi. Komponen penyusun batuan serta macam batuannya dapat

dilihat pada Gambar 1.

1.1. Porositas ()
Dalam reservoir minyak, porositas mengambarkan persentase dari total ruang yang tersedia
untuk ditempati oleh suatu cairan atau gas. Porositas dapat didefinisikan sebagai
perbandingan antara volume total pori-pori batuan dengan volume total batuan per satuan
volume tertentu, yang jika dirumuskan :

Dimana :
= Porositas absolute (total), fraksi (%)
Vp = Volume pori-pori, cc
Vb = Volume batuan (total), cc
Vgr = Volume butiran, cc
Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap volume batuan
total yang dinyatakan dalam persen, atau secara matematik dapat ditulis sesuai persamaan
sebagai berikut :

2. Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling berhubungan
terhadap volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan dalam persen.

Dimana :
e = Porositas efektif, fraksi (%)
g = Densitas butiran, gr/cc
b = Densitas total, gr/cc
f = Densitas formasi, gr/cc

Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu :
1. Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan dengan
proses pengendapan berlangsung.
2. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses pengendapan.
Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir, susunan butir,
sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan. Untuk pegangan dilapangan,
ukuran porositas dapat dilihat pada Tabel 1. berikut :

1.2. Permeabilitas ( k )
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk meloloskan/melewatkan
fluida. Apabila media berporinya tidak saling berhubungan maka batuan tersebut tidak
mempunyai permeabilitas. Oleh karena itu ada hubungan antara permeabilitas batuan dengan
porositas efektif.
Sekitar tahun 1856, Henry Darcy seorang ahli hidrologi dari Prancis mempelajari aliran air
yang melewati suatu lapisan batu pasir. Hasil penemuannya diformulasikan kedalam hukum
aliran fluida dan diberi nama Hukum Darcy. Dapat dilihat pada gambar 2 dibawah :

Dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

Dimana :
Q = laju alir fluida, cc/det

k = permeabilitas, darcy
= viskositas, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
A = luas penampang, cm2
Besaran permeabilitas satu darcy didefinisikan sebagai permeabilitas yang melewatkan fluida
dengan viskositas 1 centipoises dengan kecepatan alir 1 cc/det melalui suatu penampang
dengan luas 1 cm2 dengan penurunan tekanan 1 atm/cm. Persamaan 4 Darcy berlaku pada
kondisi :
1. Alirannya mantap (steady state)
2. Fluida yang mengalir satu fasa
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan
4. Kondisi aliran isothermal
5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal
6. Fluidanya incompressible
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
Permeabilitas absolute (Kabs)
Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir melalui
media berpori tersebut hanya satu fasa atau disaturasi 100% fluida, misalnya hanya minyak
atau gas saja.
Permeabilitas efektif (Keff)
Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir lebih dari
satu fasa, misalnya (minyak dan air), (air dan gas), (gas dan minyak) atau ketiga-tiganya.
Harga permeabilitas efektif dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-masing untuk
minyak, gas dan air.
Permeabilitas relatif (Krel)
Yaitu perbandingan antara permeabilitas efektif pada kondisi saturasi tertentu terhadap
permeabilitas absolute. Harga permeabilitas relative antara 0 1 darcy. Dapat juga dituliskan
sebagai beikut :

Permeabilitas relatif reservoir terbagi berdasarkan jenis fasanya, sehingga didalam reservoir
akan terdapat Permeabilitas relatif air (Krw), Permeabilitas relatif minyak (Kro),
Permeabilitas relatif gas (Krg) dimana persamaannya adalah :

Dimana :
Krw = permeabilitas relatif air
Kro = permeabilitas relaitf minyak
Krg = permeabilitas relatif gas
1.3. Saturasi
Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi fluida formasi
tertentu terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi fluida atau jumlah kejenuhan
fluida dalam batuan reservoir per satuan volume pori. Oleh karena didalam reservoir terdapat
tiga jenis fluida, maka saturasi dibagi menjadi tiga yaitu saturasi air (Sw), saturasi minyak
(So) dan saturasi gas (Sg), dimana secara matematis dapat ditulis :

Total saturasi fluida jika reservoir mengandung 3 jenis fluida :

Untuk sistem air-minyak, maka persamaan (12) dapat disederhanakan menjadi :

Beberapa faktor yang mempengaruhi saturasi fluida reservoir adalah :


a. Ukuran dan distribusi pori-pori batuan.
b. Ketinggian diatas free water level.
c. Adanya perbedaan tekanan kapiler.
Didalam kenyataan, fluida reservoir tidak dapat diproduksi semuanya. Hal ini disebabkan
adanya saturasi minimum fluida yang tidak dapat diproduksi lagi atau disebut dengan
irreducible saturation sehingga berapa besarnya fluida yang diproduksi dapat dihitung dalam

bentuk saturasi dengan persamaan berikut :


Dimana :
St = saturasi total fluida terproduksi
Swirr = saturasi air tersisa (iireducible)
Sgirr = saturasi gas tersisa (iireducible)
Soirr = saturasi minyak tersisa (iireducible)
1.4. Resistiviti
Batuan reservoir terdiri atas campuran mineral-mineral, fragmen dan pori-pori. Padatanpadatan mineral tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik kecuali mineral clay. Sifat
kelistrikan batuan reservoir tergantung pada geometri pori-pori batuan dan fluida yang
mengisi pori. Minyak dan gas bersifat tidak menghantarkan arus listrik sedangkan air bersifat
menghantarkan arus listrik apabila air melarutkan garam.
Arus listrik akan terhantarkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion elektronik. Untuk
menentukan apakah material didalam reservoir bersifat menghantar arus listrik atau tidak
maka digunakan parameter resistiviti. Resistiviti didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu
material untuk menghantarkan arus listrik, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Dimana :
= resistiviti fluida didalam batuan, ohm-m
r = tahanan, ohm
A = luas area konduktor, m2
L = panjang konduktor, m
Konsep dasar untuk mempelajari sifat kelistrikan batuan diformasi digunakan konsep faktor
formasi dari Archie yang didefinisikan :

Dimana :
Ro = resistiviti batuan yang terisi minyak
Rw = resistiviti batuan yang terisi air
1.5. Wettabiliti
Wettabiliti didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi oleh fasa fluida
atau kecenderungan dari suatu fluida untuk menyebar atau melekat ke permukaan batuan.
Sebuah cairan fluida akan bersifat membasahi bila gaya adhesi antara batuan dan partikel
cairan lebih besar dari pada gaya kohesi antara partikel cairan itu sendiri. Tegangan adhesi
merupakan fungsi tegangan permukaan setiap fasa didalam batuan sehingga wettabiliti
berhubungan dengan sifat interaksi (gaya tarik menarik) antara batuan dengan fasa fluidanya.
Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak atau gas yang terletak diantara

matrik batuan.

Gambar 3 memperlihatkan sistem air-minyak yang kontak dengan benda padat, dengan sudut
kontak sebesar . Sudut kontak diukur antara fluida yang lebih ringan terhadap fluida yang
lebih berat, yang berharga 0o 180o, yaitu antara air dengan padatan, sehingga tegangan
adhesi (AT) dapat dinyatakan dengan persamaan :
Dimana :
AT = tegangan adhesi, dyne/cm
so = tegangan permukaan benda padat-minyak, dyne/cm
sw = tegangan permukaan benda padat-air, dyne/cm
wo = tegangan permukaan air-minyak, dyne/cm
= sudut kontak air-minyak
1.5.1. Wetting-Phase Fluid dan Non-Wetting Phase Fluid
A. Wetting-Phase Fluid
Fasa fluida pembasah biasanya akan dengan mudah membasahi permukaan batuan. Akan
tetapi karena adanya gaya tarik menarik antara batuan dan fluida, maka fasa pembasah akan
mengisi ke pori-pori yang lebih kecil dahulu dari batuan berpori. Fasa fluida pembasah
umumnya sangat sukar bergerak ke reservoir hidrokarbon.
B. Non-Wetting Phase Fluid
Non-wetting phase fluid sukar membasahi permukaan batuan. Dengan adanya gaya repulsive
(tolak) antara batuan dan fluida menyebabkan non-weting phase fluid umumnya sangat
mudah bergerak.
1.5.2. Batuan Reservoir Water Wet
Batuan reservoir umumnya water wet dimana air akan membasahi permukaan batuan.
Kondisi batuan yang water wet adalah :
Tegangan adhesinya bernilai positif
sw so, AT > 0
Sudut kontaknya (0< <90)
Apabila = 0, maka batuannya dianggap sebagai strongly water wet.
1.5.3. Batuan Reservoir Oil Wet
Batuan reservoir disebut sebagai oil wet apabila fasa minyak membasahi permukaan batuan.
Kondisi batuan oil wet adalah :

Tegangan adhesinya bernilai negatif


so sw, AT < 0
Sudut kontaknya (90< <180)
Apabila = 180, maka batuanya dianggap sebagai strongly oil wet.
1.5.4. Imbibisi dan Drainage
Imbibisi adalah proses aliran fluida dimana saturasi fasa pembasah (water) meningkat
sedangkan saturasi non-wetting phase (oil) menurun. Mobilitas fasa pembasah meningkat
seiring dengan meningkatnya saturasi fasa pembasah. Misalnya pada proses pendesakan pada
reservoir minyak dimana batuan reservoir sebagai water wet.
Drainage adalah proses kebalikan dari imbibisi, dimana saturasi fasa pembasah menurun dan
saturasi non-wetting phase meningkat.
Adapun skema proses imbibisi dan drainage dapat dilihat pada gambar 4 berikut :

1.6. Tekanan Kapiler (Pc)


Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan tekanan antara fluida
yang membasahi batuan dengan fluida yang bersifat tidak membasahi batuan jika didalam
batuan tersebut terdapat dua atau lebih fasa fluida yang tidak bercampur dalam kondisi statis.
Secara matematis dapat dilihat bahwa :
Dimana :
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2
Pnw = tekanan pada permukaan fluida non wetting phase, dyne/cm2
Pw = tekanan pada permukaan fluida wetting phase, dyne/cm2
Hubungan tekanan kapiler di dalam rongga pori batuan dapat dilukiskan dengan sebuah
sistim tabung kapiler. Dimana cairan fluida akan cenderung untuk naik bila ditempatkan
didalam sebuah pipa kapiler dengan jari-jari yang sangat kecil. Hal ini diakibatkan oleh

adanya tegangan adhesi yang bekerja pada permukaan tabung. Besarnya tegangan adhesi
dapat diukur dari kenaikkan fluida , dimana gaya total untuk menaikan cairan sama dengan
berat kolom fluida. Sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan kapiler merupakan
kecenderungan rongga pori batuan untuk menata atau mengisi setiap pori batuan dengan
fluida yang berisi bersifat membasahi.
Tekanan didalam tabung kapiler diukur pada sisi batas antara permukaan dua fasa fluida.
Fluida pada sisi konkaf (cekung) mempunyai tekanan lebih besar dari pada sisi konvek
(cembung). Perbedaan tekanan diantara dua fasa fluida terebut merupakan besarnya tekanan
kapiler didalam tabung.

Untuk sistem udara-air (gambar 5) :


Untuk sistem minyak-air (gambar 5) :
Dimana :
Pa = tekanan udara, dyne/cm2
Pw = tekanan air, dyne/cm2
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2
w = densitas air, gr/cc
o = densitas minyak, gr/cc
g = percepatan gravitasi, m/det2
h = tinggi kolom, m
2. Karakteristik Minyak Bumi
Setiap reservoir yang ditemukan, akan diperoleh sekelompok molekul yang terdiri dari
elemen kimia Hidrogen (H) dan Karbon (C). Minyak dan gas bumi terdiri dari kedua elemen
ini, yang mempunyai proporsi yang beraneka ragam. Apabila ditemukan deposit hidrokarbon
disuatu tempat, akan sangat jarang dapat ditemukan di tempat lain dengan komposisi yang
sama, karena daerah pembentukkannya berbeda.
Fluida reservoir terdiri dari fluida hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon sendiri terdiri
dari fasa cair (minyak bumi) maupun fasa gas, tergantung pada kondisi (tekanan dan
temperatur) reservoir yang ditempati. Perubahan kondisi reservoir akan mengakibatkan
perubahan fasa serta sifat fisik fluida reservoir.
Fluida minyak bumi dijumpai dalam bentuk cair, sehingga sesuai dengan sifat cairan pada

umumnya. Pada fasa cair, jarak antara molekul-molekulnya relatif lebih kecil daripada gas.
Sifat-sifat minyak bumi yang akan dibahas adalah densitas dan spesifik grafiti, viskositas,
faktor volume formasi, kelarutan gas, kompressibilitas dan tekanan bubble point.
2.1. Densitas Minyak ( o ) dan Spesifik Grafity ( )
Densitas didefinisikan sebagai masa dari satuan volume suatu fluida (minyak) pada kondisi
tekanan dan temperatur tertentu. Dari definisi tersebut dapat dirumuskan sebagai beikut :

Dimana :
o = densitas minyak, lb/ft3
m = massa minyak, lb
V = volume minyak, ft3
Sedangkan spesifik grafiti merupakan perbandingan dari densitas suatu fluida (minyak)
terhadap densitas air. Baik densitas air maupun fluida tersebut diukur pada kondisi yang sama
(60 F dan 14.7 Psia).

Dimana :
o = spesifik grafiti minyak
o = densitas minyak mentah, lb/ft3
w = densitas air, lb/ft3
Meskipun densitas dan spesifik grafiti dipergunakan secara meluas dalam industri
perminyakan, namun API grafiti merupakan skala yang lebih sering dipakai. Grafiti ini
merupakan spesifik grafiti yang dinyatakan dengan rumus :

API grafiti dari minyak mentah pada umumnya memiliki nilai antara 47 API untuk minyak
ringan sampai 10 API untuk minyak berat.
2.2. Viskositas Minyak ( o )
Viskositas fluida merupakan sifat fisik suatu fluida yang sangat penting yang mengendalikan
dan mempengaruhi aliran fluida didalam media berpori maupun didalam pipa. Viskositas
didefinisikan sebagai ketahanan internal suatu fluida untuk mengalir.
Viskositas minyak dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan jumlah gas yang terlarut dalam
minyak tersebut. Kenaikan temperatur akan menurunkan viskositas minyak dan dengan
bertambahnya gas yang terlarut dalam minyak maka viskositas minyak juga akan turun.
Hubungan antara viskositas minyak dengan tekanan ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6 menunjukkan bahwa tekanan mula-mula berada di atas tekanan gelembung (Pb),
dengan penurunan tekanan sampai (Pb), mengakibatkan viskositas minyak berkurang, hal ini
akibat adanya pengembangan volume minyak. Kemudian bila tekanan turun dari Pb sampai
pada harga tekanan tertentu, maka akan menaikkan viskositas minyak, karena pada kondisi
tersebut terjadi pembebasan gas dari larutan minyak.
2.3. Faktor Volume Formasi Minyak ( Bo )
Faktor volume formasi minyak didefinisikan sebagai volume minyak pada tekanan dan
temperatur reservoir yang ditempati oleh satu stock tank barrel minyak dan gas dalam larutan.
Harga ini selalu lebih besar atau sama dengan satu. Untuk minyak tersaturasi, Standing
membuat korelasi berdasarkan persamaan :

Dimana :
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STBO
T = temperature, F
Rs = kelarutan gas, SCF/STBO
C = faktor tambahan seperti perhitungan Rs

Faktor volume formasi minyak merupakan fungsi dari tekanan. Gambar 7 memperlihatkan
faktor volume formasi minyak.
Terdapat dua hal penting dari gambar 7 diatas, yaitu :
1. Jika kondisi tekanan reservoir berada diatas Pb, maka Bo akan naik dengan berkurangnya
tekanan sampai mencapai Pb, sehingga volume sistem cairan bertambah sebagai akibat
terjadinya pengembangan minyak.
2. Setelah Pb dicapai, maka harga Bo akan turun dengan berkurangnya tekanan, disebabkan
karena semakin banyak gas yang dibebaskan.
2.4. Kelarutan Gas ( Rs )
Kelarutan gas bumi didefinisikan sebagai cuft gas yang diukur pada keadaan standar (14.7 Psi
; 60 F) didalam larutan minyak sebanyak satu barrel stock tank minyak pada saat minyak
dan gas berada pada tekanan dan temperatur reservoir.
Kelarutan gas dalam minyak (Rs) dipengaruhi oleh tekanan, temperatur dan komposisi
minyak dan gas. Pada temperatur minyak yang tetap, kelarutan gas tertentu akan bertambah
pada setiap penambahan tekanan. Pada tekanan yang tetap kelarutan gas akan berkurang
terhadap kenaikan temperatur.
2.5. Kompressibilitas Minyak ( Co )
Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak akibat adanya
perubahan tekanan. Secara matematis didefinisikan sebagai berikut:

Pada kondisi tekanan di bawah bubble point, Co didefinisikan sebagai berikut :

Dengan menggunakan grafik korelasi, maka harga kompressibilitas minyak dapat diperoleh
dengan persamaan :

Kompressibilitas minyak pada kondisi dibawah bubble point akan cenderung membesar bila
dibandingkan dengan harga ketika diatas bubble point karena dengan turunnya tekanan, gas
membebaskan diri dari larutan. Volume total minyak yang tertinggal sebenarnya berkurang
dengan turunnya tekanan terebut, akibatnya volume fluida total yang terdiri dari minyak dan
gas makin lama menjadi besar seiring dengan turunnya tekanan.

2.6. Tekanan Bubble Point (Pb)


Tekanan bubble point (titik gelembung) suatu sistem hidrokarbon didefinisikan sebagai
tekanan tertinggi dimana gelembung gas mulai pertama kali terbebaskan dari minyak. Harga
ini ditentukan secara eksperimen terhadap minyak mentah dengan melakukan test ekspansi
constant-composition (test flash liberation).
Apabila pengukuran laboratorium tidak tersedia untuk menentukan tekanan bubble point,
maka dapat digunakan korelasi Standing. Secara matematis, tekanan bubble point dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan :

3. Mekanisme Pendorong Reservoir


Minyak bumi tidak mungkin mengalir sendiri dari reservoir ke lubang sumur produksi bila
tidak terdapat suatu energi yang mendorongnya. Hampir sebagian besar reservoir minyak
memiliki energi pendorong yang berbeda-beda untuk memproduksikan suatu reservoir.
Dengan turunnya tekanan pada reservoir minyak dapat mempengaruhi besarnya tenaga
pendorong pada reservoir tersebut yang berperan pada pergerakan minyak mula-mula pada
media berpori.
3.1. Kompaksi Batuan
Tenaga ini berasal dari beban overburden batuan di atas dan selalu berubah akibat
diproduksikannya fluida (minyak) dari reservoir tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada
gambar 8 yang memperlihatkan pengaruh kompaksi batuan terhadap fluida yang berada
didalamnya.

3.2. Graviti Drive


Gejala alam yang mempengaruhi fluida formasi yang menyebabkan terjadinya pemisahan

akibat perbedaan berat jenis dari fluida reservoir. Gambar 9. menggambarkan pengaruh
grafitasi terhadap kelakuan fluida yang mana pada fluida yang mempunyai densitas yang
lebih besar akan bermigrasi kebagian bawah struktur reservoir sedangkan fluida yang
mempunyai densitas yang lebih kecil akan bermigrasi kebagian atas reservoir.

3.3. Water Drive


Jika air berada dibawah zona minyak pada suatu reservoir, maka dengan tekanan yang
dimiliki oleh air ini akan membantu minyak bergerak keatas. Jika minyak dieksploitasi,
tekanan direservoir akan dijaga (mainteained) oleh gaya hidrostatik air yang masuk
menggantikan minyak yang telah terproduksi. Energi ini dihasilkan oleh air (aquifer) yang
berada pada kondisi bertekanan. Pada umumnya reservoir minyak dan gas berasosiasi dengan
aquifer. Dengan merembesnya air ke reservoir sehingga menjadi suatu tenaga pendorong
yang biasa disebut dengan water drive.
Hal ini dapat dilihat pada gambar 10. yang memperlihatkan proses pendorongan air terhadap
minyak.

Reservoir berpendorong air memiliki cirri-ciri sebagai berikut :


1. Penurunan tekanan reservoir relative kecil
2. GOR permukaan rendah
3. Produksi air mula-mula sedikit kemudian bertambah banyak karena minyak didorong oleh
air

3.4. Solution Gas Drive


Solution gas drive atau depletion gas drive adalah mekanisme pendorong yang berasal dari
ekspansi larutan gas yang berada dalam minyak dan pendesakan terjadi akibat berkurangnya
tekanan. Setelah terjadi penurunan tekanan pada dasar sumur, maka gas yang terlarut dalam
minyak akan bebas keluar sebagai gelembung-gelembung yang tersebar merata dan
merupakan fasa yang terdispersi yang tidak kontinu sehingga mencapai saturasi minimum.
Setelah seluruh gas tergabung dan mencapai saturasi kritik, maka gas akan mulai bergerak.
Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 11.

Reservoir jenis pendorong solution gas drive mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Tekanan reservoir turun secara cepat dan kontinu
2. Perbandingan komulatif produksi gas (Gp) dengan komulatif produksi minyak (Np)
meningkat dengan cepat (GOR) meningkat
3. Produksi air hampir tidak ada (relatif sangat kecil)
3.5. Gas Cap Drive
Energi alamiah ini berasal dari dua sumber yaitu ekspansi gas cap dan ekspansi gas yang
terlarut kemudian melepaskan diri. Adanya gas cap dalam reservoir antara lain disebabkan
oleh adanya pemisahan secara gravitasi dari minyak dan fasa gas bebas dibawah tekanan titik
gelembung. Karena tekanan reservoir berada dibawah tekanan gelembung maka komponen
hidrokarbon ringan akan terbebaskan dari fasa cairnya dan membentuk fasa gas. Penurunan
tekanan secara kontinu akan membebaskan gas lebih banyak lagi dan akan membentuk gas
cap pada bagian atas dari minyak. Hal tersebut akan menyebabkan terdorongnya minyak
karena pengembangan dari gas cap akibat penurunan tekanan secara kontinu. Gamabar 12.
memperlihatkan proses pendorongan gas cap terhadap minyak.

Reservoir gas cap drive mempunyai cirri-ciri sebagai sebagai berikut :


1. Tekanan reservoir turun perlahan-lahan dan kontinu
2. Kenaikan GOR sejalan dengan pergerakan permukaan minyak dengan gas kearah bawah
(meningkat secara kontinu)
3. Produksi air hampir tidak ada (relative kecil)
3.6. Combination Drive
Mekanisme pendorong dari tipe ini adalah kombinasi dari beberapa tipe pendorong yang
telah dijelaskan sebelumnya. Combination drive yang paling umum adalah kombinasi antara
gas cap drive dan water drive. Hal ini dapat dilihat pada gambar 13. dibawah.

4. Jenis-Jenis Reservoir
Jika terjadi suatu retakan atau perekahan pada batuan induk (source rock) maka minyak dan
gas akan mengalami migrasi keluar yang biasa disebut dengan migrasi primer. Setelah itu
minyak dan gas bumi akan bermigrasi terus sampai terjebak didalam suatu wadah yang tidak
bisa dilalui oleh minyak dan gas, yang biasa disebut dengan reservoir.

Reservoir adalah suatu tempat berkumpulnya minyak dan gas bumi. Dalam hal ini akan
dibahas jenis reservoir jenuh dan reservoir tidak jenuh.
4.1. Reservoir Jenuh
Reservoir jenuh (saturated) biasanya mengandung hidrokarbon dalam bentuk minyak yang
dijenuhi oleh gas terlarut dan dalam bentuk gas bebas yang terakumulasi membentuk gas cap.
Bila minyak dan gas diproduksikan, kemungkinan akan ada air yang ikut terproduksi, tekanan
reservoir akan turun. Dengan turunnya tekanan reservoir, maka volume gas yang membentuk
gas cap akan mengembang dan merupakan pendorong keluarnya fluida dari dalam reservoir.
Selain pengembangan volume gas cap dan pembebasan gas terlarut, mungkin juga terjadi
perembesan air kedalam reservoir.
4.2. Reservoir Tidak Jenuh
Reservoir tidak jenuh (under saturated) pada keadaan mula-mula tidak terdapat gas bebas
yang terakumulasi membentuk gas cap. Apabila reservoir diproduksikan, maka gas akan
mengalamai pengembangan yang menyebabkan bertambahnya volume minyak. Pada saat
tekanan reservoir mencapai tekanan bubble point maka gas akan keluar dari minyak.

Anda mungkin juga menyukai