Anda di halaman 1dari 9

Program sertifikasi perawat keahlian khusus.

trend
Bermacam-macam program sertifikasi saat ini mulai berkembang dalam tatanan
layanan keperawatan, khususnya pada bidang keperawatan medikal bedah
misalnya sertifikasi perawat luka oleh INETNA, sertifikasi perawat anastesi, perawat
emergency, perawat hemodialisa, perawat ICU, perawat ICCU, perawat instrument
OK. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah standarisasi setiap sertifikasi sudah
sesuai dengan kompetensi perawat profesional karena menurut analisa kami
program tersebut berjalan sendiri-sendiri tanpa arahan yang jelas dari organisasi
profesi dan terkesan hanya proyek dari lembaga-lembaga tertentu saja.
Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan trend
Sejak diakuinya perawat sebagai profesi yang profesional, saat ini mulai
bermunculan organisasi profesi perawat kekhususan dalam keperawatan medikal
bedah, misalnya HIPKABI (Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia), InETNA
(Indonesia Enterostomal Therapy Nursing Association), IOA (Indonesia Ostomy
Association), dan sebagainya. Hal ini akan menjadi sarana bagi perawat untuk
mengembangkan dirinya menjadi lebih profesional dalam bidang garapan tertentu,
namun demikian akan timbul permasalahan karena jenis keperawatan akan menjadi
lebih bervariasi dan berdampak lebih luas pada organisasi keperawatan lebih luas
karena akan terkesan terpetak-petak. Selain itu standar dari masing-masing
kekhususnan belum jelas.
KOMENTAR KELOMPOK (Materi Dasar Keperawatan)
Berdirinya beberapa organisasi keperawatan keahlian khusus merupakan
kemajuan ilmu keperawatan dan pertanda diterimanya profesi keperawatan oleh
masyarakat yang dimana organisasi tersebut akan melindungi para perawat
keahlian khusus dan melalui organisasi itu pula mereka akan dapat
mengembangkan pengetahuan dibidang kelimuannya masing-masing.
Namun tidak mudah untuk mencapai semua itu, karena pendidikan keperawatan
keahlian khusus yang kurang memadai khusunya di indonesia keberadaan profesi
keperawatan yang masih belum memiliki undang-undang keperawatan dan tenaga
perawat yang terkesan sebagai asisten dokter. Menjadikan profesi keperawatan di
indonesia jalan ditempat.
Selain itu sistem sertifikasi perawat keahlian khusus belum tertata dengan baik,
standarisasi sertifikasi setiap keahlian masih dipertanyakan. Hal ini akan menjadi
suatu permasalahan yang serius karena jika para perawat kehlian khusus tidak
memiliki kompetensi yang baik dibidangnya akan mencoret citra organisasi
keperawatan. Peran organisasi keperawatan dalam hal ini PPNI (Persatuan Perawat
Nasional Indonesia) dipertanyakan dan dituntut untuk segera memperbaiki system

sertifikasi perawat keahlian khusus dan sisterm yang lainnya.


Home Care / Perawatan Kesehatan di Rumah ( Materi Dasar Keperawatan ) trend
1. Pengertian
Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari perawatan jangka
panjang (Long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional maupun non
profesional yang telah mendapatkan pelatihan. Perawatan kesehatan di rumah yang
merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah suatu komponen
rentang pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan
kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan serta
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit
termasuk penyakit terminal. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
individual dan keluarga, direncanakan, dikoordinasi dan disediakan oleh pemberi
pelayanan yang diorganisir untuk memberi home care melalui staf atau pengaturan
berdasarkan perjanjian atau kombinasi dari keduanya (Warhola C, 1980).
Sherwen (1991) mendefinisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian
integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
individu, keluarga dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang mereka hadapi. Sedangkan Stuart (1998) menjabarkan
perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian dari proses keperawatan di rumah
sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana pemulangan (discharge planning),
bagi klien yang sudah waktunya pulang dari rumah sakit. Perawatan di rumah ini
biasanya dilakukan oleh perawat dari rumah sakit semula, dilaksanakan oleh
perawat komunitas dimana klien berada, atau dilaksanakan oleh tim khusus yang
menangani perawatan di rumah.
Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992 pelayanan keseatan di
rumah adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan ketrampilan teknis
yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari perawat komunitas, perawat
gerontologi, perawat psikiatri, perawat maternitas dan perawat medikal bedah.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan perawatan kesehatan di rumah
adalah :
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan memandirikan
klien dan keluarganya,
Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien dengan
melibatkan klien
dan keluarganya sebagai subyek yang ikut berpartisipasi merencanakan kegiatan
pelayanan,
Pelayanan dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi baik aspek
administrasi
maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga
profesional dibantu tenaga non profesional, di bidang kesehatan maupun non
kesehatan (Depkes, 2002).

Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder dan


tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerjasama dengan
keluarga dan tim kesehatan lainnya. Perawatan kesehatan di rumah adalah
spektrum kesehatan yang luas dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada
lingkungan rumah untuk memulihkan ketidakmampuan dan membantu klien yang
menderita penyakit kronis (NAHC, 1994).
Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan
kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.
Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga yang
direncanakan dan dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf yang diatur
berdasarkan perjanjian bersama. Sedangkan menurut Neis dan Mc Ewen (2001)
menyatakan home health care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan
pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orangorang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya.
Lanjutan :Home Care / Perawatan Kesehatan di Rumah
3. Manfaat pelayanan home care
Berbagai keuntungan dari pelayanan home care bagi klien menurut Setyawati
(2004) antara lain:
1) Pelayanan akan lebih sempurna, holistik dan komprehensif
2) Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dengan di bawah naungan
legal dan etik keperawatan
3) Kebutuhan klien akan dapat terpenuhi sehingga klien akan lebih nyaman dan
puas dengan asuhan keperawatan yang profesional
4. Ruang lingkup pelayanan home care ( Materi Dasar Keperawatan )
Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home care
adalah: pelayanan medik; pelayanan dan asuhan keperawatan; pelayanan sosial
dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik; pelayanan rehabilitasi medik dan
keterapian fisik; pelayanan informasi dan rujukan; pendidikan, pelatihan, dan
penyuluhan kesehatan; higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan;
pelayanan perbantuan untuk kegiatan sosial.
5. Bentuk pelayanan home care ( Materi Dasar Keperawatan )
Berbagai bentuk pelayanan home care yang dapat dilakukan di rumah. Tindakan
tersebut antara lain: pengukuran tanda-tanda vital; pemasangan atau penggantian
selang lambung (NGT); pemasangan atau penggantian kateter; pemasangan atau
penggantian tube pernafasan; perawatan luka dekubitus atau ulcer dan jenis luka
lainnya; penghisapan lendir dengan atau tanpa mesin; pemasangan peralatan
oksigen; penyuntikan (IM, IV, Sub kutan); pemasangan atau penggantian infus;
pengambilan preparat laboratorium (urin, darah, tinja, dll); pemberian huknah;

perawatan kebersihan diri (mandi, keramas, dll); latihan atau exercise, fisioterapi,
terapi wicara, dan pelayanan terapi lainnya; transportasi klien; pendidikan,
pelatihan, dan penyuluhan perawatan kesehatan; konseling pada kasus-kasus
khusus; konsultasi melalui telepon; memfasilitasi untuk konsultasi ke dokter;
menyiapkan menu makanan; menyiapkan dan membersihkan tempat tidur;
memfasilitasi terhadap kegiatan sosial atau mendampingi; memfasilitasi perbaikan
sarana atau kondisi kamar atau rumah.
Lanjutan :Home Care / Perawatan Kesehatan di Rumah ( Materi Dasar
Keperawatan )
6.Pemberi pelayanan home care
Pelayanan kesehatan ini diberikan oleh para professional yang tergabung dalam
tim home care. tim home care tersebut antara lain:
1) Kelompok profesional kesehatan, termasuk di dalamya adalah ners atau
perawat profesional, dokter, fisioterapis, ahli terapi kerja, ahli terapi wicara, ahli
gizi, ahli radiologi, laboratorium, dan psikolog.
2) Kelompok profesional non kesehatan, yaitu pegawai sosial dan rohaniawan
atau ahli agama.
3) Kelompok non profesional, yaitu nurse assistant yang bertugas sebagai
pembantu yang menunggu untuk melayani kebutuhan atau aktivitas sehari-hari dari
klien. Kelompok ini bekerja di bawah pengawasan dan petunjuk dari perawat.
Sedangkan menurut Allender (1997) pemberi pelayanan dalam home health care
meliputi: 1) pelayanan keperawatan dapat diberikan oleh registered nurse, perawat
vokasional, pembantu dalam home health yang disupervisi oleh perawat; 2)
suplemental therapiest meliputi terapi fisik, terapi wicara, terapi okupasional, dan
terapi rekreasi; 3) pelayanan pekerja sosial
Lanjutan :Home Care / Perawatan Kesehatan di Rumah (Materi Dasar Keperawatan )
7. Perkembangan Perawatan Kesehatan di Rumah
Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal masyarakat dalam
sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi
lain banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai
pertimbangan terpaksa dirawat di rumah dan tidak dirawat inap di institusi
pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yang mendorong perkembangan perawatan
kesehatan di rumah adalah :
Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak
efisien lagi
apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium
akhir yang secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai
kesembuhan,
Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada
kasuskasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama. Dengan

demikian berdampak pada makin meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan


tindak lanjut keperawatan di rumah. Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami
komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan
waktu relatif lama,
Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, merasakan
bahwa
perawatan klien yang sangat lama (lebih 1 minggu) tidak menguntungkan bahkan
menjadi beban bagi manajemen,
Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan
kesehatan
membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat menikmati kehidupan
secara optimal karena terikat dengan aturan-aturan yang ditetapkan,
Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian
klien
dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat mempercepat
kesembuhan (Depkes, 2002).
Perawatan kesehatan di rumah bertujuan :
1. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas
hidupnya,
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga
dengan masalah kesehatan dan kecacatan,
3. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga,
4. Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan
yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif,
5. Biaya kesehatan akan lebih terkendali.
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah dapat di kelompokkan
sebagai berikut :
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4. Pelayanan informasi dan rujukan

5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan


6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial
Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan
kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah
sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di komunitas.
Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
Klien dengan penyakit gagal jantung,
Klien dengan gangguan oksigenasi,
Klien dengan perlukaan kronis,
Klien dengan diabetes,
Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
Klien dengan HIV/AIDS.
Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
Klien dengan post partum,
Klien dengan gangguan kesehatan mental,
Klien dengan kondisi usia lanjut,
Klien dengan kondisi terminal.

Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka. issue
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal tepi
luka sebelum diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran-kotoran yang
menempel pada luka dapat terbawa oleh aliran air. Kemudian dibilas dengan larutan
povidoneiodine yang telah diencerkan dan dilanjutkan irigasi dengan NaCl 0,9%.
Akan tetapi pemakaian prosedur ini masih menimbulkan beberapa kontroversi
karena kualitas tap water yang berbeda di beberapa tempat dan keefektifan dalam
pengenceran betadine. Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku sehingga
setiap institusi rumah sakit mengunakan versi atau modelnya sendiri-sendiri,

Komentar dari kelompok kami adalah adanya issue tentang pemakain tap water
pada perawatn luka di rumah sakit hendaknya lebih di koreksi lagi baik dari segi
kesterilan dan higienisan kualitas tap water pada setiap rumah sakit. Metode
sebenarnya mempermudah kerja perawat dalam melaksanakan asuhan pada pasien
rawat luka, namun dari beberapa segi kualitas yang berbeda pada tiap rumah sakit
menjadikan asuhan keperawatn yang dilaksanakan menjadi membingungkan. Untuk
itu perlu adanya pengawasan dari tenaga kesehatan yang intensif dalam
pelaksanaan asuhan agar tidak ada pihak yang dirugikan dalam pelaksanaan
asuhan .

MAKALAH KMB I
DOKUMENTASI KEPERAWATAN YANG BAKU SEHINGGA SETIAP INSTITUSI RUMAH
SAKIT MENGGUNAKAN VERSI ATAU MODELNYA SENDIRI - SENDIRI issue
Dokumentasi Keperawatan merupakan suatu kumpulan dokumen yang mencatat
semua pelayanan keperawatan klien yang mempunyai banyak manfaat dan
penggunaan. Kegiatan pendokumentasiaan ini meliputi keterampilan
berkomunikasi, keterampilan mendokumentasikan proses keperawatan, dan
keterampilan standar. Perawat perlu memberikan prioritas terhadap ketempilan
tersebut.
Praktik keperawatan medikal bedah tumbuh terutama sebagai keperawatan bagi
orang yang telah mencapai kedewasaan jasmani atau telah berkembang, bagi yang
beresiko atau mengalami variasi norma yang ditentukan mengenai fungsi fisik dan
yang membutuhkan intervensi pengobatan medikal atau bedah.
Dokumentasi asuhan keperawatan medikal bedah terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.

Pengkajian
Diagnosa
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi

a. Trend Keperawatan Medikal Bedal Bedah dan Dampaknya di Indonesia.


Beberapa trend yang terjadi dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia,
diantaranya adalah: telenursing, Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka,
Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja dengan Peer Group, Program sertifikasi perawat
keahlian khusus, Hospice Home Care, One Day Care, Klinik HIV, Klinik Rawat Luka,
Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan, Pengembangan Evidence
Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup Keperawatan

Medikal Bedah. Disadari bahwa semua trend tersebut belum seutuhnya diterapkan
dalam pelayanan keperawatan di seluruh Indonesia.
b. Isu dalam Keperawatan Medikal Bedah dan Dampaknya di Indonesia
Beberapa isue yang berkembang dalam Keperawatan Medikal Bedah di
Indonesia, antara lain: Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang
diencerkan pada luka, Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku sehingga
setiap institusi rumah sakit mengunakan versi atau modelnya sendiri-sendiri,
Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter, Euthanasia: suatu issue
kontemporer dalam keperawatan, Pengaturan sistem tenaga kesehatan, Lulusan D3
Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah dibandingkan S1,
dan Peran dan tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang
pendidikan sehingga implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.
Belum adanya dokumentasi keperawatan yang baku menyebabkan setiap rumah
sakit menggunakan model dokumentasi keperawatan sendiri-sendiri,itu hanya isu
dalam Keperawatan Medikal Bedah. dokumentasi keperawatan sangat penting
untuk bukti ,perawat telah melakukan tindakan sesuai dengan prosedur, jadi jika
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan,dokumentasi keperawatan dapat
digunakan.untuk itu dokumentasi keperawatan seharusnya ada :
1.Pengkajian
2. Diagnosa
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
2. fakta-fakta yang terjadi di lapangan
a. Jumlah perawat yang menganggur di Indonesia ternyata cukup
mencengangkan. Hingga tahun 2005 mencapai 100 ribu orang. Ini disebabkan
rendahnya pertumbuhan rumah sakit dan lemah berbahasa asing. Padahal setiap
tahun, dari 770 sekolah perawat yang ada di Indonesia, lulusannya mencapai 25
ribu perawat. Ironisnya, data WHO 2005 menunjukkan bahwa dunia justru
kekurangan 2 juta perawat, baik di AS, Eropa, Australia dan Timur Tengah. (Arifin
Badri).
b. Fakta lain di lapangan, saat ini banyak tenaga perawat yang bekerja di rumah
sakit dan puskesmas dengan status magang (tidak menerima honor seperserpun)
bahkan ada rumah sakit yang meminta bayaran kepada perawat bila ingin magang.
Alasan klasik dari pihak rumah sakit mereka sendiri yang datang minta magang.
Dilematis memang, tinggal di rumah menganggur sayang, magang di rumah
sakit/puskesmas tidak dapat apa-apa.
3. Komentar kelompok kami
Seharusnya untuk keunggulan S1 lebih ditingkatkan , baik secara kualitatif
sebagai tenaga ahli menengah memiliki kemampuan teknis, ketrampilan dan
profesionalitas yang kuat, maupun secara kuantitatif menempati posisi strategis

dan proporsi yang cukup besar dalam struktur ketenaga kerjaan di Indonesia,
sehingga lulusan program ini lebih mudah diserap di pasar kerja.Karena S1
tingkatannya lebih tinggi dibandingkan D3, apalagi dengan isu isu

http://jurnallkeperawatan.blogspot.com/2013/05/program-sertifikasi-perawatkeahlian.html
04-09-13 16.19

Anda mungkin juga menyukai