TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) paru merupakan satu penyakit menular yang dapat
menyebabkan kematian. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis
yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Walaupun
obat obatan anti tuberkulosis yang poten telah ditemukan sekian lama, tetapi
hingga saat ini penyakit TB paru masih merupakan masalah kesehatan
utama di seluruh dunia. Munculnya pandemic HIV/AIDS di dunia menambah
permasalahan TB. Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian
TB secara signifikan. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB
terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin menjadi
masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan ini
membuat terjadinya epidemik TB yang sulit ditangani (Depkes RI, 2008).
Peningkatan jumlah kasus TB di berbagai tempat pada saat ini, diduga
disebabkan oleh berbagai hal, yaitu (1) diagnosis tidak tepat, (2) pengobatan
tidak adekuat, (3) program penanggulangan tidak dilaksanakan dengan tepat,
(4) infeksi endemik HIV, (5) migrasi penduduk, (6) mengobati sendiri (self
treatment), (7) meningkatnya kemiskinan, dan (8) pelayanan kesehatan yang
kurang memadai (Kartasasmita, 2009).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang
menular dan disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang ditandai
dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Penyakit
tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir
seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi
awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian
dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan
respon imun. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama
selama beberapa tahun. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman
aerob yang dapat hidup terutama di paru/berbagai organ tubuh lainnya
yang bertekanan parsial tinggi. Kuman Tuberkulosis berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan Zeihl
neelsen. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA),
kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab ( Alsagaff dkk, 2008).
2.2. Etiologi
Mycobacterium Tuberculosis adalah kuman berbentuk batang,
berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar
komponen M.Tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman
mampu tahan terhadap asam serta tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.
Mikroorganisme ini bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak
oksigen. Oleh karena itu M.Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks
paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi
tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis (Somantri, 2008).
3
2.3 Epidemiologi
Penanggulangan tuberkulosis di Indonesia mengalami kemajuan yang
sangat bermakna, ditandai dengan pencapaian target penemuan penderita
TB dan turunnya peringkat TB Indonesia. World Health Organization (WHO)
melaporkan bahwa pada tahun 2013, mencatat peringkat Indonesia menurun
dari posisi tiga ke posisi empat dengan jumlah penderita TBC sebesar
321.000 orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada
tahun 2013 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Indonesia dan Pakistan (WHO,
2013).
Target ke-6 Millennium Development Goals (MDGs) 2015 mempunyai
tujuan mengendalikan dan menurunkan penyakit HIV/AIDS, malaria dan
penyakit menular lainnya termasuk penyakit TB paru. Berdasarkan laporan
dari Kemenkes RI bahwa pada tahun 2011, target MDGs ke-6 dalam kegiatan
pengendalian penyakit TB paru sebagian besar sudah tercapai, diantaranya
angka penemuan kasus TB paru (case detection rate/CDR : 83,48%, target
70%) dan angka keberhasilan pengobatan TB paru (success rate/SR:
90,29%, target 85%) serta angka prevalensi TB paru sudah mendekati target
(289/100.000 penduduk) dari target 221/100.000 penduduk (Kemenkes,
2012)
2.4 Patogenesis Tuberkulosis
Menurut PDPI 2014 patogenesis tuberkulosis sebagai berikut:
A.
Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk saluran napas akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni yang
disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin
timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang
reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah
bening menuju hilus (limdangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh
Gambar 1.
b. Kasus kambuh
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi
gambaran radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis
maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan:
-
10
11
a. Gejala respiratorik
1) Batuk 3 minggu
2) Batuk darah
3) Sesak napas
4) Nyeri dada
b. Gejala sistemik
1) Demam
2) Rasa kurang enak badan (malaise),
3) keringat malam, nafsu makan menurun (anoreksia),
4) Berat badan menurun.
2.8. Diagnosis tuberkulosis paru
Diagnosis pasti TB paru pada orang dewasa ditegakkan bila
ditemukan kuman tuberkulosis (BTA) dalam dahak atau jaringan paru
penderita. Suspek tb diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari,
yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Pada program TB nasional,
penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan
diagnosa utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji
kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang
seusai indikasinya. Tidak dibenarkan meniagnosis TB hanya
berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu
memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga terjadi over
diagnosis (Kemenkes RI, 2014).
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain
atas indikasi: foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada
pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran
13
14
Pemeriksaan Khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis
secara konvensional. Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang
lebih baru yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih
cepat.
1. Pemeriksaan Bactec
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode
radiometrik. M tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian
menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini.
Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara
cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji
kepekaan.
Bentuk lain teknik ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria
Growth Indicator Tube (MGIT).
2. Polymerase chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi
DNA, termasuk DNA M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam
pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan kontaminasi. Cara
pemeriksaan ini telah cukup banyak dipakai, kendati masih memerlukan
ketelitian dalam pelaksanaannya. Hasil pemeriksaan PCR dapat
membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan
tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai standar
internasional. Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain
tidak ada yang menunjang ke arah diagnosis TB, maka hasil tersebut
tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen
15
c. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia.
Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan
pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian
16
17
4. Uji tuberkulin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Di
Indonesia dengan prevalens tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin
sebagai alat bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang
18
19
Ob
at
Dosis
(Mg/K
Dosis yg dianjurkan
DosisMa
ks (mg)
Dosis (mg) /
berat badan (kg)
20
g
BB/Ha
ri)
R
H
8-12
4-6
Harian (
mg/
kgBB / h
ari)
10
5
Intermitten (mg/Kg/B
B/kali)
20-30
25
35
750
15-20
15
30
750
15-18
15
15
10
10
Efek samping
< 40
4060
>60
300
150
450
300
100
0
100
0
600
450
150
0
150
0
100
0
600
300
1000
Sesu
ai BB
750
Kemungkina
n Penyebab
Minor
Tatalaksana
OAT diteruskan
Rifampisin
Nyeri sendi
Pyrazinamid
INH
Rifampisin
Mayor
Gatal dan kemerahan pada
kulit
Tuli
Streptomisin
Gangguan keseimbangan
(vertigo dan nistagmus)
Ikterik / Hepatitis Imbas Obat
(penyebab lain disingkirkan)
Streptomisin
Sebagian besar OAT
Obat diminum
malam sebelum
tidur
Beri aspirin
/allopurinol
Beri vitamin B6
(piridoksin) 1 x
100 mg perhari
Beri penjelasan,
tidak perlu diberi
apa-apa
Hentikan obat
Beri antihistamin
dan dievaluasi
ketat
Streptomisin
dihentikan
Streptomisin
dihentikan
Hentikan semua
OAT sampai
ikterik
menghilang dan
boleh diberikan
hepatoprotektor
21
Hentikan semua
OAT dan lakukan
uji fungsi hati
Hentikan
etambutol
Fase lanjutanHentikan
rifampisin
4 bulan
Etambutol
Harian
Harian
3x/minggu
Harian
3x/minggu
RHZE
150/75/400/275
RHZ
150/75/400
RHZ
150/150/500
RH
150/75
RH
150/150
2
3
4
5
2
3
4
5
2
3
4
5
2
3
4
5
2
3
4
5
30- 33
38-54
55-70
>71
22
: 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2
: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Kategori Anak
23
Sebelum pengobatan
Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus yang juga dipikirkan
Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal
samping pengobatan
Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid
Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol
Penderita yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji
24
dan lingkungannya.
Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah
resistensi.
mendapat pengobatan TB
Resistensi inisial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pasiennya
25
26
Dosis
harian
Aktiviti antibakteri
Tingkatan
Obat
Aminoglikosid
a. Streptomisin
b. Kanamisin atau
amikasin
c. Kapreomisin
15 mg/kg
Thiomides
(Etionamid
protionamid)
10-20
mg/kg
Bakterisid
Pirazinamid
20-30
mg/kg
Bakterisid pada pH
asam
7.5-10
Ofloksasin
7.5-15
mg/kg
Bakterisid mingguan
2.5-5
Etambutol
15-20
mg/kg
Bakteriostatik
2-3
Sikloserin
10-20
mg/kg
Bakteriostatik
2-4
PAS asam
10-12 g
Bakteriostatik
100
Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-7.5
10-15
4-8
Sesak napas
Demam tinggi
terkontrol
Bila gula darah tidak terkontrol, fase lanjutan 7 bulan : 2 RHZ(E-S)/ 7
RH
Hati-hati dengan penggunaan etambutol, karena efek samping
etambutol pada mata; sedangkan pasien DM sering mengalami
ditingkatkan.
Perlu kontrol / pengawasan sesudah pengobatan selesai, untuk
mengontrol / mendeteksi dini bila terjadi kekambuhan.
28
kreatinin)
Rujuk ke ahli Paru
29
sebelum pengobatan
Pada kelainan hati, pirazinamid tidak boleh diberikan
Paduan obat yang dianjurkan (rekomendasi WHO) ialah 2 SHRE/6 RH
atau 2 SHE/10 HE
Pada pasien hepatitis akut dan atau klinis ikterik , sebaiknya OAT
ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada
keadaan sangat diperlukan dapat diberikan S dan E maksimal 3 bulan
7-10 RH.
Pemberian kortikosteroid pada perikarditis TB untuk menurunkan
kebutuhan intervensi operasi dan menurunkan kematian, pada
meningitis TB untuk menurunkan gejala sisa neurologis. Dosis yang
dianjurkan ialah 0,5 mg/kgBB/ hari selama 3-6 minggu (PDPI, 2014).
2.12. Komplikasi
Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik
sebelum pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai
pengobatan.
Beberapa komplikasi yang mungikin timbul adalah (PDPI, 2014) :
-
Batuk darah
Pneumotoraks
Luluh paru
Gagal napas
Gagal jantung
Efusi pleura
DAFTAR PUSTAKA
31
32