Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PADA An.

R
DENGAN PENYAKIT MORBILI
DI RUANG KEMUNING RSUD GUNUNG JATI CIREBON

NAMA

: RINAWATI

NIM

: JNR0160061

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
(STIKKU)
2016

1. Definisi
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari
seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2013). Penyakit campak
adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga
hari atau lebih yang disertai panas 380c ata lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek,
dan mata merah (WHO, 2009).
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan
dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik (Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991.
FKUI).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejalagejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran
serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2010)
Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini ditularkan melalui
droplet ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 8-13 hari.
Campak ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian
diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Dampak penyakit campak di kemudian
hari adalah kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak,
sindrom radang otak pada anak diatas 10 tahun, dan tuberkulosis paru menjadi lebih parah
setelah sakit campak berat.
2. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi kulit.
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada
orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit
tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan
bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam
yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan
jaringan ikat.

a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan
kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi
setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam).
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True
Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan
jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
1. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
2. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis: struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan
shearing forces dan respon inflamasi.
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan
di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan
nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis/hipodermis: melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori,
kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
2. Vaskularisasi Kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan
papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil
meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri

asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat
nutrient dari dermis melalui membran epidermis
3. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi,
mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma
mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah
diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya
akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan
suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.
Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari
kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi
pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah,
kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara
mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang
menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan
panas.
3. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus
RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Cara penularannya adalah
dengan droplet infeksi. Virus campak termasuk golongan paramyxovirus. Virus ini berbentuk
bulat dengan tepi yang kasar dan begaris tengah 140 mm, dibungkus oleh selubung luar yang
terdiri dari lemak dan protein, didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri
dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan sruktur heliks
nukleoprotein yang berada dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan
pendek, sa tu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.
Virus Campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan yang kuat, apabila
berada diluar tubuh manusia virus Campak akan mati. Pada temperatur kamar virus Campak
kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3 5 hari. Tanpa media protein virus Campak
hanya dapat hidup selama 2 minggu dan hancur oleh sinar ultraviolet. Virus Campak
termasuk mikroorganisme yang bersifat ether labile karena selubungnya terdiri dari lemak,

pada suhu kamar dapat mati dalam 20% ether selama 10 menit, dan 50% aseton dalam 30
menit. Sebelum dilarutkan, vaksin Campak disimpan dalam keadaan kering dan beku, relatif
stabil dan dapat disimpan di freezer atau pada suhu lemari es (2-8C; 35,6-46,4F) secara
aman selama setahun atau lebih. Vaksin yang telah dipakai harus dibuang dan jangan dipakai
ulang.
4. Tanda dan gejala
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20
hari dan kemidian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium :
1

Stadium Kataral (Prodormal)


Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut:
a Panas
b Malaise
c Batuk
d Fotofobia
e Konjungtivitis
f
Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul
bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema
tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada
bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2
minggu terakhir.

Stadium Erupsi
Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a Koriza dan Batuk bertambah
b Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole
c Kadang terlehat bercak koplik
d Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan
e Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
f
Splenomegali
g Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut Black Measles yaitu morbili yang disertai
pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

Stadium konvalensensi
Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)
Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA, FKUI Volume

a
b

2,1985).

Menurut ahli lain manifestasi yang timbul adalah:


1

Stadium Kataral (prodromal)

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise,
batuk, fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24
jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili,
tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung
jarum dan dikelilingi oleh eritema, lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan
molar bawah.
2 Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik.
Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu badan
diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul di belakang
telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah,
3

kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak.
Stadium Konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal,
kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 2002 : 625)
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada
bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu,
timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 34 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak
bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik.
(Supartini, 2002 : 179)

5. Komplikasi
1) Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang
menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok,
hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan
klebsiela.
2) Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 30,4%
3) Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau
ensefalomielitis tipe alergi.
4) Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan
5) Mastoiditis
Komplikasi dari otitis media
6) Gangguan gizi

Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita komplikasi.
(Rampengan, 1997 : 95)
6. Patofisiologi
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius
sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak
terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum
timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal
infeksi, penggadaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan
virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan
dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat
ini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini
mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa.
Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel
raksasa berinti banyak Sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan dan
penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran
kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap,
tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika
virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel
orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih, usus. Pada
hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel aluran nafas dan
konjungtiva, 1-2 lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam
jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan
manifestasi klinik dari sistem saluran napas diawali dengan keluhan batuk
pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.
Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada
sistem saluran pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa
demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke
seluruh tubuh, tanpa suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut
bercak koplik. Muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal
infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi. Selanjutnya
daya

tahan

tubuh

menurun,

sebagai

akibat

respon

delayed

hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit,


kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus

infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara


mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit.
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernapasan
memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu
adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Serologi
Pada

kasus

atopic,

dapat

memastikannya. Tehnik pemeriksaan

dilakukan

pemeriksaan

yang dapat

serologi

untuk

dilakukan adalah fiksasi

complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak langsung.


b. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang
tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam
sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik
dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
d. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati/ensefalitis (dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah), enteritis (feces lengkap), bronkopneumonia
(dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah).
8. Penatalaksanaan Medis
Terdapat

indikasi

pemberian

obat

sedatif,

antipiretik

untuk

mengatasi demam tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan


yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita
laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu
ruangan yang hangat.
Penatalaksanaan Teraupetik :
1
2
3

Pemberian vitamin A
Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik
Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi

Pemberian obat batuk dan sedativum

Anda mungkin juga menyukai