Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Laporan Kasus
Oleh
Helti Shary Rahmadani
1510029047
Pembimbing
dr. Achmad Mansyur, Sp. OG
BAB I
LAPORAN KASUS
Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Usia
: 44 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Bugis
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Jalan M.Said
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 21 Oktober 2016, pukul 11.15 WITA
b) Identitas Suami
Nama
: Tn. B
Usia
: 46 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Banjar
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Jalan M.Said
c) Keluhan Utama:
Perdarahan dari jalan lahir
d) Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 tahun yang lalu pasien mengeluh sering keluar darah dari
kemaluan, tidak terus menerus, terjadi terutama setelah berhubungan
suami istri. Pasien juga mengeluh sering keluar cairan putih kekuningan
dan berbau dari kemaluan. Nafsu makan biasa, BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Pasien tidak berobat.
3 bulan yang lalu pasien mengeluh perdarahan semakin sering dari
kemaluan, nafsu makan menurun, BAB dan BAK biasa. Pasien berobat ke
RS AWS selama 11 hari dan dilakukan biopsi , lalu pasien pulang. Setelah
satu minggu pulang, perdarahan dari kemaluan terjadi kembali, lalu
Pasien kembali berobat ke RS AWS dan dirawat kembali.
e) Riwayat Haid
Menarche pada usia 12 tahun, lama haid 7 hari, jumlah darah haid :
ganti pembalut 2-3 kali sehari.
HPHT : 07-10-2016
f) Riwayat Obstetri
N
Tahun
Tempat
Partus
Partus
1
2
3
4
1995
1997
1999
2000
Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
Umur
kehamila
n
Aterm
Aterm
Aterm
Aterm
Jenis
Penolong
Persalinan
Persalinan
Spontan
Spontan
Spontan
Spontan
Bidan
Bidan
Bidan
Bidan
Jenis
Keadaan
Kelamin
Anak
Anak/ BB
P/ 2.500 gr
L/ 2.800 gr
P/ 2.700 gr
P/ 3.000 gr
Sekarang
Hidup
Hidup
Hidup
Hidup
: Composmentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 92x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,4oC
Mata
Jantung
Thorak
Abdomen
Ekstremitas
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Abdomen datar, sofel dan simetris. Fundus uteri tak teraba, massa (-), nyeri tekan
suprasimfisis (-),tanda cairan bebas (-).
Inspeksi
Terlihat darah merembes keluar melalui vagina, berbau, volume sekitar 50 cc,
tidak disertai rasa nyeri baik pada perut maupun alat genital. Tidak terdapat
massa dan pembesaran pada alat genital luar.
Inspekulo
Terlihat fluksus (+), fluor albus (+) berwarna putih kental berbau. Porsio terlihat
berdungkul di sekelilingnya
Pemeriksaan dalam:
VT
Fluor albus (+), teraba massa berbenjol-benjol pada sekeliling porsio.
Rectal toucher
Tonus sfingter ani baik, mukosa licin, ampula rekti kosong, massa intralumen (-),
cavum uteri setara normal, adnexa parametrium kanan-kiri tegang, cavum
douglas tidak menonjol,
Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium: 21 Oktober 2016
Hb : 8,4 mg/dl
L
: 8,300 mg/dl
PLT : 503.000
HT : 27,3 %
BT : 3
CT : 10
GDS : 94
Ur : 21,6
Cr
: 0,6
HbsAg : NR
112
: NR
- Histopatologi :
Mikroskopik : jaringan terdiri dari sel epithel squamous anaplastik, inti
pleomorfik,
hiperkromatik,
sitoplasma
luas
eosinofilik,
tersusun
dalam
2.
3.
4.
5.
Tulang-tulang intak
Kesan:
Foto thorax dalam batas normal
Diagnosis di Ruangan
IVFD RL .
Follow Up
Tanggal & Jam
21 Oktober 2016
Observasi
S : Perdarahan dari jalan lahir
P : Lapor dr. Sp.OG, Advis:
11.15 WITA
O:
1.
keadaan
umum
E4V5M6
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 92x/menit
3.
IVFD RL .
Pernafasan
: 20x/menit
4.
Injeksi
Suhu
: 36,4oC
15.30 WITA
Perbaikan
hari)
Cefotaxim
2x1gr
5.
Injeksi
Asam
Pembesaran KGB : -
IV
Anemia
7.
R/
Radioterapi
P : Lanjutkan terapi sesuai
O:
Kemoterapi
E4V5M6
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 89x/menit
Pernafasan
: 21x/menit
Suhu
: 36,2oC
Anemia
S:-
O:
kolf
: 100/70 mmHg
Nadi
: 92x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,2oC
O:
TTV,
: 110/80 mmHg
Nadi
: 94x/menit
Pernafasan
: 19x/menit
Suhu
: 36,5oC
07.45 WITA
berkurang
1.
O:
Perbaikan
keadaan
umum
2.
Injeksi
Cefotaxim
2x1gr
3.
Injeksi
Asam
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 86x/menit
IV
Pernafasan
: 21x/menit
4.
Suhu
: 36,5oC
5.
R/
Kemoterapi
Radioterapi
6.
1.
O:
Perbaikan
keadaan
umum
2.
Injeksi
Cefotaxim
2x1gr
3.
Injeksi
Asam
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 87x/menit
IV
Pernafasan
: 21x/menit
4.
Suhu
: 36,5oC
5.
R/
Kemoterapi
Radioterapi
6.
Transfusi
lagi
PRC
sampai HB 10
: 7,000 mg/dl
PLT : 480.000
HT : 27,6 %
BT : 3
CT : 10
GDS : 96
Ur : 20,6
Cr
: 0,6
Anemia (Perbaikan)
S : Perdarahan dari jalan lahir P: memulai transfusi PRC 2
berkurang
kolf
O:
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis GCS
E4V5M6
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 86x/menit
Pernafasan
: 21x/menit
Suhu
: 36,5oC
Anemia (Perbaikan)
S : Perdarahan dari jalan lahir P : Melanjutkan advis;
berkurang
O:
: 110/70 mmHg
Nadi
: 98x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,2oC
Anemia (Perbaikan)
S : Perdarahan dari jalan lahir (-)
P:
07.00 WITA
O:
1.
Perbaikan
umum
Injeksi
E4V5M6
2x1gr
Cefotaxim
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 86x/menit
Pernafasan
: 21x/menit
IV
Suhu
: 36,5oC
3.
keadaan
Asam
4.
5.
R/
Injeksi
Kemoterapi
Radioterapi
6.
Anemia
S : Perdarahan dari jalan lahir (-)
P:
7.00 WITA
O:
1.
pulang besok)
Perbaikan
keadaan
umum
Injeksi
E4V5M6
3x500 mg tab
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
3.
Asam
Cefadroxil
Traneksamat
Nadi
: 87x/menit
3x500 mg tab
Pernafasan
: 21x/menit
4.
Suhu
: 36,5oC
5.
R/
Kemoterapi
Radioterapi
6.
: 6,300 mg/dl
PLT : 424.000
HT : 30,6 %
BT : 3
CT : 10
GDS : 86
Ur : 20,0
Cr
: 0,5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. EPIDEMIOLOGI
Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita
di negara-negara sedang berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000
kasus kanker serviks baru diseluruh dunia, 77 % diantaranya ada dinegara-negara
sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan sekitar 90-100 kanker baru di
antara 100.000
penduduk
C. PATOLOGI
Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks
(portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar junction
(SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang pada wanita diatas 35
tahun, didalam kanalis serviks.2,3
Tumor dapat tumbuh :
1.
Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa proliferatif
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung
infitratif membentuk ulkus
2.
Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis
dengan melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks
normal secara alami mengalami metaplasi/erosi akibat saling desak kedua
jenis epitel yang melapisinya. Dengan masuknya mutagen, portio yang
erosif (metaplasia skuamos) yang semula faali berubah menjadi patologik
(diplatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya
menjadi karsinoma invasive. Sekali menjadi mikroinvasive, proses
keganasan akan berjalan terus.
D.PENYEBARAN
Penyebaran
karsinoma
serviks
terjadi
melalui
jalan
yaitu
c.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan karsinoma serviks dibagi berdasarkan stadium4
1.
2.
Stadium IA1
Total Abdominal Histerektomi (TAH)/Total Vaginal Histerektomi (TVH).
Bila
Stadium IA2
Histerektomi radikal tipe 2 dan limfe adenektomi pelvis
4.
Ca invasive
Biopsi untuk konfirmasi diagnosis
5.
6.
7.
8.
Stadium IV B
Pengobatan yang diberikan bersifat paliatif, radioterapi paliatif yang
diberikan
yang
kanker.5
Prinsip kerja obat kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker :
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja
terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel
kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini
disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat proliferasinya maka
kepekaannya semakin rendah. Hal ini disebut Kemoresisten.6,7
Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1)
2)
Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel,
yang berakibat menghambat sintesis DNA.
3)
4)
Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah
sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor)
atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan
pengobatan penyelamatan.
2)
Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan
atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih
tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
3)
Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan
Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan/tindakan yang lain seperti
pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 120 menit, atau
dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat
tetesannya.
2)
tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara
lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
4)
Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran, Alkeran,
Topikal
7)
Intra arterial
8)
Intracavity
9)
Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak
Pengobatan.
2)
3)
4)
Efek samping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam
24
Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan
stomatitis.
3.
Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul
dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer,
neuropati.
4.
Efek samping yang terjadi kemudian ( Late Side Effects) yang timbul
dalam beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap
pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada
setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor
nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.7
Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal,
supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling
utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan
mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah
pemberian sitostatika dab berlangsung tidak melebihi 24 jam.5,6
Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel
darah putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah
(anemia), supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat
terjadi segera atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera,
penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari ke14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar laukositnya
kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi kemudian penurunan kadar
leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu kedua dan pada sekitar
minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi dan akan
mencapai nilai mendekati normal pada minggu keenam. Leukopenia dapat
menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat mengakibatkan perdarahan yang
terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada traktus gastrointestinal.6
Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan sampai pada
kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah
kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati,
sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan
perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru.7
Kardiomiopati akibat doksorubin dan donorubisin umumnya sulit diatasi,
sebagian besar penderita meninggal karena pump failure, fibrosis paru
umumnya irreversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian
sitistatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati,
efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil dan lebih
mudah diatasi.5
RADIOTERAPI
Dalam menentukan teknik dan dosis radiasi pada pengobatan karsinoma serviks
uteri perlu dipertimbangkan faktor daya toleransi dari jaringan-jaringan di dalam
rongga pelvis.5
Teknik radiasi
Kombinasi antara radiasi lokal dan radiasi eksternal merupakan pilihan yang
umumnya diberikan dengan maksud:6
muntah-muntah, tidak bisa makan, lemah, sampai tidak bisa bangun dari
tempat tidur. Berat ringannya gejala-gejala sangan dipengaruhi oleh status
fisik dan psikologi penderita.
b. Komplikasi lokal
Gejala-gejala yang timbul ialah gejala-gejala dari alat-alat tubuh yang
terkena radiasi secara langsung, yaitu:
Fistel radiologik
Gejala sistitis
Proktitis hemoragik
Atropi mucosa rectum yang disertai teleangiektasi yang sewaktuwaktu bila defekasi keras dapat menimbulkan perdarahan
HISTEREKTOMI RADIKAL
Histerektomi radikal primer menguntungkan karena dapat dilakukan
surgical staging.3,6
Operasi radikal yang memerlukan waktu yang cukup lama, tidak mungkin
tanpa terjadi komplikasi. Oleh karena itu, persiapan operasi perlu dilakukan
dengan cermat sehingga dapat mengurangi komplikasi seperti lazimnya
komplikasi operasi, yaitu :6
1. Trias pokok komplikasi (perdarahan, infeksi dan trauma tindakan operasi).
2. Komplikasi emboli (kardiovaskular dan paru).
3. Komplikasi lainnya
Emboli dan emboli paru yang berat
Faktor yang dapat menimbulkan terjadinya emboli paru, yaitu:6
1.
2.
Disfungsi vesikouterina
Kejadian ini berkaitan dengan upaya penyisihan dan upaya pemotongan
ligamentum kardinale yang terlalu ke lateral dan pemotongan ligamentum
sakrouterinum terlalu dekat dengan rektum.
2.
Fistula
Manipulasi yang berat di sekitar vesika urinaria
Infeksi pascaoperatif
Infeksi yang berat dapat menimbulkan komplikasi berantai, seperti:5
Memperpanjang hospitalisasi
G. FOLLOW UP
Tiap 3 bulan selama 2 tahun pertama, kemudian tiap 6 bulan, tergantung
keadaan. Jangan lupa meraba kelenjar inguinal dan supraclavikla, abdomen,
abdominal vaginal, dan abdominalrektal, pemeriksan sitologik puncak vagina,
dan foto rontgen thoraks (setiap 6 bulan).1,2
Kolposkopi untuk meneliti puncak vagina, serta bentuk-bentuk praganas.
Rektoskopi, sistoskopi, renogram, Intra Venous Pyelografi (IVP), dan CT scan
panggul, hanya dilakukan menurut indikasi.5
H. PROGNOSIS
Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah: umur, keadaan umum,
tingkat klinik keganasan, ciri histologi sel tumor, kemampuan tim penolong, dan
sarana pengobatan.2
AKH-5 Thn
TIS
T1
T2
T3
T4
Hampir 100%
70-85%
40-60%
30-40%
<10%
BAB III
PEMBAHASAN
I.
Anamnesis
Anamnesis
Teori
Tanda dan gejala :
Fakta
- Sejak 1 tahun yang lalu
a) Keputihan.
pasien
mengeluh
sering
terutama
b) Perdarahan.
setelah
juga
mengeluh
akibat
terbukanya
c)
Rasa nyeri,
Gejala lainnya
gejala-gejala
yang
timbul
metastase jauh.
Fakta
-Keadaan umum : Sedang
e) Keputihan.
-Kesadaran : Composmentis
-Pernafasan : 20x/menit
f)
-Suhu : 36,4oC
Perdarahan.
akibat
terbukanya
dan
g)
Rasa nyeri,
bebas (-).
h)
Gejala lainnya
gejala-gejala
metastase jauh.
yang
-Inspeksi
timbul
akibat Terlihat
darah
merembes
(+)
berwarna
putih
pada
sekeliling porsio.
-Rectal toucher
Tonus
sfingter
ani
baik,
2016
Hb : 8,4 mg/dl
1.
Sitologi.
: 8,300 mg/dl
PLT : 503.000
melebihi
HT : 27,3 %
90%.
Tes
Pap
sangat
BT : 3
CT : 10
GDS : 94
2.
Ur : 21,6
Kolposkopi.
Cr
: 0,6
HbsAg : NR
112
: NR
kolposkopi
merupakan - Histopatologi :
smear
sel
yang
dengan
abnormal.
dari
epithel
kolposkopi,
dengan
pemeriksaan
melihat
Pemeriksaan terdiri
jaringan
kelainan
epitel
pembuluh darah setelah pemberian asam tersusun dalam kelompokasetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak kelompok tumbuh infiltratif.
hanya terbatas pada serviks, tetapi Banyak didapatkan mitosis.
pemeriksaan meliputi vulva dan vagina. Terdapat bentukan keratin
Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan pearl, tampak area nekrosis
untuk membuat diagnosa histologik, dan perdarahan luas.
tetapi untuk menentukan kapan dan Kesimpulan Biopsi Cervix :
dimana biopsi harus dilakukan.
Invasive
3.
Biopsi
Keratinizing
yang
telah
dilakukan - USG
Hidronefrosis Kiri
Massa Cervix
- Foto Thorax PA
Kesan:
Foto thorax dalam batas
normal
IV. Penatalaksaan
Penatalaksaan Teori
Penatalaksanaan
karsinoma
Fakta
serviks 1. Perbaikan
umum
2.
Stadium IA1
Vaginal
(TVH). Bila
Histerektomi
3.
IVFD RL .
4.
Injeksi
5.
Stadium IA2
Histerektomi radikal tipe 2 dan
Ca invasive
Biopsi
untuk
konfirmasi
diagnosis
5.
Injeksi
Asam
Cefotaxim
2x1gr
keadaan
IV
6.
7.
R/
Kemoterapi
Radioterapi
intrakaviter
radioterapi.
diberikan
antara
pachitaxel,
lain
docetaxel,
cisplatinum,
fluorourasil,
gemcitabine
8.
Stadium IV B
Pengobatan yang diberikan bersifat
paliatif,
radioterapi
paliatif
yang
diberikan
Radioterapi, Kemoterapi, dan Radikal
Histerektomi
Adapun alasan untuk memilih
salah
satu
terapi
diatas
adalah
Pasien Ny. S, usia 44 tahun pasien masuk ke ruang Mawar dengan Ca.
Cervix Stadium IIIB + Anemia dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir. Sejak
1 tahun yang lalu pasien mengeluh sering keluar darah dari kemaluan, tidak
terus menerus, terjadi terutama setelah berhubungan suami istri. Pasien juga
mengeluh sering keluar cairan putih kekuningan dan berbau dari kemaluan. Ca.
cerviks kejadiannya berhubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik,
diataranya : jarang ditemukan pada perawan, coitarche diusia sangat muda (16
tahun), multi paritas dengan jarak persalinan terlalu dekat, sosial ekonomi rendah,
higien seksual jelek, merokok, serta jarang ditemukan pada wanita yang
suaminya disirkumsisi.2
Pada pemeriksaan Inspeksi terlihat darah merembes keluar melalui
vagina, berbau, volume sekitar 50 cc, tidak disertai rasa nyeri baik pada perut
maupun alat genital. Tidak terdapat massa dan pembesaran pada alat genital luar.
Inspekulo terlihat fluksus (+), fluor albus (+) berwarna putih kental berbau.
Porsio terlihat berdungkul di sekelilingnya
Pemeriksaan dalam didapati fluor albus (+), teraba massa berbenjol-benjol pada
sekeliling porsio.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium ,
Biopsi jaringan, USG dan foto rontgen thorax yang menunjang untuk diagnosis
dari Ca. Cerviks.
Penanganan pasien dilakukan observasi tanda vital, kesadaran dan
perbaikan keadaan umum seperti transfusi untuk penanganan anemia , baru akan
direncanakan kemoterapi ataupun radioterapi.
DAFTAR PUSTAKA