SP Geothermal
SP Geothermal
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode Self Potential (SP) merupakan salah satu metode geofisika yang prinsip
kerjanya adalah mengukur tegangan statis alam (static natural voltage) yang berada pada titik
- titik di permukaan tanah. Metode Self Potential (SP) merupakan metode dalam Geofisika
yang paling sederhana dilakukan, karena hanya memerlukan alat ukur tegangan yang peka
dan dua elektroda khusus (Porous Pot Electroda). Metode Self Potential merupakan metode
pasif dalam bidang geofisika karena untuk mendapatkan informasi bawah tanah melalui
pengukuran tanpa menginjeksi arus listrik melalui permukaan tanah.
Prinsip kerja pada percobaan metode self potensial yaitu dengan memanfaatkan
empat elektroda, dimana dua elektroda dihubungkan dengan voltmeter melalui kabel sebagai
base (elektroda tetap), dan elektroda lainnya dihubungkan dengan voltmeter sebagai rover
(elektroda bergerak). Rover dipindah ke titik-titik pengukuran secara berurutan sepanjang
lintasan yang telah ditentukan dengan jarak perpindahan elektroda konstan, sehingga panjang
lintasan akan mempengaruhi besarnya nilai rover.
Metode Self Potensial banyak diaplikasikan sebagai surver air geothermal dan
digunakan untuk membantu pemetaan geologi, misalnya melihat delineasi zona geser,
patahan dekat permukaan dan anomali dibawah permukaan tanah. Mengetahui sumber yang
dapat menyebabkan terjadinya perbedaan potensial sangat penting untuk mengurangi noise.
Pengolahan data biasanya dilakukan dengan membuat peta potensial dengan antara elektroda
base dengan elektroda rover.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut timbul permasalahan dalam praktikum kali ini
yaitu seperti apa hubungan antara panjang lintasan dengan potential (dalam hal ini elektroda
base dan rover).
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum metode self potential adalah Untuk mengetahui hubungan antara
panjang lintasan dengan potential (dalam hal ini elektroda base dan rover).
1.4 Manfaat
Setelah melakukan praktikum, maka manfaat yang didapatkan adalah dapat memahami
pengukuran dan mengaplikasikan metode Self potential (SP) dalam bidang yang sesuai,
misalnya sebagai surver air tanah geothermal dan anomali air di bawah permukaan tanah.
Pengukuran Self Potential sangatlah sederhana, hanya menggunakan elektroda nonpolar yang berhubungan ke multimeter yang memiliki impedansi input lebih besar dari 10 8
ohm, digunakan untuk mengukur dalam jangkauan mili-volt yaitu kurang lebih 1mV.
Elektroda dibuat sedemikian rupa sehingga bagian bawah bersifat porous yang di dalamnya
diberi cairan elektrolit, yang berfungsi sebagai kontak antara permukaan tanah yang akan
diukur dengan elektroda tembaganya. Bentuk penampang melintang dari elektroda nonpolarnya (John, 2004).
Perbedaan potensial dihasilkan di dalam bumi atau di dalam batuan yang teralterasi
oleh kegiatan manusia maupun alam. Potensial alami terjadi akibat ketidaksamaan atau
perbedaan material-material , dekat larutan elektrolit dengan perbedaan konsentrasi dan
karena aliran fluida di bawah permukaan. Hal lain yang mengakibatkan terjadinya Self
Potential di bawah permukaan bumi yang mana dipetakan untuk mengetahui informasi di
bawah permukaan, Self Potential dapat dihasilkan oleh perbedaan mineralisasi, reaksi
(kegiatan) elektromkimia, aktivitas geothermal dan bioelektrik oleh tumbuh-tumbuhan
(vegetasi). (Suhanto,2005)
3. Set kabel:Utuk menghubungkan multimeter terhadap elektroda rover dan elektroda base.
4. Dua buah set kabel:Untuk membaca nilai tegangan pada potensial rover dan potensial base.
5. Tali rafia:Sebagai lintasan dengan panjang 5 meter.
6. Set alat tulis menulis dan kertas:Untuk mencatat nilai potensial rover dan potensial base.
3.2 Gambar Percobaan
Susunan peralatan dan cara pengambilan data pada Metode Self Potential
Gambar 3.1 Susunan Peralatan dan Cara pengambilan data pada praktikum Metode Self Potential
Alat didesain seperti gambar 3.1. Dua buah elektroda dihubungkan dengan voltmeter melalui
kabel penghubung kemudian elektroda-elektroda tersebut ditanam di permukaan tanah
sebagai base (elektroda tetap).
2.
Dua elektroda lainnya yang juga dihubungkan dengan voltmeter berfungsi sebagai rover
(elektroda bergerak). Rover ini berpindah-pindah ke titik pengukuran secara berurutan
sepanjang lintasan yang akan diteliti dengan jarak perpindahan elektroda yang konstan.
3.
Panjang
Base
Rover
lintasan (m)
(mV)
(mV)
5
....
50
Pada praktikum digunakan dua lintasan dengan panjang lintasan merupakan kelipatan
lima (5). Data-data yang diperoleh dicatat dalam tabel pengamatan. Di mana dari data-data
yang diperoleh dapat dibuat suatu grafik antara panjang lintasan (m) dengan potensial (mV).
Dalam hal ini potensial base dan potensial rover.
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10
15
20
25
30
35
40
45
50
10.2
10.0
9.9
9.7
9.6
9.5
9.4
9.3
9.2
4.9
-1.0
2.5
-0.1
3.4
-4.2
-0.3
5.9
-1.3
-4.0
-3.1
-3.2
-3.2
-3.3
-3.4
-3.5
-3.6
-4.1
3.5
0.5
4.5
1.3
5.6
-0.2
-7.5
-7.1
3.0
4.2 Pembahasan
Praktikum yang telah dilakukan adalah praktikum metode self potential. Alat yang
digunakan dalam praktikum metode self potential salah satunya adalah elektroda. Elektroda
dibagi menjadi dua fungsi yaitu elektroda base dan elektroda rover. Pada elektroda base
difungsikan sebagai elektroda tetap yang ditanam dipermukaan tanah kemudian dihubungkan
dengan voltmeter. Sedangkan elektroda rover difungsikan sebagai elektroda bergerak
sehingga berpindah-pindah ketitik pengukuran secara berurutan sepanjang lintasan yang akan
diteliti. Elektroda rover juga dihubungkan dengan voltmeter. Pengukuran nilai tegangan pada
elektroda base dan elektroda rover dilakukan secara bersamaan.
Pengukuran beda self potential (SP) dilakukan di sepanjang jalur lintasan tanah
lapang sebelah utara Fakultas Teknik Pertanaian (FTP), dengan interval setiap elektroda 5
meter dan panjang lintasan sepanjang 50 meter. Percobaan yang telah dilakukan
menghasilkan beberapa data yaitu potensial elektroda base, potensial elektroda rover dan
posisi (jarak). Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis dan ditentukan hubungan grafik
antara potensial (baik untuk potensial elektroda base maupun potensial elektroda rover)
dengan jarak pada masing-masing lintasan. Nilai potensial sebagai sumbu y dan jarak
masing-masing lintasan sebagai sumbu x. Hasil pengukuran berupa data dengan 2 lintasan.
Data tersebut menunjukkan potensial listrik pada permukaan tanah yang memiliki tahanan
sangat besar, sehingga terdapat kontak dari voltmeter yang terhubung dengan elektroda yang
berisi larutan CuSO4.
Berdasarkan data pengamatan dan grafik hasil pengukuran diperoleh perbedaan dari
hubungan pada masing-masing lintasan yang diukur sehingga menunjukkan gambaran dari
pola respon anomali yang terdapat dalam daerah tersebut. Dari data yang diperoleh terdapat
beberapa data yang menghasilkan potensial yang bernilai positif. Sehingga dapat ditafsirkan
bahwa daerah yang mengandung adanya resapan air yang melalui endapan atau material di
bawah permukaan jalur pengukuran sangat kecil. Berdasarkan keadaan tersebut ditafsirkan,
bahwa harga self potential pada titik tersebut dipengaruhi oleh adanya sumber resapan air
pada daerah tanah lapang. Karena titik tersebut terletak pada morfologi daerah yang
ditumbuhi berbagai macam tumbuhan dan semak-semak yang rimbun. Untuk harga self
potential yang bernilai negatif. Dapat diasumsikan bahwa titik tersebut terletak di atas
endapan/material agak kering seperti pasir dan kerikil, sehingga daerah tersebut sulit untuk
menyerap resapan air.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum Metode self potential dapat disimpulkan bahwa
grafik hubungan antara panjang lintasan dengan potensial memiliki nilai yang bervariasi. Hal
ini Disebabkan oleh perbedaan dari nilai data pengamatan yang didapat. Karena data
pengamatan yang didapat ada yang bernilai positif da nada yang bernilai negative. Selain itu
bentuk dari grafik yang dihasilkan tidak linear melainkan bergelombang. Hal ini
menunjukkan bahwa pada titik lintasan pengukuran terdapat anomali dalam tanah.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum metode self potential lebih teliti dalam membaca
multimeter, agar hasil yang diperoleh akurat. Selain itu dalam pengambilan data hendaknya
dijauhkan dari gangguan (noise), seperti hujan deras, cahya matahari, akar tanaman, dan lainlain. Karena noise ini akan mengganggu data primer anomali.
DAFTAR PUSTAKA
Hendrajaya, L., dan Arif, I. 1988. Geolistrik Tahanan Jenis. Laboratorium Fisika
Bumi. Jurusan FMIPA. ITB. Bandung.
John W, Sanders. 2004. Detectivy Seepage Through a Natural Moraine Dam
using The Self Potensial Method. New York: University Press.
Reynolds, John. 1997. An Introductions to Applied and Enviromental Geophysics.
Singapore: John Willey and Sons.
Suhanto, E dan Bakrun. 2005. Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah
Panasbumi Pincara Kabupaten Masamba Sulawesi Utara. Pemaparan
Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panasbumi.