Anda di halaman 1dari 101

Relativitas Khusus

A. TINJAUAN SINGKAT FISIKA KLASIK


Hukum hukum Gerak Newton :

Hukum I Newton
jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda, atau resultan gaya yang bekerja pada
benda sama dengan nol, maka benda akan tetap diam atau bergerak dengan kecepatan
konstan.
Jika f = 0 maka benda

V=0
V= konstan

Benda dapat mempertahankan keadaannya


Benda bersifat malas / inersia

Hukum II Newton
apabila gaya bekerja pada benda, maka benda akan mengalami percepatan yang
besarnya sebanding dengan gaya luar yang diberikan dan berbanding terbalik dengan
massa benda itu

Arah percepatan searah dengan arah gaya.


m = ukuran kemalasan benda

Hukum III Newton


jika benda pertama mengerjakan gaya pada benda kedua, maka benda kedua pun akan
mengerjakan gaya pada benda pertama, sama besar dan berlawanan arah

Faksi = - Freaksi
Ciri ciri pasangan gaya aksi reaksi :
-

Sama besar

Berlawanan arah

Segaris kerja

Dilakukan oleh dua benda yang berbeda

B. KERANGKA ACUAN

Hukum I Newton
V=0
V = konstan

tidak bermakna jika tidak disebutkan terhadap kerangka acuan

Contoh :

Pengamat melihat kedua mobil bergerak dengan kecepatan konstan

A melihat B tidak bergerak , begitu pula dengan B yang melihat bahwa A


tidak bergerak

Dari contoh diatas, diketahui bahwa diperlukan kerangka acuan

Apa kerangka acuan itu ?


Kerangka acuan merupakan suatu patokan

yang dapat digunakan untuk

menyatakan gerak gerak benda

Kerangka acuan, terbagi atas kerangka acuan inersia dan kerangka acuan non inersia.
Kerangka acuan inersia

Kerangka acuan non-inersia

Kerangka acuan yang diam atau

Kerangka acuan yang mengalami

bergerak dengan kecepatan konstan

percepatan

terhadap kerangka acuan yang lain


Pada kerangka acuan ini tidak ada

Ada gaya yang bekerja

gaya netto yang bekerja


Pada kerangka acuan inersia F = 0,

Hukum I Newton tidak berlaku

berlaku hukum I Newton

C. GERAK RELATIF
Gerak bersifat relative harus dinyatakan terhadap kerangka acuan tertentu.
Contoh :
1.

Artinya
-

Mobil A bergerak terhadap pengamat dengan kecepatan VA = 10 m/s

Mobil B bergerak terhadap pengamat dengan kecepatan VA = 15m/s

Lalu kecepatan mobil B terhadap mobil A, dapat ditentukan dengan :


VBA = VB - V
Jika :
VBA = VX
VA = V
VB = VX
Maka persamaan diatas juga dapat ditulis :
VBA = VB - V
VX = VX - V

2.

VX= VX - V
VX =60 m/s - 20 m/s
VX= 40 m/s
Jadi

VX = VX + V
atau
3

VX = VX - V

D. TRANSFORMASI GALILEO
Menurut gallileo
Transformasi besaran ini mengikuti aturan penjumlahan yang sederhana

Menurut O

Menurut O

O bergerak dengan kecepatan relative u

O bergerak menjauhi O dengan kecepatan

terhadap O

Posisi benda pada t detik adalah x

Posisi benda pada t detik adalah x

Kecepatan benda adalah VX

Kecepatan benda adalah VX

Percepatan benda adalah ax

Percepatan benda adalah ax

Dari gambar dan keterangannya diperoleh :

Transformasi kecepatan

VX = VX + U

atau

VX = VX - U

(1)

VY = VZ
VZ = VZ

Transformasi Posisi
Persamaan (1) dapat ditulis sebagai berikut :

VX = VX - U
4

Dalam transfiormasi Galileo untuk waktu :

=
dt' = dt
sehingga

dx = dx u dt
diintegralkan

x' = x ut

(2)

y = y
z = z

Persamaan (1) diturunkan terhadap dt

VX = VX - U

dt = dt dan U = Konstan

Maka :

ax = ax

... (3)

ay = ay
az = az

Jika persamaan (3) dikali dengan m, maka

max = max
FX = FX

Artinya : hukum hukum fisika tetap sama keberlakuannya dalam kerangka


kerangka acuan inersia

Jadi transformasi Galileo :

x' = x ut

VX = VX + U

y = y

VY = VZ
VZ = VZ

z = z

ax = ax
=

ay = ay

dt' = dt

az = az

contoh :
1. Sebuah uvo bergerak dengan kecepatan 0,5C terhadap bumi,
Uvo tersebut juga menembakkan cahaya yang arahnya
searah dengan arah geraknya dengan kecepatan C
terhadap uvo.
Tentukan kecepatan cahaya yang ditembakkan terhadap
Bumi?

Transformasi Galileo :

VX = VX - V
VX = VX + V
VX = C + 0,5C
VX = 1,5C .. ?

letak kegagalan transformasi Galileo, kegagalan mekanika


klasik (newtonia).

Kegagalan mekanika klasik ada 2 , yaitu :


6

1. Gagal menyatakan gerak benda yang berkecepatan cahaya (C)


2. Gagal menyatakan gerak benda yang berukuran mikroskopis
Kegagalan tersebut teratasi dengan adanya teori relativitas, teori mekanika kuantum

E. PERCOBAAN MICHELSON MORLEY


a. Pendahuluan
Tinjau contoh berikut :
Seorang perenang mampu berenang pada air yang tenang dengan kecepatan C,
perenang ini akan berenang mengarungi arus sungai dengan laju U.
Jika lebar sungai adalah L,
Tentukanlah :
a. Pergi Waktu yang diperlukan perenang untuk berenang menyilang arus sungai
(pergi dan kembali lagi ke posisi semula)
b. Tentukanlah waktu yang diperlukan perenang untuk berenang sejajar arus sungai
(pergi dan kembali lagi ke posisi semula), sejauh L
Penyelesaian :
Agar dapat berenang tegak lurus, maka perenang harus berenang mengikuti vector
berikut :
a.

Jadi kecepatan relative perenang adalah V


= 2 + 2

(*)

Waktu pergi dan kembali :


=

2
2

+ 2

(1)

b.

Kecepatan relative perenang saat pergi

=CU

Kecepatan relative perenang saat kembali

=C+U

Jadi :

tpergi =

tkembali =
tpp =
tpp =

2
2+ 2

atau

tpp =

2
1 2

(2)

Ternyata waktu yang dibutuhkan perenang untuk berenang bolak balik secara
tegak lurus dan sejajar sungai tidak sama

Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan kecepatan perenang relative terhadap


kecepatan arus sungai.

b. Gelombang Elektromagnetik
gelombang elektromagnetik telah diformulasikan dengan baik oleh Maxwell , berdasarkan
penemuan penemuan besar sebelumnya, seperti oleh Orsted, Biot savart , Amper,
Gauss dan Faraday.

Persoalan setelah ditemukannya gelombang elektromagnetik ini adalah :


Apakah zat perantara (medium) yang merambatkan gelombang elektromagnetik ini?
zat perantara untuk gelombang elektromagnetik kemudian diberi nama ether . namun
keberadaan ether tersebut tidak dapat dibuktikan secara eksperimen.
kemudian fisikawan mempostulatkan bahwa ether tersebut :
- tidak mempunyai massa
- menempati ruang
- peran satu satunya adalah merambatkan gelombang elektromagnetik
persoalan berikutnya adalah mengapa pembahasan mengenai eter ini penting ?
-

bagaimana gelombang dapat merambat tanpa medium ?

adanya ramalan Newton tentang kerangka acuan universal

untuk mengetahui mengenai eter inilah maka dilakukan percobaan oleh Michelson Marley,
yang dikenal dengan percobaan Michelson Marley.

C. Percobaan Michelson Marley


Pada tahun 1887 Michelson dan Morley melakukan percobaan untuk membuktikan
keberadaan eter. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah interferometer michelson.
Prinsip percobaan :
seberkas cahaya monokromatik dipisahkan menjadi dua berkas dan dilewatkan pada lintasan
yang berbeda. Kemudian kedua berkas cahaya tadi dipadukan kembali.
Dengan skema sebagi berikut :

Dari percobaan didapatkan pola interferensi sebagai berikut:

andaikan pola interferensi tersebut dihasilkan ketika bumui sedang mengarungi eter
dalam arah AC.
Adanya t menybabkan beda fase gelombang cahaya. Pada fase ini menghasilkan
pola interferensi tersebut.

Jika peralatan diputar, maka

diharapkan akan ada perubahan pada pola

interferensi.
Putaran 1800 seharusnya pola interferensi akan membalik (terang gelap dan
gelap terang)

Dari hasil percobaan ternyata pola interferensi tidak berubah, meski peralatan
diputar.

Dan keberadaan eter tetap tidak teramati. (percobaan dianggap sangat baik).

F. POSTULAT EINSTEIN
Persoalan dari hasil eksperimen Michelson Marley baru terpecahkan dengan teori
relatifitas khusus yang membentuk landasan baru bagi konsep fisika tentang ruang dan waktu.
Teori relativitas berdasarkan dua postulat, yaitu :
1. Hukum hukum fisika tetap sama pernyataannya dalam semua kerangka acuan inersia
(azas relativitas).
2. Laju cahaya dalam vakum memiliki nilai C yang sama (dalam kerangka acuan inersia.
(ketidak ubahan laju cahaya).
Postulat 1 memberikan implikasi sebagai berikut :
1. Tidak ada satupun percobaan yang dapat mengukur kecepatan terhadap ruang
mutlak (universal).
2. Yang dapat diukur hanyalah kecepatan relative antara dua kerangka acuan inersia.
3. Pernyataan Newton tentang ruang (kerangka acuan mutlak) tidak lagi bermanfaat.
4. Kalaupun system universal itu ada, namun kita tidak akan pernah menyingkap
keberadaannya.
Implikasi dari postulat 2, yaitu:
1. Siapapun yang berada dalam kerangka acuan inersia akan mengukur laju cahaya (C)
adalah sama.

10

G. AKIBAT POSTULAT EINSTEIN


a. Pemuluran Waktu (Time Dilation)
Andaikan di ruang angkasa yang vakum terdapat dua pengamat O dan O yang saling
bergerak relative satu sama lain dengan kecepatan U.
-

O menembakkan cahaya sejajar ke cermin

Antara O dan cermin tidak bergerak

Dengan jarak O ke cermin adalah L.

Cahaya yang dipantulkan cermin, selanjutnya diterima O kembali.

Akan didiskusikan bagaimana pengukuran terhadap waktu suatu peristiwa (dalam hal ini
cahaya yang ditembakkan dan diterima kembali oleh O) menurut pengamat yang diam terhadap
kejadian dan pengamat yang bergerak terhadap kejadian.
Menurut O

Jarak O ke cermin = L

Waktu tempuh cahaya menuju cermin = t

Waktu tempuh cahaya kembali ke cermin = t

Kecepatan cahaya = C

Jarak tempuh total cahaya


2L = C(2t)
L = C t

(1)

Menurut O

Menurut O , O dan cermin bergerak meninggalkan O dengan kecepatan U.

Waktu tempuh cahaya total adalah 2t dengan lintasan A-M-B.

Saat 2t tersebut, O telah berpindah sejauh A-B , dengan


AB = 2(Ut)
11

Jarak tempuh total cahaya adalah AM +MB, yaitu :

Tetapi jarak tempuh cahaya dalam selang waktu 2t adalah :


C(2t)
Jadi :
C(2t) = 2 2 + ( )2
Ct = 2 + ( )2
C2t2 = L2 + U2t2
Subsitusi persamaan (1) : L = Ct
C2t2 = (Ct)2 + U2t2
C2t2 = C2t2 + U2t2
C2t2 - U2t2 = C2t2
t2 (C2 U2) = C2t2
t2 =
t =

C 2 t 2
2 2
Ct
2 2

Dikali , didapat
t =

...(2)

Semua besaran dalam persamaan ini didefenisikan kembali sebagai berikut :


U = kecepatan relative antara kedua pengamat
C = kecepatan cahaya di ruang hampa

12

t =

waktu suatu kejadian yang diukur oleh pengamat yang diam terhadap
kejadian , disebut propertime (waktu sejati)

t = waktu suatu kejadian yang diukur oleh pengamat yang bergerak relati
terhadap kejadian.

Karena U < C maka

selalu lebih kecil dari 1, maka t < t.

Artinya :
Pengamat yang sedang bergerak relative terhadap suatu kejadian , megukur
lamanya kejadian berlangsung lebih lama dibandingkan lama kejadian itu diukur
oleh pengamat yang diam terhadap kejadian tersebut.
Atau dikatakan waktu mengalami pemuluran, yang kemudian dikenal dengan
dilatasi waktu.

Sebuah bukti dilatasi waktu :


Interaksi sinar kosmik dengan partikel atmosfir bumi pada ketinggian 6 Km di atas
permukaan bumi menghashilkan partikel muon (). Partikel ini mempunyai waktu hidup yang
sangat singkat .Karena partikel ini banyak teramati di bumi, maka tentunya ia bergerak sangat
cepat (2s menurut pengukuran di laboratorium).
Mari kita tinjau jarak tempuh partikel muon () tersebut selama hidupnya andaikan
V = 0.9995C
t = 2s = 2 x 10-6 s waktu hidup partikel tersebut
Jarak tempuhnya
S = V X t
S = 0,9995 (3 x 108). 2 x 10-6
S = 5,997 X 102 m
S 600 m
Dengan jarak ini tidak mungkin sampai ke permukaan bumi.
Dengan menggunakan konsep relatifitas
t yang diukur di labor merupakan waktu sejati. Sedangkan menghabiskan
hidupnya sambil bergerak relative terhadap pengamat.
Jadi :

13

t =

t =

.
)

t = 63,25 s
Ternyata waktu hidup partikel tersebut lebih lama.
Sehingga jarak tempuh selama selang waktu tersebut adalah :
S = V X t
S = 0,9995 (3 x 108). 63,25 x 10-6
S = 18,965 X 102 m
wajar jika teramati di permukaan bumi

S = 1896,5 m

Limit klasik dilatasi waktu


Jika U <<< C
2
2

= 0

t =

t =

t = t transformasi Galileo

b. KonstraksI Lorentz (Pengerutan Panjang)


tinjau O dan O saling bergerak relative dengan kecepatan U. Akan saling mengukur
jarak O ke cermin ( O saling diam dengan cermin). Cahaya digunakan untuk keperluan tersebut.
Menurut O

t1 = t2 = t
Jarak O ke cermin
L = Ct

14

Menurut O
1. Saat O memancarkan cahaya

2. Saat cahaya sampai pada cermin

3. Saat cahaya kembali ke O

t = waktu perjalanan cahaya pergi


t = waktu perjalanan cahaya kembali ke O

Jarak tempuh cahaya pergi menuju cermin L - Ut1


Jarak tempuh cahaya kembali ke O L + Ut2
Jarak total 2L - Ut1 + Ut2
15

Kecepatan cahaya menurut O = C


Maka :
Jarak tempuh cahaya pergi menuju cermin Ct1
Jarak tempuh cahaya kembali ke O Ct2
Jarak total Ct1 + Ct2

Jarak tempuh cahaya pergi menuju cermin


L - Ut1 = Ct1
L = Ct1 + Ut1
L = t1 (C + U)

t1 = (+)

Jarak temppuh cahaya kembali ke O


L + Ut2 = Ct2
L = Ct2 - Ut2
L = t2 (C U)
t2 =

()

Jika dimisalkan waktu cahaya bolak balik = 2t

2t =
2t =
t =
t =

L
(+)

L
()

2
2 2

2
1 2

(1 2 )

Ct =

( )

16

H. TRANSFORMASI LORENTZ

Berarti s menganggap s bergerak dengan keceptan u terhadap dirinya

Ingat lagi !!
Transformasi Galileo
Transformasi waktu
t = t
Transformasi posisi
X = X Ut
Y = Y
Z = Z
Transformasi kecepatan
VX = VX U
VY = VY
VZ = VZ

Ternyata transformasi Galileo tidak cocok untuk benda benda yang bergerak dengan
kecepatan sangat tinggi. Maka berdasarkan postulat 2 Einstein (kecepatan cahaya di ruang
hampa tetap, tidak bergantung pada gerak pengamat) perlu membuat transformasi baru.
Syarat :
1. Memiliki bentuk yang sederhana
2. Linier terhadap X san X
3. Dapat direduksi kembali menjadi transformasi Galileo

17

a. Dilakukan untuk X = X Ut (transformasi posisi)


X = X Ut
X = X + Ut
Telah didapat bahwa t = t (akibat postulat Einstein)
Jadi :
X = X Ut
X = X + Ut
Dari persamaan di atas diperlukan suatu factor pembanding
X = k (X Ut )

(1)

X = k (X + Ut)

(2)

Untuk menentukan nilai k, dilakukan dengan langkah langkah berikut :

Subsitusi X ke persamaan (2)


X = k (X + Ut)
X = k [(k (X Ut ) + Ut)]
X = k2 (X Ut ) + kUt
kUt = X - k2 (X Ut )
kUt = X - k2X k2Ut

t =

2 2

t = +

(3)

Dalam selang waktu t, S akan mengukur jarak tempuh cahaya :


X = Ct

(4)

Dan menurut S, dalam selang waktu t, akan menempuh jarak


X = Ct

(5)

Subsitusi persamaan (1) dan (3) ke persamaan (4)


X = Ct
k (X Ut ) = C [

= +

(1 2 )

18

= +

1
1

1
2

= 1 +

= 1+
=1+

Ct = X

dikali

dikali

2 1 =

22
2

22
2

=1

= 1 +

=1+

2 1

= +

2 1 2 = 1
2 =

1
2

1 2

1 2

(6)

b. Transformasi Lorentz Untuk Posisi

X = k (X Ut ) =

( ) =

()

19

X = k (X Ut ) =

( )

Y = Y
Z = Z

c. Transformasi Lorentz Untuk Waktu

d. Transformasi Lorentz Untuk Kecepatan


=

; =

( )
2

dan

1 2

12

1 2

dan

12

2
1 2

2
1 2

20

1 2


1 2

pembilang dan penyebut dikali

Dengan cara yang sama, maka untuk Vx diperoleh persamaan :

1 2

Pada transformasi Galileo, untuk Vy = Vy dan untuk Vz = Vz, maka pada


transformasi Lorenz persamaan Vy dan Vz dapat dirumuskan sebagai berikut :

=
=

=
=

2
1 2

1 2

pembilang dan penyebut dikali

1 2

1 2

= ; =

21

1 2


1 2

= ;

Dan untuk Vy diperoleh persamaan

Maka untuk Vz :

e.

Pada contoh sebelumnya objek bergerak terhadap sumbu X yang searah dengan U
(kecepatan relatif antara kedua pengamat.
Jika objek bergerak terhadap sumbu X dan Y, maka kasusnya akan seperti gambar di
atas.
22

Contoh soal :
1. Sebuah pesawat ruang angkasa bergerak terhadap bumi dengan kecepatan 0.5C.
Pesawat tersebut menembakkan seberkas cahaya searah dengan arah kecepatannya
dengan kecepatan C. Tentukan kecepatan cahaya menurut pengamat di bumi !

Vx = C
V = 0.5C

=
=

+
+.
.

2. Sebuah pesawat ruang angkasa bergerak terhadap bumi dengan kecepatan 0.5C.
Pesawat tersebut menembakkan seberkas cahaya berlawanan arah dengan arah
kecepatannya dengan kecepatan C. Tentukan kecepatan cahaya menurut pengamat di
bumi !

Vx = C
V = 0.5C

23

=
=

+
.
.

= tanda negative menunjukkkan arah.


f. Reduksi Transformasi Lorentz Menjadi Transformasi Galileo

( )
2

1 2

Jika U << C maka

1 2 1

Sehingga
sesuai dengan transformasi Galileo

X = X Ut

1+ 2

Jika U<<C , maka 1 +

= 1

Sehingga
Vx = Vx + U

Sesuai dengan transformasi Lorentz

I. MASSA DAN MOMENTUM RELATIVISTIK


Tinjau dua pengamat yang akan mengamati tumbukan antara dua benda identik
(bermassa sama). Kedua pengamat mencoba menerapkan hokum kekekalan momentum pada
kasus tersebut.
Sebelum tumbukan

Setelah tumbukan

24

O dan O pengamat
# Hukum kekekalan momentum menurut O
(Menurut O, O bergerak relative terhadap dirinya dengan keceptan U)
Pawal

= Pakhir

m1V1 + m2V2

= m1V1 + m2V2

m1 = m2 = m

mV + m(-V)

= (m+m)V

V=0

=0

Jadi pada kasus tersebut menurut O berlaku hokum kekekalan momentum.

# Hukum kekekalan momentum menurut O


Ditentukan terlebih dahulu V1, V2 dan V menggunakan transformasi Lorentz.

1 =
2 =
=

1 2 1

1 2 2

1 2

=
=

1 2

1+ 2

1 2 0

=0
=

2
2

1+ 2

Jadi hukum kekekalan momentum menurut O


Pawal

= Pakhir

m1V1 + m2V2

= m1V + m2V

0+

1+ 2

m1 = m2 = m

= 2 ()

25

Ternyata menurut O dari penyelesaian diatas Pawal Pakhir, terlihat seolah menurt O hokum
kekekalan momentum tidak berlaku. Dan tentunya hal ini tidak sesuai dengan postulat 1
Einstein.

Mungkin masih ada satu besaran yang menyebabkan hal ini terjadi.
Dan besaran yang menyebabkan ketidak berlakuan hokum kekekalan momentum bagi O
adalah besaran massa (m).

m = massa benda oleh O

2
1 2

m = massa benda oleh O

1 2

Momentum relativistik (momentum yang

dimiliki oleh benda yang bergerak dengan


kecapatan yang sangat tinggi
(V

C)

J. EFEK DOPPLER PADA CAHAYA


a. Efek Doppler Pada Bunyi.
Sebelumnya kita telah mengenal efek Doppler bagi gelombang bunyi, dimana efek ini
selalu kita amati sehari hari. Pada efek Doppler pengamat akan mengukur frekuensi sember
bunyi semakin tinggi jika sumber bunyi mendekati pengamat atau pengamat mendekati sumber
bunyi atau keduanya saling mendekat.
Sebaliknya frekuensi sumber bunyi menjadi lebih rendah jika sumber bunyi menjauhi
pengamat atau pengamat yang menjauhi sumber bunyi atau keduanya saling bergerak menjauh.
Hubungan ini diberikan oleh :
=

Dimana :

26

' = frekuensi bunyi yang didengar pengamat


= frekuensi sumber bunyi
V = laju bunyi di udara (zat perantara)
Vp = laju pengamat
Vs = laju sumber bunyi

Dalam hal ini gerak pengamat, sumber bunyi dan perambtan gelombang bunyi selalu
diukur terhadap acuan yaitu zat perantara (udara).
Secara sederhana, terjadinya effek doppler pada bunyi , dapat di ilustrasikan sebagai berikut :
1. Jika antara pengamat dan sumber bunyi tidak bergerak

2. Jika sumber bunyi mendekati pengamat

Apabila sumber bunyi mendekati pengamat , maka pengamat akan mengukur jarak
antara dua muka gelombang yang mendekatinya lebih dekat dibandingkan jika
keduanya saling diam.
Karena < , maka >
(frekuensi bunyi yang didengar pengamat lebih tinggi).

3.

Jika sumber bunyi menjauhi pengamat

27

Apabila sumber bunyi menjauhi pengamat , maka pengamat akan mengukur jarak antara
dua muka gelombang menjadi lebih jauh atau panjang gelombang bunyi enjadi lebih
besar , sehingga frekuensi sumber bunyi menjadi lebih rendah diukur oleh pengamat
tersebut.
Karena Karena > , maka <
(frekuensi bunyi yang didengar pengamat lebih rendah).

4. Jika pengamat menjauhi sumber

pengamat mengukur jumlah muka gelombang lebih sedikit dibandingkan ketika ia diam
sehingga frekuensi bunyi yang diukur akan semakin kecil.
5. Jika pengamat mendekati sumber bunyi

28

Pengamat mengukur

jumlah muka gelombang yang melewatinya lebih banyak

dibandingkan ketika dia diam terhadap sumber.


Sehingga akan mengkur frekunsi bunyi yang lebih besar.

Terlihat bahwa efek Doppler untuk bunyi terjadi jika antara pengamat dan sumber bunyi
terjadi gerak relatif. Tetapi mengetahui kecepatan relative antara sumber dan pengamat
tidaklah cukup untuk mengukur frekuensi bunyi, hal ini karena gerak dalam hal ini diukur
terhadap udara sebagai media gelombang bunyi (zat perantara).

Contoh :
Seorang pengamat dan sumber bunyi bergerak saling mendekat dengan kecepatan
related 30 m/s dan frekuensi sumber bunyi 1000 Hz. Tentukan frekuensi bunyi diukur oleh
pengamat.
Penyelesaian :
=

Dari soal diketahui bahwa pengamat dan sumber saling bergerak relatif. Maka penyelesaian
untuk soal ini terdiri dari beberapa kemungkinan.
Keadaan yang mungkin :

Sumber diam dalam zat perantara , dan pengamat mendekati sumber dengan kelajuan
30 m/s
= 1000

340+30
340

= 1088

Pengamat diam dalam zat perantara , dan sumber mendekati sumber dengan kelajuan
30 m/s
340

= 1000 34030 = 1097

Sumber dan pengamat saling mendekat dengan laju masing masing 15m/s relatif
terhadap zat perantara.
340+15

= 1000 34015 = 1092


Ternyata setiap keadaan gerak memberikan hasil pengukuran yang berbeda.
Penyebabnya adalah media pembagi bagi bunyi (yaitu udara sebagai zat perantara).

29

Karena cahaya juga merupakan gelombang, tetapi tidak memerlukan medium dalam
perambatannya, apakah cahaya juga mengalami efek Doppler? Dan bagaimana perumusannya?

b. Efek Doppler Bagi Cahaya


Efek Doppler juga terjadi bagi cahaya. Hal ini karena pengamat akan mengukur jumlah
muka gelombang () lebih banyak ketika sumber dan pengamat saling mendekat relatif dan
sebaliknya (pengamat akan mengukur jumlah muka gelombang () lebih sedikit ketika sumber
dan pengamat saling menjauh relatif).
Jadi efek Doppler bagi cahaya disebabkan adanya gerak relatif antara suber dan
pengamat.

Jika antara sumber dan pengamat terjadi gerak relative (misalnya saling mendekat),
maka akan diilustrasikan pada ganbar berikut :

Menurut P

Jarak tempuh cahaya selama T adalah : UT +

Karena P mengukur kecepatan cahaya C, maka selama waktu T, jarak tempuh cahaya
tersebut : CT
30

Sehingga
CT = UT +
= CT UT
= T (C-U)

(1)

Karena bagi pengamat


C =

(*)

Subsitusi (*) ke persamaan (1)


= T (C-U)

= ( )

12

= ( )

=
=
=
=
=

2
1 2

T (periode) =

()

1 2

1 2

1 2

2 2

[()(+)]1/2

()1/2 (+)1/2
()1/2 ()1/2
(+)1/2
()1/2

(2)

Dimana :
31

'

: frekuensi cahaya diukur oleh pengamat yang saling mendekat dengan sumber
dengan kecepatan U

: frekuensi sumber

dalam hal ini ' > , berarti sumber dan pengamat saling mendekat.

Analog dengan cara diatas maka untuk gerak menjauh hubungan tersebut diberikan
oleh:

(3)

dalam hal ini ' < , berarti sumber dan pengamat saling menjauh.

Sehingga secara umum persamaan efek Doppler bagi cahaya adalah :

(4)

Pernyataan efek Doppler dalam panjang gelombang :

; =

(5)

Saling mendekat ' > ; <


Saling menjauht ' < ; >

K. HUBUNGAN MASSA DAN ENERGI


a. Defenisi Energi Kinetik

32

---------------- usaha yang diderlukan untuk memindahkan benda dari


keadaan awal ke keadaan akhir

Dimana
=

() ------------------------------------------------ =

().

1 2

------------------------------------------ diselesaikan dengan integral

1 2

parsial
=

1 2

2
2
1 2


0
2
1 2


0
2
1 2

--------------------------------------- misalkan 1

2
2

+
2

1 2

2
1 2

2
2
1 2

1 2
2 2
0

2 1
2
0
2

+ 2 1

2
2

-------------------------------- yang di dalam tanda kurung


masih memiliki batas 0 sampai
V

33

2
1 2

+ 2 1

2
2

2 + 2 1 2

1 2

2 + 2 2

2
1 2

(2)

Karena
=

1 2

Jadi persamaan (2) dapat ditulis

(3)

= +

(4)

mC2 = penjumlahan da I energy kinetic partikel dan energy diam

= +
= +

(5)

Sehingga :

= =

(6)

(7)

34

= 0
0

1 2

02

0 2

2
1 2

(8)

Contoh soal :
1. Berapakah kecepatan partikel yang energy kinetiknya kali energy diamnya ?
Diket

: K = E0

Ditanya

: V.?

Jawab

= + 0
1

= 2 0 + 0
3
2

= 0

0
2
1 2

1
2
2

0 2
2

1 2

2
2

0
2

12

2 =

2 =
=

2. = 2 0 2

35

02

2
1 2

0 2

Buktikan jika V << C, maka =


Karena

2
2

1
2
2

1 , maka dapat digunakan uraian binomial (1 + ) 1 + , yang

berlaku untuk 1
Jika 1, maka (1 + ) 1 +

= 0 2

1 2

= 0 2

2
2

(1 + ) =

1 + = 1 +
= 0 2

2
1
2
2

2
1
2 2

2
1
2
2

= 0 2
=

1+

2
2

1
2
2 0

b. Kesetaraan Massa dan Energi


telah didapatkan :

02
2
1 2

02
2
1 2

024

Dikuadratkan

: 2 =

Dikuadratkan dan dikali 2

: 2 2 =

(*)

1 2

0242
2

1 2

(**)

Persamaan (*) dan (**) dikurangkan


2 2 2 =

024
2
1 2

0242
2

1 2

2 2

0 2 4 1 2

1 2

36

2 2 2 = 0 2 4

(9)

Makna fisis persamaan di atas :


= : jika massasebesar m lenyap akan dihasilkakn energy sebesar mc2
=

: Jka energy sebesar E lenyap akan dihasilkan massa sebesar

Contoh :
1. Benda bermassa 1 kg berhasil dilenyapkan, maka akan dihasilkan energy sebesar ?
=
= ( )
=

c. Massa Defek
Contoh :
Atom Helium

Pembentukan inti
2p + 2n
Massa pembentuk (m)
m(2p) + m(2n)

d.
Dalam fisika klasik materi adalah sesuatu yang memiliki massa. Dan ketika materi
(sesuatu yang memiliki massa tersebut) bergerak akan memiliki momentum. Menurut Einstein
terdapat materi yang ridak memiliki massa.
Jadi terdapat perbedaan defenisi mengenai materi menurut fisika klasik dan fisika
modern, sehingga disepakati bahwa sesuatu yang memiliki momentum ketika bergerak adalah
materi.

m0 = 0 ------------------- V < C

37

Maka :
=

02
2
1 2

02
1

0
1

=0

m0 = 0 ------------------- V = C
Maka :
=

02
2
1 2

02
1

0
0

= menunjukkan terdapat materi tak


bermassa

Energi untuk partikel tak bermassa :


2 = 2 2 + 0 2 4
2 = 2 2

=
=

(*)
(**)

38

Sifat Partikel Gelombang


A. PENDAHULUAN
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik, dan yag dimaksud dengan gelomang
elektromagnetik adalah gelombang yang dihasilkan oleh perubahan medan magnet dan medan
listrik.

Misalkan

= ()

(1)

Persamaan maxwell
=

Subsitusikan persamaan (1) ke persamaan maxwell

+ + 0 ( ) =

( )

0 ( ) =

0 ( ) =

= 0 ( )

= 0 ( )

0 ( )

39

()

(2)

Jika persamaan (1) dan (2) dibandingkan :


1. E tegak lurus terhadap B (seperti terlihat pada gambar sebelumnya)
2.

()

0 ( )
=
( )
0

= =

...(3)

B. SIFAT GELOMBANG CAHAYA


1. Cahaya dapat mengalami rekleksi
2. Dapat mengalami refraksi
: refraksi merupakan perubahan kecepatan gelombang cahaya ketika melewati
medium yang berbeda kerapatannya secara optik. (berbeda kerapatannya secara
optik dipengaruhi oleh indeks bias bahan).
3. Dapat mengalami pelenturan
4. Dapat mengalami interfernsi
: penggabungan dua cahaya atau lebih
5. Cahaya dapat mengalami polarisasi
: polarisasi ini dapat terjadi karena cahaya memilik dua arah getar (karerna adanya
perubahan medan magnet dan atau medan listrik)

40

C. FOTOLISTRIK
a. Gejala

plat logam homogeny (jumlah proton dan elektronnya sama) disinari dengan sinar UV
(cahaya berfrekuensi tinggi)

setelah disinari , ternyata plat logam menjadi bermuatan positif

ketika disinari ternyata muatan negatif (-), yaitu elektron terlepas dari plat , yang peristiwa
tersebut disebut dengan efek foto listrik dan elektron yang terlepas disebut dengan elektron
foto

Elektron terlepas

Timbul Persoalan :
Bagaimana bisa elektron yang partikel dapat berinteraksi dengan cahaya yang
gelombang

Para ahli mencoba meneliti tentang efek foto listrik, yaitu hubungan beberapa besaran fisis.

Sinar UV yang disinari pada plat logam memiliki frekuensi (), intensitas dan elektron yang
terlepas memliki kecepatan (Kmaks).
41

Pertanyaan penelitian :
1. bagaimana hubungan intensitas cehaya terhadap foto elektron ?
2. bagaimana hubunan antara frekuensi cahaya terhadap foto elektron ?
3. apakah semua logam memiliki prilaku yang sama pada efek foto listrik ?

Peralatan eksperimen efek foto listrik

Cara karja alat tersebut :


1. ketika sinar didatangkan pada plat logam maka elekron terlepas, lalu menuju anoda dan
mengalir dalam rangkaian .
2. ampermeter (A) akan emncatat banayak aelektron yang lewat sebagai arus listrik.
3. Selanjutnya tegangan diperlukan untuk mengentikan gerak foto lektron tersebut.
Tegangan ini dinamakan tegangan henti.
Dengan prinsip :

=
F = -Ee, menyebabkan elektron tertahan .
Tepat elektron berhenti maka berlaku ;
Elistrik = Kmaks
e.Vs = Kmaks
42

Sehingga energi kinetik foton elektron dapat diukur denan mengukur tegangan henti,
dimana
= .

(1)

Hasil eksperimen

Jumlah energi foton sebanding dengan intensitas cahaya


Dan intensitas cahaya tidak mempengaruhi energi kinetik foto elektron

Frekunsi cahaya tidak mempengaruhi jumlah elektron, tetapi mempengaruhi energi


kinetik foto elektron.
Semakin besar frekuensi cahaya semakin besar energi kinetik foto elektron.

43

Keterangan gambar :
Frekuensi ambang (0) = frekuensi minimum cahaya yang dibutuhkan untuk
melepaskan elektron dari logam (masing masing logam memiliki frekuensi
ambang yang berbeda).

Persamaan garis lurus


Kmaks 0 = m( 0)
Kmaks

= m( 0)

(*)

m = keniringan

kemiringan dapat dijabarkan dari grafik oleh Millikan


=

= 6.63 1034 =

h = konstanta planck

jadi persamaan (*) menjadi


Kmaks

=h( 0)

(1)

Kmaks

= h h0

(2)

b. Penjelasan Einstein tentang Efek Foto Listrik

gelombang cahaya dipancarkan dalam bentuk butiran butiran (kuanta) yang berenergi
E = h (planck)

Cahaya memiliki energi gelombang elektromagnetik , dimana energi dan massa setara
Jadi persamaan (2) menjadi :
h = Kmaks + h0

(3)

dimana :
h

= energi partikel foton

Kmaks = energi kinetik foto elektron


h0

= energi ambang logam

h0 energi minimum yang dibutuhkan untuk melepaskan elektron


semacam energi yang menahan elektron untuk terlepas
fungsi kerja logam (work function = W, )
44

Ilustrasi :
1.

2.

3.

LOGAM

SIMBOL

(eV)

Cesium

Cs

1.9

Kalsium

Ca

3.2

Platinum

Pt

5.6

1 eV = 1,6 X 10-19 J

Contoh soal :
1. Berapakah Kmaks foto elektron yang lepas dari permukaan logam Cs jika disinari
dengan cahaya berfrekuansi 6,0 X 1014 Hz
Diket :
Cs = 1,9 Ev
= 6,0 X 1014 Hz
Ditanya : Kmaks ?
Jawab :
h = 6,63 X 10-34 Js . 6,0 X 1014 1/s
h = 39,8 X 10-20 J
1

= 39,8 1020 . (1,6 10 19 )


h = 24,9 X 101 eV

45

h = 2,49 eV

h = Kmaks + h0
Kmaks = h - h0
Kmaks = 2,49 1,9
Kmaks = 0,59 eV

2. Platina memiliki = 5,6 eV, tentukan 0 dan 0 !


a. 0 ?
=h 0
0 =

0 =

5,6 (1,6 10 19 )
6,63 10 34

0 =

8,96 10 19
6,63 10 34

0 = 1,35 1015
b. 0 ?
=h 0
=

0 =

0 =

6,63 10 34 .3 10 8
8,96 10 19

0 = 2,22 107
0 = panjang gelombang ambang (panjang gelombang maksimum yang dapat
melepaskan elektron pada logam)

46

D. EFEK COMPTON (Compton Scattering Efect)

Detektor mencatat intensitas dadri panjang gelombang foton yang etrhambur , lalu
panjang gelombang hambur tersebut dibandingkan dengan foton yang datang.
Hasil :

47

Dari hasil dapat disimpulkan :


1. terdapat pergesaran panjang gelombang sebesar
=
2. terdapat hubungan
~ ( tergantung sudut hambur)

Pertanyaan :
1. jika > , maka Ef < Ef, berarti dalam efek compton dengan sudut > 0 ada energi
foton yang hilang sebesar :
E = Ef Ef
Atau
E = h h
=

Kemanakah E (kehilangan energi) tersebut ?

2. Bagaimana bentuk hubungan dan ?

Jawaban ;
Analisis tumbukan pada efek compton :

Energi kinetik elektron yang terpental (recoil) berasal dari kehilangan energi foton, jadi :
Kmaks = h h
48

#Tetapkan hukum kekekalan momentum :


*) Dalam arah sumbu X
Pf = Pe cos + Pf cos
Pe cos = Pf - Pf cos

(*)

*) Dalam arah sumbu Y


0 = Pf sin Pe sin
Pe sin = Pf sin

(**)

Persamaan (*) dan (**) dikuaadratkan dan dijumlahkan :


2 2 = 2 + 2 2 2 cos
2 2 = 2 2

2 ( 2 2 ) = 2 + 2 ( 2 2 ) 2 cos

2 = 2 + 2 2 cos
Dikali C2

2 = 2 2 + 2 2 2 cos 2

(***)

# E = m0C2 + K
49

E2 = m02C4 + Pe2C2

Jadi
E2 = m02C4 + K2 + 2K m0C2
m02C4 + Pe2C2 = m02C4 + K2 + 2K m0C2
Pe2C2 = K2 + 2K m0C2

Subsitusi persamaan 2
Pe2C2 = K2 + 2K m0C2

K = h h

Pe2C2 = (h h)2 + 2(h h) m0C2

(****)

Samakan persamaan (***) dan (****)

2 2 + 2 2 2 cos 2 = ()2 ()2 2 + 20 2 ( )

2 2 = ( )2 2

2 2 = ()2
2 2
)

2 2 = (

2 2 = ()2
2 cos 2 = 2


) 2

2 cos 2 = 2

Jadi
()2 + ()2 2 = ()2 ()2 2 + 20 2 ( )
2 2 = 20 2 ( )
= 0 2 ( )
(1 ) = 0 2 ( )
0 2 ( ) = (1 )
Atau :
0 2


((1

0 2 ( ) = hC(1 )
50

( ) =

hC ((1 )
02

h((1 )
0

(1
0

= (1 )

= 2,426 1012
0

E. SINAR X
a. Sifat Sifat Sinar X
1. Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik
(sinar-X tidak dapat dipdengaruhi oleh medan listrik dan medan magnet, jika didekatkan dengan
benda bermuatan akan tetap bergerak).
2. memiliki daya tembus besar
3. memiliki daya ionisasi yang besar
(daya ionisasi = kemampuan untuk melepaskan elektron dari atom sehingga atomnya
bermuatan).

b. Produksi Sinar-X

Filamen digunakan untuk memanaskan


katoda (jika diberi tegangan pada Vs)

Tahap tahap :
1. Saat filamen memanaskan katoda maka elektron pada katoda akan terlepas.

51

Elektron muncul ke permukaan katoda (elektron termionik).


elektron termionik yaitu gejala munculnya atau terlepasnya elektron dari logam yang
disebabkan oleh pemberian kalor (Q = term)
2.
Dari gambar awal diketahui :
Anoda dihubingkan ke tegangan + da katoda ke
tegangan (-), karena adanya perbedaan muatan
maka akan muncul medan listrik (E).

Muatan dalam medan listrik E akan mengalami gaya listrik : F = -Ee


Akibatnya elektron akan bergerak menuju ke anoda (target).
Energi kinetik elektron tentu saja berasal dari energi listrik:
Kmaks = eV

(1)

Dimana
V = tegangan pemercepat

Elektron yang menuju target disebut elektron cepat.

3. Tumbukan antara elektron cepat dengan atom-atom target.

Karena bertumbukan dengan atom-atom target maka elektron akan kehilangan energi
kinetik sebesar :
K = Kmaks K
K = Kmaks 0
K = Kmaks
52

K = energi yang hilang , yang akan berubah menjadi bentuk energi yang lain.

Energi yang hilang (K ) ini berubah menjadi suatu gelombang elektromagnetik, yang
dikenal dengan sinar-X.

c. Spektrum Sinar-X
Logam target : Tungsten

Terlihat dari grafik :


1. Semakin besar tegangan, semakin besar intensitas sinar-X
2. Semakin besar tegangan, semakin kecil min

Hubungan ini diberikan oleh :


Efmaks = Kmaks

(2)

hmaks = Ev

(3)

(4)

1,26 10 6

(5)

Panjang gelombang sinar-X bertambah secara kontiniu yang mengindikasikan energi


foton sinar-X berkkurang secara kontiniu. Hal ini terjadi karena elektron yang
menumbuk terget mengalami perlambatan sampai berhenti.
Karena itu sinar-X yang dihasilkan dari proses ini dinamakan sinar-X Bremstrahlug.

53

Spektrum sinar-X untuk logam target lain ditunjukkan oleh grafik :

Pada grafik di atas, diketahui pada bahan Molydenum terdapat kekhasan dari logam
tersebut, sehingga terdapat sinar-X karakteristik.

d. Difraksi Sinar-X
Set eksperimen :

Syarat difraksi meksimum :


Beda lintasan

= n

2d sin

= n

(1)

Syarat ini dikenal dengan syarat bragg

Dengan menggunakan konsep inidapat ditentukan jarak antar atom, yaitu :

54

= ( )3
Dimana :
m = massa atom rata-rata
= kerapatan kristal

karena:
=

1,66 1027 /

Maka :
=

1,66 1027 /

1
3

(2)

Contoh Soal :
1. Garam dapur mempunyai kerapatan 2,16 X 103 kg/m3. Rumus senyawa kimianya adalah
NaCl dengan massa 58,5 u (u = unit). Hitunglah jarak atomik untuk kristal garam
tersebut !
Diket : Kristal NaCl
= 2,16 X 103 kg/m3
M= 58,5 u
K = 2 (Na + Cl)
Jawab :
=

58,5
2. 2,16 10 3

1,66 10

27

1
3

1,66 1027 /

1
3

= 2,82 1010
= 2,82 101
= 2,82

F. PRODUKSI PASANGAN (PAIR PRODUCTION)


Sebelum tumbukan

55

Atom berat di tumbuk oleh gelombang elektromagnetik


Setelah tumbukan

Foton lenyap menjadi sepasang partikel


Reaksi :
Foton + atom atom + e- + e+

Atom sebagai media terjadjinya tumbukan, karena energi tidak dapat berubah secara
serta merta menjadi partikel.
h + m0C2

= m0C2 + (m0C2 + K-) +(m0C2 + K+)

= (m0C2 + K-) +(m0C2 + K+)

Energi foton dalam peristiwa ini berubah menjadi dua partikel yang bergerak.
Dengan dua massa partikel yang terbentuk sama, sehingga persamaan diatas menjadi :
h

= 2 m0C2 + K- + K+

Energi foton minimum yang diperlukan untuk menempatkan sepasang partikel (e- dan e+)
adalah :
hmin

= 2 m0C2

hmin

= 2 (0,51 meV)

hmin

= 1,02 meV

G. PEMUSNAHAN PASANGAN (PAIR ANNIHILATION)


Sebelum

Setelah :

56

Partikel lenyap dan dihasilkan dua partikel yang sama.


Reaksi :
e- + e+

= 2 h

energi yang terlibat :


(m0C2 + K-) +(m0C2 + K+) = 2 h
Jika K- + K+ = 0
Maka :
2 m0C2 = 2 h
2 h

= 2 m0C2

hmin

= m0C2

hmin

= 0,51 meV

hmin = energi fotin yang dihasilkan ketika memusnahkan e- dan e+.

57

Sifat Gelombang Partikel


A. HIPOTESIS DE BROGLIE
a. Hipotesis deBroglie
Jika gelombang elektromagnetik dapat memiliki perilaku sebagai partikel, maka partikel juga
dapat menunjukkan perilaku sebagai gelombang.

Momentum foton :
=

panjang gelombang foton

(1)

Menurut deBroglie
=

.. =
panjang gelombang partikel (panjang gelombang debroglie)

Apakah semua partikel dapat memperlihatkan perilaku sebagai gelombang ?


Tinjau contoh berikut :
Dimensi bola golf

: 5 X 10-2 M

Dimensi elektron

: 10 X 10-11

Kedua benda berbeda secara ekstrim pada :

Massa

Kecepatan

Ukuran

Akan ditentukan panjang gelombang partikel dari kedua contoh tersebut :

58

= =

= =

6,63 10 34
(4,6 10 3 )(30)

6,63 10 34
(9,1 10 31 )(10 3 )

= 4,8 1034

= 7,3 1011

Jika dibandingkan dengan dimensinya


golf

<< dimensi bola golf

e-

sebanding dengan dimensinya

jadi elektron berpeluang memperlihatkan perilaku gelombang.

b. Bukti Eksperimen Hipotesis De Broglie


Percobaan Davison Germer:

Hasil eksperimen :
Logam terget Nikel (d = 0,091 nm)
Pengamatan pada sudut = 500

59

Variasi dilakukan terhadap tegangan pemercepat

Dari grafik didapat bahwa difraksi maksimum terjadi pada = 500, V = 54 volt.

# Coba diterapkan persamaan :


2d sin = n
Dengan n =1
Maka ;
2d sin = n
2 (0,091 nm) sin 650

= 1
= 0,165 nm
60

# Terapkan konsep deBroglie

=
Dari alat :
Kmaks = eV
1
2
2
( )2
2

Sehingga :
=
=

2
6,63 10 34
2(9,110 31 )(1,6 10 19 )(54)

= 0,166

B. MODEL PARTIKEL DALAM KOTAK


Tinjau sebuah partikel terkurung dalam kotak berdinding tegar, partikel bergerak bolak-balik
dalam arah mendatar dan energi partikel hanya berupa energi kinetik.

L
Akan ditentukan energi total partikel tersebut dengan menerapkan konsep gelombang.
Misalkan kasus tersebut sama seperti gelombang pada tali yang diikat pada kedua ujungnya,
lalu digetarkakn. Kemungkinan bentuk gelombang yang terjadi adalah :

61

Dari kemungkinan , deiketahui :


2

(*)

Panjang gelombang deBrgolie tersbut ;


=

2 =

2
2

==
=

( )2
2

2
2 2

2 =

(**)

Subsitusi persamaan (*) ke (**)


=

2
2
2 ( )2

2 2
8 2

62

n = 1,2,3, (kemungkinan nilai yang dimiliki).

Energi partikel yang mungkiin berdasarkan persamaan diatas adalah :


2

1 = 8 2
4 2

2 = 8 2
9 2

3 = 8 2
Dari kemungkinana energi partike, diketahui bahwa energi partikel tidak dapat bernilai
sebarang, berarti energi partikel dalam sistem bersifat terkuantitasi.

63

Model Atom
Prinsip dasar :

Atom sangat kecil

Atom bersifat netral

Atom menyusun materi

A. MODEL ATOM THOMSON


Terinspirasi dari ditemukannya elektron dalam percobaan sinar katoda, didapat :

Elektron sangat ringan

Elektron bermuatan negatif

Elektron mudah lepas jika atom diganggu


Sehingga thomson membuat model atom sebagai berikut :

Yang dikenal dengan model kue berkismis.

Model atom thomson kemudian di uji oleh Rutherford.


Pengujian atom Thomson oleh Rutherford, berdasarkan prinsip : jika model atom Thomson
benar, maka partikel yang ditembakkan ke benda akan sangat mudah ditembus, sehingga lintasan
partikel tidak menyimpang secara signifikan.
Pengujian ini menggunakan set eksperimen :

64

Yang hasilnya menurut percobaan Rutherford terdapat sinar yang dibelokkan (hal ini tidak
sesuai dengan prinsip yang menyatakan partikel tidak akan menyimpang secara signifikan, karena
muatan terdistribusi secara kontiniu). Sehingga muncullah model atom Rutherford.

B. MODEL ATOM RUTHERFORD


Atom terdir dari inti atom yang menempati daerah yang sangat sempit di pusat atom dengan
bermuatan (+). Dan inti atom dikelilingi oleh elektron-elektron yang bermuatan negatif.
Ilustrasi :

Model atom ini disebut odel atom tata surya.


Keterangan :

Atom terdiri dari sebagian besar ruang kosong

Massa atom hampir seluruhnya ditentukan oleh massa inti

Kajian teoritis atom Rutherford


Tinjau atom Hidrogen

Atom tersebut memiliki gaya coulomb ;


=

()()
2

2
2

(1)

Karena elektron bergerak melingkar, maka elektron tersebut juga memiliki gaha sentrifugal
=

2
2

65

Kedua gaya sama besar


Fc
2
2

= Fs
=

2 =

2
2
2

(3)

dimana :
=

1
4 0

= 9 109

V = kecepatan

Energi total elektron


E=K+V
1

= 2 2 +
=

..

1
2
2

dan

1 2
2

(4)

Tanda (-) menunjukkan elektron senantiasa terikat ke inti , kecuali jika ada energi sebesar E
yang mengganggu atom.

Kelemahan model atom Rutherford


1. Berdasarkan prinsip elektromagnet : apabila partikel bermuatan mengalami percepatan
maka partikel tersebut akan meradiasikan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik.
Seharusnya bila elektron selalu meradiasikan energi, elektron akan kehilangan energi yang
akan embuatnya jatuh ke inti.
2. Tidak dapat menjelaskan spektrum garis yang dipancarkan atom.

C. SPEKTRUM ATOMIK
Benda padat bila dipanaskan akakn berpijar (memancarkan spektrum yang bersifat kontiniu)

66

Spektrum Atomik
Spektrum Emisi
* spektrum kontiniu (panas , berpijar)

* spektrum pita (gerak atom, ex : vibrasi)


* spektrum garis (transisi elektron dalam atom)
Untuk menyelidiki spektrum emisi

Spektrum Absorsi
(atom tertentu dapat menyerap tertentu)

Spektrum garis atom H

Balmer mencoba membuat rumus empirik terhadap garis garis atom hidrogen dalam
rentang cahaya tampak, sehingga didapatkan :
1

= 1,097 107

1
22

2 1

n = 3,4,5,

67

Lyman membuat rumus empirik spektrum atom tersebut, dalam rentang sinar Ultra violet,
sebagai berikut :
1

= 1,097 107

1
12

1
2

n = 2,3,4,

Passen me ncoba membuat rumus empirik spektrum atom H rentang infra red ;
1

= 1,097 107

1
32

2 1

n = 4,5,6,

Rumus empirik spektrum atom H menurut Bracket :


1

= 1,097 107

1
42

1
2

n = 5,6,7,

= 1,097 107

1
52

2 1

n = 6,7,8,

Pfund :
1

Jadi diketahui lima deret spektrum atom Hidrogen, yaitu :


1. Lyman = Ultra Violet
2. Balmer = Visible light
3. Passen = Infra red
4. Bracket = Infra red
5. Pfund = Infra red

D. MODEL ATOM BOHR


Model attom Bohr tetap menggunakan model atom Rutherford, dengan mengajukan
beberapa postulat.
Dalam fisika klasik, benda beergerak melingkar memiliki momentum sudut (P)

dan

momentum linier (L).

L
V

Dimana :
68

=
=
= ( )
= ( )
Besar :
L = m r v sin

=900

L=mrv

(*)

Menurut Bohr, elektron yang bergerak emlingkari inti dalam lintasan atau orbit yang
stasioner (mantap) tidak meradiasikan energi. Dan lintasan stasioner bagi elektron tersebut memiliki
syarat :
=

n = 1,2,3

Implikasi
mrv

= nh

sebelumnya :
1 2

= 2

Atau dapat ditulis


( )2
2

1 2

=2

()2 =

mrv

= nh

(**)

Jadi :

dikuadratkan

2 = 2 2

2 2
2

69

Karena = 4 , maka :
0

2 2

1
4 0

= 2

4 0 2

.. n=1,2,3,

(1)

Subsitusikan nilai 0, , h, e, m, sehingga didapat :


= 2 (5,29 1011 )

(2)

= 2 0

(3)

Atau

Di mana :
0 = 5,29 1011 = 0,529
Lintasan mantap bagi elektron dalam atom H, menurut Bohr :

1 = 0

keadaan dasar

2 = 40

keadaan tereksitasi

3 = 90

keadaan tereksitasi

4 = 160

keadaan tereksitasi

Jadi jari-jari lintasan elektron bersifat kontiniu (terkuantitasi)

Energi total elektron


Telah diketahui :
1 2

= 2

= 2 4

2
0

Subsitusikan r dari persamaan (1), didapat :


=

1
2
8 0 2 42 0 2

4
32 2 0 2

2
4 2

4 1
2 2 2
0

= 8

1
2

n=1,2,3

(4)

Dengan mensubsitusikan nilai m,e,h, 0 akan didapat :


=

13,6
2

(5)

Pada :

n=1

1 = 0

1 = 13,6
70

n=2

2 = 40

2 = 3,5

n=3

3 = 90

3 = 1,5

n=4

4 = 160

4 = 0,85

tanda (-) menunjukkan elektron dalam pengaruh inti, dan energi dalam atom merupakan
energi yang tertentu nilainya (terkuantitasi).

Penggambaran atom H menurut Bohr

n1

n2

n3

Postulat Bohr berikutnya, yaitu :


Atom H akan memancarkan radiasi jika bertransisi dari keadaan dengan energi lebih tinggi ke
keadaan dengan energi lebih rendah, (atau dikatakan berpindah dari lintasan mantap lebih luar ke
lintasan mantap lebih dalam).

Energi yang dipancarkan :


h = Eni Enf

(6)

di mana :
Eni

= energi pada keadaan awal

Enf

= energi pada keadaan akhir

Contoh soal:
1. berapa foton yang diradiasikan oleh atom H, jika terjadi transisi elektron dari n=3 ke n=2 ?

ni = 3 ; nf = 2
h = E3 E2
71

h = -3,5 (-1,5)
h = - 2 eV
h = -2 (1,6 X 10-19 J)
h = 3,2 X 10-19 J

Untuk menentukan
h = 3,2 X 10-19 J
=

3,2 X 1019 J

3,2 X 1019 J

= 6,63 10 34 /
= 0,48 1015

C =
=

3 10 8

= 0,48 10 15
= 6,25 107

Pada persamaan sebelumnya digunakan untuk menentukan besarnya energi yang


dipancarkan ketika elektron bertransisi. Sebaliknya diperlukan energi untuk memindahkan elektron
dari lintasan lebih dalam ke lintasan lebih luar (elektron dikatakan tereksitasi atau terionisasi ketika
elektron terlepas dari atom).
Jika energi tersebut berasal dari foton luar, maka energi foton tersebut :
h = Eni Enf

Energi yang dihasilkan oleh atom H adalah :


h = Eni Enf

(7)

4 1
2 2 2
0

Ingat : = 8
Maka :

72

=
=

4
1
8 0 2 2 2

4
1
8 0 2 2 2

4
1
8 0 3 2

Ingat deret Balmer

4
= 1,097 107 1 = ( )
80 3
Jadi :
1

1
2

= 1,097 107

2 1

Atau
1
2

2 1

Tinjau deret atom H:


1. Lyman :
1

1
2

1
12

2 1
1

2 1

..n=2,3,4,

Berarti deret Lyman menunjukkan transisi elektron dari luar tak hingga (2,3,4,) yang
berakhir di lintasan 1.

2. Balmer
1

1
22

2 1

..n=3,4,5,

Deret Balmer menunjukkan transisi elektron dari luar tak hingga (3,4,5,) yang berakhir di
lintasan 2.

3. Passen
1

1
32

2 1

..n=4,5,6,

Deret Passen menunjukkan transisi elektron dari luar tak hingga (4,5,6,) yang berakhir di
lintasan 3.

4. Bracket
73

1
42

2 1

..n=5,6,7,

Deret Bracket menunjukkan transisi elektron dari luar tak hingga (5,6,7,) yang berakhir di
lintasan 4.

5. Pfund
1

1
52

2 1

..n=6,7,8,

Deret Pfund menunjukkan transisi elektron dari luar tak hingga (6,7,8,) yang berakhir di
lintasan 5.
E6
E5
E4
E3

E2

E1

Kelemahan model atom Bohr l :


1. Hanya bermanfaat bagi atom yang memiliki 1 elektron (ex : atom hidrogen, ion helium 1,
ion litium tida, dll)
2. Hanya mempertimbangkan gaya antara elektron dan inti, tidak meninjau gaya antar
elektron
3. Melanggar prinsip ketidak pastian Heisenberg
4. Memandang spektrum garis hanya terdiri dari garis tunggal (segaris).

74

Dasar-Dasar Fisika Kuantum


A. PENDAHULUAN
Dari pembuktian hipotesis deBroglie, diketahui bahwa partikel juga dapat menunjukan
perilaku gelombang. Dengan persammaan panjang gelombang sebagai berikut :
=

Karena partikel yang bergerak(dengan kecepatan tertentu seperti telah dipaparkan


sebelumnya) juga dapat menunjukkan perilaku seperti gelombang, maka juga harus memiliki fungsi
gelombang dan sifat gelombang lainnya.
Contoh :
Gelombang pada tali, memiliki fungsi gelombang ;
() = cos()
(,) = cos( )
Demikian juga hendaknya bagi gelombang deBroglie. Kemudian ditetapkan fungsi
gelombang materi yaitu : (psi).
Jadi apa makna ?
Apakah sama dengan makana fungsi gelombang lainnya?

Pada gelombang umunya, fungsi gelombang memiliki makna fisis. Contoh :

(,) = sin( )
Fungsi ini menunjukkan : simpangan pada tali atau gelombang air setiap saat pada posisi
tertentu

(,) = sin( )
Menunjukkan tekanan (kerapatan gelombang)

75

Dan ternyata untuk gelombang materi, fungsi gelombangnya () tidak memiliki makna fisis
secara langsung, tetapi berhubungan dengan peluang menemukan partikel pada suatu saat dalam
ruang (x,y,z).

Syarat sebagai fungsi gelombang materi :


1. harus memiliki harga tunggal
2. harus kontiniu (bersambung) pada bidang batas

3. Turunan terhadap variabel posisi, juga harus kontiniu pada bidang batas.

, ,

4. harus memenuhi syrat normalisasi


~
~

Atau :
~
~

() = 1

Maknanya :
2

()

= kumpulan peluang ditemukannya partikel


2

= peluang ditemukannya partikel (ketika partikel bergerak dalam

sumbu X
Contoh :
Partikel dalam kotak

=0

() = 1

Jika dalam (x,y,z), maka :


2

(,,) = 1

76

B. PERSAMAAN SCHRODINGER
Menurut persamaan schrodinger, ambil fungsi gelombang

yang bergerak dalam arah

tertentu sebagai :
(,) = ( )

(1)

= 2

Untuk foton :

Untuk foton

. = 2

=
=

Sehingga

Sehingga
=

2
2

= 2

= 2

( 2)

Jadi persamaan (1) menjadi :


(,) =

( )

(,) =

(2)

a. Energi Foton Partikel


=+
=

2
2

. =

2
2

( )2
2

= 2

. Dikali dengan

(3)

Persamaan (2) dipecahkan untuk mendapatkan dan 2 pada persamaan (3)

Turunan pertama persamaan (2) untuk mendapatkan

(,) =

( )

(,) =
77

(,)

( ,)

(,)

( ,)

.. dikali i

(,)

(,)

= .

(*)

Turunan kedua persamaan (2 ) untuk mendapatkan 2


(,)

2 (,)
2
2 (,)
2

=
=

(,)

(**)

Subsitusi persamaan (**) ke persamaan (3)


=

2
2

2 2 ( ,)
2
2

+
+

2 2 (,)
2
2

+ = 0

(,)

+ ( ) =

(4)

Persamaan (4), merupakan persamaan schrodiinger tidak tergantung waktu (Time


Independent Schrodinger Equation TISE).
Persamaan (4) tadi secara umum dapt dituliskan sebagai berikut :



+
+

+ ( ) =

(5)

Subsitusi persamaan (*) dan (**) ke persamaan (3)


2
2

+ =

(,)

+ =

(,)

(6)
78

Persamaan (6), merupakan persamaan schrodiinger tergantung waktu untuk satu dimensi
(Time Dependent Schrodinger Equation TDSE). Yang secara umum dapat ditulis sebagai berikut :



+
+

+ =

(,)

(7)

b. Tekhnik Pemisahan Variabel (Using Separation Variable Technic)

(,) =

( )

(,) =

= () = ()
(,) = (). ()

(*)

Subsitusikan persamaan (4)


2 2 (,)
2
2

+ ( ) = 0

2 2

2 2 (). ()

+ ( )(). () = 0

Jika menggunakan persamaan Schrodinger tidak tergantung waktu, maka persamaan di atas
menjadi :
2 2

2 2 ()

+ ( )() = 0

Atau secara umum :



+

( ) =

(8)

Di mana :
2

2 = 2 + 2 + 2
Dengan didapatkan () , maka persaan (*) menjadi :
(,) = (). ()

(,) = ().

79

c. Aplikasi Persamaan Schrodinger


Persamaan schrodinger perlu dipecahkan untuk mendapatkan fungsi gelombang partikel
(fungsi eigen , ). mengandung infofrmasi tidak langsung terhadap besaran-besaran fisis.
Ambil contoh partikel yang terkurung dalam kotak berdinding tegar atau analog dengan
partikel yang terkurung dalam sumur potensial tak hingga.
Partikel hanya memiliki energi kinetik dan gerak dibatasi pada arah horizontal (sumbu-X).
Ilustrasi ditunjukkan oleh gambar berikut :

V=~

V=0
X=0

X=L

Persamaan Schrodinger :
2 2 ()
2 2

+ ( )() = 0

() karena partikel bergerak pada sumbu-X

Dari gambar diketahui terdapat tiga daerah, yaitu ;

X<0

(I)

0 < X< L

(II)

X>L

(III)

Identifikasi keberadaan partikel :

Daerah I

: tidak ada partikel karena V = ~

: 1() = 0

Daerah II

: ada partikel karena V = 0

: 2() =

Daerah III

: tidak ada partikel karena V = ~

: 3() = 0

Jadi berdasarkan contoh di atas, fungsi gelombang () hanya terdapat pada daerah II
( 2() ).
80

Pecahkan persamaan Schrodinger


2 2 2()
2
2

+ ( )2() = 0

2 2 2()
2
2

+ (0 )2() = 0

2 2 2()
2
2

2() = 0

2 2()
2

+ 2 2() = 0

diketahui daerah 2, V=0

dikali

2
2

(i)

Misalkan:
2
2

= 2

2
2

(*)
(**)

Jadi persamaan (i), dapat ditulis


2 2()
2

+ 2 2()

(ii)

Persamaan di atas merupakan persamaan diferensial orde dua, sehingga dapat ditulis :
2 + 2 = 0
Solusi persamaan (ii), salah satunya adalah :
2 = + cos

(iii)

Atau :
2 =
Gunakan syarat batas :
1. Pada X = 0

.. 2 (0) = (0)

Dari persamaan (iIi)


+ cos = 0
(0) + cos (0) = 0
=0
Sehingga
2 =

(iv)

81

.. 2 (0) = (0)

2. Pada X=L

Dari persamaan (iv)


= 0
= 0
Yang mungkin bernilai nol, adalah ;
= 0
= 0, , 2, 3,
=

.. n=0,1,2,

(***)

Samakan persamaan (**) dengan (***)


2
2

22
2

2
2

2 2 2
2 2

.. =

2 2
8 2

..n=1,2,3,

2 =

2
4 2

(v)

Sehingga persamaan (iv) menjadi :


2 =
2() =

..n=1,2,3,

(vi)

Gunakan syarat normalisasi

=0

() = 1

2
0

= 1

2
0

= 1

2
Diperoleh :

(*)

Jadi :

82

() =
2

() =

(vii)

Dengan demikian telah didapat :


() =

; =

; n=1,2,3,

Kemungkinan :

1() =

2() =

; 1 = 8 2

; 1()

4 2
8 2

; 2()

; 2 =

= 2

= 2

Dapat digambarkan :

Untuk fungsi gelombang yang menggunakan fungsi waktu :


83

(,) = ().
2

(,) =

d. Teori Kuantum Atom Hidrogen


Elektron dalam atom H dijaga agar tidak lepas oleh energi potensial listrik
1

= 4

2
0

Persamaan schoringer tiga dimensi :


2 2

2

+ ( ) = 0

Karena yang digunakkan merupakan persamaan Schrodinger tigs dimensi, maka koordinat
yang mungkin adalah koordinat spheris (bola), sehingga :
1

2 = 2 2 + 2 + 2 2

2
2

Subsitusikan V dan 2 ke persamaan Schrodinger, akan di dapat :


2 1
2 2

+ 2 + 2 2

Persamaan di atas dikalikan dengan

2
2

2
2

+ 4

2
0

+ =0

2 2

Sehingga di dapat :

2 2

+ + 2 + 2 2 2

1 2
4 0

+ = 0 (1)

Persamaan di atas disebut dengan persamaan atom H

Gunakan tekhnik separas variabel :


(,,) = (), (), ()
(,,) = , ,

Persamaan di atas diterapkan pada persamaan (1)

84

2 2

+ + 2 + 2 2 2

1 2
4 0

+ =0

Persamaan di atas dikali dengan


Sehingga :
2

1 2

+ 2 + 2 2 2

1 2
4 0

+ =0

(2)

Ambil :
1 2
2
2
2

= 2

(*)

+ 2

pers. Differensial orde 2

(I)

Salah satu bentuk solusi PD orde dua di atas adalah :


=

(I)

Karena = + 2,
Maka () = (+2)

Jadi (I) :
= (+2)
Ini terpenuhi jika ml = 0, 1, 2, 3,
(Disebut bilangan kuantum magnetik)

Dari persamaan (2) ,


2 2

1 2 2 2 2
1 2

+
+

+ = 0

2 2
40
Suku ke dua dan tiga pindah ke ruas kanan, lalu dibagi dengan 2 , serta subsitusikan
dengan (*) :
1 2
2
1 2
2
1

+ 2 2
+ =

40

Misalkan
2
2

= ( + 1)

(II)
85

Jadi :
1

1 2
4 0

2 + 2 2

+ = ( + 1)

(III)

Dengan memecahkan persamaan (II) dan (III) akan diperoleh :


4

= 32 2 2 2

; n = 1,2,3,

Atau :
=

13,6

Bilangan kuantum lainnya yang dipecahkan dari persamaan Schrodinger :


1. = 0,1,2, , ( 1)

: bilangan kuantum orbital

2. = , , 2, 1,0,1,2,

: bilangan kuantum magnetik

Contoh soal :
1

1. Hitunglah
1

untuk 100(R,,)
1

100

= 3 (2)(2)

0 2
1
3
0 2

2
0

1
0

100

1
0

~
3 =0 =0 0
0

~
1
(2)(2) 0
0 3
1

2
0

2
0

02
4

1
0

= 0

86

e. Makna Fisis Bilangan Kuantum Atom Hidrogen

1. Bilangan Kuantum Utama


=

(n = 1,2,3,)

13,6

Menyatakan kuantitasi energi


2. Bilangan Kuantum Orbital

(l = 0,1,2,,(n-1))

Menyatakan besar momentum sudut (L = kuantitasi momentum sudut)


=

( + 1)

3. Bilangan Kuantum Magnetik

(-l,,-1,0,1,,l)

Menyatakan kuantitasi ruang (arah bidang orbit)


=
Contoh :
1. Atom hidrogen yang memilki bilangan kuantum orbital = 1
l=1

ml = -1,0,1

( + 1)

Lz = -h untuk ml = -1

1(1 + 1)

Lz = 0untuk ml = 0

= 2

Lz = h untuk ml = 1

Lz
h'

ml=1

ml=0

-h'

ml=-1

87

f. Kaedah Seleksi
Transisi elektron dalam atom hanya dapat terjadi jika transisi tersebut memberikan :
= 1
= 1,0,1
Contoh:
n2

l=2

ml=-2
ml=-1
ml=0
ml=1
ml=2

l=1

ml=-1
ml=0
ml=1

l=0

ml=0

n1
l=1

ml=0

l=0

ml=0

n0
l=0

ml=0

Gambar di atas menunjukkan tingkat kemungkinan energi bagi suatu atom H, dan ternyata
tidak semua tingkatan elektron bisa bertransisi. Perpindahan elektron harus memenuhi kaedah
seleksi.
Dari bilangan kuantum yang ada, kemudian dikenal adanya notasi spektroskopi, sebagai
berikut :

n1

= Kulit K

l0

= sub kulit S (sahrp)


88

n2

= Kulit L

l0

= sub kulit S (sahrp)

l1

= sub kulit P (principal)

n3

= Kulit M

l0

= sub kulit S (sahrp)

l1

= sub kulit P (principal)

l2

= sub kulit D (diffuse)

n4

= Kulit N

l0

= sub kulit S (sahrp)

l1

= sub kulit P (principal)

l2

= sub kulit D (diffuse)

l3

= sub kulit F (fundamental)

89

Efek Zeeman
Gejala terpecahnya satu spektrum garis menjadi beberapa garis spektrum yang
berdekatan, jika atom yang bertransisi ditempatkan dalam medan magnet homogen,
dinamakan efek zeeman. Efek zeeman terbagi atas dua yaitu: efek zeeman normal dan
efek zeeman anomalous.

A. EFEK ZEEMAN NORMAL


Ilustrasi :
Tanpa Medan Magnet

Dengan Medan Magnet

l=1

E+x

E-x

Dari gambar terlihat, ketika atom yang bertransisi di letakkan pada medan magnet
akan terjadi perubahan E, yang dipengaruhi oleh faktor X. Oleh karena itu akan ditentukan
faktor X tersebut.
Analisis interaksi medan magnet dengan gerak orbital :

r
i
v

Elektron yang bergerak mengelilingi inti akan menghasilkan arus kecil (i), aus kecil
tersebut akan menghasilkan medan magnet, yang dinyatakan dengan momen dipol magnet
().
90

Dimana :

(1)

A = bidang lintasan elektron (r2)

==
=

Jadi :

= 2

(*)

Maka :
=
=

. 2
(**)

Karena elektron memiliki momentum sudut


=
= ( )
= ( )
=

(***)

Persamaan (***) di subsitusikan ke persamaan (**)

2
2

= 2

(2)

Sebelumnya telah di dapatkan =

( + 1) dan =

Lz

91
L

Atau :

(+1)

Jika atom di tempatkan di dalam medan magnet Homogen (B), maka :

Akibat medan magnet tersebut orientasi atom akan berubah / mengalami pensejajaran,
sehingga atom memiliki energi potensial magnetik yang besarnya :
=

90

(3)

Di mana :
= momen gaya megnetik
=
= sin

Jadi :
=

90

sin

(4)

(+1)

( + 1)


(+1)

= 2
92

= 9,27

10 24

(5)

= =

Sehingga :
=

(6)

Jadi diketahui bahwa energi potensial magnetik (Vm) tergantung pada bilangan
kuantum magnetik (ml) yang disebabkan oleh adanya medan magnet luar.

Akibat energi potensial magnetik (Vm), maka energi transisi atomik menjadi :
= +
= ( ) +
= +
E0 = energi potensial tanpa medan magnet

Contoh :
1. Untuk n=2, l=1 (ml = 1,0,1)
Maka energi transisi atom dari n=2 ke n=1 adalah :

= + (1 ) =

(ml = -1)

= + (0 ) =

(ml = 0)

= + (1 ) = +

(ml = 1)

Jadi :
Tanpa Medan Magnet

Dengan Medan Magnet

n=2
l=1

E0

E0

E0+bB

E0-bB

93

B. EFEK ZEEMAN ANOMALOUS


Jika dilakukan pengamatan yang lebih teliti akan ditemukan spektrum garis yang lebih jelas.
Untuk menjelaskan spektrum garis yang lebih jelas dengan pengamatan sangat teliti tersebut
(spektrum garis hiper halus), maka Goudsmit dan Uhlenbeck yang diperkuat oleh teori Diract
Elektron mengusulkan bahwa elektron berputar pada sumbunya atau melakukan spin.
Yang dapat dirumuskan sebagai berikut (merupakan analogi dari bilangan kuantum yang ada,
yaitu bilangan kuantum orbital dan magnetik) :
=

( + 1)
1

Dengan nilai s = 2

(s tidak dipecahkan dari persamaan schrodinger)

= 2 3
Dan untuk kuantitasi bagi gerak spin elektron dinerikan oleh :
=
Dengan =

1
2

Jadi
1

= + 2
=

1
2

Ilustrasi untuk bilangan kuantum spin :

ms = + 2 dan Sz = 2
orientasi spin seperti ini dinamakan dengan spin up
( )

ms = 2 dan Sz = 2

orientasi spin seperti ini dinamakan dengan spin up


( )

94

Dengan adanya bilangan kukantum spin (yang tidak diturunkan

dari persamaan

Schrodinger), maka terdapat empat bilangan kuantum , yaitu :


1. Bilangan kuantum utama

: n = 1,2,3,

2. Bilangan kuantum orbital

: l = 0,1,2,

3. Bilangan kuantum magnetik

: ml = -l,,-1,0,1,,l

4. Bilangan kuantum spin

: s = 2

Contoh :
1. Tuliskan keberadaan kuantum yang munkin bagi atom H , pada keadaan n=2 :
Jwb :
Keadaan kuantum yang mungkin bagi atom H dapat diketahui dengan pohon kemungkinana
berikut :

n=2

l=0

l=1

ml=0

s = +1/2

ml=-1

s = -1/2

s = +1/2

ml=0

s = -1/2

s =+1/2

ml=1

s =-1/2

s = +1/2

s = -1/2

Jadi keadaan kuantum yang mungkin :


(n, l, ml, s)

: (2,0,0,+1/2)
(2,0,0,-1/2)

(2,1,-1,+1/2)
(2,1,-1,-1/2)

95

(2,1,0,+1/2)
(2,1,0,-1/2)
(2,1, 1,+1/2)
(2,1, 1,-1/2)

Atom Berelektron Banyak


A. AZAS LARANGAN PAULI
Sebelumnya diketahui , atom memiliki elektron dan tiap elektron memiliki empat bilangan
kuantum. Berdasarkan azas larangan Pauli tidak boleh ada dua elektron yang memiliki bilangan
kuantum yang sama .

B. KONFIGURASI ELEKTRON
Dalam konfigurasi elektron, ketentuan untuk pengisian kulit pada atom yaitu tiap kulit dapat
ditempati maksimum sesuai dengan persamaan berikut :
= 22

Kulit K : = 2(1)2 = 2

Kulit L : = 2(2)2 = 8

Kulit M : = 2(3)2 = 16

Contoh konfigurasi elektron :


1.

4
2

: 4 = banyaknya penysun inti (2 proton dan 2 neutron)


= karena atom dalam keadaan netral maka angka 2 menunjukkan jumlah
proton = jumlah elktron dalam atom = 2

Konfigurasi :

Jika elektron yang mengisi kulit dinyatakan dengan a dan b, maka bilangan kuantum masingmasing elektron adalah :
96

a. n = 1, l = 0, ml = 0, s = +2
1

b. n = 1, l = 0, ml = 0, s = -2

Sinar-X Karakteristik
Contoh :

Spektrum diskret seperti yang diperlihatkan pada gambar dapat dijelaskan sebagai berikut :

Ketika elektron menumbuk elektron pada atom target berelektron banyak, elektron akan
menumbuk atom dengan elektron paling rendah, sehingga terjadi terjadi transisi. Kemudian
kekkosongan pada kondisi sebelumnya diisi lagi oleh elektron (radiasi) . radiasi tersebutlah yang
merupakan spektrum diskret.

Pada spektrum diskret terdapat istilah


, , , , .
, , ,

97

Ilustrasi :
6
5

P
O

M
M
M

L
L
L

K
L

K
L

2
K
K

Rumusan untuk menentukan frekuensi sinar-X karakteristik :


= 3 ( 1)2

1
2

1
2

Contoh :
1. tentukan panjang gelombang Cu (K) dengan ZCu = 29 !
K menunjukkan elektron beradiasi dari n=2 ke n=1, sehingga diketahui nf=1 dan ni=2
Jwb :
= 3 ( 1)2

1
2

= 3 ( 1)2

1
12

= 3 ( 1)2

3
4

1
22

= 3(3 108 )(1,907 107 ) (29 1)2

3
4

= 4 (3 108 )(1,907 107 )(28)2


= 5,8 1018

98

3 10 8

= 5,8 10 18
= 0,5 1010
= 0,5
Jadi = 0,5 , merupakan Cu untuk K.

99

LASER
(Light Amplification by Stimulated Emition of Radiation )
A. PRINSIP DASAR LASER
1.

Pemompaan laser : energy untuk membuat elektron berpindah dari keadaan dasar ke
keadaan eksitasi.
2.

3.

Ketika elektron yang tereksitasi tidak spontan mengisi kekosongan, maka dibutuhkan
foton (perangsang).

B. MODEL LASER SEDERHANA

100

Dari gambar diketahui :

Panjang gelombang sama

: sehingga sinar laser eka warna

Memiliki fase gelombang yang sama

: menyebabkan sinar laser memiliki sifat koheren

dan saling berinterferensi deduktif sehingga sibar laser juga berintensitas tingggi

C. KELEMAHAN MODEL LASER SEDERHANA


1. Sulit mempertahankan keadaan eksitasi sebelum dirangsang.
Hal ini bisa diatasi dengan menggunakan atom dengan tiga tingkat energi

2. Solusi pertama ternyata tidak dapat mengatasi kesulitan bahwa atom-atom yang masih berada di
keadaan dasar dapat menyerap foton langsung, sehingga foton laser berkurang.
Dan hal ini bisa diatasi dengan model atom empat tingkat energi

101

Anda mungkin juga menyukai