Proposal Gipsumfixi
Proposal Gipsumfixi
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Sebagai negara berkembang, Indonesia sedang giat-giatnya melakukan
pembangunan agar tidak tertinggal dengan negara-negara lain.Pada umumnya
konsumsi bangunan tidak lepas dari penggunaan batu bata sebagai salah satu
pembentuk konstruksi dinding dalam suatu pembuatan bangunan. Kebutuhan
batu bata yang semakin meningkat dan kerusakan tanah yang disebabkan oleh
pembuatan batu bata menjadi masalah di lapangan yang harus segera diatasi.
Karena dilihat dari pembuatannya, bahan baku batu bata berupa tanah liat.
Jika tanah liat yang berada di area persawahan terus menerus digunakan
sebagai bahan baku bata maka tingkat kesuburan tanah berkurang dan tidak
ada lagi lahan untuk menanam padi sebagai pemenuh kebutuhan pangan
manusia. Ini akan mengancam kebutuhan pokok manusia dalam hal
ketersediaan pangan.
Pembangunan yang dilakukan pun juga harus cepat. Masyarakat biasa
membangun suatu bangunan dengan bata biasa dan membutuhkan waktu
pengerjaan yang relatif lama.Sehingga diperlukan solusi untuk mengatasi hal
tersebut. Beton ringan merupakan salah satu solusi dari kekurangan beton
sebagai bahan konstruksi yang popular digunakan karena mempunyai banyak
kelebihan, diantaranya mampu menahan gaya tekan yang cukup tinggi, namun
berat meter kubiknya yang ringan.
Gipsum merupakan bahan galian industri yang mempunyai banyak
manfaat, salah satunya dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Gipsum
dapat dijumpai dibeberapa wilayah di Indonesia. Gipsum biasa ditambahkan
pada proses pembuatan semen. Oleh karena itu gipsum dapat dijadikan
alternatif bahan campuran untuk membuat beton ringan.
Tipe I.
Serbuk gipsum yang digunakan adalah serbuk gypsum dari.
Faktor air semen (fas) yang dipergunakan adalah 0,45.
Air yang digunakan adalah air tawar.
Agregat halus yang digunakan adalah pasir merapi.
Agregat kasar yang digunakan adalah 80% batu apung dan 20%
kerikil
Pengujian yang dilakukan adalah uji kuat tekan dan uji kuat lentur.
Ukuran cetakan kuat tekan berbentuk silinder dengan diameter 15
cm dan tinggi 30 cm.
Ukuran cetakan kuat lentur berbentuk balok dengan panjang 55
cm, lebar 15 cm dan tinggi 15 cm.
I.4. VARIABEL
1.
2.
3.
STUDI
TEKNIK
SIPIL
FAKULTAS
TEKNIK
perbandingan berat semen dan agregat halus adalah 1:2 dengan nilai fas
0,4. Untuk pengujian kuat tekan dan kuat Tarik belah beton menggunakan
cetakan silinder dengan dimensi 15 cm dan tinggi 30 cm. untuk uji kuat
lentur beton menggunakan cetakan balok dengan dimensi panjang 60 cm,
lebar 10 cm dan tinggi 20 cm, perawatan beton direndam selama 28
hari.Penambahan foam agent 0,7 1t/m3, 0,9 1t/m3, 1,1 1t/m3 dan serbuk
gypsum 5% padabata beton ringan hasil pengujian kuat tekan, kuat tarik
belah, kuat lentur maksimal didapat padapenambahanfoam agent 0,7
1t/m3 dan serbuk gypsum 5%. Untuk bata beton normal kuat tekan dan
kuat lentur lebih besardari bata ringan fascon dan duracon, pada
penambahan foam agent 0,7 1t/m3 , 0,9 1t/m3 , 1,1 1t/m3 dan
serbukgypsum 5% mengalami penurunan, tetapi kuat tekan dan kuat lentur
bata beton ringan lebih besar dari bataringan fascon dan duracon. Dari
hasil penelitian kuat tekan rata-rata tertinggi dicapai bata beton ringan
dengankandungan foam agent 0,7 lt/m3 dan 5% serbuk gypsum
menggunakan pasir kuarsa sebesar 3,58 MPa, kuatTarik belah dengan
kandungan foam agent 0,7 lt/m3 dan 5% serbuk gypsum menggunakan
Kuarsa sebesar 0,34MPa, kuat lentur balok beton posisi tegak dengan
kandungan foam agent 0,7 lt/m3 dan serbuk gypsummenggunakan Kuarsa
sebesar 0,523 MPa, kuat lentur balok beton posisi datar dengan kandungan
foam agent0,7 lt/m3 dan serbuk gypsum menggunakan Kuarsa sebesar
0,269Mpa.
PROGRAM
STUDI
TEKNIK
SIPIL
FAKULTAS
TEKNIK
berkadar 0%, 0.25%, 0.5%, dan 1%. Metode yang digunakan dengan
mengambil 3 sampel dari beberapa presentase. Nilai kuat lentur dengan
serat bendrat sebesar 0%, 0.25%, 0.5%, dan 1% yang diuji pada umur 28
hari berturut-turut adalah 104,284 t/m2; 149,216 t/m2; 151,312 t/m2; dan
161,251 t/m2, nilai maksimal kuat lentur dengan serat 1% sebesar
54,627%. Nilai toughness berturut-turut 634 Nmm, 837,667 Nmm, 840
Nmm, 1052,333 Nmm, nilai toughness maksimal dengan serat 1% sebesar
65,983%. Nilai stiffness berturut-turut 5001,647 N/mm, 7660,024 N/mm,
7995,570 N/mm dan 8087,582 N/mm, nilai stiffness maksimal dengan
serat 1% sebesar 61,698%.
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
SURAKARTA, JLN IR. SUTAMI 36A,
TELP:0271-634524. 2014
SEBELAS
MARET
SURAKARTA 57126
b. Beton Ringan
Menurut SNI
yang memiliki agregat ringan atau campurran agregat kasar ringan dan pasir
alam sebagai pengganti agregat halus ringan dengan ketentuan tidak boleh
melampaui berat isi maksimum beton 1850 kg/m3 dan harus memenuhi
ketentuan kuat tekanan dan kuat tarik belah beton ringan untuk tujuan
strktural.
Berdasarkan cara memproduksinya, Menurut (Tiurma Simbolon ,
2009) ada beberapa cara untuk memproduksi beton ringan tetapi semuanya
hanya bergantung pada rongga udara dalam agregat atau pembuatan rongga
udara dalam beton. Berikut adalah beberapa cara pembuatan beton ringan.
1). Beton ringan dengan batuan berongga atau agregat ringan yang digunakan
sebagai pengganti agregat kasar. Berdasarkan tingkat kepadatan dan kekuatan
beton yang dihasilkan dan berdasarkan jenis agregat ringan yang dipakai,
beton ringan dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
a). Beton insulasi (insulating concrete)
Beton ringan dengan massa jenis berkisar 300 800 kg/m3 berkekuatan tekan
berkisar 0,6 6,89 Mpa.
b). Beton ringan dengan kekuatan sedang (Moderate Strength Concrete)
Beton ringan dengan massa jenis berkisar 800 1440 kg/m3 dengan kuat
tekan berkisar 6,89 17,24 Mpa.
c). Beton Struktural (Struktural Concrete)
Beton ringan dengan massa jenis berkisar 1440 1850 kg/m3 dengan kuat
tekan berkisar 17,24 Mpa pada saat umur beton mencapai 28 hari.
2). Beton ringan tanpa pasir (No fines concrete)
Beton ini tidak menggunakan pasir sehingga mempunyai jumlah pori-pori
yang banyak. Beton ini mempunyai massa jenis berkisar 880 1200 kg/m3
dengan kuat tekan berkisar 7 14 Mpa yang dipengaruhi oleh berat isi dan
kadar semen.
3). Beton ringan yang diperoleh dengan memasukkan udara ke dalam beton
atau mortar (beton aerasi) atau Aerated Lightweight Concrete (ALC). Beton
ini mempunyai massa jenis berkisar 200 1440 kg/m3 dan biasanya
digunakan untuk keperluan insulasi. Dengan menambahkan foaming agent
maka volume adukan beton akan mengembang secara otomatis sehingga lebih
ekonomis.
c. Beton Foam
Beton foam adalah campuran antara semen, air, agregat dengan bahan
tambah (admixture) tertentu yaitu dengan membuat gelembung-gelembung
udara dalam adukan semen sehingga didalam betonnya terjadi banyak poripori udara (Husin dan Setiaji, 2008)
I.6.2. Material Pembentuk Beton
a. Semen Portland
Semen Portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikatsilikat kalsium yang
bersifat hidrolisi dengan gypsum sebagai bahan tambahan (PUBI, 1982).
Bahan dasar pembentuk semen ada 3CaO.SiO2 (tricalcium silikat) disingkat
C3S (58% - 69%), 2CaO.SiO2 (dicalciumsilikat) disingkat C2S (8% - 15%),
3CaO.Al2O3 (tricalcium aluminate) disingkat C3A (2% - 15%), dan
4CaO.Al2O3.Fe2O3 (tetracalcium alummoferrit) disingkat C4AF(6-14%).
Hidrasi semen adalah reaksi antara komponen-komponen semen dengan air.
Untuk mengetahui hidrasi semen maka harus mengetahui hidrasi senyawasenyawa penyusun semen. Hidrasi trikalsium aluminat (C3A) yang berlebih
pada suhu 30C akan menghasilkan kristal kalsium alumina hidrat (3CaO.
Al2O3. 3H2O) yang berbentuk kubus yang stabil dan kurang larut.
Penambahan gipsum akan menghasilkan reaksi yang berbeda. Mula-mula
C3A akan bereaksi dengan gipsum membentuk sulfo aluminat yang kristalnya
berbentuk jarum, namun pada akhirnya gipsum akan bereaksi seluruhnya
sehingga terbentuk Kalsium Aluminat Hidrat (CAH).
CaO. Al2O3. + 6H2O 3CaO. Al2O3. 6H2O
- Hidrasi C3A dengan penambahan gypsum
3CaO.Al2O3. + 3CaSO4 + 32 H2O 3CaO. Al2O3. 3CaSO4.32H2O
Penambahan
gipsum
pada
Semen
bertujuan
untuk
menunda
pengerasan beton segar. Sedangkan sifat fisik, kimia, dan mineral dapat
mempengaruhi kekuatan, kekerasan, dan ketahanan beton. Sehingga agregat
merupakan bagian terpenting didalam campuran beton, sehingga penting pula
didalam pemilihan dan penggunaanya. Agregat halus untuk beton dapat
berupa pasir alam hasil disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau
berupa pasir buatan yang dihasilkan dari alat-alat pemecah batuan (artificial
sand) dengan ukuran kecil (0,15 mm 5 mm). (SK SNI T-15-1991-03)
d. Foam Agent
Foam agent adalah suatu larutan pekat dari bahan surfaktan, dimana
penggunaannya dengan melarutkannya kedalam air. Surfaktan merupakan
molekul yang memiliki gugus polar yang bersifat hidrofilik dan gugus non
polar yang bersifat lipofilik sekaligus, sehingga dapat mempersatukan
campuran yang terdiri dari minyak dan air, dan juga zat yang cenderung
terkonsentrasi pada antar muka dan mengaktifkan antar muka tersebut dengan
menghasilkan gelembung-gelembung yang bermunculan didalam beton.
Sehingga terjadilah banyak pori-pori udara didalam betonnya sehingga beton
menjadi ringan karena berpori udara. Dalam penelitian, foam agentyang
digunakan addalah Spectafoam, HDM, Polimer. (Husin dan Setiadji, 2008)
e. Gypsum
Gipsum adalah batu putih yang terbentuk karena pengendapan air laut.
Gipsum merupakan mineral terbanyak dalam batuan sedimen dan lunak bila
murni. Merupakan bahan baku yang dapat diolah menjadi kapur tulis. Dalam
perdagangan biasanya gipsum mengandung 90% CaSO4.H2O(Habson, 1987).
Kata gipsum itu sendiri berasal dari bahasa Yunani mageirenw, yang berarti
memasak. Disebut demikian karena didaerah Montmartre Paris, pada
beberapa abad yang lalu orang-orangnya membakar gypsum untuk berbagai
keperluan dan material itu kemudian disebut plester. Karena gypsum
merupakan mineral yang tidak larut dalam air dalam waktu yang lama,
sehingga gypsum jarang ditemukan dalam bentuk butiran atau pasir, kecuali
10
11
12
a. AAC
Bata ringan AAC adalah beton selular dimana gelembung udara yang
ada disebabkan oleh reaksi kimia. Adonan AAC umumnya terdiri dari pasir
kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan alumunium pasta sebagai
bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi).
Setelah adonan tercampur sempurna, kemudian adonan akan
mengembang selama 7-8 jam. Alumunium pasta yang digunakan dalam
adonan, selain berfungsi sebagai pengembang juga berperan dalam
mempengaruhi kekerasan beton. Volume aluminium pasta berkisar 5-8 persen
dari adonan yang dibuat, tergantung kepadatan yang diinginkan.
Adonan beton aerasi lantas dipotong sesuai ukuran. Adonan beton
aerasi yang masih mentah kemudian dimasukkan ke autoclave chamber atau
diberi uap panas dan diberi tekanan tinggi. Suhu di dalam autoclave chamber
sekitar 183 derajat celsius. Hal ini dilakukan sebagai proses pengeringan atau
pematangan.
Saat pencampuran pasir kwarsa, semen, kapur, gypsum, air, dan
alumunium pasta, terjadi reaksi kimia. Bubuk alumunium bereaksi dengan
kalsium hidroksida yang ada di dalam pasir kwarsa dan air sehingga
membentuk hidrogen. Gas hidrogen membentuk gelembung-gelembung udara
di dalam campuran beton. Gelembung-gelembung udara menjadikan
volumenya menjadi dua kali lebih besar dari volume semula. Di akhir proses
pengembangan atau pembusaan, hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan
13
14
Kuat Lentur adalah besarnya nilai kuat tarik tidak langsung dari benda
uji beton berbentuk balok yang diperoleh dari hasil pembebanan benda uji
tersebut yang diletakkan mendatar di atas permukaan meja penekan mesin uji
lentur atau juga didefinisikan sebagai hasil bagi antara momen lentur terhadap
momen inersia balok beton. Pengujian kuat lentur beton ringan pada
penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk balok dengan ukuran 10 x 10
x 55 cm dengan jumlah 3 benda uji tiap satu jenis sampel. Jumlah sampel
tersebut dipakai berdasarkan peraturan SNI 03-2823-1992 (2.1), dimana
jumlah benda uji yang dipakai minimal 3 buah. Untuk membutika
kemampuan balok beton dalam menahan beban maka balok beton perlu diuji
kuat lentur. Kuat lentur dapat dihitung dengan Gambar 1 dan Persamaan (1)
dan (2).
15
. 1
.............. 2
Keterangan : f = Kuat Lentur (MPa)
I = Momen Inersia (mm4)
Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan
tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Pengujian kuat tekan beton ringan
pada penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan ukuran
15 x 30 cm dengan jumlah 3 benda uji tiap satu jenis sampel.
Kuat tekan beton =
(kg/cm2) .. 3
16
BAB II
METODELOGI PENELITIAN
II.1 BAHAN
1. Semen
2. Air
17
Air merupakan salah satu bahan dasar pembuat dan perawatan beton. Air
diperlukan untuk bereaksi kimia dengan semen yang mengakibatkan pengikatan
dan pengerasan beton, untuk melumasi antara butir-butir agregat agar mudah
dikerjakan dan dipadatkan. Air yang memenuhi syarat sebagai air minum,
memenuhi syarat pula untuk bahan campuran beton (SNI 03-2847-2002). Untuk
bereaksi dengan semen, air yang diperlukan sekitar 25%-30% dari berat semen.
Air yang digunakan pada penelitian ini adalah air tawar.
3. Agregat Halus
4. Foam Agent
Foam agent adalah suatu larutan pekat dari bahan surfaktan, dimana apabila
hendak digunakan harus dilarutkan dengan air. Dengan membuat gelembunggelembung gas/udara dalam adukan semen. Dengan demikian akan terjadi banyak
poripori udara di dalam betonnya.
5. Serbuk gypsum
Gypsum merupakan bahan galian yang terbentuk dan air tanah yang
mengandung ion-ion sulfat dan sulfida. Gypsum (CaSO4.2H2O) adalah bahan
yang biasa ditambahkan pada proses pembuatan semen. Pengguanaan bahan
18
tambah berwarna putih ini diharapkan dapat menambah daya kuat tekan
campuran dalam bata ringan.
II.2 PERALATAN
5. Alat Bantu
2. Timbangan
4. Cetakan Beton
19
Pengujian beton menggunakan dua alat uji yaitu uji kuat tekan dan uji kuat
lentur dengan satuan Mpa.
20
Karena tidak tersedia catatan atau pengalaman hasil uji beton masa lalu,
maka standar deviasi yang dipakai adalah 7,0 Mpa
3. Menghitung Nilai Tambah (m) = 1,64 x S
= 1,64 x 7,0 Mpa = 11,48 Mpa = 11,5 Mpa
4. Menghitung kuat tekan rata-rata (fcr) rencana pada 28 hari
fcr = fc + m
5.
6.
7.
8.
9.
Pemakaian Beton
Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak
Bertulang
Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan
struktur dibawah tanah
Pelat, balok, kolom dan dinding
Pengerasan jalan
Pembetonan masal
Maks
Min
125 mm
50 mm
90 mm
25 mm
150 mm
75 mm
75 mm
75 mm
50 mm
25 mm
h = 195 mm
k = 225 mm
Tabel penentuan kadar air berdasarkan slam dan ukuran agregat
21
(SK-SNI 03-2834-2002)
Besar
ukuran
Maks.
Kerikil
(mm)
10 mm
20 mm
40 mm
Slam (mm)
Jenis
batuan
0-10
10-30
30-60
60-180
Alami
Batu Pecah
Alami
Batu Pecah
Alami
Batu Pecah
150
180
135
170
115
155
180
205
160
190
140
175
205
230
180
210
160
190
225
250
195
225
175
205
W = 0,67 h + 0,33 k
= 0,67 195 + 0,33 225
= 204,9 L/m = 205 L/m
12. Menghitung jumlah semen
3
Jumlah semen =
=
= 394,231 kg/m3
Jumlah semen minimum 275 kg/m3 yang didapat dari tabel
Tabel penentuan semen minimum berdasarkan jenis pembetonan
(SK-SNI 03-2834-2002)
Jenis Pembetonan
Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non-korosif
b. Keadaan keliling korosif,
325
275
325
22
Tabel A
Tabel B
14.
15.
16.
17.
23
1. Air
2. Semen
3. Pasir Merapi Cangkringan
4. Kerikil
5. Batu Apung
6. Foam agent
= 205 L/m3
= 394,231 kg/m3
= 532,7 kg/m3
= 248,6 kg/m3
= 994,5 kg/m3
= 1662,5 L/m3
24
JADWAL PENELITIAN
Kegiatan
Waktu (Minggu)
Maret
April
Mei
Juni
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Pemilihan Judul
Pembuatan Proposal
Persiapan Alat dan
Bahan
Percobaan
Pendahuluan
Percobaan Utama
Pengujian
Perhitungan
Persiapan Laporan
Seminar
Kegiatan
Pemilihan Judul
Pembuatan Proposal
Persiapan Alat dan
Bahan
Percobaan Pendahuluan
Percobaan Utama
Pengujian
25
Perhitungan
Persiapan Laporan
Seminar
Juli
Agustus
17 18 19 20 21 22 23 24
September
25 26
27 28
26
JURNAL PENELITIAN
Sampel
80 mesh
100 mesh
Kuat Tekan
Kuat Lentur
Densitas
0%
5%
Sampel
10%
15%
20%
Kuat
Tekan
Kuat
Lentur
Densitas
27
Sampel
7 hari
14 hari
21 hari
28 hari
Kuat Tekan
Kuat Lentur
Densitas
28