Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Sebagai negara berkembang, Indonesia sedang giat-giatnya melakukan
pembangunan agar tidak tertinggal dengan negara-negara lain.Pada umumnya
konsumsi bangunan tidak lepas dari penggunaan batu bata sebagai salah satu
pembentuk konstruksi dinding dalam suatu pembuatan bangunan. Kebutuhan
batu bata yang semakin meningkat dan kerusakan tanah yang disebabkan oleh
pembuatan batu bata menjadi masalah di lapangan yang harus segera diatasi.
Karena dilihat dari pembuatannya, bahan baku batu bata berupa tanah liat.
Jika tanah liat yang berada di area persawahan terus menerus digunakan
sebagai bahan baku bata maka tingkat kesuburan tanah berkurang dan tidak
ada lagi lahan untuk menanam padi sebagai pemenuh kebutuhan pangan
manusia. Ini akan mengancam kebutuhan pokok manusia dalam hal
ketersediaan pangan.
Pembangunan yang dilakukan pun juga harus cepat. Masyarakat biasa
membangun suatu bangunan dengan bata biasa dan membutuhkan waktu
pengerjaan yang relatif lama.Sehingga diperlukan solusi untuk mengatasi hal
tersebut. Beton ringan merupakan salah satu solusi dari kekurangan beton
sebagai bahan konstruksi yang popular digunakan karena mempunyai banyak
kelebihan, diantaranya mampu menahan gaya tekan yang cukup tinggi, namun
berat meter kubiknya yang ringan.
Gipsum merupakan bahan galian industri yang mempunyai banyak
manfaat, salah satunya dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Gipsum
dapat dijumpai dibeberapa wilayah di Indonesia. Gipsum biasa ditambahkan
pada proses pembuatan semen. Oleh karena itu gipsum dapat dijadikan
alternatif bahan campuran untuk membuat beton ringan.

PT. PETROKIMIA GRESIK merupakan pabrik yang memproduksi


pupuk dan menghasilkan hasil samping berupa phosphogypsum yang dikenal
sebagai gipsum sintetis sebanyak 450.000 ton/tahun dan akan berpotensi
terjadi pencemaran lingkungan. Limbah pupuk PT. Petrokimia Gresik tersebut
tidak didaur ulang kembali sehingga hanya menjadi limbah yang dibiarkan
begitu saja. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaat gipsum sintetis sebagai
bahan tambah beton ringan.
I.2. TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penambahan
gipsum sintetik terhadap kuat tekan dan kuat lentur beton ringan.
I.3. BATASAN MASALAH
1. Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen Portland
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Tipe I.
Serbuk gipsum yang digunakan adalah serbuk gypsum dari.
Faktor air semen (fas) yang dipergunakan adalah 0,45.
Air yang digunakan adalah air tawar.
Agregat halus yang digunakan adalah pasir merapi.
Agregat kasar yang digunakan adalah 80% batu apung dan 20%
kerikil
Pengujian yang dilakukan adalah uji kuat tekan dan uji kuat lentur.
Ukuran cetakan kuat tekan berbentuk silinder dengan diameter 15
cm dan tinggi 30 cm.
Ukuran cetakan kuat lentur berbentuk balok dengan panjang 55
cm, lebar 15 cm dan tinggi 15 cm.

I.4. VARIABEL

1.
2.
3.

Ukuran partikel agregat halus lolos saringan 80 mesh dan 100


mesh
Konsentrasi gipsum yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%
Waktu perawatan beton yaitu 7 hari, 14 hari, 21 hari ,dan 28
hari

I.5. TINJAUAN PUSTAKA


Penelitian sejenis sudah pernah dilakukan oleh:
Ardhi Ramadhana Suwarno dengan judul TINJAUAN KUAT
TEKAN BATA BETON DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH
GYPSUM PT. PETROKIMIA GRESIK YANG MENGGUNAKAN
AGREGAT HALUS ABU BATU dengan variasi penambahan limbah
gipsum sebesar 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat pasir yang
direncanakan setiap variasi 3 benda uji dengan perbandingan berat semen
dan agregat halus 1:5 dengan fas 0,5. Untuk uji kuat tekan menggunakan
cetakan silinder dengan dimensi diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Untuk
uji kuat lentur dan uji kuat serap air menggunakan cetakan balok dengan
dimensi panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm. Metode perawatan
benda uji yang digunakan adalah dengan direndam selama 28 hari.
Dengan hasil didapatkan kuat tekan terbesar pada variasi penambahan
limbah gypsum 10% yaitu sebesar 4,73 MPa, dengan kuat lentur dan
serapan air pada variasi terseebut yaitu 0,791 Mpa dan 18,94%.
PROGRAM

STUDI

TEKNIK

SIPIL

FAKULTAS

TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014


Lilik Sri Widodo dengan judul PENGARUH FOAM AGENT DAN
SERBUK GYPSUMTERHADAP KUALITAS BATA RINGAN dengan
variasi foam agent adalah 0 lt/m3, 0,7 lt/m3, 0,9 lt/m3, dan 1,1 lt/m3dan
5% serbuk gypsum dari volume beton. Setiap variasi benda uji dengan

perbandingan berat semen dan agregat halus adalah 1:2 dengan nilai fas
0,4. Untuk pengujian kuat tekan dan kuat Tarik belah beton menggunakan
cetakan silinder dengan dimensi 15 cm dan tinggi 30 cm. untuk uji kuat
lentur beton menggunakan cetakan balok dengan dimensi panjang 60 cm,
lebar 10 cm dan tinggi 20 cm, perawatan beton direndam selama 28
hari.Penambahan foam agent 0,7 1t/m3, 0,9 1t/m3, 1,1 1t/m3 dan serbuk
gypsum 5% padabata beton ringan hasil pengujian kuat tekan, kuat tarik
belah, kuat lentur maksimal didapat padapenambahanfoam agent 0,7
1t/m3 dan serbuk gypsum 5%. Untuk bata beton normal kuat tekan dan
kuat lentur lebih besardari bata ringan fascon dan duracon, pada
penambahan foam agent 0,7 1t/m3 , 0,9 1t/m3 , 1,1 1t/m3 dan
serbukgypsum 5% mengalami penurunan, tetapi kuat tekan dan kuat lentur
bata beton ringan lebih besar dari bataringan fascon dan duracon. Dari
hasil penelitian kuat tekan rata-rata tertinggi dicapai bata beton ringan
dengankandungan foam agent 0,7 lt/m3 dan 5% serbuk gypsum
menggunakan pasir kuarsa sebesar 3,58 MPa, kuatTarik belah dengan
kandungan foam agent 0,7 lt/m3 dan 5% serbuk gypsum menggunakan
Kuarsa sebesar 0,34MPa, kuat lentur balok beton posisi tegak dengan
kandungan foam agent 0,7 lt/m3 dan serbuk gypsummenggunakan Kuarsa
sebesar 0,523 MPa, kuat lentur balok beton posisi datar dengan kandungan
foam agent0,7 lt/m3 dan serbuk gypsum menggunakan Kuarsa sebesar
0,269Mpa.
PROGRAM

STUDI

TEKNIK

SIPIL

FAKULTAS

TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

Purnawan Gunawan, Slamet Prayitno dan Hermansyah dengan judul


PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BENDRAT PADA BETON
RINGAN DENGAN TEKNOLOGI FOAM TERHADAP KUAT
LENTUR, TOUGNESS, DAN STIFFNESS dengan variasi serat
4

berkadar 0%, 0.25%, 0.5%, dan 1%. Metode yang digunakan dengan
mengambil 3 sampel dari beberapa presentase. Nilai kuat lentur dengan
serat bendrat sebesar 0%, 0.25%, 0.5%, dan 1% yang diuji pada umur 28
hari berturut-turut adalah 104,284 t/m2; 149,216 t/m2; 151,312 t/m2; dan
161,251 t/m2, nilai maksimal kuat lentur dengan serat 1% sebesar
54,627%. Nilai toughness berturut-turut 634 Nmm, 837,667 Nmm, 840
Nmm, 1052,333 Nmm, nilai toughness maksimal dengan serat 1% sebesar
65,983%. Nilai stiffness berturut-turut 5001,647 N/mm, 7660,024 N/mm,
7995,570 N/mm dan 8087,582 N/mm, nilai stiffness maksimal dengan
serat 1% sebesar 61,698%.
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
SURAKARTA, JLN IR. SUTAMI 36A,
TELP:0271-634524. 2014

SEBELAS
MARET
SURAKARTA 57126

Purnawan Gunawan, Wibowo dan Dewana Istiyan Primasatya dengan


judul PENGARUH PENAMBAHAN SERAT GALVALUM PADA
BETON RINGAN DENGAN TEKNOLOGI FOAM TERHADAP KUAT
LENTUR, TOUGNESS, DAN STIFFNESS dengan variasi serat
berkadar 0%, 0.25%, 0.5%, dan 1%. Nilai kuat lentur dengan serat bendrat
sebesar 0%, 0.25%, 0.5%, dan 1% berturut-turut adalah 104,28 t/m2;
110,31 t/m2; 182,99 t/m2; dan 134,98 t/m2, pada serat 0.5% terjadi
kenaikan kuat lentur sebesar 75,48%. Nilai toughness terbesar terjadi pada
penambahan serat 0.5% dengan nilai 1407 Nmm mengalami perubahan
sebesar 121,92%. Stiffness dengan kadar serat galvalum sebesar 0%,
0.25%, 0.5%, dan 1% yang diuji pada umur 28 hari adalah 5001,65
N/mm; 7277,67 N/mm; 8472,88 N/mm dan 7957,14 N/mm. Penambahan
kadar serat sebesar 0.5% menghasilkan nilai stiffness sebesar 69,40%
dibandingkan dengan beton ringan foam tanpa serat.
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
SEBELAS
MARET
SURAKARTA, JLN IR. SUTAMI 36A, SURAKARTA 57126
TELP:0271-634524. 2014.

I.6 LANDASAN TEORI


I.6.1. Jenis Beton
a. Beton
Beton merupakan material struktur yang sudah sangat dikenal dan
telah digunakan secara luas oleh manusia dalam membuat struktur bangunan.
Sudah hampir sebagian besar gedung - gedung dan sarana infrastruktur
menggunakan beton sebagai dasar dari bangunan tersebut.
Menurut (Abdullah dan Yudith,2008) berdasarkan beratnya, beton
diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu :
1). Normal-weight concrete yaitu beton dengan massa jenis sekitar 2400
kg/m3
2). Light-weight concrete yaitu beton dengan massa jenis sekitar 1800 kg/m3.
3). Heavy-weight concrete yaitu beton dengan massa jenis lebih dari 3200
kg/m3.
Aplikasi penggunaan normal-weight concrete biasanya sebagai bahan
bangunan rumah atau gedung. Light-weight concrete umumnya digunakan
sebagai dinding ataupun atap bangunan gedung. Heavy-weight concrete
biasanya dipergunakan untuk pembangunan struktur bangunan tinggi,
jembatan atau flyover.

b. Beton Ringan
Menurut SNI

03-3449-2002, beton ringan struktural adalah beton

yang memiliki agregat ringan atau campurran agregat kasar ringan dan pasir
alam sebagai pengganti agregat halus ringan dengan ketentuan tidak boleh

melampaui berat isi maksimum beton 1850 kg/m3 dan harus memenuhi
ketentuan kuat tekanan dan kuat tarik belah beton ringan untuk tujuan
strktural.
Berdasarkan cara memproduksinya, Menurut (Tiurma Simbolon ,
2009) ada beberapa cara untuk memproduksi beton ringan tetapi semuanya
hanya bergantung pada rongga udara dalam agregat atau pembuatan rongga
udara dalam beton. Berikut adalah beberapa cara pembuatan beton ringan.
1). Beton ringan dengan batuan berongga atau agregat ringan yang digunakan
sebagai pengganti agregat kasar. Berdasarkan tingkat kepadatan dan kekuatan
beton yang dihasilkan dan berdasarkan jenis agregat ringan yang dipakai,
beton ringan dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
a). Beton insulasi (insulating concrete)
Beton ringan dengan massa jenis berkisar 300 800 kg/m3 berkekuatan tekan
berkisar 0,6 6,89 Mpa.
b). Beton ringan dengan kekuatan sedang (Moderate Strength Concrete)
Beton ringan dengan massa jenis berkisar 800 1440 kg/m3 dengan kuat
tekan berkisar 6,89 17,24 Mpa.
c). Beton Struktural (Struktural Concrete)
Beton ringan dengan massa jenis berkisar 1440 1850 kg/m3 dengan kuat
tekan berkisar 17,24 Mpa pada saat umur beton mencapai 28 hari.
2). Beton ringan tanpa pasir (No fines concrete)
Beton ini tidak menggunakan pasir sehingga mempunyai jumlah pori-pori
yang banyak. Beton ini mempunyai massa jenis berkisar 880 1200 kg/m3
dengan kuat tekan berkisar 7 14 Mpa yang dipengaruhi oleh berat isi dan
kadar semen.

3). Beton ringan yang diperoleh dengan memasukkan udara ke dalam beton
atau mortar (beton aerasi) atau Aerated Lightweight Concrete (ALC). Beton
ini mempunyai massa jenis berkisar 200 1440 kg/m3 dan biasanya
digunakan untuk keperluan insulasi. Dengan menambahkan foaming agent
maka volume adukan beton akan mengembang secara otomatis sehingga lebih
ekonomis.

c. Beton Foam
Beton foam adalah campuran antara semen, air, agregat dengan bahan
tambah (admixture) tertentu yaitu dengan membuat gelembung-gelembung
udara dalam adukan semen sehingga didalam betonnya terjadi banyak poripori udara (Husin dan Setiaji, 2008)
I.6.2. Material Pembentuk Beton
a. Semen Portland
Semen Portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikatsilikat kalsium yang
bersifat hidrolisi dengan gypsum sebagai bahan tambahan (PUBI, 1982).
Bahan dasar pembentuk semen ada 3CaO.SiO2 (tricalcium silikat) disingkat
C3S (58% - 69%), 2CaO.SiO2 (dicalciumsilikat) disingkat C2S (8% - 15%),
3CaO.Al2O3 (tricalcium aluminate) disingkat C3A (2% - 15%), dan
4CaO.Al2O3.Fe2O3 (tetracalcium alummoferrit) disingkat C4AF(6-14%).
Hidrasi semen adalah reaksi antara komponen-komponen semen dengan air.
Untuk mengetahui hidrasi semen maka harus mengetahui hidrasi senyawasenyawa penyusun semen. Hidrasi trikalsium aluminat (C3A) yang berlebih

pada suhu 30C akan menghasilkan kristal kalsium alumina hidrat (3CaO.

Al2O3. 3H2O) yang berbentuk kubus yang stabil dan kurang larut.
Penambahan gipsum akan menghasilkan reaksi yang berbeda. Mula-mula
C3A akan bereaksi dengan gipsum membentuk sulfo aluminat yang kristalnya
berbentuk jarum, namun pada akhirnya gipsum akan bereaksi seluruhnya
sehingga terbentuk Kalsium Aluminat Hidrat (CAH).
CaO. Al2O3. + 6H2O 3CaO. Al2O3. 6H2O
- Hidrasi C3A dengan penambahan gypsum
3CaO.Al2O3. + 3CaSO4 + 32 H2O 3CaO. Al2O3. 3CaSO4.32H2O
Penambahan

gipsum

pada

Semen

bertujuan

untuk

menunda

pengikatan, hal ini disebabkan karena terbentuknya lapisan ettringite pada


permukaan kristal C3A, sehingga menunda hidrasi C3A.
b. Air

Air diberikan kepada bahan dasar pembuat beton untuk membuat


reaksi dengan semen Portland. Air yang dapat diminum biasanya dapat pula
dipakai untuk bahan campuran beton. Air yang mengandung banyak minyak,
asam, alkali, garam,bahan organis sebaiknya jangan dipakai untuk pencampur
beton, karena dapat mengurangi kekuatan betonnya. Air laut dapat dipakai
akan tetapi biasanya kekuatan betonnya setelah keras hanya sekitar 80%
sampai 90% jika dibandingkan dengan beton air tawar.
Secara umum air yang dapat dipakai untuk bahan pencampur beton
ialah air yang bila dipakai akan dapat menghasilkan beton dengan kekuatan
lebih 90% kekuatan beton yang memakai air suling.
c. Agregat Halus
Agregat merupakan butiran-butiran mineral yang berguna untuk isian
campuran beton. Agregat menempati sebanyak 60%-80% dari volume mortar
atau beton. Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton. Bentuk, tekstur,
serta gradasi agregat dapat mempengaruhi sifat kelecakan, pengikatan, dan

pengerasan beton segar. Sedangkan sifat fisik, kimia, dan mineral dapat
mempengaruhi kekuatan, kekerasan, dan ketahanan beton. Sehingga agregat
merupakan bagian terpenting didalam campuran beton, sehingga penting pula
didalam pemilihan dan penggunaanya. Agregat halus untuk beton dapat
berupa pasir alam hasil disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau
berupa pasir buatan yang dihasilkan dari alat-alat pemecah batuan (artificial
sand) dengan ukuran kecil (0,15 mm 5 mm). (SK SNI T-15-1991-03)
d. Foam Agent
Foam agent adalah suatu larutan pekat dari bahan surfaktan, dimana
penggunaannya dengan melarutkannya kedalam air. Surfaktan merupakan
molekul yang memiliki gugus polar yang bersifat hidrofilik dan gugus non
polar yang bersifat lipofilik sekaligus, sehingga dapat mempersatukan
campuran yang terdiri dari minyak dan air, dan juga zat yang cenderung
terkonsentrasi pada antar muka dan mengaktifkan antar muka tersebut dengan
menghasilkan gelembung-gelembung yang bermunculan didalam beton.
Sehingga terjadilah banyak pori-pori udara didalam betonnya sehingga beton
menjadi ringan karena berpori udara. Dalam penelitian, foam agentyang
digunakan addalah Spectafoam, HDM, Polimer. (Husin dan Setiadji, 2008)
e. Gypsum

Gipsum adalah batu putih yang terbentuk karena pengendapan air laut.
Gipsum merupakan mineral terbanyak dalam batuan sedimen dan lunak bila
murni. Merupakan bahan baku yang dapat diolah menjadi kapur tulis. Dalam
perdagangan biasanya gipsum mengandung 90% CaSO4.H2O(Habson, 1987).
Kata gipsum itu sendiri berasal dari bahasa Yunani mageirenw, yang berarti
memasak. Disebut demikian karena didaerah Montmartre Paris, pada
beberapa abad yang lalu orang-orangnya membakar gypsum untuk berbagai
keperluan dan material itu kemudian disebut plester. Karena gypsum
merupakan mineral yang tidak larut dalam air dalam waktu yang lama,
sehingga gypsum jarang ditemukan dalam bentuk butiran atau pasir, kecuali
10

yang ditemukan di White Sands National Moument di New Mexico AS


terdapat 710 km2 pasir gypsum putih yang cukup sebagai bahan baku untuk
industry dry wall selama 1000 tahun. Gypsum banyak ditemukan diberbagai
daerah di dunia yaitu, Jamaika, Iran, Thailand, Spanyol (Penghasil gypsum
terbesar di Eropa). Jerman, Italia, inggris, Irlandia, Ontario, Canada, New
York, Michigan, Indiana, Texas, Lowa, Kamsas, Oklahoma, Arizona, New
Mexico, Corolado, Utah, Nevada, Paris, California, New South Wales
Kalimantan dan Jawa Barat.
Penggunaan gypsum dapat digolongkan menjadi dua macam seperti
dipaparkan dibawah ini.
1) Yang belum mengalami kalsinasi

Dipergunakan dalam pembuatan semen Portland dan sebagai pupuk. Jenis


ini meliputi 28% dari seluruh volume perdagangan.
2) Yang mengalami proses kalsinasi.
Sebagian besar digunakan sebagai bahan bangunan, flester paris, bahan
dasar untuk pembuatan kapur, bedak, untuk cetakan alat keramik, tuangan
logam, gigi dan sebagainya. Jumlah tersebut meliputi 72% dari seluruh
volume perdagangan.
Gipsum sebagai perekat mineral mempunyai sifat yang lebih baik
dibandingkan dengan perekat organic karena tidak menimbulkan pencemaran
udara, murah, tahan api, tahan deteriorasi oleh faktor biologis dan tahat
terhadap zat kimia ( Purwadi, 1993).Waktu pengerasan gipsum bervariasi
tergantung pada kandungan bahanan airnya. Dalam proses pengerasan gipsum
setelah dicampur dengan air maka terjadi hidratasi yang menyebabkan
kenaikan suhu. Kenaikan suhu tersebut tidak boleh melebihi suhu 400 C
( Simatupang, 1985 ). Suhu yang lebih tinggi lagi akan mengakibatkan
pengeringan gipsum dalam bentuk CaSO4. 2H2O sehingga mengurangi bobot
air hidratasi.

11

Gypsum memiliki banyak kegunaan sejak zaman prasejarah hingga sekarang.


Beberapa kegunaan gypsum yaitu :
- Dry wall
- Bahan perekat
- Penyaring dan sebagai pupuk tanah, diakhir abad 18 dan awal abad 19,
gipsum Nova Scotia atau yang lebih dikenal dengan plaister digunakan dalam
jumlah besar sebagai pupuk diladang-ladang gandum AS.
- Campuran pembuatan lapangn tenis
- Sebagai pengganti kayu pada zaman kerajaan-kerajaan ketika kayu menjadi
langka pada zaman perunggu, gypsum ini yang digunakan sebagai bahan
bangunan.
- Sebagai pengental tofu, karena memiliki kadar kalsium yang tinggi
khususnya dibenua Asia diproses secara tradisional.
- Sebagai penambah kekerasan untuk bahan bangunan
- Untuk bahan baku kapur tulis
- Sebagai salah satu bahan pembuat portland semen
- Sebagai indicator pada tanah dan air.
Limbah gypsum PT. Petrokimia Gresik, sebagai bahan utama
penyusun bahan pengikat/binder beton geopolimer. Komposisi kimia dan fasa
dari limbah gypsum PT. Petrokimia tergantung kepada mineral mineral yang
berhubungan dengan batubaranya dan tergantung pula kepada kondisi
pembakarannya. Apabila limbah gypsum Petrokimia yang dipakai berasal dari
industri yang berbeda, maka akan diperoleh limbah gypsum Petrokimia
dengan komposisi yang berbeda pula, walaupun dengan jenis mineral yang

12

sama (Swanopoel, 2002). Limbah gypsum PT. Petrokimia Gresik tersebut


berupa phosporgypsum.

I.6.3. Proses Pembuatan Beton Foam

a. AAC
Bata ringan AAC adalah beton selular dimana gelembung udara yang
ada disebabkan oleh reaksi kimia. Adonan AAC umumnya terdiri dari pasir
kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan alumunium pasta sebagai
bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi).
Setelah adonan tercampur sempurna, kemudian adonan akan
mengembang selama 7-8 jam. Alumunium pasta yang digunakan dalam
adonan, selain berfungsi sebagai pengembang juga berperan dalam
mempengaruhi kekerasan beton. Volume aluminium pasta berkisar 5-8 persen
dari adonan yang dibuat, tergantung kepadatan yang diinginkan.
Adonan beton aerasi lantas dipotong sesuai ukuran. Adonan beton
aerasi yang masih mentah kemudian dimasukkan ke autoclave chamber atau
diberi uap panas dan diberi tekanan tinggi. Suhu di dalam autoclave chamber
sekitar 183 derajat celsius. Hal ini dilakukan sebagai proses pengeringan atau
pematangan.
Saat pencampuran pasir kwarsa, semen, kapur, gypsum, air, dan
alumunium pasta, terjadi reaksi kimia. Bubuk alumunium bereaksi dengan
kalsium hidroksida yang ada di dalam pasir kwarsa dan air sehingga
membentuk hidrogen. Gas hidrogen membentuk gelembung-gelembung udara
di dalam campuran beton. Gelembung-gelembung udara menjadikan
volumenya menjadi dua kali lebih besar dari volume semula. Di akhir proses
pengembangan atau pembusaan, hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan

13

langsung digantikan oleh udara. Rongga-rongga udara yang terbentuklah yang


membuat beton menjadi ringan.
b. CLC
Bata ringan CLC adalah beton selular yang mengalami proses curing
secara alami. CLC adalah beton konvensional yang mana agregat kasar
(kerikil) diganti dengan gelembung udara. Dalam prosesnya mengunakan busa
organik yang kurang stabil dan tidak ada reaksi kimia ketika proses
pencampuran adonan, foam/busa berfungsi hanya sebagai media untuk
membungkus udara.
Pabrikasi dan peralatan yang digunakan untuk menghasilkan CLC juga
standard, sehingga produksi dengan mudah dapat pula diintegrasikan ke
dalam pabrikasi beton konvensional. Hanya pasir, semen, air dan foam yang
digunakan dan kepadatan yang didapatkan dapat disesuaikan mulai dari 350
kg/m sampai 1.800 kg/m dan kekuatan dapat juga dicapai dari serendah 1,5
sampai lebih 30 N/mm.
Pasir sungai berukuran 2, 4, 6 dan 8mm dapat digunakan, tergantung pada
kepadatan yang diinginkan. Semen portland menawarkan kinerja paling
optimal tetapi kebanyakan jenis lain semen juga bisa digunakan. Kepadatan
beton bisa disesuaikan, berbagai ukuran dan maupun panel prefab dapat
diproduksi, di atas kepadatan dari 1.200 kg / m (setengah dari berat beton
konvensional) untuk aplikasi struktural dapat mengunakan rangka baja.
Pada CLC gelembung udara yang dihasilkan benar-benar terpisah satu sama
lain, sehingga penyerapan air jauh lebih sedikit dan baja tidak perlu dilapisi
dengan lapisan anti korosi, beton dengan kepadatan diatas 1.200 kg/m3 juga
tidak memerlukan pla-ster, seperti pada AAC, hanya cukup di cat
saja. Penyerapan air lebih rendah daripada di AAC dan masih cukup baik
dibandingkan dengan beton konvensional.

14

CLC sama halnya dengan beton konvensional kekuatan akan bertambah


seiring dengan waktu melalui kelembapan alamiah pada tekanan atmosfir
saja. Meskipun tidak seringan AAC, CLC tetap menawarkan penurunan berat
badan yang cukup besar dibandingkan dengan beton konvensional dan isolasi
termal 500% lebih tinggi dan tahan api.
Paku dan sekrup dapat dengan mudah dipaku ke CLC tanpa harus
menggunakan pen, CLC juga dapat dipotong atau digergaji. Bahkan panel
dinding rumah seluruhnya dapat dicetak hanya dalam sekali tuang.
Beton CLC menawarkan banyak ruang lingkup pengaplikasian, mulai dari
isolasi atap rumah pada kepadatan serendah 350 kg / m sampai dengan
produksi panel dan lantai beton dengan kepadatan 1800 kg / m.
I.6.4. Pengujian Beton
a. Kuat Lentur

Kuat Lentur adalah besarnya nilai kuat tarik tidak langsung dari benda
uji beton berbentuk balok yang diperoleh dari hasil pembebanan benda uji
tersebut yang diletakkan mendatar di atas permukaan meja penekan mesin uji
lentur atau juga didefinisikan sebagai hasil bagi antara momen lentur terhadap
momen inersia balok beton. Pengujian kuat lentur beton ringan pada
penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk balok dengan ukuran 10 x 10
x 55 cm dengan jumlah 3 benda uji tiap satu jenis sampel. Jumlah sampel
tersebut dipakai berdasarkan peraturan SNI 03-2823-1992 (2.1), dimana
jumlah benda uji yang dipakai minimal 3 buah. Untuk membutika
kemampuan balok beton dalam menahan beban maka balok beton perlu diuji
kuat lentur. Kuat lentur dapat dihitung dengan Gambar 1 dan Persamaan (1)
dan (2).

15

Gambar 1. Pembebanan benda uji lentur dan Diagram Bidang

. 1

.............. 2
Keterangan : f = Kuat Lentur (MPa)
I = Momen Inersia (mm4)

Y = Jarak ke sumbu netral (mm)


h = Tinggi (mm)

Mx = Momen Lentur (Nmm) b = Lebar balok (mm)


b. Kuat Tekan

Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan
tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Pengujian kuat tekan beton ringan
pada penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan ukuran
15 x 30 cm dengan jumlah 3 benda uji tiap satu jenis sampel.
Kuat tekan beton =

(kg/cm2) .. 3

Keterangan : P = beban maksimum (kg)

A=luas penampang (cm2)

16

BAB II
METODELOGI PENELITIAN

II.1 BAHAN
1. Semen

Semen berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu


massa yang padat dan juga mengisi rongga-rongga diantara butiran-butiran
agregat. Salah satu jenis semen yang biasa dipakai dalam pembuatan beton ialah
semen Portland. (Tjokrodimuljo,1996) Jenis semen Portland yang dipakai adalah
semen Portland Tipe I yaitu Holcim.

2. Air

17

Air merupakan salah satu bahan dasar pembuat dan perawatan beton. Air
diperlukan untuk bereaksi kimia dengan semen yang mengakibatkan pengikatan
dan pengerasan beton, untuk melumasi antara butir-butir agregat agar mudah
dikerjakan dan dipadatkan. Air yang memenuhi syarat sebagai air minum,
memenuhi syarat pula untuk bahan campuran beton (SNI 03-2847-2002). Untuk
bereaksi dengan semen, air yang diperlukan sekitar 25%-30% dari berat semen.
Air yang digunakan pada penelitian ini adalah air tawar.

3. Agregat Halus

Agregat merupakan butiran-butiran mineral yang berguna untuk isian


campuran beton. Agregat menempati sebanyak 60%-80% dari volume mortar atau
beton. Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton. Agregat halus yang
digunakan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap analisa saringan,
kadar air, berat volume, kadar lumpur, kandungan zat organis, berat jenis dan
penyerapan.

4. Foam Agent

Foam agent adalah suatu larutan pekat dari bahan surfaktan, dimana apabila
hendak digunakan harus dilarutkan dengan air. Dengan membuat gelembunggelembung gas/udara dalam adukan semen. Dengan demikian akan terjadi banyak
poripori udara di dalam betonnya.

5. Serbuk gypsum

Gypsum merupakan bahan galian yang terbentuk dan air tanah yang
mengandung ion-ion sulfat dan sulfida. Gypsum (CaSO4.2H2O) adalah bahan
yang biasa ditambahkan pada proses pembuatan semen. Pengguanaan bahan

18

tambah berwarna putih ini diharapkan dapat menambah daya kuat tekan
campuran dalam bata ringan.
II.2 PERALATAN

1. Satu Set Saringan

5. Alat Bantu

2. Timbangan

6. Alat Uji Slump

3. Mesin Pengaduk Beton

7. Alat Uji Kuat Tekan

4. Cetakan Beton

8. Alat Uji Kuat Lentur

II.3 PELAKSANAAN PENELITIAN


1. Pemeriksaan bahan campuran beton.

analisis saringan agregat halus


1) Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 + 5) 0C, sampai
berat tetap.
2) Sering benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan
paling besar ditempatkan paling aatas. Saringan diguncang dengan
tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.

berat jenis dan penyerapan agregat halus


kadar air agregat halus
berat volume agregat kasar dan agregat halus

19

2. Pembuatan rencana campuran (mix design).

Rencana campuran semen, air, dan agregat-agregat sangat penting untuk


mendapatkan kekuatan beton yang diinginkan. Ada beberapa macam metode
yang dapat digunakan untuk merancang komposisi campuran beton, namun
semua metode tersebut belum tentu dapat menghasilkan proporsi campuran
beton yang optimum.

3. Pembuatan benda uji.

Dalam pembuatan benda uji, tahapan pelaksanaannya terdiri dari menakar


(menimbang) bahan- bahan, mengaduk/ mencampur, mengangkut dari tempat
mengaduk kepengecoran, mencetak (memasukkan adukan ke dalam cetakan),
memadatkan dan merawat.
4. Pemeliharaan terhadap benda uji (curing).

Tujuan dari pemeliharaan adalah untuk mencegah terjadinya kehilangan


air dalam jumlah besar pada saat bersamaan air diperlukan untuk hidrasi tahap
awal dan halini merupakan saat yang kritis. Pencegahan yang dapat dilakukan
dengan cara menyiram, merendam, atau menutupi dengan karunggoni yang
dibasahi.

5. Pengujian benda uji

Pengujian beton menggunakan dua alat uji yaitu uji kuat tekan dan uji kuat
lentur dengan satuan Mpa.

PERHITUNGAN MIX DESIGN

20

1. Menentukan kuat tekan (fc) rencana pada 28 hari = 17,5 Mpa


2. Menetukan Standar Deviasi (S) = 7,0 Mpa

Karena tidak tersedia catatan atau pengalaman hasil uji beton masa lalu,
maka standar deviasi yang dipakai adalah 7,0 Mpa
3. Menghitung Nilai Tambah (m) = 1,64 x S
= 1,64 x 7,0 Mpa = 11,48 Mpa = 11,5 Mpa
4. Menghitung kuat tekan rata-rata (fcr) rencana pada 28 hari

fcr = fc + m
5.
6.
7.
8.

9.

= (17,5 + 11,5) Mpa = 29 Mpa


Jenis semen = Tipe 1
Agregat Halus = Pasir Merapi Cangkringan (Alami)
Agregat Kasar = Kerikil dan Batu Apung (Batu Pecah)
Menentukan FAS dari tabel dan didapat 0,52
FAS maksimal adalah 0,6 karena yang dipakai adalah air tawar
Sehingga dipilih nilai FAS terkecil yaitu 0,52
Nilai Slump = 7,5-15 cm
Tabel slump berdasarkan pemakaian beton
(SK-SNI-03-2834-2002)

Pemakaian Beton
Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak
Bertulang
Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan
struktur dibawah tanah
Pelat, balok, kolom dan dinding
Pengerasan jalan
Pembetonan masal

Maks

Min

125 mm

50 mm

90 mm

25 mm

150 mm
75 mm
75 mm

75 mm
50 mm
25 mm

10. Ukuran maksimum agregat kasar = 20 mm


11. Kadar Air Bebas

h = 195 mm
k = 225 mm
Tabel penentuan kadar air berdasarkan slam dan ukuran agregat
21

(SK-SNI 03-2834-2002)
Besar
ukuran
Maks.
Kerikil
(mm)
10 mm
20 mm
40 mm

Slam (mm)
Jenis
batuan

0-10

10-30

30-60

60-180

Alami
Batu Pecah
Alami
Batu Pecah
Alami
Batu Pecah

150
180
135
170
115
155

180
205
160
190
140
175

205
230
180
210
160
190

225
250
195
225
175
205

W = 0,67 h + 0,33 k
= 0,67 195 + 0,33 225
= 204,9 L/m = 205 L/m
12. Menghitung jumlah semen
3

Jumlah semen =
=
= 394,231 kg/m3
Jumlah semen minimum 275 kg/m3 yang didapat dari tabel
Tabel penentuan semen minimum berdasarkan jenis pembetonan
(SK-SNI 03-2834-2002)

Jenis Pembetonan
Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non-korosif
b. Keadaan keliling korosif,

disebabkan oleh kondensasi atau uap korosi


Beton di luar bangunan
a. Tidak terlindungi dari hujan dan terik matahari langsung

Semen Minimum (kg/m3)


275
325

325

b. Terlindungi dari hujan dan terik matahari langsung

275

Beton yang masuk kedalam tanah


a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti

325

22

b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah

Tabel A

Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/ payau/ laut

Tabel B

13. Menentukan daerah gradasi agregat halus

14.

15.

16.

17.

Agregat halus yang digunakan adalah pasir merapi cangkringan sehingga


masuk pada daerah 3.
Grafik antara Persen pasir terhadap agregat gabungan vs FAS
Diperoleh:
% agregat halus = 30 %
% agregat kasar = 100 % - 30 % = 70 %
Data Berat Jenis Agregat
a. Agregat halus ( Pasir Merapi Cangkringan ) = 2,584 gr/cm3
b. Agregat kasar ( Kerikil )
= 2,68 gr/cm3
Menghitung Berat Jenis Agregat Gabungan
BJ campuran = (% x BJ) agregat halus + (% x BJ) agregat kasar
BJ campuran = (0,3 x 2,584 gr/cm3) + (0,7 x 2,68 gr/cm3)
BJ campuran = 2,6512 gr/cm3
Mencari Berat Jenis Beton
Didapat dari Grafik Berat Jenis Beton vs Kandungan Air
Sehingga didapat Berat Jenis Beton = 2375 kg/m3
Menghitung komposisi agregat
Digunakan foam agent sebanyak 0,7 lt/m3 dari berat adukan beton
Beton
= air + semen + agregat
2375
= 205 + 394,231 + agregat
1775,8
= agregat
Sehingga, agregat halus = 0,3 x 1775,8 kg/m3 = 532,7 kg/m3
agregat kasar = 0,7 x 1775,8 kg/m3 = 1243,1 kg/m3
Komposisi batu apung = 0,8 x 1243,1 kg/m3 = 994,5 kg/m3
Komposisi kerikil = 0,2 x 1243,1 kg/m3 = 248,6 kg/m3
Foam agent = 0,7 x 2375 = 1662,5 L/m3
KOMPOSISI BETON

23

1. Air
2. Semen
3. Pasir Merapi Cangkringan
4. Kerikil
5. Batu Apung
6. Foam agent

= 205 L/m3
= 394,231 kg/m3
= 532,7 kg/m3
= 248,6 kg/m3
= 994,5 kg/m3
= 1662,5 L/m3

24

JADWAL PENELITIAN

Kegiatan

Waktu (Minggu)
Maret
April
Mei
Juni
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Pemilihan Judul
Pembuatan Proposal
Persiapan Alat dan
Bahan
Percobaan
Pendahuluan
Percobaan Utama
Pengujian
Perhitungan
Persiapan Laporan
Seminar

Kegiatan
Pemilihan Judul
Pembuatan Proposal
Persiapan Alat dan
Bahan
Percobaan Pendahuluan
Percobaan Utama
Pengujian

25

Perhitungan
Persiapan Laporan
Seminar

Juli

Agustus

17 18 19 20 21 22 23 24

September
25 26

27 28

26

JURNAL PENELITIAN

Pengujian Ukuran Partikel Agregat Halus


Pengujian

Sampel
80 mesh

100 mesh

Kuat Tekan

Kuat Lentur

Densitas

Pengujian Konsentrasi gypsum


Pengujian

0%

5%

Sampel
10%

15%

20%

Kuat
Tekan
Kuat
Lentur
Densitas

27

Pengujian Waktu Perawatan


Pengujian

Sampel
7 hari

14 hari

21 hari

28 hari

Kuat Tekan

Kuat Lentur

Densitas

28

Anda mungkin juga menyukai