Fix-Referat Obstetri - Perdarahan Antepartum
Fix-Referat Obstetri - Perdarahan Antepartum
FAKULTAS KEDOKTERAN
REFERAT I
SEPTEMBER 2016
UNIVERSITAS PATTIMURA
PENDARAHAN ANTEPARTUM
Disusun Oleh :
Andhika Norris Frabes
(2010-83-017)
Konsulen:
dr. Novy Riyanti, Sp.OG, M.Kes
PERDARAHAN ANTEPARTUM
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan yang berasal dari traktus genitalia
setelah usia kehamilan 24 minggu dan sebelum onset pelahiran janin.1,2,3,4 Angka
kejadiannya berkisar antara 5-10% kehamilan. Keparahan dan frekuensi perdarahan
obstetri membuat perdarahan trimester ketiga menjadi salah satu dari tiga penyebab
kematian ibu dan penyebab terbesar morbiditas dan mortalitas perinatal di Amerika
Sekirikat.5
Harus dibedakan antara perdarahan yang disebabkan oleh karena penyebab
obstetri dan nonobstetri (penyebab lokal). Penyebab nonobstetri menghasilkan
perdarahan yang menyebabkan kehilangan darah yang relatif sedikit kecuali pada
karsinoma cerviks yang invasif. Penyebab obstetri harus diperhatikan. Kebanyakan
perdarahan yang parah menghasilkan hilangnya > 800 mL darah biasanya akibat
solusio plasenta atau plasenta previa. Yang lebih jarang namun tetap berbahaya yaitu
perdarahan dari circumvallate placenta, abnormalitas mekanisme pembekuan darah
dan ruptur uteri.5
Tabel 1. Penyebab perdarahan trimester tiga5
Penyebab Obstetri
Bloody Show
Plsenta Previa
Solusio plasenta
Vasa Previa
DIC
Ruptur Uteri
Perdarahan sinus marginal
Penyebab non-obstetri
Keganasan atau displasia serviks
Servisitis
Polip servikal
Erosi serviks
Laserasi vagina
Vaginitis
Varikose vulva
Sedang
Penyebab
Obstetrik
Plasenta previa
Solusio plasenta
Ruptur uteri
Vasa previa dengan
perdarahan janin
Plasenta sirkumvalate
Ruptur sinus marginalis
Non-obstetrik
Koagulopati
Neoplasservikouterin
Keganasan genitalia bawah
Varises vagina
Laserasi vagina
Rendah
A. SOLUSIO PLASENTA
1.
DEFINISI
Gambar 3. Perdarahan yang berasal dari solusio plasenta yang luas. Perdarahan
eksternal: plasenta terlah terlepas di bagian perifer: membran antara plasenta dan
kanalis servisis uteri juga terlepas dari desidua dibawahnya. Hal ini memungkinkan
darah mengalir keluar vagina. Perdarahan terselubung : tepi plasenta dan membran
masih melekat darah masih tertahan dalam uterus. Plasenta previa parsial terdapat
pelepasan plasenta dan perdarahan eksternal8
solusio plasenta dapat total atau parsial. Perdarahan terselubung jauh lebih
berbahaya bagi ibu dan janin. Bahaya ini timbul bukan hanya karena
kemungkinan koagulopati komsumtif, tetapi karena banyak dan luas
perdarahan tidak diketahui dengan segera dan diagnosis umumnya terlambat.5,8
2.
EPIDEMIOLOGI
Frekuensi diagnosis solusio plasenta bervariasi karena perbedaan
kriteria, tetapi frekuensi rata-rata yang dilaporkan adalah 1 dalam 200
kelahiran. Dalam basis data mengenai 15 juta kelahiran, milik National Center
of Health Statistics Salihu dkk melaporkan insiden solusio plasenta pada
kehamilan bayi tunggal sebanyak 1 diantara 160. Dengan menggunakan data
catatan kelahiran di AS tahun 2003, insiden solusio plasenta sebesar 1 dalam
190 kelahiran. Di Parkland Hospital dari tahun 1988 hingga 2006, insidens
solusio plasenta pada lebih dari 280.000 kelahiran mencapai 1 dalam 290.
Setidaknya, di Parkland Hospital baik insiden maupun keparahan solusio
plasenta telah menurun seiring waktu. Dengan menggunakan kriteria pelepasan
plasenta yang sedemikian luas sehingga membunuh janin, insiden dilaporkan
sebanyak 1 dalam 420 kelahiran dari 1956 sampai 1967. Seiring dengan
berkurangnya jumlah perempuan dengan paritas tinggi yang melahirkan dan
semakin baiknya transportasi darurat serta tersedianya asuhan pranatal,
frekuensi solusio plasenta yang menyebabkan kematian janin menurun drastis
hingga mencapai sekitar 1 diantara 830 kelahiran dari tahun 1974 - 1989.
Antara tahun 1996 dan 2003, nilai ini semakin menurun hingga kurang lebih 1
dalam 1600 kelahiran.8
Meskipun angka kematian janin akibat solusio plasenta telah
menurun, peran solusio sebagai penyebab kematian janin masih tetap menonjol
karena telah berkurangnya angka lahir mati akibat sebab-sebab lain. Misalnya
sejak awal tahun 1990-an, 10 hingga 12% diantara semua bayi lahir mati dalam
trimester ketiga di Parkland Hospital merupakan akibat dari solusio plasenta.8
Tingginya angka kematian perinatal akibat solusio plasenta telah telah
tercatat dalam sejumlah laporan. Salihu menganalisis lebih dari 15 juta
kelahiran bayi tunggal di AS antara tahun 1995 - 1998. Dilaporkan bahwa
angka kematian perinatal akibat solusio plasenta adalah 119 per 1000 kelahiran
dibandingkan dengan 8 per 100 kelahiran pada mereka yang tidak mengalami
komplikasi ini.8
3.
ETIOLOGI
Sebab utama solusio plasenta tidak diketahui, tetapi beberapa kondisi
terkait dicamtumkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3. Faktor risiko solusio plasenta
Faktor risiko
Bertambahnya usia dan paritas
Preeklamsia
Hipertensi kronis
Ketuban pecah kurang bulan
Kehamilan ganda
Berat lahir rendah
Hidramnion
Merokok
Trombofilia
Penggunaan Kokain
Riwayat solusio
Leimioma Uteri
Risiko
Relatif
1,3 - 1,5
2,1 - 4,0
1,8 - 3,0
2,4 - 4,9
2,1
14,0
2,0
1,4 - 1,9
3-7
TD
10 - 25
TD
Afrika-Amerika
dan
Kaukasian
(1:200)
dibandingkan
10
5. Kokain
Perempuan dengan penggunaan kokain memiliki frekuensi solusio plasenta
yang sangat tinggi. Dari 50 perempuan yang menyalahgunakan kokain
dalam kehamilan, ditemukan 8 kasus lahir mati akibat solusio plasenta.8,10
6. Trombofilia
Selama dekade terakhir, sejumlah trombofilia yang diwariskan atau didapat
telah dikaitkan dengan penyakit tromboembolik selama kehamilan beberapa
diantranya seperti mutasi gen protrombin atau faktor V Leiden berkaitan
dengan solusio plasenta, infark plasenta serta preeklamsia.8
7. Solusio plasenta Traumatik
Pada beberapa kasus trauma eksternal, biasanya berkaitan dengan
kecelakaan kendaraan bermotor atau kekerasan fisik, dapat terjadi
pemisahan plasenta. Penelitian di rumah sakit Parkland menunjukan sekitar
2% solusio plasenta yang menyebabkan kematian janin yang memiliki
etiologi trauma. Namun, seiring menurunnya insiden solusio plasenta
selama beberapa tahun ini, solusio traumatik menjadi relatif lebih lazim.
Solusio plasenta juga dapat disebabkan oleh trauma yang relatif ringan. 8
8. Kontraksi uterus yang mengalami distensi berlebihan
Walaupun jarang, kontraksi yang cepat dari uterus yang mengalami distensi
berlebihan dapat menyebabkan solusio plasenta seperti ruptur membran
dengan polihidramnion, amnionreduksi terapeutik, atau pelahiran janin
dalam kehamilan ganda.10
9. Leiomioma
Tumor-tumor ini khususnya jika terletak dibelakang tempat implantasi
plasenta, merupakan predisposisi terjadinya solusio plasenta. Dilaporkan
dari 14 perempuan dengan leiomioma retroplasenta mengalami solusio
plasenta, dan empat perempuan melahirkan janin lahir mati. Sebaliknya
hanya 2 dari 79 perempuan dengan leiomioma yang tidak terletak
retroplasenta yang mengalami solusio plasenta. 8
10. Solusio berulang
11
4.
PATOFISIOLOGI
Solusio plasenta dimulai oleh pedarahan ke dalam desidua basalis akibat
cedera vaskular lokal. Desidua kemudian memisah, meninggalkan lapisan tipis
yang melekat ke miometrium. Karena itu, proses dalam tahap paling awal
terdiri atas pembentukan hematoma desidua yang menyebabkan pemisahan,
kompresi, dan akhirnya menghancurkan plasenta didekatnya. Ditemukan
adanya bukti histologis peradangan yang lebih banyak terlihat pada kasus
solusio plasenta dibandingkan pada kontrol normal.8 Sebagai kemungkinan
lain, areteri spiralis dapat ruptur, menciptakan hematoma retroplasenta. Pada
kasus ini, terjadi perdarahan, terbentuk bekuan, dan permukaan plasenta tidak
dapat lagi menyediakan pertukaran metabolik antara ibu dan janin.5
Dalam tahap dini, mungkin tidak ditemukan gejala-gejala klinis, dan
pemisahan hanya ditemukan pada saat pemeriksaan plasenta yang baru
dilahirkan. Pada kasus-kasus seperti ini, terdapat cekungan berbatas tegas pada
permukaan maternal plasenta. Cekungan ini biasanya berdiameter beberapa
sentimeter dan ditutupi darah yang telah membeku dan berwarna gelap. Karena
diperlukan beberapa menit untuk memunculkan perubahan anatomis ini,
plasenta yang sangat baru mengalami pemisahan dapat tampak sepenuhnya
normal saat dilahirkan. Usia bekuan retroplasenta tidak dapat ditentukan secara
pasti.8
Gambar 5 memperlihatkan bekuan berwarna gelap yang berukuran cukup
besar
12
bertambah besar merusak lebih banyak lagi pembuluh darah sehingga lebih
banyak plasenta yang terpisah (Gambar 6). Daerah terpisanya plasenta dengan
cepat meluas dan mencapai tepi plasenta. Karena uterus masih membesar,
akibat produk konsepsi uterus tidak mampu berkontraksi secara adekuat untuk
menekan pembuluh darah yang robek yang memperdarahi lokasi plasenta.
Darah yang keluar dapat menyebabkan diseksi membran dari dinding uterus
dan akhirnya tampak dari luar atau tertahan sepenuhnya dalam uterus.8
13
Faktor mekanikal jarang meyebabkan pemisahan plasenta prematur (15%). Temasuk didalamnya trauma abdomen, dekompresi tiba-tiba dari uterus
misalnya seperti pelahiran bayi kembar pertama, atau ruptur membran pada
hidramnion, atau traksi pada tali pusar yang pendek.5
Mekanisme lain yang mungkin adalah dimulainya kaskade kooagulasi.
Hal ini dapat terjadi contohnya pada trauma yang menyebabkan pelepasan
tromboplastin jaringan. Aktivasi faktor koagulasi ini pada saatnya dapat
berperan untuk memulai pembentukan bekuan pada hemodinamik yang stasis
terjadi pada placenta pool.5
Perdarahan terselubung atau tertahan (tersamar) mungkin terjadi bila :
Terdapat efusi darah dibelakang plasenta, tetapi tepinya masih tetap melekat
Plasenta sepenuhnya terpisah tapi membran masih melekat ke dinding
uterus
Darah memperoleh akses ke rongga amnion setelah menembus membran
Kepala janin memenuhi segmen bawah uterus sehingga darah tidak bisa
lewat8
Namun yang paling sering terjadi adalah membran secara bertahap
terdiseksi lepas dari dinding uterus dan darah cepat atau lambat akan mengalir
ke luar. Pada beberapa perempuan, perdarahan dengan pembentukan
hematoma retroplasenta dapat berhenti sepenuhnya tanpa pelahiran.8
14
Perdarahan pada solusio plasenta hampir selalu berasal dari ibu. Hal ini
logis karena pemisahan terjadi dalam desidua ibu. Pada 78 perempuan dengan
solusio plasenta nontraumatik ditemukan tanda perdarahan janin-ke-ibu pada
20%-nya. Pada semua kasus tersebut, volume darah janin kurang dari 10 mL.
Sebaliknya, perdarahan janin yang bermakna jauh lebih mungkin terjadi pada
solusio traumatik. Pada kondisi ini, perdarahan janin terjadi akibat robekan
atau fraktur dalam plasenta, bukan akibat pemisahan plasenta itu sendiri.
Perdarahan janin rata-rata bervolume 12 mL pada sepertiga perempuan yang
mengalami solusio traumatik.8
5.
KLASIFIKASI
Dalam klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran
klinik sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solutio
plasenta ringan, solusio, plasenta sedang, dan solusio plasenta berat.
a. Solusio plasenta ringan
Kurang lebih 30-40% penderita solusio plasenta ringan tidak atau sedikit
sekali melahirkan gejala. Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25%,
atau ada yang menyebutkan kurang dari 1/6 bagian. Pada keadaan yang
sangat ringan tidak ada gejala kecuali hematom yang berukuran beberapa
sentimeter terdapat pada permukaan maternal plasenta. Perdarahan vagina
bisa tidak ada hingga sedikit (< 100 mL). Ini dapat diketahui secara
retrospektif pada inspeksi plasenta setelah partus. Rasa nyeri pada perut
masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit, sehingga belum keluar
melalui vagina. Nyeri yang belum terasa menyulitkan membedakannya
dengan plasenta previa kecuali darah yang keluar bewarna merah segar pada
plasenta previa. Tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu maupun janin
masih baik. Pada inspeksi dan auskultasi tidak dijumpai kelainan kecuali
pada palpasi sedikit terasa nyeri lokal pada tempat terbentuk hematom dan
perut sedikit tegang tapi bagian-bagian janin masih dapat dikenal. Kadar
fibrinogen darah dalam batas-batas normal yaitu 350 mg%. Walaupun
belum memerlukan intervensi segera, keadaan yang ringan ini perlu
15
16
rahim kelihatan membulat dan kulit diatasnya kencang dan berkilat. Pada
auskultasi denyut jantung janin tidak terdengar lagi akibat gangguan
anatomik dan fungsi dari plasenta. Keadaan umum menjadi buruk disertai
syok. Adakalanya keadaan umum ibu jauh lebih buruk dibandingkan
perdarahan yang tidak seberapa keluar dari vagina. Hipofibrinogenemia dan
oliguria boleh jadi telah ada sebagai akibat komplikasi pembekuan darah
intravaskular yang luas (disseminated intravascular coagulation), dan
gangguan fungsi ginjal. Kadar fibrinogen darah rendah yaitu kurang dari
150 mg% dan telah ada trombositopenia.
6.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala solusio plasenta dapat sangat bervariasi tergantung
derajat pemisakan plasenta.5,8 Misalnya, perdarahan eksternal dapat sangat
banyak, tetapi pemisahan plasenta mungkin tidak sedemikian luas untuk
mengganggu kesejahtraan janin. Kadang-kadang, tidak ditemukan perdarahan
eksternal, tetapi plasenta telah terlepas seluruhnya dan janin meninggal sebagai
akibat langsung dari pemisahan plasenta. Perdarahan dapat berwarna merah
gelap atau berupa bekuan.1,8,12
Pada suatu penelitiaan prospektif yang melibatkan 59 perempuan dengan
solusio plasenta, dilaporkan perdarahan pervaginam pada 78%, nyeri yang
terlokalisir pada uterus atau nyeri punggung pada 66% dan distres janin pada
60%. Pada 22%, diagnosis awal adalah persalinan kurang bulan sebelum
akhirnya terjadi kematian atau distres janin. Temuan lain mencakup kontraksi
uterus yang sering dan hipertonus uterus persisten.8,11
Jika prosesnya luas, bukti distres janin, uterin tetani, DIC, atau syok
hipovolemik bisa tampak. Peningkatan tonus uteri dan frekuensi kontraksi
dapat memberikan tanda awal sebuah solusio. Rata-rata 2/3 pasien mengalami
kontraksi abnormal setengah dari mereka mengalami frekuensi kontraksi yang
tinggi dan setengahnya lagi hipertonus.5,11
7.
DIAGNOSIS
17
laboratorium
berupa
pemeriksaan
darah
lengkap
18
8.
DIAGNOSIS BANDING
Pada solusio plasenta yang berat, diagnosis umumnya jelas. Solusio yang
lebih ringan atau bentuk solusio yang lebih umum dapat lebih sulit dikenali
secara pasti dan diagnois sering dibuat pereksklusionam. Sayangnya, tidak
tersedia uji laboratorium ataupun metode diagnostik untuk mendeteksi
pemisahan plasenta yang berderajat lebih ringan secara akurat. Karena itu, bila
terjadi perdarahan pervaginam pada kehamilan dengan janin hidup, sering
harus dilakukan penyingkiran diagnosis plasenta previa dan sebab perdarahan
lainnya dengan menggunakan evaluasi klinis dan sonografi.8
Secara klinis sudah sejak lama diajarkan bahwa uterus yang nyeri
menandakan solusio plasenta, sedangkan perdarahan uterus yang tidak nyeri
menandakan plasenta previa. Diagnosis diferensial biasanya tidak sejelas ini,
dan persalinan yang menyertai plasenta previa menyebabkan nyeri yang mirip
solusio plasenta. Disisi lain nyeri akibat solusio dapat menyerupai persalinan
normal, atau dapat tidak nyeri, khususnya pada plasenta yang terletak di
posterior. Terkadang penyebab perdarahan pervagina tetap tidak jelas bahkan
setelah pelahiran.8
9.
PENATALAKSANAAN
Terapi solusio plasenta bervariasi tergantung pada usia gestasi dan
kondisi ibu serta janin. Bila janin sudah mencapai usia viabel, dan jika
persalinan pervaginam belum dapat dilaksanakan, pelahiran caesar darurat
dipilih oleh sebagian besar klinisi. Pada perdarahan eksternal masif, resusitasi
intensif dengan darah dan kristaloid serta pelahiran segera untuk
mengendalikan perdarahan merupakan tindakan penyelamatan jiwa bagi ibu
dan diharapkan janin. Jika diagnosis belum dapat dipastikan, dan janin hidup,
tetapi tanpa tanda-tanda terganggunya kesejahteraan janin, observasi ketat
dapat dilakukan di fasilitas yang mampu melakukan intervensi segera.6
19
20
21
2. Tokolisis.
Beberapa menganjurkan tokolisis untuk kehamilan kurang bulan yang
dipersulit oleh dugaan solusio, tetapi tanpa tergantungnya kesejahteraan
janin. Solusio menjadi tersamarkan selama periode yang lama jika tokolisis
dimulai. Sebaliknya, Sholl dan Combs menyediakan data yang
memperlihatkan bahwa tokolisis memperbaiki keluaran pada suatu
kelompok terpilih perempuan dengan kehamilan kurang bulan yang
dipersulit solusio plasenta. Pada penelitian selanjutnya, pemberian
magnesium sulfat, terbutalin, atau keduanya pada 95 perempuan dari 131
perempuan dengan solusio plasenta yang didiagnosis sebelum 36 minggu,
angka kematian perinatal sebesar 5% pada kelompok ini dan tidak terlalu
berbeda dengan mereka yang tidak mendapat perlakuan. 8
3. Pelahiran caesar.
Pelahiran cepat janin yang masih hidup tetapi mengalami distres,
dalam praktiknya selalu berarti pelahiran caesar. Kecepatan respon
merupakan faktor penting yang menentukan keluaran pada neonatus.
Pelahiran caesar pada saat ini terbukti membahayakan ibu karena ibu berada
dalam kondisi hipovolemik berat dan mengalami koagulopati konsumtif
berat. Defek koagulasi berat sangat mungkin menyulitkan pelahiran caesar.
22
23
6. Oksitosin
Meskipun kondisi hipertonus baseline menggambarkan fungsi
miometrium pada sebagian besar kasus solusio plasenta berat, jika tidak
disertai kontraksi ritmis uterus dan sebelumnya tidak tidak pernah
melakukan tindakan bedah pada uterus, diberikan oksitosin dalam dosis
standar. Perangsangan uterus untuk memacu pelahiran pervaginam biasanya
terbukti memiliki manfaat yang melebihi risikonya. Penggunaan oksitosin
telah mendapat banyak serangan karena dianggap dapat memicu masuknya
tromboplastin kedalam sirkulasi ibu sehingga memulai atau mempercepat
koagulasi komsumtif atau sindrom embolisme cairan amnion. Terdapat
bukti yang mendukung hal ini. 8
10. KOMPLIKASI
a. Syok.
Dahulu syok dipercaya kadang-kadang terjadi pada solusio plasenta
tidaklah sebanding dengan jumlah perdarahan. Menurut anggapan tersebut,
tromboplastin plasenta memasuki sirkulasi ibu dan mencetuskan koagulasi
intravaskular serta berbagai karakteristik sindrom emboli cairan amnion.
Hal tersebut sebenarnya jarang terjadi, dan syok hipovolemik sesungguhnya
secara langsung disebabkan kekurangan darah pada ibu. Sebaliknya,
hipotensi atau anemia tidak harus ditemukan bahkan pada kasus perdarahan
terselubung yang ekstrim sekalipun. Oliguri akibar hipoperfusi ginjal yang
tidak adekuat, yang ditemukan pada kondisi ini, responsif terhadap infus
darah dan cairan intravena yang agresif.8
b. Koagulopati konsumtif
Solusio plasenta adalah salah satu penyebab tersering koagulopati
konsumtif yang bermakna secara klinis dalam bidang obstetri. Pada sekitar
sepertiga perempuan yang mengalami solusio plasenta, yang cukup berat
untuk mematikan janin, terdapat perubahan yang dapat diukur pada faktor
koagulasi. Secara spesifik, hipofibrinogenemia yang bermakna secara klinis
(kadar plasma < 150 mg/dL) ditemukan.temuan ini disertai dengan
24
fibrinogen-fibrin
Trombositopenia
nyata
dan/atau
dapat
D-Dimer
atau
dalam
tidak
serum
dapat
ibu.
menyertai
preeklamsia
sering
ditemukan
bersama
solusio
plasenta,
25
26
Gambar 8. Uterus couvelaire dari solusio plasenta total setelah pelahiran caesar8.
Darah menginfiltrasi miometrium secara masif untuk mencapau tunika serosa,
khususnya cornua. Darah memberikan gambaran ungu kebiruan pada miomertrium,
seperti yang diperlihatkan. Setelah insisi histerektomi ditutup, uterus tetap
berkontraksi dengan baik meskipun terjadi ekstravasasi luas darah ke dalam dinding
uterus. Leimioma serosa kecil yang tampak pada permukaan anterior bawah uterus
merupakan temuan insidensial.8
11. PROGNOSIS
Bila janin telah meninggal atau belum viabel, tidak terdapat bukti
diperlukannya pembatasan waktu tertentu tanpa dasar yang jelas. Pengalaman
menunjukan bahwa keluaran ibu bergantung pada ketekunan dalam
memberikan terapi cairan dan penggantian darah yang adekuat, dan bukan pada
rentang waktu pada pelahiran.8
B. PLASENTA PREVIA
1. DEFINISI
Plasenta previa digunakan untuk menggambarkan plasenta yang
berimpantasi diatas atau sangat berdekatan dengan ostium uteri internum.8
Plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga
menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri interna.
27
28
1. Usia ibu yang semakin lanjut meningkatkan risiko plasenta previa. Seperti
pada gambar 3, insiden plasenta previa meningkat secara bermakna pada
setiap peningkatan kelompok usia ibu. Insiden ini sebesar 1 dalam 1500
pada perempuan berusia 19 tahun dan sebesar 1 diantara 100 pada
perempuan berusia lebih dari 35 tahun. Bertambahnya usia ibu di AS telah
menyebabkan peningkatan insiden total dari plasenta previa dari 0,3% pada
tahun 1976 menjadi 0,7 pada tahun 1977. Diantara lebih dari 36.000
perempuan yang terlibat dalam penelitian FASTER, maka mereka yang
berusia lebih dari 35 tahun memiliki risiko 1,1% untuk mengalami plasenta
previa dibandingkan dengan risiko 0,5% pada perempuan yang berusia < 35
tahun.8
2. Multiparitas juga berkaitan dengan peningkatan risiko plasenta previa.
Babinszki melaporkan insidens 2,2% pada perempuan para 5 atau lebih
merupakan peningkatan yang signifikan dibandingan dengan insiden pada
perempuan idengan paritas yang lebih sedikit. Angka kejadian plasenta
previa 40% lebih tinggi pada kehamilan dengan janin multipel dibandingkan
janin tunggal.8
3. Untuk alasan yang tidak diketahui, riwayat pelahiran caesar meningkatkan
risiko plasenta previa. Pada penelitian terhadap 30.132 perempuan dalam
pelahiran yang menjalani pelahiran caesar, melaporkan peningkatan risiko
plasenta previa pada perempuan yang memiliki riwayat pelahiran caesar.
Insiden ini sebesar 1,3% pada mereka yang memiliki riwayat menjalani
pelahiran caesar 1 kali, dan 3,4% pada mereka yang pernah menjalani enam
kali atau lebih pelahiran caesar. Peningkatan risiko plasenta previa sebanyak
3 kali lipat pada perempuan yang pernah menjalani pelahiran caesar.
Terakhir, riwayat insisi uterus dengan plasenta previa meningkatkan
kemungkinan diperlukannya histerektomi caesar untuk mengendalikan
perdarahan dari plasenta akreta, inkreta, atau perkreta.8
4. Risiko relatif plasenta previa dilaporkan meningkat sebanyak dua kali lipat
pada perempuan yang merokok. Dibuat teori bahwa hipoksia karbon
monoksida menyebabkan hipertrofi plasenta kompensatoris. Yang mungkin
29
4. KLASIFIKASI
Terdapat beberapa kemungkinan dari bentuk plasenta previa yaitu :
1. Plasenta previa total : ostium internum sepenuhnya ditutupi plasenta
2. Plasenta previa parsial : ostium internum sebagian ditutupi plasenta
3. Plasenta previa marginal : tepi plasenta berada pada pinggir ostium internum
4. Plasenta letak rendah : plasenta berimplantasi pada segmen bawah uterus
sedemikian rupa hingga tepi plasenta tidak mencapai ostium internum tetapi
terletak berdekatan dengan ostium tersebut.
5. Vasa previa : pembuluh darah janin berjalan menyeberangi ketuban dan
melewati ostium uteri internum
30
Gambar 11. Plasenta previa pada usia kehamilan 22 minggu. Pada pemeriksaan
inspekulo, tampak serviks berdilatasi 3-4 cm. Anak panah menunjukan lendir yang
keluar dari serviks.8
5. PATOFISIOLOGI
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah
rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak
plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang
bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi
31
segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak
akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta.
Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka
(dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu
akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruangan
intervilus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah
rahim itu perdarahan pada plasenta previa bagaimanapun pasti akan terjadi
(unavoidable bleeding). Perdarahan pada tempat itu relatif dipermudah dan
diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu
berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimiliki sangat minimal,
dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup sempurna.
Perdarahn akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi
mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan
berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen
bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru
akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang
tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar
tanpa rasa nyeri (painless). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum perdarahan terjadi lebih awal pada kehamilan oleh karena segmen
bawah rahim terbentuk terlebih dahulu pada bagian terbawah yaitu pada ostium
uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau letak rendah,
perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan.
Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada
perdarahan berikutnya. Untuk berjaga-jaga mencegah syok hal tersebut perlu
dipertimbangkan. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan
dibawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34
minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium
uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir ke luar rahim dan tidak
membentuk hematoma retroplasenta yang mempu merusak plasenta lebih luas
dan melepaskan tromboplastin kedalam sirkulasi maternal. Dengan demikian,
sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa.12
32
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmn bawah rahim
yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibanya
plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta
inkreta, bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai
menembus ke buli-buli dan ke rektum bersama plasenta previa. Plasenta akreta
dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah
caesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab
kurangnya elemen otot yang terdapat di sana. Kedua kondisi ini berpotensi
meningkatkan kejadian perdarahan pascapersalinan pada plasenta previa
misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan sempurna
(retentio placentae), atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak
mampu berkontraksi dengan baik.12
6. MANIFESTASI KLINIS
Peristiwa yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan
dengan darah berwarna merah terang tanpa nyeri, yang biasanya tidak terjadi
hingga mendekati akhir trimester kedua atau setelahnya. Namun, perdarahan
dapat terjadi sebelumnya, dan terkadang aborsi dapat terjadi akibat lokasi
abnormal plasenta yang sedang berkembang.1,8
Pada banyak kasus plasenta previa, perdarahan dimulai tanpa gejala
peringatan dan tanpa disertai nyeri pada perempuan yang sebelumnya
mengalami riwayat pranatal normal. Untungnya, perdarahan inisial ini jarang
sedemikian masif sehingga fatal. Biasanya, perdarahan ini berhenti, kemudian
berulang kembali. Pada beberapa perempuan, khususnya mereka dengan
plasenta yang berimplantasi didekat tetapi tidak menutupi ostium uteri
internum, perdarahan tidak terjadi hingga dimulainya persalinan. Kemudian,
perdarahan dapat bervariasi, mulai dari ringan hingga masif, dan secara klinis
dapat menyerupai solusio plasenta.8
Penyebab perdarahan ditekankan kembali: jika plasenta terletak
menutupi ostium uteri internum, pembentukan segmen bawah uterus dan
pembukaan ostium uteri internum, akan menyebabkan perobekan perlekatan
33
7. DIAGNOSIS
Plasenta previa atau solusio plasenta harus selalu dipikirkan saat
menghadapi perempuan dengan perdarahan uterus pada paruh kedua
kehamilan. Kemungkinan plasenta previa tidak boleh disingkirkan hingga
pemeriksaan sonografi telah jelas menunjukan ketiadaan plasenta previa.
Diagnosis ini jarang dapat ditegakan secara pasti dengan pemeriksaan klinis,
kecuali jika jari dimasukan melalui serviks dan plasenta dipalpasi. Pemeriksaan
serviks dengan jari seperti demikian tidak diperbolehkan, kecuali perempuan
tersebut berada diruang operasi dengan persiapan lengkap untuk pelahiran
caesar segera, bahkan sentuhan jari yang paling lembut sekalipun dapat
menyebabkan perdarahan hebat. Selain itu, jenis pemeriksaan ini tidak boleh
34
35
8. DIAGNOSIS BANDING
Penyebab dari plasenta yang menyebabkan perdarahan selain plasenta previa
termasuk solusio plasenta. 5
9. PENATALAKSANAAN
Perempuan dengan plasenta previa dapat digolongan ke salah satu
kategori berikut :
Janin kurang bulan dan tidak terdapat indikasi lain untuk pelahiran
Janin cukup matur
Persalinan telah dimulai
Perdarahan sedemikian hebat sehingga harus dilakukan pelahiran tanpa
memperdulikan usia gestasi8
Tatalaksana pada kasus dengan janin kurang bulan, tetapi tanpa
perdarahan aktif uterus yang menetap terdiri atas pemantauan ketat. Untuk
sebagian perempuan, mungkin dilakukan pemanjangan masa rawat inap.
Namun, seorang perempuan biasanya diijinkan pulang setelah perdarahan
berhenti dan janinnya dinilai sehat. Perempuan tersebut beserta keluarganya
harus sepenuhnya memahami kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi dan
siap segera mengantarakan perempuan tersebut ke rumah sakit. Pada pasienpasien yang memenuhi kriteria tertentu, rawat inap untuk plasenta previa
tampaknya tidak memiliki manfaat lebih dibandingkan rawat jalan. Penting
diketahui tidak terdapat perbedaan angka kesakitan ibu ataupun bayi antara
pemantauan rawat inap dan rawat jalan.8
36
37
10. KOMLIKASI
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang
menderita plasenta previa, diantaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan
yang cukup banyak dan fatal.
1. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim terjadi secara ritmik,
maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang
dan semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah
sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan
kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai
permertium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta akreta atau inkreta
akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian
plasenta yang sudah terlepas timbullah berdarahan dalam kala tiga.
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang sudah pernah seksio
sesarea. Dilaporkan plasenta akreta terjadi 10% sampai 35% pada pasien
yang pernah seksio sesarea satu kali, naik menjadi 60-65% bila telah
seksio sesarea 3 kali.
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang sangat
banyak. Oleh karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua tindakan
manual ditempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui
insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta
dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab
terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang
lebih sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria
uterina, ovarika, hipogasrika, dtau pemasangan tampon, maka pada
keadaan yang lebih gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan
histerektomi total. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan
komplikasi tidak langsung dari plasenta previa.
38
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian
oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam
kehamilan belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan
amniosintesis untuk mengetahui kematangan paru janin dan pemberian
kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya
antisipasi.
6. Komplikasi lain plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan lain
selain masa rawat yang lebih lama, adalah berisiko tinggi untuk solusio
plasenta (Risiko relatif 13,8), seksio sesarea (RR 3,9), kelainan letak
janin (RR 2,8), perdarahan pasca persalinan (RR 1,7), kematian maternal
akibat perdarahan (50%), dan disseminated intravascular coagulation
(DIC) 15,9%.12
11. PROGNOSIS
Penurunan nyata angka kematian ibu akibat plasenta previa berhasil
dicapai pada paruh kedua abad 20. Akan tetapi, plasenta previa merupakan
sebab penting kematian dan kesakitan ibu. Pelahiran kurang bulan akibat
plasenta previa merupakan sebab penting kematian perinatal. Angka kematian
neonatus meningkat tiga kali lipat pada kehamilan yang disertai komplikasi
plasenta previa. Sebab utama kematin neonatus pada kondisi tadi adalah
meningkatnya angka kelahiran kurang bulan. Laporan lain menyatakan risiko
kematian neonatus yang relatif meningkat bahkan pada janin yang dilahirkan
aterm sekalipun. Sebab dari risiko ini tampaknya berkaitan dengan restriksi
pertumbuhan janindan keterbatasan asuhan pranatal. Selain itu telah diteliti
hubungan antara peningkatan insiden malformasi kongenital dan plasenta
previa, namun belum terbukti. Penting diketahui, beberapa peneiti
menyesuaikan kontol menurut usia ibu dan karena alasan yang belum
39
diketahui, anomali janin miningkat 2,5 kali lipat pada kehamilan yang
dipersulit plasenta previa.8
Hubungan antara restriksi pertumbuhan janin dan plasenta previa masih
kurang begitu jelas. Dilaporkan insidennya mendekati 20%. Penelitian lainnya
mendapatkan sebagian besar kaitan antara plasenta previa dengan berat lahir
rendah adalah oleh karena kelahiran kurang bulan, dan hanya sebagian kecil
yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan.8
C. RUPTUR UTERI
1. DEFINISI
Ruptur uterus dapat timbul akibat cedera atau kelainan yang telah ada, ruptur
juga dapat terjadi akibat trauma, atau dapat terjadi sebagai komplikasi
persalinan pada uterus yang sebulumnya tidak memiliki jaringan parut.8
2. EPIDEMIOLOGI
Angka mortalitas dan morbiditas prenatal dapat tinggi pada kasus ruptur bekas
insisi uterus selama persalinan. Angka kematian janin hampir mencapai 70%
pada ruptur uterus, baik traumatik maupun spontan. 8
3. ETIOLOGI
Penyebab tersering ruptur uterus adalah terpisahnya parut akibat histerotomi
caesaer. Dengan menurunnya tindakan percobaan persalinan pada perempuan
yang pernah menjalani pelahiran caesar, ruptur pada uterus tanpa parut
sekarang ini menyebabkan hampir separuh diantara semua kasus ruptur uterus.
Faktor predisposisi lain yang lazim adalah riwayat bedah atau tindakan yang
menyebabkan trauma seperti kuretase, perforasi, atau miomektomi. Stimulus
uterus yang berlebihan atau tidak sesuai indikasi dengan menggunakan
oksitosin, suatu penyebab yang dulu sering ditemukan, telah jarang didapatkan.
8
40
Pembedahan
yang
melibatkan
miometrium:
Pelahiran caesar atau histerektomi
Riwayat ruptur uterus yang telah
dikoreksi
Insisi miomektomi melalui atau
hingga mencapai endometrium
Reseksi kornu profunda pada tuba
uterina interstisial
Metroplasti
Kelainan kongenital :
Kehamilan pada kornu uteri yang
tidak berkembang sempurna
Sebelum pelahiran
Kontraksi kuat, spontan yang
menetap
Stimulasi persalinan - oksitosin,
prostaglandin
Instilasi intra-amnion - salin atau
prostaglandin
Perforasi oleh kateter tekanan uterus
internal
Trauma eksternal - tajam atau tumpul
Versi eksternal
Distensi
berlebihan
uterus
hidramnion, kehamilan multifetal
Selama pelahiran :
Versi internal
Pelahiran dengan forsep yang sulit
Persalinan dan pelahiran presipitatum
Ekstraksi bokong
Kelainan jantung yang menyebabkan
distensi segmen bawah uterus
Penekanan uterus yang sangat kuat
selama pelahiran
Pengeluaran manual plasenta yang
sulit
Didapat :
Plasenta inkreta atau prekreta
Neoplasma trofoblastik gestasional
Adenomiosis
Sakulasi uterus dalam posisi
retroversi yang terjepit
4. KLASIFIKASI
Ruptur uterus biasanya diklasifikasikan menjadi8 :
a. Ruptur uteri komplet, bila semua lapisan dinding uterus terpisah
b. Ruptur uterus inkomplet, bila otot uterus terpisah, tetapi peritoneum
viseral intak.
Ruptur inkomplit juga lazim disebut sebagai dehisensi uterus. Seperti yang
telah diketahui angka mortalitas dan morbiditas lebih tinggi jika ruptur terjadi
komplet.
Menurut proses terjadinya8 :
a. Ruptur traumatik
41
5. PATOFISIOLOGI
Rupturnya uterus yang sebelumnya intak pada saat persalinan paling sering
terjadi pada segmen bawah uterus yang menipis. Lubang robekan apabila
berdekatan dengan serviks, sering meluas secara transfersal atau oblik.
Biasanya robekan berbentuk longintudinal jika terjadi pada bagian uterus yang
berdekatan dengan ligamentum latum uteri
42
Gambar 13. Uterus yang mengalami ruptur spontan pada tepi lateral kiri segmen
bawah uterus8
Gambar 14. Ruptur uteri pada laparatomi dengan ekspulsi parsial fetus11
6. MANIFESTASI KLINIS
Tidak ada tanda yang dapat diyakini dari impending ruptur uteri yang terjadi
sebelum kehamilan, walaupun gross hematuria yang tampak tiba-tiba bisa
dicurigai sebagai ruptur plasenta. Ruptur dapat menyebabkan nyeri lokal yang
berhubungan dengan peningkatan iritabilitas uteri, pada beberapa kasus,
dengan perdarahan pervagina. Kemudian dapat diikuti pelahiran secara
43
hilangnya
station
dapat
dideteksi
dengan
pemeriksaan
panggPul.jika sebagian atau seluruh tubuh janin keluar dari uterus yang ruptur,
maka palpasi abdomen atau pemeriksaan dalam dapat bermanfaat untuk
menidentivikasi bagian terndah janin, yang telah berpindah dari pintu masuk
panggul. Uterus yang berkontraksi kuat kadang-kadang dapat dirasakan
disebelah janin.8
44
8. PENATALAKSANAAN
Histerktomi dapat dilakukan bila terjadi ruptur komplit selama percobaan
persalinan. Pada kasus-kasus tertentu, dapat dilakukan penjahitan dengan
preservasi uterus. Sheth memaparkan dalam laporannya, prognosis dari 66
wanita yang menjalani penjahitan pada ruptur uterus dan bukan histerektomi.
Dalam 25 kasus penjahitan tersebut disertai sterilisasi tuba mengalami total 21
kehamilan berikutnya, dan empat diantaranya kembali mengalami ruptur uterus
(25%). Penelitian yang lebih baru mengidentifikasi 37 perempuan yang
memiliki riwayat ruptur uterus komplet melahirkan selama periode 25 tahun di
Libanon. Histerektomi dilakukan pada 11 perempuan, dan 26 sisanya dijahit.
Dua belas dari wanita ini mengalami 24 kehamilan selanjutnya, dengan
sepertiganya dipersulit dengan ruptur uterus rekuren.8
9. PROGNOSIS
Dengan terjadinya ruptur dan ekspulsi janin ke dalam rongga peritoneum, maka
peluang kelangsungann hidup janin yang utuh tidak baik dan angka mortalitas
yang dilaporkan berkisar dari 50-75%. Kondisi janin tergantung pada derajat
implantasi plsenta yang tetap intak meskipun hal ini dapat berubah dalam
hitungan menit. Saat ruptur, satu-satunya peluang kemungkinan hidup janin
adalah pelahiran segera, paling sering denga laparatomi. Kalau tidak, hipksia
akibat pemisahan plasenta dan hipovolemi ibu tidak dapat dihindari lagi. Jika
ruptur diikuti dengan pemisahan plasenta total segera, maka sangat sedikit
janin intak yang dapat diselamatkan. Oleh karena itu, bahkan dalam kondisi
yang paling beik, keselamatan janin dapat terganggu.
Sebuah penelitan diSwedia menyatakan bahwa risiko kematian neonatus
setelah ruptur uterus adalah 5% (risikonya meningkat 60 kali lipat
dibandingkan pada kehamilan yang tidak dipersulit dengan ruptur uterus).
Kematian ibu akibat ruptur uterus jarang terjadi.
Sebagai contoh, dari 2,5 juta perempuan yang melahirkan di Kanada antara
tahun 1991-2001 terdapat 1898 kasus ruptur uteri dan 4 kasus diantranya (2%)
menyebabkan kematian ibu. Namun dibelahan dunia lain, angka kematian ibu
45
akibat ruptur uterus jauh lebih tinggi. Sebagai contoh dalam sebuah laporan
dari India, angka kematian ibu yang disebabkan oleh ruptur uterus sebesar
30%.
46
DAFTAR PUSTAKA
1.
Chamberlain G, Morgan M. ABC of antenatal care 4th ed. London : BMJ Books
; 2002.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Cunningham GF, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Williams Obstetrics 23rd ed. USA: McGraw-Hill; 2010.
9.
47