Anda di halaman 1dari 6

MODUL 01 PENGENALAN INSTRUMENTASI LABORATORIUM

Dini Nur Farida Putri (13215018)


Asisten: Alyssa Diva Mustika
Tanggal Percobaan: 07/09/2016
EL2101 - Praktikum Rangkaian Elektrik

Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB
Abstrak
Praktikum Rangkaian Elektrik yang pertama ini merupakan
pengenalan instrumentasi laboratorium agar tahu bagaimana cara
mengoperasokan dan memperlancar menggunakannya pada
percobaan berikutnya. Dalam percobaan kali ini, dilakukan
pengukuran besaran arus listrik, tegangan, resistansi, frekuensi, beda
fasa, periode, dan faktor penguatan. Pada pengukuran arus listrik,
tegangan dan resistansi kami menggunakan multimeter analog dan
multimeter digital. Pada rangkaian AC, dalam penukuran
frekuensi, beda fasa periode, dan faktor penguatan dalam praktikum
ini tidak menggunakan multimeter tetapi menggunakan osiloskop.

3.

METODOLOGI

3.1 KOMPONEN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN


1.

Multimeter Analog (1)

2.

Multimeter Digital Genggam (1)

3.

Multimeter Digital Benchtop (1)

4.

Power Supply DC (1)

5.

Generator Sinyal (1)

Kata kunci: Pengukuran, Instrumentasi, Multimeter,


Osiloskop.

6.

Osiloskop (1)

7.

Kit Multimeter (1)

1.

8.

Kit Osiloskop dan Generarator Sinyal (1)

9.

Kit Box Osilator (1)

PENDAHULUAN

Pada saat ini sudah banyak sekali peralatan elektronik di


sekitar kita. Alat-alat elektronik tersebut sudah pasti
menggunakan rangkaian listrik entah itu sederhana atau
rumit. Sebagai generasi muda, kita dituntut untuk
mengembangkan teknologi yang ada saat ini. Oleh
karena itu diperlukan pengetahuan yang sangat
mendasar yaitu cara pengukuran menggunakan alat
ukur tertentu. Hal ini perlu dipelajari pada praktikum
pertama karena dengan memahami sejak awal,
kesalahan penggunaan alat yang berpotensi mengancam
keselamatan dan menyebabkan kerusakan alat dapat
diminimalkan. Selain itu, praktikan juga mempelajari
bahwa setiap alat ukur memiliki keterbatasanketerbatasan tertentu.

2.

11. Kabel 4mm 4mm (5)


12. Kabel BNC 4mm (3)
13. Kabel BCN BNC (1)
14. Kabel konektor T BNC (1)
Nama Alat
Multimeter
Analog

Tipe

Spesifikasi

SANWA AMM YX360TRF

Sensitivitas
20k/V DC,
9k/V
DC
(250V),
9k/V AC

Batas
Tegangan
CAT II 1000
DCV / 750
ACV, CAT III
600V

DMM -

Sensitivitas
10M
100M DCV
& ACV

Batas
Tegangan
600V AC &
DC

Sensitivitas
10M/V
DCV, 1M/V
ACV

STUDI PUSTAKA
2.1

DIRECT CURRENT

Arus listrik DC (Direct current) merupakan arus listrik


searah. Pada awalnya aliran arus pada listrik DC
dikatakan mengalir dari ujung positif menuju ujung
negatif. Semakin kesini pengamatan-pengamatan yang
dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa pada arus
searah merupakan arus yang alirannya dari negatif
(elektron) menuju kutub positif [1].

2.2

10. Resistor 0,1 (1)

Multimeter
Digital

Sanwa
CD800a

ALTERNATING CURRENT

Arus listrik AC (alternating current), merupakan listrik


yang besarnya dan arah arusnya selalu berubah-ubah
dan bolak-balik. Arus listrik AC akan membentuk suatu
gelombang yang dinamakan dengan gelombang sinus
atau lebih lengkapnya sinusoida [1].

Multimeter
Digital

Rigol DMM 3058

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

Osiloskop

Instek GOS-6050

Generator Sinyal

Instek SFG-2110

Power Supply

GPC-3030

Batas
Tegangan
CAT II 600V

Batas
Tegangan
CAT II 300V

gelombang tegangan yang diubah-ubah dan 2 resistor


1,5 K.

3.2.3.1

VARIASI FREKUENSI

Susun rangkaian seri dengan


R1=R2=1,5K
Atur generator sinyal dengan
amplitudo 6Vrms dan frekuensi 50Hz
ukur tegangan R2 pada rangkaian
secara paralel dengan menggunakan 3
multimeter yang berbeda
ulang kembai percobaan untuk
frekuensi 500Hz, 5kHz, 50kHz, 500kHz,
dan 5MHz

3.2 LANGKAH PERCOBAAN


3.2.1

Gambar 3-3.1 Diagram pengukur tagangan AC variasi


frekuensi

MENGUKUR ARUS SEARAH

Dalam percobaan ini arus DC diukur menggunakan


multimeter SANWA AMM YX360TRF, Sanwa DMM
CD800a, dan Rigol DMM 3058 dengan ketentuan Vs= 6V
dan R1=R2= 120, 1,5K , dan 1,5M .

3.2.3.2 VARIASI BENTUK GELOMBANG


Susun rangkaian seri dengan R1=R2=1,5K

Susun rangkaian seri dengan


R1=R2=120

Atur generator sinyal dengan amplitudo


6Vrms dan frekuensi 50Hz

Atur power supply dengan multimeter


sehingga menghasilkan tegangan 6V

ukur Vab dengan bentuk gelombang


sinusoid, segituga, dan segiempat

ukur arus yang mengalir pada


rangkaian dengan menggunakan 3
multimeter yang berbeda

Gambar 3-3.2 Diagram pengukur tagangan AC variasi


bentuk gelombang

ulang kembai percobaan dengan R1=R2=


1,5K dan R1=R2= 1,5M

3.2.4

Dalam percobaan ini resistansi hambatan R1, R2, R3,


R4, R5, diukur menggunakan multimeter SANWA
AMM YX360TRF, Sanwa DMM CD800a, dan Rigol
DMM 3058.

Gambar 3-1 Diagram pengukuran arus searah

3.2.2

MENGUKUR TEGANGAN SEARAH

Dalam percobaan ini tegangan pada R2 diukur


dengan menggunakan multimeter SANWA AMM
YX360TRF, Sanwa DMM CD800a, dan Rigol DMM
3058 dengan ketentuan Vs= 6V dan R1=R2= 120, 1,5K
, dan 1,5M .
Susun rangkaian seri dengan
R1=R2=120

Baca warna gelang resistor dan nilai


resistansi pada R1 sampai R5
Ukur nilai resistansi pada R1 sampai
R5 menggunakan 3 multimeter yang
berbeda
Gambar 3-4 Diagram pengukur resistansi

3.2.5

Atur power supply dengan multimeter


sehingga menghasilkan tegangan 6V

MENGECEK KALIBRASI

Percobaan
ini
ditujukan
untuk
memastikan
pengukuran yang dilakukan osiloskop sudah sesuai.

ukur tegangan R2 pada rangkaian


secara paralel dengan menggunakan 3
multimeter yang berbeda

Hubungkan output kalibrator dengan input


X osiloskop

ulang kembai percobaan dengan R1=R2=


1,5K dan R1=R2= 1,5M

Ukur tegangan serta periodanya pada


kanal 1 untuk 2 harga Volt/Div dan
Time/Div

Gambar 3-2 Diagram pengukuran tegangan searah

3.2.3

MENGUKUR RESISTANSI

Ulangi langkah diatas untuk kanal 2

MENGUKUR TEGANGAN AC

Dalam percobaan ini tegangan bolak-balik dari


generator sinyal diukur dengan multimeter. Tegangan
yang digunakan 6Vrms dengan frekuensi dan bentuk

Gambar 3-4 Diagram pengecekan kalibasi osiloskop

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

3.2.6

MENGUKUR TEGANGAN SEARAH


DENGAN OSILOSKOP

Atur tegangan power supply sebesar 5V

Pada percobaan ini tegangan DC dari power supply


akan diukur menggunakan osiloskop.

Hubungkan keluaran power supply


dengan kit osilator lalu hubungkan ke
osiloskop

Atur tegangan pada power supply sebesar


2V dengan mutimeter

ukur frekuensi dengan cara langsung


dan Lissajous

Ukur besar tegangan dengan


osiloskop

Lakukan langkah di atas untuk f1, f2,


dan f3 pada kit osilator

Gambar 3-6 Diagram pengukuran tegangan searah dengan


osiloskop

3.2.7

MENGUKUR TEGANGAN BOLAK-BALIK


DENGAN OSILOSKOP

Pada percobaan ini tegangan bolak-balik dari


generator akan diukur dengan osiloskop.
Atur generator sinyal pada frekuensi
1kHz delombang sinus, dengan
tegangan sebesar 2Vrms diukur dengan
multimeter digital

Gambar 3-9 Diagram pengukuran tegangan DC denan osiloskop

3.2.10

Pada percobaan ini akan diukur faktor


penguatan dari rangkaian penguat di kit osiloskop
Atur frekuensi 1kHz dan tegangan 2Vpp

Hubungkan output generator sinyal


pada input rangkaian penguat

Ukur tegangan dengan osiloskop

Ukur penguat (Vo/Vi) dari sinyal input


ke output rangkaian penguat dengan
cara langsung dan Lissajous

Ulangi pada frekuensi 100Hz dan


10kHz

Gambar 3-7 Diagram pengukuran tegangan bolak-balik dengan


osiloskop

3.2.8

MENGUKUR FAKTOR PENGUATAN

Gambar 3-10 Diagram pengukuran factor penguatan

MENGUKUR BEDA FASA

Pada percobaan ini akan diukur beda fasa


antara output generator sinyal langsung dengan
yang melalui rangkaian penggeser fasa terlebih
dahulu.

4.

HASIL DAN ANALISIS

4.1 MENGUKUR ARUS SEARAH


Untuk percobaan ini dilakukan dengan 2 cara yaitu
dengan menghitung secara teori dan dengan
mengukurnya menggunakan alat ukur.

Atur generator sinyal pada frekuensi


1kHz gelombang sinus dengan
tegangan 2Vpp menggunakan kit
osiloskop dan generator sinyal

a.

Hubungkan generaator sinyal dengan


input rangkaian penggeser fasa ke
osiloskop

Menghitung Secara Teori


I = V/R

Ukur beda fasa menggunakan cara


langsung (dual trace) dan Lissajous

R1=R2= 120 , I =

R1=R2= 1,5k , I =

R1=R2= 1,5M , I =

120 +120

6
240

6
1500 +1500

6
1,5 +1,5

= 25 mA
6

3000

6
3

= 2 mA

= 0,002 mA

ulang langkah di atas untuk


kedudukan potensio R yang diubah

Gambar 3-8 Diagram pengukuran beda fasa dengan osiloskop

3.2.9

MENGUKUR FREKUENSI

Pada percobaan ini akan diukur frekuensi dari


sumber tegangan DC dari power supply yangg
diosilasi dengan kit osilator terlebih dahulu.
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

b.

Mengukur Menggunakan Alat Ukur


Tabel 4-1 Pengukuran Arus Searah
Hi
tu
ng
an

Nil
ai
R1
dan
R2
()

DMM 1

AMM

1,5
k

10

2,99

2,98

2,99

1,5
M

10

0,6

0,6

2,8

0,6

2,8

0,6

DMM2

I
(
m
A)

BU
(mA)

I(p)
(mA)

I(b)
(mA)

I(p)
(m
A)

I(b)
(m
A)

I(p)
(m
A)

I(b)
(mA
)

12
0

25

0,25

25

25

24,4
5

24,6
5

25

24,1

1,5
k

25

1,97

1,98

2,01

1,5
M

0,00
2

0,05

0,002

0,002

0,02

0,02

0,00
197

0,001
97

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar


resistor maka semakin kecil arus yang mengalir pada rangkaian
tersebut sesuai dengan rumus (I = V/R). Ini dikarenakan
resistansi pada resistor menghambat arus listrik yang
mengalir. [2] Pengukuran arus menggunakan rumus
dengan menggunakan alat ukur pada R1 dan R2 sesuai.
Namun pengukuran arus pada R3 menggunakan alat
ukur DMM1 tidak sesuai dengan yang seharusnya
dikarenakan besar arus yang mengalir teralu kecil
dibandingkan dengan range arus yang dapat dideteksi
oleh DMM1.

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa besar


tegangan pada setiap resistor dalam rangkaian seri
merupakan perbandingan dari besar nilai resistansi.
Karena R1 dan R2 yang diberikan memiliki nilai yang
sama, maka pembagian tegangan tiap resistor adalah
setengah dari Vs. Namun pada saat pengukuran
tegangan di R3 menggunakan DMM1 tidak sesuai
dengan perhitungan dan alat ukur lainnya karena
resistansi yang terlalu besar (di atas batas range
kemampuan alat) sehingga mengakibatkan terjadinya
drop tegangan.[3]

4.3 MENGUKUR TEGANGAN AC


Pada percobaan ini yang pertama dilakukan
dengan mengubah frekuensinya dan yang kedua
mengubah bentuk gelombangnya.
a. Variasi Frekuensi
Tabel 4-3.1 Pengukuran Tegangan AC Variasi Frekuensi

Frekuensi
(Hz)

4.2 MENGUKUR TEGANGAN SEARAH


Untuk percobaan ini dilakukan dengan 2 cara yaitu
dengan menghitung secara teori dan dengan
mengukurnya menggunakan alat ukur.
c.

Menghitung Secara Teori


Vab =

1+2

DMM2

Vab
(p)
(V)

Vab
(b)
(V)

Vab
(p)
(V)

Vab
(b)
(V)

Vab
(p)
(V)

Vab
(b)
(V)

50

3,8

2,8

2,95

2,93

2,94

2,99

500

2,9

2,9

2,93

2,93

2,94

2,94

5k

2,84

2,85

2,33

2,33

2,94

2,94

50k

2,82

2,8

0,38

0,37

2,93

2,93

500k

2,7

2,6

3,24

3,15

5M

3,6

2,75

0,008

0,007

0,002
5

0,003
1

Vs
120

R1=R2= 120 , Vab =

R1=R2= 1,5k , Vab =

d.

DMM 1

AMM

120 +120
1,5

1,5 +1,5

R1=R2= 1,5M , Vab =

6 = = 3V
2

6 = = 3V
2

1,5

1,5 +1,5

6 = = 3V

Dari table di atas didapatkan secara umum nilai Vab


sealu tetap meskipun besar frekuensinya diubah-ubah.
Namun berbeda saat diberikan frekuendi 5M Hz. Hal
tersebut dikarenakan nilai frekuensi yang diberikan
terlalu besar melebihi batas kemampuan DMM1.

Mengukur Menggunakan Alat Ukur


Tabel 4-2 Pengukuran Tegangan Searah

b.
Nil
ai
R1
dan
R2
()

12
0

Hi
tu
ng
an

DMM 1

AMM

DMM2

V
ab
(V
)

BU
(V)

Vab
(p)
(V)

Vab
(b)
(V)

Va
b
(p)
(V)

Va
b
(b)
(V)

Vab
(p)
(V)

Vab
(b)
(V)

10

2,97

2,97

2,98

2,99

Variasi Bentuk Gelombang


Tabel 4-3.1 Pengukuran Tegangan AC Variasi Bentuk
Gelombang
DMM 1

AMM
Bentuk
Gelombang

Sinusoid

DMM2

Vab
(p)
(V)

Vab
(b)
(V)

Vab
(p)
(V)

Vab
(b)
(V)

Vab
(p)
(V)

Vab
(b)
(V)

2,83

2,93

2,93

1,94

1,94

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

Segitiga

2,2

2,25

2,3

2,3

2,4

2,4

Segiempat

4,65

4,5

4,5

4,5

4,074

4,075

Dari data di atas menunjukkan bahwa setiap diberikan


bentuk gelombang yang berbeda, maka besar tegangan
yang didapat juga akan berbeda.

Tabel 4-5 Pengecekan Kalibrasi


Harga
Kalibrator
kana
l

Skala
Pembacaan

Hasil Pengukuran

Tega
ngan
(V)

Frek
uensi
(Hz)

Vert.
(V/d
iv)

Hors.
(s/di
v)

Tega
ngan
(V)

Perio
da (s)

Frek
uens
i
(Hz)

4.4 MENGUKUR RESISTANSI

0,5
Vpp

1k

0,2

0.002

0.5

0.02

50

Untuk mengukur nilai resistansi pada percobaan ini


dilakukan dengan menggunakan multimeter.

0,5
Vpp

1k

0,1

0.002

0.5

0.02

50

Tabel 4-4 Pengukuran Resistansi


Nilai
Tertulis

Warna

Toler
ansi

Hitung
an ()

Gelang

(%)

Nilai Terukur ()
AM
M

DM
M1

DM
M2

DM
M2

2W

2W

2W

4W

4.6 MENGUKUR TEGANGAN SEARAH DENGAN


OSILOSKOP

Merah
R1 =
220k

Merah
Kuning

Dari tabel tersebut didapatkan bahwa kalibrasi dari


osiloskop yang digunakan sudah sesuai untuk kedua
kanal. Namun untuk kalibrasi dari osiloskop dengan
hasil pengukuran tidak sesuai karena kurangnya
pengetahuan
praktikan
untuk
membaca
dan
mengoperasikan osiloskop.

180k

216,6
k

217,3
k

217,3
8k

Emas

Berikut merupakan hasil pengukuran tegangan searah


menggunakan osiloskop.
Tabel 4-6 Pengukuran Tegangan Searah dengan Osiloskop

Coklat
R2 = 1,5

Hijau
Emas

Tegangan Terukur (V)


5

1,5

1,8

1,559

1,59

Emas
Coklat
R3 = 10

Hijau
Hijau

10,1

9,893

9,925

R4 =
33k

Osiloskop Ch1

Osiloskop Ch2

2,05

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa


pengukuran oleh osiloskop dan multimeter sudah sesuai.

4.7 MENGUKUR TEGANGAN BOLAK-BALIK


DENGAN OSILOSKOP

Emas
Jingga

Multimeter

24k

33,21
k

Jingga

33,27
5k

33,3
k

Jingga

Berikut merupakan hasil pengukuran tegangan bolakbalik menggunakan osiloskop.


Tabel 4-7 Pengukuran Tegangan Bolak-Balik dengan Osiloskop

Coklat
Merah
R5 =
2,2k

Amplituda Tegangan Terukur


5

1,7k

Merah

2,173
k

2,176
k

2,177
k

Merah
Emas

0,1

Frekuensi
(Hz)

Multimeter
Vrms (V)

Osiloskop
Ch1 Vp (V)

Osiloskop
Ch2 Vp (V)

100

2,038

2,9

2,8

1k

2,012

2,9

2,8

10k

2,2

2,9

2,9

Dari data tersebut didapatkan secara umum besar


resistansi yang diukur menggunakan alat ukur tidak
berbeda jauh dengan yang tertulis. Namun pada
pengukuran menggunakan multimeter analog terdapat
perbedaan resistansi yang cukup jauh. Hal tersebut
dikarenakan kelalaian praktikan serta penempatan kabel
yang kurang tepat.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tagangan yang


terukur pada osiloskop lebih besar dibandingkan yang
terukur pada multimater. Hal teersebut dikarenakan
tegangan yang dibaca oleh osiloskop merupakan
tegangan maksimum. Sedangkan yang dibaca oleh
multimeter adalah tegangan efektif.

4.5 MENGECEK KALIBRASI

4.8 MENGUKUR BEDA FASA

Berikut merupakan
osiloskop.

hasil

pengecekan

kalibrasi

Berikut merupakan hasil pengkuran beda fasa.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

Tabel 4-8 Pengukuran Beda Fasa


Dual Trace

Posisi
Tombol
%
maks

Lissajous
O
(o)

Sketsa Tampilan

Maks

O
(o)

Sketsa Tampilan

57,6

51,79

Dari data di atas dapat dilihat bahwapengukuran beda


fasa dengan cara dual trace dan lissajous tidak terlalu
jauh.

4.9 MENGUKUR FREKUENSI


Berikut merupakan hasil pengukuran frekuensi.
Tabel 4-9 Pengukuran Frekuensi
Pengukuran Frekuensi
Cara Langsung

Posisi
Selektroe
Frekuensi

TSinya
l (s)

perbandingan tiap resistansi pada rangkaian seri. Untuk


tegangan AC, saat diberikan frekuensi yang bervariasi
tegangan yang di dapat tidak merubah besar Vrms,
sedangkan saat diberikan bentuk gelombang yang
bervariasi mengakibatkan perubahan besar Vrms. Pada
pengukuran resistansi, keseluruhan nilainya tidak jauh
berbeda. Namun saat menggunakan AMM terjadi
perbedaan yang besar karena kecerobohan praktikan.
Percobaan yang menggunakan osiloskop yaitu
pengecekan kalibrasi, mengukur tegangan AC dan DC,
beda fasa, frekuensi, dan faktor penguatan. Untuk
pengecekan kalibrasi pada kedua kanal sudah sesuai.
Namun dar hasil perhitungan dengan yang dari
osiloskop tidak sesuai. Pengukuran tegangan AC, besar
tegangan menggunakan osiloskop dibandingkan
menggunakan multimeter lebih besar karena yang
dibaca osiloskop merupakan tegangan maksimum dan
yang dibaca multimeter merupakan tegangan efektif.
Pengukuran beda fasa ada 2 cara yaitu dual trace dan
lissajous, keduaanya menghasilkan beda fasa yang tidak
jauh berbeda.

Cara Lissajous
FGene
rator
(Hz)

FSinya
l (Hz)

FSinyal
(Hz)

Sketsa
Tampilan

F1

0,84
m

1190,
48

2380,
9

1190,4
8

F2

0,148
m

5434,
78

10869
,56

5434,7
8

F3

0,062
m

1629,
03

3258,
06

1629,0
3

DAFTAR PUSTAKA
[1]

http://www.miung.com/2013/05/pengertian-aruslistrik-ac-dan-dc.html, 8 September 2016, 22.17

[2]

Alexander, Charles K, Matthew N. O. Sadiku,


Fundamentals of Electric Circuit 5th ed, McGrawHill, USA,
2013

[3]

http://meandmyheart.files.wordpress.com/2010/04/pe
rtemuan-9-pengukuran-besaranlistrik.pfd, 9 September
2016, 02.32

4.10 MENGUKUR FAKTOR PENGUATAN


Berikut merupakan hasil pengukuran faktor penguatan.
Tabel 4-10 Pengukuran Faktor Penguatan
Cara
Langsung

Vinput

Cara Dual Trace

Tegangan
(Vpp)

Frekuensi
(kHz)

Faktor
Penguatan

Vout
(Vpp)

Faktor
Penguatan

5.

KESIMPULAN

Pada praktikum modul 01 ini telah dilakukan


pengukuran dengan 2 jenis alat. Multimeter dan
osiloskop. Percobaan yang dilakukan menggunakan
multimeter yaitu mengukur arus dan tegangan DC,
tegangan AC, dan mengukur resistansi. Pengukuran
arus menggunakan multimeter menghasilkan nilai yang
berbeda-beda tiap resistansi dan arus berbanding
terbalik dengan resistasii yang diberikan. Pengukuran
tegangan DC pada R2 dengan nilai R yang berbeda-beda
menghasilkan tegangan yang sama sesuai dengan
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

Anda mungkin juga menyukai