Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP BRONKOPNEUMONIA
A. Pengertian
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya
berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas
setempat. (Zul, 2001)
Bronkopneumonia

digunakan

untuk

menggambarkan

pneumonia

yang

mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada
bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).

B. Etiologi
Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun
sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia
sedang timbulnya setelah ada faktor- faktor prsesipitasi yang dapat menyebabkan
timbulnya.
1. Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah
steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.

2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan
oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang
merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung.
4. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada
pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.

C. Manifestasi klinis
1. Pneumonia bakteri
Gejala awal :
- Rinitis ringan
- Anoreksia
- Gelisah
Berlanjut sampai :
- Demam
- Malaise
- Nafas cepat dan dangkal ( 50 80 )
- Ekspirasi bebunyi
- Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
- Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
- Leukositosis
- Foto thorak pneumonia lobar
2. Pneumonia virus
Gejala awal :

- Batuk
- Rinitis
Berkembang sampai
- Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan
lesu
- Emfisema obstruktif
- Ronkhi basah
- Penurunan leukosit
3. Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
-

Demam

Mengigil

Sakit kepala

Anoreksia

Mialgia

Berkembang menjadi :
-

Rinitis

Sakit tenggorokan

Batuk kering berdarah

Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak

D. Patofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru melaui
saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam alveolus ke
alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding
bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar secara
progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini dapat dibagi
dalam empat (4) tahap, antara lain :

a. Stadium Kongesti (4 12 jam)


Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada
perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan (eksudat
masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi)
b. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah
fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang berdekatan
mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
c. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi
konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih
ada bahkan dapat berubah menjadi pus.
d. Stadium Resolusi (7 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali
pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 : 231- 232).
Bakteri dan virus penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas
menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, sehingga akan mempermudah proliferasi
dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu
terjadinya sel PMN (polimofonuklear) fibrin eritrosit, cairan edema dan kuman alveoli.
Kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibril dan leukosit PMN di alveoli dan proses
fagositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi dengan meningkatnya jumlah sel
makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya febrio serta menghilangkan kuman
dan debris (Mansjoer, 2000: 966).

E. Pathway
Bakteri Stafilokokus aureus,
Bakteri Haemofilus influezae,
Jamur,
Virus,
Protozoa
Saluran Pernafasan Atas

Kuman berlebih di
bronkus

Kuman terbawa di
saluran pencernaan

Proses peradangan

Infeksi saluran
pencernaan

Akumulasi sekret
di bronkus

Bersihan jalan
nafas tidak
efektif

Peningkatan
produksi
sputum

Peningkatan flora
normal dalam usus

Peningkatan
peristaltik usus
Malabsorbrsi

Infeksi Saluran Pernafasan Bawah

Dilatasi
pembuluh darah

Peningkatan suhu

Eksudat plasma
masuk alveoli

Septikimia

Gangguan difusi
dalam plasma
Gangguan
pertukaran gas

Gangguan pola
tidur

Edema antara
kaplier dan
alveoli
Iritasi PMN
eritrosit pecah

Peningkatan
metabolisme

Edema paru

Evaporasi
meningkat

Pengerasan
dinding paru

Diare

Penurunan
compliance paru

Gangguan
keseimbangan
cairan dan eletrolit

Suplai O2
menurun
Hipoksia
Hiperventilasi
Dispneu
Retraksi dada /
nafas cuping
hidung

Metabolisme
anaeraob meningkat
Akumulasi asam
laktat
Fatigue

Gangguan pola
nafas
Intoleransi
aktivitas

F. Pemeriksaan diagnostik
1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status
pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas
dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus

G. Penatalaksanaan medis
Pengobatan supportive bila virus pneumonia
Bila kondisi berat harus dirawat
Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena
Antibiotik sesuai dengan program
Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1.

Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan


keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual

dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu Pengumpulan Data,


Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta keperawatan.
Dalam hal ini pengkajian yang bisa dilakukan dari masalah keperawatan pada
Sistem Pernapasan: Bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
1) Identitas
2) Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang
disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai
39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan
dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada
musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan
kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit.
Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan
anggota keluarga perokok.

f. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan
tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
3) Pemeriksaan persistem
a. Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan
cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif,
pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction
rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang
tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c. Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah.
Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum
memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d. Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai
berat).
e. Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada
anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.

f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering, .
i. Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
4) Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya dengan pergeseran ke kiri.
LED meninggi. Pengambilan 15.000 - 40.000 / m sekret secara broncoskopi dan
fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat
menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena
sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman
dari luar. Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat :
A.

Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.

B.

Luas daerah paru yang terkena.

C.

Evaluasi pengobatan

D.

Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu


atau beberapa lobur.

E.

Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2< 0 mmHg.

2.

Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
di jalan nafas
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
c. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan
akumulasi eksudat
d. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
proses inflamasi
e. Risiko

kekurangan

volume

cairan

berhubungan

dengan

demam,

menurunnya intake dan tachipnea


f. Risiko tinggi terjadi cedera berhubungan dengan kejang
3.

Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
di jalan nafas.
Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau sumbatan dari
saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
Batasan Karakteristik :
1. Batuk tidak ada
2. Bunyi napas tambahan
3. Perubahan dalam frekuensi napas
4. Perubahan dalam irama pernapasan
5. Sianosis
6. Dyspnea
7. Sputum terlalu banyak
8. Batuk tidak efektif
9. Mata terbelalak ( Melihat )

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x24 jam jalan napas


pasien efektif dengan kriteria hasil :
NOC : Kepatenan jalan napas
1. Demam tidak ada
2. Ansietas tidak ada
3. Sesak tidak ada
4. Frekuensi napas dalam batas normal
5. Keluaran sputum dari jalan napas
6. Tidak ada suara napas tambahan
Indikator skala :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC :
a. Manajemen Jalan Napas. Aktivitas :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi

kebutuhan

pasien

akan

insersi

jalan

actual/potensial
3. Lakukan fisioterapi dada, sesuai dengan kebutuhan
4. Bersihkan secret dengan menggunakan penghisapan
5. Dukung untuk bernapas pelan, dalam, berbalik dan batuk
6. Instruksikan bagaimana cara batuk efektif
b. Penghisapan jalan napas. Aktivitas :
1. Tentukan kebutuhan untuk penghisapan oral atau trakeal

napas

2. Auskultasi bunyi napas sebelum dan sesudah penghisapan


3. Informasikan pada keluarga tentang proses penghisapan
4. Ubah teknik penghisapan berdasarkan respon tubuh pasien
5. Catat jenis dan jumlah sekresi yang dihasilkan.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
Definisi : Kelainan yang bisa menyebabkan masalah pada pola tidur, baik
karena tidak bisa tertidur, sering terbangun pada malam hari, atau
ketidakmampuan untuk kembali tidur setelah terbangun
Batasan Karakteristik :
1.

Bangun lebih awal/lebih lambat

2.

Secara verbal menyatakan tidak fresh sesudah tidur

3.

Penurunan kemampuan fungsi

4.

Penurunan proporsi tidur REM

5.

Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur.

6.

Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur

7.

Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia


Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x24 jam gangguan

pola tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil:


NOC : Sleep : Extent ang Pattern
1.

Jumlah jam tidur dalam batas normal

2.

Pola tidur,kualitas dalam batas normal

3.

Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat

4.

Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur

Indikator skala :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC :
Sleep Enhancement:
1.

Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur

2. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat


3. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman
5. Kolaburasi pemberian obat tidur
c. Kerusakan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan
akumulasi eksudat.
Definisi : Penurunan jalanya gas oksigen dan karbon dioksida antara
alveoli dan system vaskuler.
Batasan Karakteristik :
1.

Abnormalnya gas darah arteri

2. Abnormalnya pH arteri
3. Abnormalnya pernapasan
4. Abnormalnya warna kulit
5. Hipoksemia
6. Takikardi
7. Diphoresis

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x24 jam ventilasi dan


pertukaran gasefektifi dengan kriteria hasil :
NOC : Keseimbangan elektrolit dan asam basa
1. Nadi dalam batas yang diharapkan
2. Irama jantung dalam batas yang diharapkan
3. Frekuensi pernafasan dalam batas yang diharapkan
4. Natrium serum dalam batas normal
5. Kalium serum dalam batas normal
6. Klorida serum dalam batas normal
7. Kalsium serum dalam batas normal
8. Magnesium serum dalam batas normal
Indikator skala :
6. Ekstrim
7. Berat
8. Sedang
9. Ringan
10. Tidak ada
NIC :
a. Manajemen asam basa. Aktivitas :
1. Pertahankan kepatenan akses IV
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Pantau kadar eletrolit
4. Pantau pola nafas
5. Sediakan terapi oksigen
b. Terapi Oksigen. Aktivitas :
1. Bersihkan secret mulut dan trakea

2. Jaga kepatenan jalan napas


3. Sediakan peralatan oksigen, sistim humadifikasi
4. Pantau aliran oksigen
5. Pantau posisi peralatan yang menyalurkan oksigen pada pasien
6. Monitor aliran oksigen dalam liter
7. Monitor posisi pemasangan alat oksigen
c. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
proses inflamasi.
Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan ventilasi
yang adekuat.
Batasan Karakteristik :
1. Napas dalam
2. Perubahan gerakan dada
3. Bradipnea
4. Penurunan tekanan ekspirasi
5. Penurunan tekanan inspirasi
6. Dispnea
7. Napas cuping hidung
8. Ortopnea Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam x 24 jam
pola napas efektif dengan criteria hasil :
NOC :
a. Status Pernapasan : kepatenan jalan napas
1. Demam tidak ada
2. Sesak tidak ada
3. Frekuensi napas dalam batas normal
4. Irama napas teratur

5. Keluaran sputum dari jalan napas


6. Tidak adanya suara napas tamabahan
Indikator skala :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC :
a. Manajemen Jalan Napas. Aktivitas :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi

kebutuhan

pasien

akan

insersi

jalan

actual/potensial
3. Lakukan fisioterapi dada, sesuai dengan kebutuhan
4. Bersihkan secret dengan menggunakan penghisapan
5. Dukung untuk bernapas pelan, dalam, berbalik dan batuk
6. Instruksikan bagaimana cara batuk efektif
b. Bantuan Ventilasi. Aktivitas :
1. Jaga kepatenan jalan napas
2. Berikan posisi yang mengurangi dyspnea
3. Bantu perubahan posisi dengan sering
4. Pantau kelemahan oto pernapasan
5. Mulai dan jaga oksigen tambahan
6. Pantau status respirasi dan respirasi.

napas

d. Risiko

kekurangan

volume

cairan

berhubungan

dengan

demam,

menurunnya intake dan tachipnea.


Definisi : Suatu keadaan yang berisiko mengalami dehidrasi vascular,
selular, atau intra selular.
Faktor resiko :
1. Penyimpanan yang mempengaruhi akses cairan
2. Penyimpangan yang memperngaruhi pemasukan cairan
3. Penyimpangan yang mempengaruhi absorbs cairan Setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama x 24 jam tidak terjadi kekurangan
volume cairan dengan criteria hasil.
NOC: Hidrasi
1. Dehidrasi kulit
2. Membran mucus yang basah
3. Edema perifer
4. Nafas pendek tidak ditemukan
5. Mata cekung tidak ditemukan
6. Bunyi napas tambahan tidak ditemukan
Indikator skala :
1. Ekstrim
2. Sangat
3. Sedang
4. Sedikit
5. Tidak ada
NIC:
a. Manajemen cairan. Aktivitas :
1. Timbang BB tiap hari

2. Hitung haluaran
3. Pertahankan intake yang adekuat
4. Monitor status hidrasi
5. Monitor TTV
6. Berikan terapi IV
b. Terapi Intra vena. Aktifitas :
1. Atur pemberian IV sesuai resp dan pantau hasilnya
2. Pantau jumlah tetes dan tempat infuse IV
3. Periksa IV secara teratur
4. Pantau TTV
5. Catat intake dan output
6. Pantau tanda dan gejala yang berhungan dengan infusion phlebitis
e. Resiko cidera berhubungan dengan aktivitas kejang
Definisi : Suatu kondisi individu yang berisiko untuk mengalami cidera
sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang berhubungan dengan sumber
sumber adaptif dan pertahanan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
resiko cidera dapat di hindari, dengan kriteria hasil :
NOC :
1. Monitor factor resiko lingkungan
2. Monitor factor resiko individu
3. Melakukan strategi control resiko
4. Monitor perubahan status kesehatan
Indikator skala :
1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat

3. Kadang kadang adekuat


4. Adekuat
5. Sangat adekuat
NIC:
a. Manajemen kejang. Aktivitas :
1. Tunjukkan gerakan yang dapat mencegah injury / cidera.
2. Monitor hubungan antara kepala dan mata selama kejang.
3. Longgarkan pakaian klien
4. Temani klien selama kejang
b. Mengatur airway. Aktivitas :
1. Berikan oksigen bila perlu
2. Berikan terapi iv line bila perlu
3. Monitor status neurology
4. Monitor vital sign
5. Orientasikan kembali klien setelah kejang
6. Laporkan lamanya kejang
7. Laporkan karakteristik kejang: bagian tubuh yang terlibat, aktivitas
motorik, dan pening-katan kejang.
8. Dokumentasikan informasi tentang kejang
9. Kelola medikasi (kolaborasi)
10. Kelola anti kejang (kolaborasi) bila diperlukan.
c. Manajemen Lingkungan. Aktivitas:
1. Diskusikan tentang upaya-upaya

mencegah cedera, seperti

lingkungan yang aman untuk klien, menghindarkan lingkungan


yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)

2. Memasang pengaman tempat tidur


3. Memberikan penerangan yang cukup
4. Menganjurkan keluarga untuk menemani klien
5. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
6. Bersama tim kesehatan lain, berikan penjelasan pada klien dan
keluarga adanya perubahan status kesehatan.

4.

Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh
perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
implementasi adalah implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan
teknikal. Implementasi dapat dilakukan dengan intervensi independen,
dependen atau tidak mandiri serta inter-dependen atau sering disebut intervensi
kolaborasi, (Gaffar, 1999). Implementasi berdasarkan intervensi yang telah
disusun.

5.

Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi
dilakukan dengan SOAP dan disesuaikan dengan kriteria hasil atau NOC yang
pada intervensi keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai