krsital tersebut telah kosong serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan
kerja tersebut tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga mengenakan
alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.
Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam
bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen
yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini memiliki
risiko yang besar untuk menghasilkan loss atau kerugian. Beberapa tindakan manajemen yang
bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat tersebut sehingga
operator kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar tidak ada orang. Kemudian,
apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka pada tangki tersebut dapat
dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di dalam tangki masih terdapat orang atau
benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala yang mengindikasikan di dalam tangki
tersebut terdapat orang atau benda asing.
Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi kecelakaan,
inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk
meningkatkan manajemen dari kesehatan, keamanan serta keselamatan pada perusahaan tersebut,
menentukan tindakan pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor risiko pada kecelakaan
tersebut. Namun, sayangnya sikap dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi kejadian
kecelakaan kerja tersebut dapat menghambat berjalannya investigasi tersebut. Perusahaan tidak
akan dapat mengambil pelajaran melalui kecelakaan ini. Ini berarti kecelakaan semacam ini
masih memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk kembali terjadi, baik pada perusahaan
yang sama maupun pada perusahaan sejenisnya.
Solusi Mengatasi Kecelakaan Kerja :
Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi resiko dari adanya
kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha membentuk Panitia Pembina Kesehatan dan
Keselamatan Kerja untuk menyusun program keselamatan kerja. Beberapa hal yang menjadi
ruang lingkup tugas panitia tersebut adalah masalah kendali tata ruang kerja, pakaian kerja, alat
pelindung diri dan lingkungan kerja.
a. Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan
keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Barang-barang dalam ruang
kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan dari gangguan yang
ditimbulkan oleh orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Jalan-jalan yang dipergunakan
untuk lalu lalang juga harus diberi tanda, misalnya dengan garis putih atau kuning dan tidak
boleh dipergunakan untuk meletakkan barang-barang yang tidak pada tempatnya.
Kaleng-kaleng yang mudah bocor atau terbakar harus ditempatkan di tempat yang tidak beresiko
kebocoran. Jika perusahaan yang bersangkutan mengeluarkan sisa produksi berupa uap, maka
faktor penglihatan dan sirkulasi udara di ruang kerja juga harus diperhatikan
b. Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian yang terlalu
longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan mesin atau lingkungan
yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat membatasi aktivitas kerjanya.
Sepatu dan hak yang terlalu tinggi juga akan beresiko menimbulkan kecelakaan. Memakai cincin
di dekat mesin yang bermagnet juga sebaiknya dihindari.
c. Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat pelindung
diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan kerja. Tapi
sayangnya, para pekerja terkadang enggan memakai alat pelindung diri karena terkesan
merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja. Dapat juga karena perusahaan memang tidak
menyediakan alat pelindung diri tersebut.
d. Lingkungan kerja meliputi faktor udara, suara, cahaya dan warna. Udara yang baik dalam suatu
ruangan kerja juga akan berpengaruh pada aktivitas kerja. Kadar udara tidak boleh terlalu banyak
mengandung CO2, ventilasi dan AC juga harus diperhatikan termasuk sirkulasi pegawai dan
banyaknya pegawai dalam suatu ruang kerja. Untuk mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan,
tempatkan di ruangan yang dilengkapi dengan peredam suara. Pencahayaan disesuaikan dengan
kebutuhan dan warna ruang kerja disesuaikan dengan macam dan sifat pekerjaan. (Slamet
Saksono, 1988: 104-111).
Untuk kasus seperti yang terjadi pada pabrik gula di atas, ada beberapa alternatif
pencegahan selain yang tadi telah disebutkan. Tindakan tersebut dapat berupa:
a. Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki standarisasi yang
berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi, alat-alat pelindung diri,
monitoring perlatan dan sebagainya.
b. Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang berkaitan
dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.
c. Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya,
pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya. Berilah tanda-tanda peringatan beracun
atau berbahaya pada alat-alat tersebut dan letakkan di tempat yang aman.
d. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada karyawan.
e. Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi. (Sutrisno dan
Kusmawan Ruswandi. 2007: 14).
2. KECELAKAAN DI PIPER ALPHA
Jenis pabrik : industri minyak dan gas lepas pantai, platform dengan berat 20000 metrix tons di
laut utara yang memproduksi natural gas, crude oil, dan liquified petroleum gas (Nat Geo
source).
Kapasitas pabrik : 125 barrel per hari
Lokasi : terletak di Laut Utara sekitar 110 kilometer dari Aberdeen, Skotlandia
Jenis kecelakaan : ledakan
Penyebab kecelakaan : kebocoran gas dari pompa yang belum selesai diperbaiki
Kronologi peristiwa :
Kejadian di mulai saat jam 6:00 PM, waktu dimana setiap Ijin Kerja harus di close-out atau
diperpanjang. Seorang pekerja (engineer) tidak menjalankan komunikasi kepada Supervisor saat
ia menutup Ijin Kerjanya, padahal pekerjaan tsb masih belum selesai dan akan dilanjutkan besok
harinya. Tanpa ada yang menyadari, sebuah Permit yg lain dikeluarkan untuk pekerjaan lain,
dimana pekerjaan tersbut seharusnya dilakukan setelah pekerjaan pertama selesai.
Pekerjaan kedua tsb menyebabkan gas yang bertekanan bocor.
Akibatnya:
Ledakan pertama, dikarenakan pipa gas berukuran 3 kaki yg bertekanan pecah
Berdasarkan desain dari platform itu sendiri , posisi Control Room sangat dekat dengan lokasi
kebakaran dimana CR tsb seharusnya berfungsi sebagai pusat komando apabila terjadi
emergency, dan design fire wall proof yang ada ternyata juga tidak mampu bertahan, maka
akhirnya CR tsb ditinggalkan /abandonned. Petugas CR hanya berhasil mengirim berita mayday
yg diterima oleh rig-rig tetangga yaitu Claymore dan Tartans. Public Announcemnt gagal
dilakukan. Hingga pekerja- pekerja tidak ada yg tahu apa yangg terjadi dan tidak menerima
instruksi lebih lanjut.
Singkat kata, Emergency Response Plan gagal dieksekusi.
Kemudian, deluge-system sebagai sistem proteksi kebakaran tidak berfungsi karena kebetulan
sedang dalam kondisi MANUAL akibat ada pekerjaan penyelaman. Dari auto di switch ke
manual untuk menghindari si penyelam tersedot oleh system yang memanfaatkan air laut ini.
Dikarenakan sistem tanggap darurat yg gagal dilaksanakan, sistem boat penyelamatpun tidak
sukses dilakukan. Pekerja-pekerja yang tidak mendapat instruksi keadaan darurat tersebut
berusaha menyelamatkan diri. Beberapa yang tahu situasi berhasil meninggalkan rig. Beberapa
ada yg terpaksa melompat dari atas rig dgn ketinggian +/- 100 kaki (30 meteran). Sayangnya
kebanyakan dari mereka terperangkap di ruang tempat tinggalnya /living quarter.
Kedua rig tetangga yang menerima pesan darurat piper alpha ragu dengan apa yg sedang terjadi
karena communication link dari piper alpha terputus. Piper Alpha berada dtengah jaringan pipa
distribusi minyak dan gas onshore bersama Claymore dan Tartans rig. Akibat produksi minyak
yang tidak distop, terjadi tekanan balik ke Piper Alpha, ibaratnya sudah terbakar malah ditambah
bahan bakar yang bertekanan pula.
Gambar diambil dari sebual safety-vessel raksasa bernama Faros yang mencoba menolong pada
saat kebakaran /ledakan pertama. Namun sayangnya, fasilitas sistem pemadaman api gagal
berfungsi untuk menyemburkan airnya ke rig. Faros berusaha membentangkan gangway nya ke
rig, namun sayangnya pergerakannya sangat lambat, ia butuh waktu 5 menit. Hingga akhirnya
terlambat.
Sementara dari kejauhan Claymore dan Tartans dapat melihat cakrawala yang terang benderang
dari lokasi Piper Alpha. Tapi mereka ragu dan tetap tidak bertindak menshut down produksinya.
Ledakan kedua pun terjadi akibat akumulasi aliran minyak dari rig Tartan dan rig Claymore,
yang menghasilkan back pressure ke jaringan pipa minyak dan gas Piper Alpha. Manajer kedua
rig tetangga tersebut tidak berani mengambil keputusan menyetop produksi, karena konsekuensi
yang sangat amat mahal dari sisi produksi. Ia harus menelepon manajer onshore untuk
mengkonfirmasi lebih dahulu. Sang asisten sudah teriak-teriak: "CAN WE JUST SHUT IT
DOWN NOW?!!! THERE IS A SECOND EXPLOSION!!!", akhirnya si manajer dengan terbatabata: "o okay shut it down....". Tapi sayang... sudah terlambat. Si platform besar itu akhirnya
meleleh akibat panas ribuan derajat Celcius.
3. Kecelakaan Kerja Pada Karyawan di Mesin Dinamo Pabrik
Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam kerja,
korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum mengambil sampel korban
memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga melintas dari bagian mesin yang bukan area
lintasan. Saat melewati salah satu mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang terjuntai kebawah
tersangkut puli dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya leher korban tercekik
ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan bersiap-siap untuk
pulang kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00.
Akibatnya tidak ada yang melihat korban sehingga tidak ada yang menolong dan
mengakibatkan korban meninggal dunia.
Analisa :
TAHAPAN PENYEBAB
Penyebab Umum
Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli dinamo yang sedang berputar
Penyebab Terperinci
Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan areal lintasan dan dalam memilih
penggunaan pakaian kerja.
Penyebab Pokok
Kebijakan pabrik Perusahaan
Kurang memberikan pelatihan dan perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja agar
tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi.
Kurangnya komunikasi yang baik antar pegawai
kurangnya kepekaan pegawai terhadap lingkungannya tempat bekerj
Analisa :
Strategi Pengendalian
memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatati dan kesehatan kerja yang diperlukan pekerja
guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah terjadinya
kecelakaan yang sama.
selama melakukan proses pekerjaaan yang berbahaya, seperti pembersihan mesin, penambahan
minyak, pemeriksaan, perbaikan, pengaturan, mesin harus berhenti beroperasi. Untuk mencegah
orang lain menghidupkan mesin, maka mesin harus dikunci atau diberi tanda peringatan,
perusahaan harus memasang tutup pengaman atau peralatan pembatas.
Operator mesin ataupun alat produksi lainnya sebailrnya diberi peringatan setiap sesudah dan
sebelumnya mengoperasikan apakah ada petugas yang masih disana ataupun tidak. sebaiknya
operator mesin dilatih agar tetap siaga dan tanggap dengan tanggung jawabnya.
Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerjaa harus bertanggung jawab menjalankan
penanggulangan kecelakaan, rencanaa penanganan darurat, serta melakukan bimbingan
pelaksanaan setiap bagian.
Komunikasi antar pegawai hams selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu sama
lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan yang terjadi.
kebutuhan.
Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumberdaya dalam lingkungan kerja konstruksi harus
dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi. Keinginan untuk
mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi keselamatan kerja, seperti
memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.
DAFTAR PUSTAKA:
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan- kesehatankerja.html#ixzz2UaJ0rL8E
http://jamilboys.blogspot.com/2010/11/contoh-kecelakaan-kerja-industri.html
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan-kesehatankerja.html#ixzz2UaJ0rL8E
http://hukumindustri.blogspot.com/2010/03/usaha-usaha-pencegahan-terjadinya.html