Anda di halaman 1dari 9

Mengetahui Syok Anafilaksis Dari Penyebab

dan Cara Pencegahannya


irvan Asva

17:56

penyakit hematologi

No comments

Pengertian Syok Anafilaksis

Mengetahui
Syok
Anafilaksis
Dari
Penyebab dan Cara Pencegahannya- Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang berat,
dapat menyebabkan kematian, terjadi secara tiba-tiba sesudah terpapar oleh alergen atau
pencetus
lainnya.
anafilaktoid Bila terjadi reaksi serupa tetapi tidak melalui jalur interaksi antigen antibodi.
Contoh : reaksi akibat radiografi kontras.

Epidemiologi Syok Anafilaktik


Prevalen anafilaksis :

1 : 2300 kunjungan ke emergency room di UK (Stewart & Ewan, 1996).

5.6/100.000 pasien yang di rawat di RS (1991 92) ? 10.2/100.000 (1994 95) (Sheik &
Alves, 2000).

13.230 kunjungan utk anafilaksis 1990 - 2000 (Gupta, et al. 2003).

214 kematian krn anafilkasis di UK 1992 2001 (Pumphrey, 2004)

anafilaksis studi populasi dalam 5 tahun

Insiden : 21 per 100.000 orang per tahun

1. 133 pasien kasus anafilaksis :

116 pasien : 1 kejadian.

13 pasien : 2 kejadian.

4 pasien 3 kejadian.

1. 53% riwayat atopi.


2. 68% allergen teridentifikasi: makanan, obat & gigitan serangga.
3. 52% dilakukan pemeriksaan alergi.
4. 7% pasien di rawat.
5. 1 pasien meninggal.

Penyebab Syok Anafilaksis


Obat - Obat yang dapat menimbulkan shok anafilaksis antara lain :

Antibiotik (penisilin, sefalosporin).

Ekstrak alergen (bisa tawon, polen).

Obat (analgetik, anestesi, thiopental, suksinilkolin).

Enzim (kemopapain, tripsin).

Serum heterolog (antitoksin tetanus, globulin antilimfosit).

Protein manusia (insulin, vasopresin, serum)

Mengetahui Reaksi Anafilaktik

Reaksi lokal

1. Urtikaria & angioedema.


2. Jarang menimbulkan kematian.

Reaksi sistemik

1. Melibatkan berbagai organ.

2. Biasanya terjadi dalam 30 menit setelah paparan Dapat fatal.

Gejala Klinis Anafilaksis Bagian Pertama


1. Reaksi sistemik ringan, yaitu : Rasa gatal, hangat sering disertai rasa penuh di mulut
dan tenggorokan Hidung tersumbat, bersin-bersin Edema di sekitar mata serta berair
Kulit gatal, Onset biasanya terjadi 2 jam setelah paparan antigen.
2. Reaksi sistemik sedang, yaitu : Serupa reaksi sistemik ringan disertai spasme bronkus
&/atau edema saluran napas Sesak, batuk, dan mengi Angioedema, urtikaria menyeluruh,
mual, dan muntah Gatal, badan terasa hangat, serta gelisah.
3. Reaksi sistemik berat, yaitu : Spasme bronkus, edema laring, serak, stridor, sesak,
sianosis, henti napasSakit menelan, kejang perut, diare, muntah Hipotensi, aritmia, syok,
koma Kejang Terjadi mendadak.

Cara Menentukan Diagnosis Anafilaktik


1. Terjadinya gejala penyakit segera (beberapa menit sampai jam), yang melibatkan kulit,
jaringan mukosa, atau keduanya (urtikaria yang merata, pruritus,atau kemerahan, edema
bibir-lidah-uvula), paling sedikit satu dari gejala berikut : Gangguan pernapasan (sesak,
mengi, bronkospasme, stridor, penurunan arus puncak ekspirasi (APE), hipoksemia.
Penurunan tekanan darah atau berhubungan dengan disfungsi organ (hipotonia atau
kolaps, pingsan, inkontinens).
2. Dua atau lebih dari petanda berikut ini yang terjadi segera setelah terpapar serupa alergen
pada penderita (beberapa menit sampai jam): Keterlibatan kulit-jaringan mukosa
(urtikaria yang merata, pruritus-kemerahan, edema pada bibir-lidah-uvula),Gangguan
pernapasan (sesak, mengi, bronkospasme, stidor, penurunan APE, hipoksemia),
Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan (hipotonia-kolaps, pingsan,
inkontinens), Gejala gastrointestinal yang menetap (kram perut, sakit, muntah).
3. Penurunan tekanan darah segera setelah terpapar alergen (beberapa menit sampai jam)

Bayi dan anak : tekanan darah sistolik rendah (tgt umur), atau penurunan lebih dari 30%
tekanan darah sistolik.

Dewasa : tekanan darah sistolik kurang dari 90 mm Hg atau penurunan lebih dari 30%
nilai basal pasi.

Tekanan darah sistolik rendah untuk anak didifinisikan bila < 70 mm Hg antara 1 bulan
sampai 1 tahun, kurang dari (70 mm Hg [2x umur]) untuk 1 sampai 10 tahun, dan kurang
dari 90 mm Hg dari 11 sampai 17 tahun.

Pencegahan Terhadap Syok Anafilaktik

hal - hal yang harus di tanyakan sebelum pemberian obat untuk pencegahan syok anafilaksis
adalah :
1. Adakah indikasi memberikan obat.
2. Adakah riwayat alergi obat sebelumnya.
3. Apakah pasien mempunyai risiko alergi obat.
4. Apakah obat tsb perlu diuji kulit dulu.
5. Adakah pengobatan pencegahan untuk mengurangi reaksi alergi.
Langkah - Langkah Pencegahan Terhadap Syok Anafilaktik Terhadap Pasien
1. Riwayat alergi obat secara terperinci.
2. Obat sebaiknya diberikan peroral.
3. Observasi pasien selama 30 menit setelah pemberian.
4. Memeriksa label obat.
5. Menanyakan riwayat obat secara teliti jika ada faktor

predisposisi.

6. Mengajarkan untuk dapat menyuntik adrenalin.


7. Menggunakan preparat human antiserum.
8. Lakukan uji kulit jika mungkin.
9. Pemberian obat pencegahan reaksi alergi.
Obat dan Alat Yanga Harus Dipersiapan Untuk Penanganan Syok Anafilaktik Di Ruang Praktek
Adalah :
1. Adrenalin.
2. Antihistamin.
3. Kortikosteroid injeksi.
4. Aminofilin, inhalasi beta2 / nebulizer.
5. Infus set.

6. Cairan infus.
7. Oksigen.
8. Tensimeter.
9. Alat bedah minor.
10. Nomor telepon ambulans gawat darurat.

3.4.3 Kedaruratan Alergi

Adrenalin (epinefrin) dapat mengembalikan kondisi fisiologik dari gejala darurat (seperti udem
larings, bronkospasme, dan hipotensi) yang disebabkan reaksi hipersensitif seperti anafilaksis
dan angioedema.
Anafilaksis
Syok anafilaktik berupa udem larings, bronkospasme dan hipotensi memerlukan terapi sesegera
mungkin. Individu yang atopik mudah terkena syok anafilaksis. Sengatan serangga adalah salah
satu risiko (terutama sengatan tawon dan lebah). Makanan tertentu seperti telur, ikan, protein
susu sapi, kacang- kacangan dan biji-bijian juga dapat menjadi penyebab anafilaksis.
Produk obat yang dihubungkan dengan anafilaksis antara lain adalah produk darah, vaksin,
preparat hiposensitisasi (alergen), antibakteri, asetosal dan AINS lain, heparin, obat pelumpuh
otot. Anafilaksis lebih sering terjadi setelah pemberian parenteral, sehingga fasilitas resusitasi
harus selalu tersedia untuk pemberian injeksi yang disertai risiko khusus. Reaksi anafilaksis
mungkin juga dihubungkan dengan bahan tambahan dan pengisi dari makanan dan obat.
Beberapa minyak, seperti minyak kacang, yang mungkin terkandung dalam beberapa produk
obat, tidak mungkin menyebabkan reaksi alergi - meski demikian lebih baik memeriksa
keseluruhan komposisi dari preparat yang mungkin mengandung lemak atau minyak yang
alergenik. Langkah awal terapi anafilaksis yaitu melancarkan saluran napas,
memperbaiki tekanan darah (pasien dibaringkan pada posisi datar dengan kaki lebih tinggi), dan
pemberian injeksi adrenalin (epinefrin). Injeksi diberikan secara intramuskular dengan dosis 500
mcg (0,5 mL injeksi adrenalin, 1 dalam 1000). Dosis 300 mcg (0,3 ml injeksi adrenalin 1:1000),
mungkin sesuai untuk pemberian segera yang dilakukan sendiri. Dosis ini diulangi setiap 5 menit
tergantung tekanan darah, nadi dan fungsi pernapasan (penting: mungkin perlu pemberian
intravena dengan menggunakan larutan yang lebih encer). Pemberian oksigen juga sangat
penting. Antihistamin, seperti klorfeniramin yang diberikan sebagai injeksi intravena lambat

dengan dosis 1020 mg merupakan terapi tambahan yang bermanfaat, diberikan setelah injeksi
adrenalin dan dilanjutkan selama 2448 jam untuk mencegah relaps. Pasien yang menerima betabloker atau antidepresan perlu perhatian khusus. Keadaan yang terus memburuk memerlukan
terapi lebih lanjut
termasuk cairan intravena, aminofilin intravena atau nebulisasi agonis adrenoseptor beta2
(seperti salbutamol atau terbutalin); di samping oksigen, pernapasan bantuan dan trakheotomi
darurat mungkin diperlukan. Injeksi kortikosteroid intravena seperti hidrokortison (sebagai
natrium suksinat) dengan dosis 100300 mg tidak begitu berguna pada tata laksana awal syok
anafilaksis karena mula kerjanya beberapa jam, tapi obat ini harus diberikan untuk mencegah
memburuknya kondisi pasien yang parah.
Jika kondisi pasien sedemikian parahnya sehingga ada keraguan akan kecukupan sirkulasi darah,
injeksi awal adrenalin perlu diberikan sebagai larutan yang diencerkan secara intravena.
Pasien dengan alergi berat terhadap gigitan serangga atau makanan dianjurkan untuk membawa
semprit adrenalin untuk pengobatan sendiri selama periode yang berisiko.
Angioedema
Angioedema menjadi berbahaya jika terdapat udem larings. Pada kasus ini injeksi adrenalin dan
oksigen harus diberikan seperti pada Anafilaksis. Antihistamin dan kortikosteroid juga harus
diberikan (lihat uraian di atas). Inkubasi trakeal mungkin diperlukan.
Angiodema
herediter
Pemberian penghambat C esterase (dalam fresh frozen plasma atau dalam bentuk dimurnikan
sebagian) mungkin dapat mengatasi serangan akut dari angioedema herediter, tapi tidak praktis
untuk profilaksis jangka panjang.
Adrenalin
Intramuskular
Pemberian secara intramuskular merupakan pilihan utama dari cara pemberian adrenalin pada
tatalaksana syok anafilaktik. Adrenalin mempunyai mula kerja cepat setelah pemberian
intramuskular dan pada pasien dalam keadaaan syok, absorbsi intramuskular lebih cepat dan
lebih dapat dipercaya dibandingkan pemberian subkutan (pemberian intravena harus dilakukan
pada keadaan sangat darurat, dimana sirkulasi darah pasien tidak memadai).
Pasien dengan alergi berat sebaiknya diajarkan untuk pemberian sendiri injeksi adrenalin secara
intramuskular. Injeksi segera adrenalin sangat penting. Tabel berikut berisi dosis pemberian yang
dianjurkan.
Volume injeksi adrenalin 1:1000 (1 mg/ml) untuk injeksi intramuskular (atau injeksi subkutan
sebagai alternatif) pada syok anafilaktik.

Umur

Dosis

Volume adrenalin
1:100 (1 mg/mL)

Dibawah 6 bulan

50 mcg

0.05 mL

6 bulan 6 tahun

120 mcg

0.12 mL

6-12 tahun

250 mcg

0.25 mL

Dewasa dan remaja

500 mcg

0.5 mL

Dosis di atas bisa diulangi beberapa kali, jika perlu tiap 5 menit, menurut tekanan darah, nadi
dan fungsi pernapasan, sampai terjadi perbaikan. Injeksi subkutan umumnya tidak dianjurkan.
Adrenalin
Intravena
Jika pasien sangat parah dan ada keraguan terhadap kecukupan sirkulasi dan absorpsi dari injeksi
intramuskular, adrenalin dapat diberikan sebagai injeksi intravena lambat dengan dosis 500 mcg
(5 mL larutan encer injeksi adrenalin 1:10.000) diberikan dengan kecepatan 100 mcg/menit (1
mL larutan encer 1:10.000 per menit) dan dihentikan jika respons telah diperoleh.
Pada anak-anak dapat diberikan 10 mcg/kg bb (0.1 mL/kg bb larutan encer injeksi adrenalin
1:10.000) secara injeksi intravena lambat selama beberapa menit. Pengawasan/monitor ketat
diperlukan untuk memastikan bahwa obat diberikan dengan kadar yang tepat. Pada kit syok
anafilaktik perlu dibedakan dengan sangat jelas antara larutan 1:10.000 dan larutan 1:1000.
Penting diperhatikan bahwa jika injeksi intramuskular masih mungkin berhasil, jangan
membuang waktu untuk mencari vena.
Pemberian
sendiri
adrenalin
(epinefrin)
Individu yang mempunyai risiko tinggi untuk mengalami syok anafilaksis perlu membawa
adrenalin setiap waktu dan selanjutnya perlu diajarkan bagaimana menyuntikkannya. Pada
kemasan perlu diberi label supaya pada kasus kolaps yang terjadi dengan cepat, orang lain dapat
memberikan adrenalin tersebut. Penting untuk memastikan adanya persediaan yang cukup untuk
mengobati gejala anafilaksis, sampai datang pertolongan medis.
Inhalasi
adrenalin
Walaupun inhalasi adrenalin tersedia, namun kemampuan untuk menginhalasi selama serangan

mungkin terbatas. Walaupun demikian, inhalasi adrenalin dapat berguna untuk pasien tanpa
gejala lain yang mungkin mengalami angioedema dan udem laringeal
penting: untuk pasien yang pernah mengalami reaksi sangat merugikan, injeksi adrenalin perlu
dipertahankan sebagai pilihan pertama.
Monografi:

EPINEFRIN (ADRENALIN)
Indikasi:

SYOK
Syok merupakan kegagalan sirkulasi secara akut sehingga menyebabkan perfusi jaringan tidak
adkuat dan cedera pada beberapa organ tubuh. Sedangkan dengan kata lain syok merupakan
kegagalan sirkulasi akut dengan ketidakadekuatan perfusi jaringan yang menghasilkan hipoksia
secara umum. Syok terjadi karena adanya gangguan system kardiovaskullar dan ketidakadekuatan
kompensasi untuk mempertahankan perfusi jaringan.

Terdapat tiga jenis syok yaitu:


a. Syok Cardiogenik
Disebabkan adanya gangguan atau kegagalan dalam pemompaan jantung. Contoh yang paling
mudah adalah jika terjadi pada orang dengan gagal jantung, Infark Miaokard dan lain-lain.
b. Syok Distributive
Berkaitan dengan masalah pada pembuluh darah. Dalam hal ini terdapat kegagalan dalam
mempertahankan resistensi pembuluh darah. Penyebabnya adalah vasodilatasi dan kerusakan
mikrovaskular. Contohnya terjadi pada orang dengan sepsis, cedera spinal, dan anafilaktik.
c. Syok Hipovolumik
Berkaitan dengan hilangnya volume sirkulasi darah dalam tubuh. Misalnya terjadi pada
perdarahan dan dehidrasi.

Untuk lebih jelasnya bagaimana terjadinya shok mungkin pendekatan secara fisiologis akan lebih
mudah untuk dipahami

Syok disebabkan oleh tekanan darah yang tidak adekuat


Tekanan darah rendah berkaitan dengan ketidakadekatan cardiac out put atau rendahnya
resistensi pembuluh darah.
Rendahnya cardiac out put disebabkan oleh masalah kecepatan denyut jantung dan stroke
volume.

Abnormalitas Stroke volume meliputi: keagalan untuk menerima, kegagalan untuk


mengeluarkan, dan ketidakadekuatan volme.

Rendahnya resistensi pembuluh darah perifer berkaitan dengan masalah vasodilatasi pembuluh
darah.

Yang dimaksud dengan shock anafilaktik adalah shock yang terjadi secara akut yang
disebabkan oleh reaksi alergik atau reaksi hipersensitif. Sedangkan yang dimaksud dengan reaksi
alergik adalah peninggian reaksi fisiologik tubuh terhadap bahan antigen yang memperkuat
terjadinya antigen-antibodi. Terdapat pula istilah atopi yang menerangkan bentuk anafilaksis yang
terjadi secara familiar akibat alamiah seperti biji-bijian, debu dan makanan dan bila terjadi reaksi
anafilaksis dapat menimbulkan asma dan sensitivitas terhadap makanan berupa reaksi urtikaria
pada kulit.
Shock anafilaktik terjadi dalam masa beberapa detik atau beberapa menit sesudah pemberian
antigen dan menyebabkan terjadinya kegagalan sirkulasi dan respirasi. Shock ini terjadi antara 13000 pasien di Amerika dan antibiotik yang paling banyak adalah penisilin yang merupakan
kematian terbanyak sesudah obat ini disuntikkan dalam masa 60 menit.
Reaksi anafilaksis artinya againts protection (menghilangkan proteksi). Secara harafiah dapat
diartikan terdapat mediator yang dilepaskan oleh sel mast dan sirkulasi basofil dimana bahan ini
dapat menyebabkan terjadinya shock. Shock anafilaktik diartikan sebagai suatu reaksi yang cepat
karena masuknya benda asing ke dalam tubuh yang sensitif yang terjadi secara segera atau tipe I.
Reaksi ini dapat pula terjadi akibat pemberian obat-obatan, darah, plasma, kontras media dan
gigitan serangga. Terdapat pula istilah anaphylactoid reaction yang antigennya tidak dapat
ditentukan dimana reaksi ini dapat terjadi akibat fisik, olah raga, obat-obatan, dan kaustik. Reaksi
alaergi sistemik dapat terjadi secara ringan, moderat, serta berat. Misalnya saja, urtikaria
generalisata, angio-odem, dan rhinitis merupakan bukan reaksi anapilaksis

Anda mungkin juga menyukai