Disusun Oleh:
DITA EVITA
110.2012.
Pembimbing :
dr. H. Dadan Susandi, SpOG
PENDAHULUAN
Kehamilan mencetuskan berbagai macam perubahan fisiologi dalam
peredaran darah baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan
hematologi sering ditemukan pada ibu hamil karena perubahan-perubahan
fisiologis tersebut menyebabkan ibu hamil lebih rentan terhadap gangguangangguan dalam peredaran darah, terutama penyakit-penyakit kronis seperti
anemia, trombositopenia, maupun keganasan yaitu leukemia dan limfoma.
Kenaikan kebutuhan nutrisi pada kehamilan juga dapat menimbulkan gangguangangguan pada peredaran darah seperti anemia defisiensi besi dan anemia
megaloblastik. Kehamilan juga dapat memperlihatkan gangguan-gangguan yang
sebenarnya sudah ada sejak sebelum kehamilan, seperti hemolitik anemia yang
disebabkan oleh hemaglobinopati ataupun kelainan pada membran sel.
Kelainan hematologi yang dapat timbul dalam kehamilan antara lain
anemia baik anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik, hingga anemia
hemolitik, gangguan koagulasi, dan trombositopenia. Penanganan pada gangguan
hematologi khususnya pada kehamilan saat berperan dalam morbiditas dan
mortilitas ibu dan bayi. Sehingga, gangguan hematologi dalam kehamilan tidak
boleh dibiarkan dan harus segera mendapatkan penanganan dan terapi yang
adekuat.
Kehamilan
menyebabkan kondisi
status
hiperkoagulasi.
karena itu banyak istilah yang dipakai untuk ini yaitu consumption coagulopathy,
defibrination, syndrome hiper fibrinolisis dan syndrome trombohemoragik.
Hemostasis tergantung kepada kontriksi dari pembuluh darah, agregasi
dari platelet sebagai respon dari kerusakan pembuluh darah dan generasi dari
fibrin menjadi bentuk bekuan, keadaan ini diseimbangkan oleh mekanisme
fibrinolisis, dengan perubahan fibrin dan patensi dari pembuluh darah.
Banyak kasus DIC berhubungan dengan kehamilan. DIC disebabkan oleh
eclampsia/ preeclampsia, perdarahan post partum, sepsis, solusio plasenta,
missed septic abortion, ruptur uterus, emboli air ketuban, Intra uterine
fetal death (IUFD), penyakit trofoblas, dan Sickle Cell Crisis. Penyebab
obstetri terbanyak pada DIC adalah solusio plasenta.
Pada pasien dengan solusio plasenta berat yang disertai kematian janin,
DIC terjadi pada 25% pasien. Pada pasien dengan IUFD dan missed abortion DIC
terjadi pada 25% pasien, dan timbul 5-6 minggu sesudah kematian janin, dengan
hasil perubahan laboratorium pada beberapa kasus sudah nyata berubah sejak
awal. Pada Hellp syndrome DIC terjadi pada 92 dari 442 pasien (21%)
Kebanyakan kasus kasus obstetri penyebab adalah kelainan plasenta dan
perdarahan. Selalu diikuti deplesi berat komponen-komponen hemostatik. Pada
keadaan seperti ini, hemostatik tidak dapat diperbaiki
tanpa mengganti
komponen-komponen darah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HEMOSTASIS NORMAL
Hemotasis adalah usaha tubuh agar tidak kehilangan darah terlalu banyak
bila terjadi luka pada pembuluh darah dan agar darah tetap cair serta aliran darah
berlangsung secara lancar. Mekanisme hemostasis normal terdiri atas 3 fase, yaitu
hemostasis primer, hemostasis sekunder dan proses fibrinolisis. Mekanisme
hemostasis tersebut berupa : konstriksi pembuluh darah lokal, pembentukan
platelet plug, pembentukan fibrin dan proses fibrinolisis. Proses vasokontriksilokal dan pembentukan platelet plug dinamakan hemostasis primer, sedangkan
proses koagulasi hingga terbentuknya fibrin stabil dinamakan hemostasis
sekunder. Proses fibrinolisis berusaha agar tidak terbentuk trombus berlebihan
yang dapat mengganggu aliran darah
2.I.1. Hemostasis Primer
Pada hemostasis primer trombosit memegang peranan yang sangat
penting. Trombosit membentuk platelet plug pada tempat luka dan juga
menghasilkan tromboksan-A2 dan serotonin yang menyebabkan konstriksi
pembuluh darah lokal. Trombosit berasal dari fragmentasi sitoplasmamegakariosit di sumsum tulang. tiap megakariosit menghasilkan kurang lebih
4000 trombosit. Jumlah trombosit di darah tepi 150.000-400.000 mm3. Umur
trombosit di darah tepi berkisar antara 7 sampai 10 hari, berbentuk cakram,
diameternya 1-2 um, sedangkan volumenya rata-rata 5-8 fl. Dalam keadaan
normal, sepertiga dari jumlah trombosit itu ada di limpa. Jumlah trombosit di
darah tepi selalu kurang lebih konstan. Hal ini disebabkan oleh mekanisme
kontrol oleh bahan humoral yang disebut trombopoetin. Bila jumlah trombosit
menurun, tubuh akan mengeluarkan trombopoetin lebih banyak yang merangsang
trombopoesis. Tempat pembuatan trombopoetin ini masih belum diketahui jelas
2.1.2. Hemostasis Sekunder
Jalur intrinsik: jalur ini dimulai dengan aktivasi faktor XII sampai
terbentuknya faktor X.
2.
Jalur ekstrinsik: jalur ini dimulai dari aktivasi faktor VII sampai
terbentuknya fakktor X aktif.
3.
Jalur bersama (common pathway): jalur ini mulai dari aktivasi faktor X
sampai terbentuknya fibrin yang stabil.
1.
Jalur intrinsik: pada jalur ini proses koagulasi dimulai pada terjadinya
kontak antara faktor XII dengan jaringan kolagen atau komponen
subendotelial yang lain. Selanjutnya faktor XII aktif akan mengubah faktor XI
aktif menjadi faktor XI aktif. Kemudian faktor XI aktif akan mengubah faktor
IX menjadi faktor IX aktif. Akhirnya faktor IX aktif bersama faktor VIIIc,
faktor-3-trombosit(PF3), dan kalsium serum mengubah faktor X menjadi
faktor X aktif.
2.
3.
menunjang. Defisiensi salah satu faktor pada jalur intrinsik atau jalur ekstrinsik
mengakibatkan terjadinya diatesis hemoragik.
b.
Adanya clearance dari faktor-faktor aktif oleh sel-sel hati dan retikulo
endotelial. Dengan berkurangnya faktor-faktor aktif ini koagulasi yang
berlebihan juga dapat dihambat.
Gambar 1: Proses koagulasi
XII
XIIa
XI
Jalur intrinsik
Tromboplastin jaringan
XIa
IX
IXa
VIIa
Jalur ektrinsik
VII
+VIII
PF3+
Ca+
X
Xa
V+
Ca+
Protrombin
Trombin
Jalur bersama
Fibrinogen
Fibrin
+XIII
Fibrin Stabil
Proses Fibrinolisis
Fibrinolisis adalah proses pelarutan fibrin secara enzimatik oleh suatu zat
yang dinamakan plasmin. Bagan proses ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2 : Bagan proses fibrinolis
Plasminogen
Aktivator plasminogen
Plasmin + Antiplasmin
kompleks
plasmin-antiplasmin
fibrinogen
fibrin
fibrinogen
fibrin
degradation
degradation
product
product
(FDP)
(FDP)
2.2. KOAGULOPATI
E. Patofisiologi
F. Diagnosis
Diagnosis inherited coagulopathy dapat dilihat dari anamnesis yaitu riwayat
perdarahan yang susah berhenti sejak kecil. Pemeriksaan fisik terlihat bahwa
ada perdarahan yang sulit berhenti. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan
CT/BT yang memanjang dan sangat rendahnya faktor koagulan seperti faktor
VIII atau IX.
G. Komplikasi
Komplikasi pada ibu dengan hemofilia atau von Willebrand disease adalah
perdarahan pasca persalinan. Pada janin yang memiliki penyakit serupa juga
ditakutkan mengalami perdarahan intrakranial
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama dalam inherited coagulopathy adalah transfusi fresh
frozen plasma yang mengandung faktor-faktor koagualan secara berkala.
Desmopresin juga dapat diberikan untuk meningkatkan produksi faktor
koagulan VIII.
2.2.2 Koagulasi Intravaskular Diseminata
A. Definisi
Koagulasi intravaskular diseminata adalah sebuah sindrom mengenai
gangguan koagulasi dan fibrinolisis. Koagulopati konsumsi merupakan
gangguan yang ditandai dengan penurunan konsentrasi platelet akibat
pengunaan faktor koagulan pada darah tepi secara berlebihan akibat koagulasi
intravaskular diseminata.
B. Epidemiologi
Prevalensi koagulasi intravaskular diseminata pada kehamilan adalah 0,030,35 pada studi kasus yang dilakukan, atau dapat diperkirakan sekitar 12,5
setiap 10.000 persalinan. Walaupun keseluruhan prevalensi dari koagulasi
intravaskular diseminata pada kehamilan rendah, namun frekuensi dari
koagulasi intravaskular pada kehamilan-kehamilan dengan resiko tinggi atau
dengan komplikasi yang spesifik, cukup tinggi. Menurut ulasan studi kasus,
dari 53 kasus dengan komplikasi emboli cairan amnion, ditemukan koagulasi
intravaskular diseminata pada 2/3 nya. Dari 442 kehamilan dengan
komplikasi hemolisis, kenaikan fungsi hati, dan rendahnya platelet (HELLP
10
D. Patofisiologi
Ada beberapa metode aktivasi dari sistem pembekuan darah pada kehamilan.
Pertama, pelepasan tromboplastin kedalam sirkulasi maternal dari plasenta
dan jaringan desidua. Hal ini dapat terjadi pada kasus-kasus dimana terjadi
abruptio placenta, emboli cairan amnion, ataupun ruptur uterus, dan juga
dapat terjadi secara tersembunyi dan sangat membahayakan yaitu pada kasuskasus kematian intrauterina dan kematian mudigah. Metode kedua adalah
perlukaan pada sel endotelial sehingga mencetuskan terjadinya koagulasi. Ini
mungkin adalah faktor pencetus pada beberapa kasus pre-eklampsia maupun
eklampsia. Terakhir, kerusakan pada sel darah merah atau platelet dapat
menyebabkan pelepasan fosfolipid yang dapat terjadi pada reaksi transfusi.
Pada koagulasi intravaskular diseminata terdapat koagulasi yang luas
akibat pelepasan tromboplastin pada sirkulasi maternal. Hal ini berujung pada
konsumsi dan penurunan faktor koagulasi yang pada akhirnya menyebabkan
perdarahan. Sebagai respon terhadap koagulasi dan deposisi fibrin yang
11
12
dengan
kristaloid
atau
koloid
menyebabkan
terjadinya
perdarahan
hematuria,
post
partum.
perdarahan
Perdarahan
gastrointestinal,
bisa
berupa
intracarnial
dan
oleh
kecenderungan
terjadinya
perdarahan.
terjadinya
trombin,
dan
DIC
meliputi
penurunan
peningkatan
mekanisme
terhambatnya
proses
fisiologis
fibrinolisis.
(tissue
factor
pathway inhibitor).
Pada
DIC
kadar
berlangsung,
dikeluarkan
oleh
degradasi
neutrofil
aktif,
oleh
dan
elastase
gangguan
yang
sintesis
antitrombin III.
Penurunan fungsi sistem protein C disebabkan oleh
penurunan aktifitas trombomodulin, penurunan kadar fraksi
13
aktivitasnya
terlalu
lemah
dibandingkan
aktivitas
pembentukan fibrin.
E. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan juga riwayat
terjadinya pencetus seperti eklampsia atau pre-eklampsia, perdarahan pasca
persalinan, sepsis, abruptio placenta, kematian mudigah, sickle-cell crisis,
ruptur
uterus,
penyakit
trofoblastik
(koriokarsinoma),
IUFD,
syok
14
F. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi pada koagulasi intravaskular
diseminata adalah perdarahan yang terjadi akibat kurangnya faktor koagulasi
yang disebabkan oleh hiperkoagulasi. Namun, komplikasi lain yang dapat
terjadi adalah trombosis pada mikrovaskular secara luas yang dapat
mengakibatkan iskemik dan juga infark pada organ.
G. Penatalaksanaan
Pada kasus obstetrik, koagulasi intravaskular diseminata berlangsung cepat.
Sehingga mungkin hasil laboratorium tidak dapat menunjukkan kondisi
terkini pasien. Penangan juga harus dilakukan dengan cepat dan sesuai
dengan kondisi pasien. Pertama, yang perlu dilakukan adalah menangani
penyebab awal dari koagulasi intravaskular diseminata seperti abruptio
placenta, atau pre-eklampsi maupun eklampsia. Kedua, menjaga perfusi
organ karena akhir dari koagulasi intravaskular diseminata adalah perdarahan,
maka menjaga perfusi organ secara cepat merupakan prinsip terpenting yang
harus dilakukan dengan cara infusi cepat menggunakan ringer laktat atau
normal saline, penggantian cepat dengan whole blood. Setelah penyebab
utama dihilangkan makan hepar akan menghasilkan faktor pembekuan yang
adekuat dalam 24 jam. Level platelet mungkin membutuhkan 5-6 hari untuk
kembali normal, namun sudah dapat mencapai level yang adekuat untuk
hemostasis dalam 24 jam.
Bila terdapat sarana yang memadai berikan oksigen menggunakan masker
atapun ventilasi tekanan positif untuk mencapai oksigenasi yang memuaskan.
Monitor output urin kira-kira 30-60mL/jam, monitor darah lengkap dengan
mempertahankan hematokrit >30%, monitor tanda vital menggunakan central
venous pressure line jika bisa.
15
disebabkan
oleh
kelainan
genetik.
Pada
trombofilia
terjadi
antitrombil III
autoimun seperti antibodi antifosfolipid atau antibodi antikardiolipin
D. Patofisiologi
16
E. Diagnosis
Diagnosis trombofilia akibat genetik kurangnya protein antikoagulan
biasanya diketahui dari riwayat keluarga yang memiliki kelainan serupa atau
biasanya gejala nya timbul sejak usia muda.
Diagnosis antibodi antifosfolipid sindrom ditegakan apabila terdapat gejala:
Pernah terjadi trombosis pada vaskular di jaringan atau organ manapun
Pregnancy loss (1 fetus normal dengan usia >10 minggu, 1 kelahiran
prematur sebelum usia 34 minggu akibat eklampsia atau insufisiensi
plasenta, atau 3 abortus spontan sebelum usia kehamilan 10 minggu)
atau hasil laboratorium menunjukkan:
Terdapat Lupus anticoagulant (LA) pada serum
Terdapat Anticardiolipin (aCL) antibody of immunoglobulin G (IgG)
and/or immunoglobulin M (IgM) isotype (>40 GPL or MPL units, or
above the 99th percentile) pada serum
Antibeta2 glycoprotein-I (b2-GPI) antibody of IgG and/or IgM isotype
(in titer above the 99th percentile) pada serum
F. Komplikasi
Komplikasi yang biasa timbul dari trombofilia adalah tromboemboli
17
G. Penatalaksanaan
Low-molecular-weight heparin dapat diberikan pada ibu hamil dengan
sindrom antibodi antifosfolipid. Pengantian warfarin pasca persalinan dapat
mengurangi efek samping heparin yaitu osteoporosis.
Transfusi merupakan pilihan untuk pasien-pasien dengan defisiensi faktor
antikoagulan.
2.3 TROMBOSITOPENIA
A. Definisi
Trombositopenia adalah suatu keadaan dimana terdapat kadar platelet yang
rendah atau menurun. Normalnya trombosit/ platelet level adalah 150.000450.000/L. Level dibawah 150.000/L sudah dapat dikatakan sebagai
trombositopenia. Trombositopenia pada kehamilan dapat diturunkan ataupun
didapatkan saat hamil. Biasanya trombositopenia dikaitkan dengan anemia
hemolitik, pre-eklampsia berat, eklampsia, perdarahan massive, anemia
megaloblastik berat akibat defisiensi folat, dan koagulopati konsumptif akibat
dari koagulasi intravaskular diseminata, maupun sepsis.
B. Epidemiologi
Menurut studi yang dilakukan oleh Boehlen and associates (2000), 11.6
persen dari 6770 wanita hamil memiliki kadar platelet di bawah 150.000/L.
C. Etiologi
Berbagai faktor dapat menyebabkan trombositopenia, antara lain:
18
Reaksi alergi
D. Klasifikasi
Trombositopenia dapat dibagi menjadi:
Trombositopenia gestasional
Trombositopenia bawaan
Trombositopenia imun (ITP)
E. Patofisiologi
Pada kehamilan normal, dapat diikuti oleh penrunan yang normal dari level
platelet
dan
biasanya
terlihat
pada
trimester
ketiga.
Diperkirakan
19
20
BAB III
KESIMPULAN
Banyak kelainan darah yang terjadi pada masa kehamilan atau dapat
dicetukan oleh situasi kehamilan. Perubahan fisiologik yang normal dalam
kehamilan dapat mengubah sistem peredarah darah sehingga lebih sulit untuk
mengenali keadaan patologi seperti trombositopenia gestasional. Kehamilan juga
dapat memperburuk atau memperparah gangguan darah yang telah dimiliki seperti
anemia, gangguan koagulasi bawaan yaitu hemofilia, dan lainnya, serta sangat
berpeluang untuk timbulnya keadaan darurat akibat kelainan darah yang
mengancam nyawa.
Selain itu juga komplikasi dari kelainan darah pada kehamilan saling
berkaitan dan apabila tidak ditangani dengan cepat dapat menimbulkan morbiditas
dan mortilitas yang tinggi baik pada ibu maupun pada janin. Penanganan yang
tepat pada penyebab utama dari kelainan darah dalam kehamilan ini dapat
mengurangi resiko komplikasi yang berat bahkan menurunkan resiko morbiditas
dan mortilita ibu serta janin.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, Leveno, Bloom, et al. Williams Obstetrics 23rd Edition.
2010. New York: The McGraw Hill
2. Fortner, Kimberly B, et al. John Hopkins Manual of Gynecology and
Obstetrics, The 3rd Edition. 2007. Lippincott Williams & Wilkins
3. Lichtin, Alan E. Overview of Anemia. 2016. Merks Manual
4. Darmochwal-Kolarz, Dorota. International Conference of Hematology
and Blood Disorders. 2013. J Blood Discord
5. Koagulasi.
[Diperbarui
13
Oktober
2016].
Tersedia
http://themedicalbiochemistrypage.org/blood-coagulation.php
6. Hemofilia A. [Diperbarui 13 Oktober 2016]. Tersedia
dari:
dari:
https://www.hemophilia.org/Bleeding-Disorders/Types-of-BleedingDisorders/Hemophilia-A
7. Hemofilia B. [Diperbarui
13
Oktober
2016].
Tersedia
dari:
https://www.hemophilia.org/Bleeding-Disorders/Types-of-BleedingDisorders/Hemophilia-B
8. Prevalensi DIC. [Diperbarui
13
Oktober
2016].
Tersedia
dari:
http://www.uptodate.com/contents/disseminated-intravascular-coagulationduring-pregnancy
9. Alarm International. Coagulation and Hematological Disorders in
Pregnancy. Fourth Edition of The Alarm International Progame
10. Celli. CM. Origin and Pathogenesis of Antiphospholipid Antibodies. 1998.
Brazillian Journal of Medical and Biological Changes
11. Sindrom antifosfolipid. [Diperbarui 13 Oktober 2016]. Tersedia dari:
http://emedicine.medscape.com/article/2084956-overview#a4
12. Platelet transfusion. [Diperbarui 13 Oktober 2016]. Tersedia dari:
http://annals.org/article.aspx?articleid=1930861\
13. Townsley, Danielle M. Hematologic Complication of Pregnancy. 2013.
National Institute of Health
22