220110120008
Rara Aryanti
220110120074
Kiki Rusdian
220110120014
Aisya Lestari
220110120076
Sesi Septiani
220110120023
Irmalita Fauzia R
220110120100
220110120044
220110120117
220110120051
Putri Septina
220110120144
Masriyah Komalasari
220110120063
Fariza Herswandani A
220110120152
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
2015
KASUS 3
Anak A, laki-laki 4 tahun, dirawat di ruang bedah anak. Saat ini klien
memasuki hari ketiga post uretroplasty. Operasi ini merupakan operasi kedua, 6 bulan
sebelumnya klien menjalani operasi chordektomy. Orangtua mengatakan sejak lahir
penis anak terlihat bengkok, anak BAK secara jongkok, BAK tidak memancar. Ibu
mengatakan sebelum hamil anak A, ibu sering mengalami gangguan menstruasi dan
mendapatkan terapi hormon estrogen, dan baru menyadari dirinya hamil anak A
setelah kehamilannya berusia 2 bulan. Sebelum dilakukan operasi, klien menjalani
pemeriksaan urografi yang menunjukan klien menderita hipospadia tipe penil dengan
chordee. Hasil pemeriksaan fisik menunjukan kesadaran komposmentis, HR
100x/menit, RR 24x/menit, dan suhu 37,5C. Klien mengeluh penisnya nyeri, penis
kemerahan dan sudah disunat, terpasang stent dan kateter, BAK melalui kateter,
namun kateter sedikit rembes dan kulit disekitar paha agak kemerahan, saat ini klien
dilakukan perawatan kateter dan mendapat terapi :
a. Ceftriaxone, Intravena, 2x 1 gr
b. Keterolac, Drip, 3x 25 mg
c. Ranitidine, Intravena, 2x 25 mg
d. RL 1600 cc/24 jam
Chair
220110120051
Scriber 1
: Fariza Herswandani A
220110120152
Scriber2
: Irmalita Fauzia R
220110120100
Step 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Irmalita : Uretroplasty?
Sesi : Chordee?
Gina : Ceftriaxone?
Masriyah : Urografi?
Aisya : Chordektomy?
Putri : Hipospadia tipe penil?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jawab :
Sesi : Membuat saluran uretra baru. Salah satu tahap penatalaksanaan hipospadia
Ridillah : Jaringan Fibrosa sekitar penis
Masriyah : Obat antibiotik
Kiki : Pemeriksaan CT SCAN pada saluran kemih
Irmalita : Tindakan untuk pengangkatan chordee
Sesi : Meatus yang terletak antara skrotum dan gland penis
Step 2
1. Rara : Ada hubungannya dengan riwayat kehamilan dan hipospadia?
2. Wiedy : Manfaat terapi?
3. Kenapa penis terlihat bengkok?
4. Putri : Etiologi penyakit?
5. Irmalita : Klasifikasi penyakit ini?
6. Tindo : Perawatan Post-op?
7. Terapi estrogen penyebab anak hipospadia? Ada hubungannya?
8. Sesi : Kenapa anak sudah disunat? Kemerahan karena apa?
9. Operasi dilakukan berapa kali?
10. Aisya : Pembentukan genitalia janin dari berapa bulan?
11. Peran perawat terkait penyakit pasien pada anak dan keluarga?
12. Kiki : Penatalaksanaan dan pencegahan? Prognosis?
13. Rara : Komplikasi bila tidak ditangani?
14. Wiedy : Peran perawat terkait kateter?
15. Kiki : Kontraindikasi dilakukan operasi, efek samping?
16. Rara : Penyebab nyeri?
17. Tindo : Indikasi sebelum operasi?
18. Gina : Syarat jarak waktu operasi?
19. Rara : Masalah psikologi?
20. Rara : Masalah keperawatan utama?
Step 3
1. Gina : Ibu makan sembarangan, tidak periksa kehamilan, konsumsi obat-obatan
Faktor Resiko
Patofisiologi
Hipospadia
Penatalaksanaan
(Diagnosa dan Askep)
Manfes
Komplikasi
Pemeriksaan Penunjang
Step 5
LO:
1.
2.
3.
4.
5.
HIPOSPADIA
A. ANATOMI FISIOLOGI
1. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Uretra Pria
Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah protastat
kemudia menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke bagian penis
panjangnya 20 cm. Uretra pada laki-laki terdiri dari :
Uretra Prostatia
Uretra membranosa
Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa. Uretra pria mulai dari orifisium uretra interna di dalam vesika
urinaria sampai orifisium uretra eksterna. Pada penis panjangnya 17,5-20 cm yang
terdiri dari bagian-bagian berikut :
Uretra prostatika, merupakan saluran terlebar, panjangnya 3 cm, berjalan hampir
vertikulum melalui glandula prostat, mulai dari basis sampai ke apeks dan lebih
dekat ke permukaan anterior. Bentuk salurannya seperti kumparan yang bagian
tengahnya lebih luas dan makin ke bawah makin dangkal kemudian bergabung
dengan pars membran. Potongan tranversal saluran ini menghadap ke depan.
Pada dinding posterior terdapat krista uretralis yang berbentuk kulit yang dibentuk
oleh penonjolan membran mukosa dan jaringan dibawahnya dengan panjang 15-17
cm tinggi 3 cm.
Uretra pars membranasea, merupakan saluran yang paling pendek dan paling
dangkal, berjalan mengarah ke bawah dan ke depan di antara apeks glandula
prostata dan bulbus uretra. Pars membranasea menembus diafragma urogenitalis,
panjangnya kira-kira 2,5 cm, di bawah belakang simfisis pubis diliputi oleh
jaringan sfingter uretra membranasea.
Uretra pars kavernous,merupakan saluran terpanjang dari uretra dan terdapat di
dalam korpus kavernosus uretra, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari pars
membranasea sampai ke orifisium dari diafragma urogentalis. Pada keadan penis
berkontraksi, pars karvenosus akan membelok ke bawah dan kedepan. Pars
kavernosus ini dangkal sesuai dengan korpus penis 6mm dan berdilatasi ke
belakang. Bagian depan berdilatasi di dalam gland penis yang akan membentuk
fossa navikularis uretra. Orifisium uretra eksterna, merupakan bagian erektor yang
paling berkontraksi berupa sebuah celah vertikal di tutupi oleh kedua sisi bibir
kevil dan panjangnya 6mm.
2. PENIS
Penis terletak menggantung di depan skrotum. Bagian ujung penis di sebut
gland penis. Bagian tengahnya disebut korpus penis dan pangkalnya disebut
radiks penis. Glan penis tertutup oleh kulit korpus penis, kulit penutup ini
disebut prepusium. Penis terdiri atas jaringan seperti busa dan terletak
memanjang, tempat muara uretra dari glan penis adalah frenulum atau kulup.
a. Penis merupakan alat yang mempunyai jaringan erektil yang satu sama
lainnya dilapisi jaringan fibrosa ringan erektil yang satu sama lainnya
dilapisi jaringan fibrosa ringan erektil ini terdiri dari rongga-rongga
seperti karet busa. Dengan adanya rangsangan seksual, karet busa ini
akan dipenhi darah sebagai vasopresi. Berdasarkan ini terjadilah ereksi
penis, ereksi penis dipegaruhi oleh otot: Muskulus iskia kavernosus,
muskulus
erektor
penis,
otot-otot
ini
menyebabkan
erektil
B. DEFINISI
Hipospadia adalah suatu kondisi letak lubang uretra berada di bawah glans
penis atau di bagian mana saja sepanjang permukaan ventral batang penis.
Kulit prepusium ventral sedikit, dan bagian distal tampak terselubung.
(Muscari, 2005).
C. ETIOLOGI
Hipospadia muncul saat lahir (kongenital). Alasan yang tepat dari penyebab
timbulnya cacat ini tidak diketahui. Kadang-kadang, hipospadia merupakan
kondisi warisan. Ketika penis berkembang pada janin laki-laki, hormon tertentu
akan merangsang pembentukan uretra dan kulup. Hipospadia terjadi ketika
kerusakan terjadi dalam aksi/kegiatan yang dilakukan hormon ini, hingga
menyebabkan uretra berkembang secara tidak normal.
Penyebab hipospadia sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang
belum diketahui penyebab pasti. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli
dan dianggap paling berpengaruh antara lain:
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
Faktor hormon androgen sangat berpengaruh terhadap kejadian hipospadia
karena berpengaruh terhadap proses maskulinisasi masa embrional. Androgen
dihasilkan oleh testis dan placenta karena terjadi defisiensi androgen akan
menyebabkan
penurunan
produksi
dehidrotestosterone
(DHT)
yang
D. MANIFESTASI KLINIS
Gland penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di
bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
Kulit penis bagian bawah sangat tipis. Tunika dartos, fasia Buch dan
korpus spongiosum tidak ada.
Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari gland penis.
Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, bisa kearah bawah,
menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok
saat BAK.
E. KLASIFIKASI
Tipe hipospodia berdasarkan letak orifisum uretra eksternum/meatus, yaitu :
Tipe anterior terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan
coronal. Meatus terletak pada pangkal penis. Pada kelainan ini secara
klinis umumnya bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu
Tipe Middle terdiri dari distal penile, proximale penile, dan pene-escrotal.
Meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Pada tipe ini umumnya
disertai dengan kelainan penyerta, yaitu kulit prepusium bagian ventral
tidak ada, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah (chordee) atau
gland penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe penil diperlukan intervensi
pembedahan secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium
tidak ada, sebaiknya pada bayi tidak dilakukan tindakan sirkumsisi karena
sisa kulit dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya. Tindakan
koreksi atau chordee umumnya dilakukakn sekitar 2 tahun, sedangkan
reparasi tipe hipospadia umumnya dilakukan sekitar umur 3 sampai 5
tahun.
Tipe Posterior
Tipe posterior terdiri dari Tipe Scrotal dan Perineal. Kelainan ini cukup
besar, umumnya pertumbuhan penis agak terganggu, kadang disertai
skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak
turun. Pada kejadian ini perlu diperhatikan kemungkinan adanya
Stenosis atau menyempitnya meatus uretra karena edema atau hipetrofi pada
tempat anastomosis juga terbentuknya hematom dibawah kulit.
G. PATOFISIOLOGI
Faktor hormon
Genetik
Lingkungan
Terapi estrogen
Proses embriologi
Mutasi gen
Terjadi genesis
Minggu ke 2 kehamilan
gagalnya sintesis
mesoderm
terdapat 2 lapisan
androgen
Genital tubercle
kongenital malforasi
tidak terbentuk
terbentuk lekukan di tengah
Memisahkan eksoderm
Bag. Anterior kloaka
dan endoderm
(membrane urogenital)
Rupture
Bag. kaudal bersatu
HIPOSPADIA
Infeksi jaringan
Tindakan operasi
Kateter merembes
RESIKO INFEKSI
Kulit kemerahan (paha)
Reaksi inflamasi
Gangguan integritas kulit
Pengeluaran zat
Merangsang saraf nyeri
NYERI
vasoaktif
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir karena kelainan lain dapat menyertai
hipospadia, pemeriksaan menyeluruh termasuk pemeriksaan kromosom
(Corwin, 2009).
Rontgen
USG sistem kemih kelmin
BNO-IVO karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan
kongenital ginjal
Urethtroscopy dan cytosocopy : untuk memastikan organ-organ seks
I. PENATALAKSANAAN
Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik
Horton dan Devine.
1. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:
a. Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan
terowongan yang berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 -2
tahun. Penis diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat yang
abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan preputium bagian dorsal
dan kulit penis
b. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut
sudah lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih)
sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra
terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang
ditarik ke bawah dan dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan
setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka operasi pertama telah
matang.
Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar
dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal
(yang letaknya lebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit
bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian dipindah ke
bawah.
Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan hipospadia, maka
sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan operasi
hipospadi.
Penatalaksanaan Pasca Bedah:
a. Anak harus dalam posisi tirah baring hingga kateter diangkat. Perhatikan agar
anak tidak menarik kateter. Gunakan restraint yang aman jika diperlukan.
b. Evaluasi luka post operasi. Bekas luka harus dijaga agar tetap bersih dan
c.
d.
e.
f.
kering
Perhatikan kepatenan tube stent. Agar urine tidak rembes
Lakukan perawatan kateter
Lakukan pemeriksaan urin untuk memeriksa kandungan bakteri
Masukan cairan yang adekuat untuk mempertahankan aliran ginjal dan
mengencerkan toksik
g. Observasi aliran urin saat mulai mengeluarkan urin melalui uretra yang baru
dibentuk. Jika anak mengalami kesukaran dapat dilakukan mandi hangat
untuk membantu anak agar lebih rileks.
h. Berikan dukungan dan bimbingan pada orang tua. Berikan penjelasan pada
orang tua mengenai luka bekas operasi atau jika anak mengalami kesulitan
untuk mengeluarkan urin, berikan pula dorongan untuk berpartisipasi dalam
perawatan.
i. Observasi komplikasi. Dapat terjadi sumbatan pada kateter. Hal ini dapat
dihindari dengan perawatan kateter setiap 4 jam dan memasukan antiseptik
urinarius seperti kotrimokazol. Juga dapat terjadi penyempitan.
Farmakologi pasca operasi:
a. Ceftriaxone : Merupakan golongan antibiotik cephalosphorine
b. Ketorolac : Untuk penatalaksanaan nyeri akut yang berat jangka pendek (<5
hari)
c. Ranitidine : Untuk mengurangi sekresi asam lambung. (anti mual)
J. PROGNOSIS
Dengan perbaikan pada prosedur anastesi, alat jahitan, balutan, dan antibiotik
yang ada sekarang, operasi hipospadia telah menjadi operasi yang cukup sukses
: An. A
Umur
: 4 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
Diagnosa Medis
: Hipospadia
2. Keluhan Utama
Penis bengkok, BAK jongkok, Urin tidak memancar.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Penis bengkok, nyeri, dan kemerahan. Urin tidak memancar.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penis bengkok
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengalami gangguan menstruasi dan mendapatkan terapi hormone
estrogen.
6. Riwayat Alergen
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. TTV :
- Kesadaran komposmentis
- RR = 24x/menit
- HR : 100x/menit
- Suhu = 37,5C
(normal : 36,5C-37,5C)
E. ANALISA DATA
Data yang Menyimpang
Etiologi
DO : HR 100x/menit,
Kegagalan fusi lipat uretra
RR24x/menit,
37,50C,
Masalah
Nyeri akut
minggu 8 15 kehamilan
Hipospadia
Terputusnya inkontinuitas
jaringan
tampak
Nyeri akut
Kegagalan fusi lipat uretra
minggu 8 15 kehamilan
DO
sedikit
Penis
rembes
dan
kulit
Hipospadia
Resiko Infeksi
Inkontinensi urin
Resiko infeksi
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a
G. PERENCANAAN
No.
1.
Diagnosa
Nyeri
berhubungna
dengan
operasi
post
Mengungkap
faktor
pencetus nyeri
Dapat
menggunakan
mengontrol nyeri
Melaporkan
nyeri
mengenai
lokasi,
karakteristik,
durasi,
kualitas,
pencetus nyeri
Observasi
keluhan
dari
ketidaknyamanan
Ajarkan
teknik
nonfarmakologi
Tingkat Kenyamanan
Melaporkan kondisi fisik
yang nyeman
komperhensif
nonverbal
terkontrol
secara
Kaji
frekuensi,
farmakologi
Intervensi (NIC)
Menunjukan
ekspresi
puas
terhadap
(ralaksasi)
Bantu
keluarga
pasien
&
untuk
mengontrol nyeri
manajemen nyeri
nyeri
Tingkat Nyeri
durasi,
Melaporkan
Perubahan
vital
Memposisikan
suhu pasien
sign
Monitor keabnormalan
pola napas pasien
tubuh
Identifikasi
kemungkinan
prosedur
antisipasi nyeri)
nyeri
(penyebab,
perubahan TTV
nyeri
Mempertahankan tingkat Monitor
toleransi
aktivitas pasien
kenyamanan
Anjurkan
menurunkan
untuk
stress
2.
Resiko
berhubungan
dengan
invasi
kateter
Mengidentifikasi
kelurga
mencucitangan yang
resiko
benar
kembali
Menjelaskan
&
gejala
mengidentifikasi
yang
faktor
keluarga
gejala
tanda
infeksi
&
resiko
kapan
melaporkan kepada
pelayanan
informasi
Kontrol resiko
Membenarkan
harus
petugas
kesehatan
cara
tanda
faktor
faktor
Batasi pengunjung
Bersihkan
lingkungan
dengan
benar
setelah
digunakan pasien
resiko
Memonitor
&
mengungkapkan
teknik steril
sesudah tindakan
kesehatan
Tidak
status
Status imun
meningkatkan
faktor resiko
menunjukan
infeksi berulang
karakteristik
luka, drainase
dari lingkungan
Catat
kelurga
cara
prosedur perawatan
luka
Monitor peningkatan
normal
putih
meningkat
Kaji
faktor
yang
dapat meningkatkan
infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara
http://ml.scribd.com
Behrman, Kliegman, & Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak ed. 15 Vol
3. Jakarta: EGC.
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku : Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Heffiner, L. J. (2005). At a Glans Sistem Reproduksi Ed. 2. Boston: EMS.
Muscari, M. E. (2005). Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik Ed. 3 hal :
357.Jakarta : EGC.
Nanda. (2010). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Ramali, Ahmad & K. St. Pamoentjak. (2005). Kamus Kedokteran. Jakarta:
J.
Djambatan.
Gruendemann
&
Billie
Fernsebner.
5,
(2005). Buku
2012,
dari
Ajar
Scribd: