Anda di halaman 1dari 3

Nama

: Agung islanda

Nim

: 07021181520015

Fakultas / kelas

: FISIP , Sosiologi ganjil

Matakuliah

: Sosiologi Gender

Teror Akhir Pekan Untuk Tim Relawan


Jumat, 9 oktober 1998 saat telepon berdering di kantor institut Sosial Jakarta di
kawasan Cawang, Jakarta Timur penelpon adalah perempuan yang berumur tua dan sedang
panik ia pun ingin mengatakan ingin berbicara dengan Romo sandy adalah Sandyawan
Sumardi, Direktur Eksekutif di LSM kebetulan juga saat itu ia berada di kantor, ia sedang
bersama Iwan setyawan, seorang wartawan sedang berbicara santai dan perempuan itu pun
cukup mengejutkan anak perempuannya yang bernama ita telah di bunuh, tanpa banyak
membuang waktu Sandyawan, Iwan, beserta seorang sopir, segera menuju KTP di
Sumurbatu, jakarta pusat, waktu yang dibutuhkan berjarak 13,5 km kira-kira 25 menit, tiba di
lokasi, Sandyawan segera masuk ke rumah berlantai dua itu dan menjumpai Wiwin
suryadinata, perempuan yang menelponnya Saat itu ia sempat melihat ada bekas-bekas darah
yang menempel pada daun pintu, gerendel, dan di bawah pintu masuk ruang tamu. Namun
anehnya, tidak ada ceceran darah lain di lantai atau anak tangga dari pintu ruang tamu, saat
Sandyawan naik, ia melihat jenazah ita, korban pembunuhan, ada di kamarnya, korban berada
dalam posisi terlentang dan tanpa busana. Dan ada beberapa luka tusukan di dada, serta
sebuah sayatan lebar menganga di leher korban, darah itu berceceran di ruangan itu. Leo
Haryono, ayah korban, begitu terpukul hingga tidak bisa berkata-kata apa lagi, sedangkan ibu
korban histeris, bicaranya meracau.

Teror untuk melawan


Martadinata haryono, begitu nama lengkap gadise berusia 18 tahun, siswa kelas III
SMA di sekolah katolik paskalis, kemayoran. Ia dikenal sebagi gadis yang pemalu dan
jarang membicarakan masalah cowok, dan hobby membaca komik jepang. Ia juga
aktif dalam tim relawan untuk mendampingi perempuan korban kekerasaan pada mei
1998 dijakarta dan berbagai di kota indonesia,menurut laporan dari HAM PBB yang
dirilis setahun kemudian korban terutama berasal Tionghoa pada tanggal 13-14 mei
terdapat 85 kasus pelecehan seksual, 52 kasus perkosaan.
Untuk membantu para korban yang mengalami trauma psikis dan psikolog mereka
yang berasal dari organisasi-organisasi yang berlatar belakang keagamaan,
kepemudaan, pendidikan dan lain-lain yang lebih melelahkan belakangan mereka
harus berhadapan dengan aksi teror yang mengancam, pesan para teroris itu jelas,
tidak ingin aksi-aksi kekerasan terhadap perempuan tionghoa.

Hanya butuh sehari


Ketua umum PBNU Abdurrahman Wahid yang dilapori Sandyawan menyebut ini
adalah pembunuhan ini bentuk terorisme kekuasaan, sehari setelah pembunuhan
kasus pembunuhan ita mendapat perhatian publik karena mendapat tanggapan dari
sejumlah aktivis nasional, sejumlah pihak meyakini kasus ini bukan lah kasus biasa
melainkan berlatar belakang politik karena ita dan wiwin memang akan berangkat ke
komisi HAM PBB di Amerika serikat bersama empat korban yang akan bersaksi,
sebelumnya ita sempat mendapat surat teror, namun polisi cuma membutuhkan waktu
sehari untuk meringkus pelaku dan dihadapkan ke para wartawan, Masih dalam versi
polisi, Suryadi mengakui, usai membunuh ia mengunci pintu dari luar dan membuang
anak kunci dan pisau keselokan dekat rumah, tidak ada indikasi pemerkosaaan
terhadap korban, dari polisi menyita perhiasaan imitasi, empat pasang kaus kaki
warna putih, dua baju kaus, satu tas pinggang dan celana panjang penuh dengan noda
darah.
Pembunuhan ita versi polisi sangat sederhana suryadi bermaksud mencuri uang untuk
menebus utang ayahnya Rp,1,5 juta , utang itu adalah kekurangan sisa pembayaran
bus
rombongan partai demokrasi indonesia untuk di konggres di bali.

Mahasiswa yang diserang


Derita terhadap para korban kekerasaan ini rupanya blm usai juga, Teror akan datang
seandainya mereka berani bersanksi di luar negeri atau media seperti di televisi,
situasi keamanan di jakarta pasca peristiwa mei 1998 , tanggal 13-14 aksi nya ternyata
blm juga selesai, hingga beberapa bulan kemudian aksi kekerasan secara sporadis
masih terjadi di berbagai tempat lagi-lagi korban umumnya adalah warga tionghoa.

Meruntuhkan kreditabilitas korban


meski mengalami pendarahan hebat korban tetap sadar sampai mendapat pertolongan
di rumahsakit, hanya saja, korban tak bisa berkata-kata lagi akibat guncangan
psikologis yang hebat, Munim membuat pernyataan yang mengejutkan publik
bahkan menyinggung para relawan yang mengenal ita dan muncul lah juga kata
sarlito wirawan sarwono, berdasarkan hasil otopsi, bisa saja di simpulkan ita adalah
penjaja seks, atau pelacur untuk membeli obat bius, namun pendapat dari sarlito
dikecam oleh hendardi tak ada hubungan seketika antara ditemukanya kandungan
heroin dan kebiasaan seks anal dengan kesimpulan sarlito bahwa korban adalah
pekerja seks, kesimpulan ini sulit untuk di pertanggung jawabkan.

Pernyataan evi
Kasus ini berlatar belakangkan politik bukan karna adanya teror, apalagi rekan-rekan
ita tim relawan tidak bisa memberi barang bukti yang lebih banyak, polisipun tetap
melanjutkan penyelidikan terhadap suryadi, satu-satunya tersangka dengan motif
kriminal, ditengah desas-desus munculah pernyataan yang mengejutkan dari evi
kakak korban, di hadapan media iya menyatakan Ibunya dan ita bukan lah tim
relawan, mereka memang ke amerika serikat tetapi bukan untuk bersaksi melainkan
untuk keperluas bisnis, pernyataan ini menampar para rekan-rekan tim relawan.

Dalam berbagai kesempatan, polisi memang menyatakan tidak menemukan satu pun
korban perkosaan dalam kerusuhan mei 98, setelah peristiwa tersebut keluarga leo
pindah ke singapura namun tidak diterima akhirnya mereka memutuskan untuk
tinggal di bali.
-

Kasus yang tidak rusak


Kasus pembunuhan ita akhirnya menunjukan titik jelas tetapii korban dalam
penyelidikan berposisi tidak mengenakan baju tetapi saat sandyawan datang korban
telah terpakaikan oleh baju kaus tanpa lengan dan celana hitam dikasus ini juga
banyak ditemukan banyak penjanggakan karena ada luka di dada dan perut tapi tidak
menyebabkan kaus itu rusak , 18 tahun kemudian, sandyawan masih yakin
terbunuhnya korban terkait teror terhadap tim relawan, dan para polisi sudah bisa
menyimpulkan bahwa korban sudah sering melakukan anal, di tahun 1998-1999 itu
adalah masa yang sulit .

Perhiasaan imitasi
Dalam kasus ini juga yang lebih mengejutkan ialah bermotif merampok , dan polisi
juga telah mengambil barang pribadi korban mulai dari kartu nama, kartu telepon,
yang disisahkan hanya uang Rp.70 ribu di dalam dompet dan barang bukti seperti
foto-foto tidak ada lagi, dikasus ini ditemukan banyak kejanggalan dari oknumoknum tertentu.

Anda mungkin juga menyukai