Jtptunimus GDL Sriwulansa 6326 2 Babii PDF
Jtptunimus GDL Sriwulansa 6326 2 Babii PDF
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada
tonsil atau amandel ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan
kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu : tonsil
faringeal ( adenoid ), tonsil palatina ( tosil faucial), tonsil lingual ( tosil
pangkal lidah ), tonsil tuba Eustachius ( lateral band dinding faring /
Gerlachs tonsil ) ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk, 2007 ).
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus
beta
hemolyticus,
streptococcus
viridans
dan
adalah
suatu
tindakan
pembedahan
dengan
Tonsilitis Akut
a. Tonsilis viral
Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold
yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering
adalah virus Epstein Barr. Hemofilus influenzae merupakan
penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus
coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak
luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri
dirasakan pasien.
b. Tonsilitis bakterial
Radang
akut
tonsil
dapat
disebabkan
kuman
grup
reaksi
radang
berupa
keluarnya
leukosit
2. Tonsilitis Membranosa
a. Tonsilitis difteri
Tonsilitis diferi merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman
Coryne bacterium diphteriae. Tonsilitis difteri sering ditemukan
pada anak-anak berusia kurang dari 10 tahunan frekuensi
tertinggi pada usia 2-5 tahun.
b. Tonsilitis septik
Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus
yang terdapat dalam susu sapi.
c. Angina Plaut Vincent ( stomatitis ulsero membranosa )
Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau
triponema yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut
yang kurang dan defisiensi vitamin C.
d. Penyakit kelainan darah
Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan
infeksi mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup
membran semu. Gejala pertama
B. Anatomi Fisiologi
Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang
banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi. Tonsil terletak pada kerongkongan di belakang kedua ujung
lipatan belakang mulut. Ia juga bagian dari struktur yang disebut Ring
of Waldeyer ( cincin waldeyer ). Kedua tonsil terdiri juga atas jaringan
limfe, letaknya di antara lengkung langit-langit dan mendapat
persediaan limfosit yang melimpah di dalam cairan yang ada pada
permukaan dalam sel-sel tonsil.
Gambar 1
Anatomi Tonsil
(Pearce,2006 )
10
11
C. Etiologi
Penyebab tonsilitis menurut (Firman S, 2006) dan (Soepardi,
Effiaty Arsyad,dkk, 2007) adalah infeksi kuman Streptococcus beta
hemolyticus, Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes. Dapat
juga disebabkan oleh infeksi virus.
D. Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut.
Amandel atau tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme
yang berbahaya tersebut. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk
antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang
amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka
jaringan
limfoid
superficial
mengadakan
reaksi.
Terdapat
12
bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan
otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit
pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar
menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang
tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran
semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena
proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid
terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti
jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara
kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini
meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan
dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai
dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
(Reeves, Roux, Lockhart, 2001 )
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala Tonsilitis menurut ( Smeltzer & Bare, 2000) ialah
sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan. Sedangkan
menurut Effiaty Arsyad Soepardi,dkk ( 2007 ) tanda dan gejala yang
timbul yaitu nyeri tenggorok, tidak nafsu makan, nyeri menelan,
kadang-kadang disertai otalgia, demam tinggi, serta pembesaran
kelenjar submandibuler dan nyeri tekan.
13
F. Komplikasi
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik yaitu :
1. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole,
abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya
disebabkan oleh streptococcus group A ( Soepardi, Effiaty
Arsyad,dkk. 2007 ).
2. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius
(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat
mengarah pada ruptur spontan gendang telinga ( Soepardi, Effiaty
Arsyad,dkk. 2007 ).
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke
dalam sel-sel mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
4. Laringitis
Merupakn
proses
peradangan
dari
membran
mukosa
yang
14
ruangan berisi udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa
( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
6. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal
dan nasopharynx ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
dibantu
oleh
orang
tua,
tubuh
15
b. Umur 2 3 bulan :
Fisik
Motorik
dengan
tangan,
Sosialisasi
c. Umur 4 5 bulan :
Fisik
Motorik
punggung
sudah
mulai
kuat,
bila
16
Sensoris
Sosialisasi
d. Usia 6 7 bulan :
Fisik
meningkat
0,5
cm/bulan,
besarnya
Sensoris
Sudah
dapat
membedakan
orang
yang
17
mengeluarkan
suara
em...em...em...,
bayi
Sensoris
Sosialisasi
f. Umur 10 12 bulan :
Fisik
18
Motorik
Sensoris
Sosialisasi
yang sudah
diketahuinya,
19
sederhana,
minum
dengan
cangkir,
sudah
dapat
menggunakan
20
menulis
dengan
kata-kata,
belajar
21
keluarganya,
sehingga
peranan
guru
sangatlah besar.
Pertumbuhan fisik
22
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien tonsilitis menurut ( Mansjoer, 2000) yaitu :
1. Penatalaksanaan tonsilitis akut
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan
obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi
dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,
kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat
simptomatik.
c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil
usapan tenggorok 3x negatif.
d. Pemberian antipiretik.
2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa
atau terapi konservatif tidak berhasil.
23
24
bersama
anak
dan
membantu
memberikan
perawatan.
2) Perawatan pascaoperasi :
a) Kaji nyeri dengan sering dan berikan analgesik sesuai
indikasi.
25
26
j)
anak
lebih
sering
membersihkan
27
28
29
J. Pathways Keperawatan
Kuman ( Streptococcus beta hemolyticus,
Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes ),
Virus
Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh
tidak dapat melawan antigen kuman
Virus dan bakteri menginfeksi tonsil
Epitel terkikis
Inflamasi tonsil
Pembengkakan tonsil
Sumbatan jalan nafas
Tonsilektomi
Pre operasi
Nyeri saat
menelan
Anoreksia
Respon
inflamasi
Nyeri
Post Operasi
Kurang
Efek anestesi
pengetahuan
Cemas
Intake tidak
adekuat
Resiko
perubahan
nutrisi : kurang
dari kebutuhan
tubuh
Terputusnya
jaringan
Kerja Terputusnya
syaraf
pembuluh
menurun
darah
Luka
Nyeri
Rangsangan
Reflek batuk
Perdarahan
Termoregulasi dan menelan menurun
Pemajanan
hipotalamus
mikroorganisme
suhu tubuh
Penumpukan
meningkat
sekret
Resiko infeksi
Hipertermi
Resiko bersihan
jalan nafas
tidak efektif
Resiko
kekurangan
cairan
30
K. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Pre Operasi
a. Resiko
perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
kurang
pengetahuan
akan
dilakukannya tonsilektomi.
2. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas
jaringan.
b. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan sekret.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya
perdarahan .
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pemajanan mikroorganisme.
( Doengoes, 2000 )
L. Fokus Intervensi
1. Pre Operasi
a. Dx 1 : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
31
32
Intervensi :
1) Pantau suhu tubuh pasien, perhatikan menggigil atau
diaphoresis
Rasional : suhu 38,1C-41,1C menunjukan infeksius
2) Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahan linen tempat
tidur sesuai indikasi
Rasional
Suhu
ruangan
harus
diubah
untuk
Berikan antipiretik
Rasional : obat antipiretik sebagai obat penurun demam
( Doengoes, 2000 )
33
34
35
2)
36
4)
c. Resiko
kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
37
38
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada peningkatan suhu tubuh kemungkinan
infeksi
2) Lakukan perawatan luka aseptik dan lakukan pencucian
tangan yang baik.
Rasional : Mencegah risiko infeksi
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur invasive.
Rasional : Mengurangi infeksi nosokomial
4) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional
Mencegah
perkembangan
mikroorganisme
patogen.
( Doengoes, 2000 )
39