Anda di halaman 1dari 3

Potensiometri adalah salah satu metode penentuan konsentrasi zat melalui

pengukuran nilai potensial.


Pada praktikum ini, Kegiatan pertama pada percobaan titrasi potensiometri adalah standarisasi
HCl. larutan standar yang digunakan adalah larutan NaOH 0.1M. Tidak semua zat dapat dibuat
larutannya dengan kemolaran yang akurat. Larutan HCl ditritrasi menggunkan NaOH untuk proses
standarisasi. Standarisasi adalah suatu proses membakukan larutan baku sekunder (HCl) dengan
larutan baku primer (NaOH). Tujuan dilakukan standarisasi HCl adalah umtuk menentukan secara
pasti kemolaran (konsentrasi) dari HCl yang mungkin saja berubah karena proses penyimpanan.
Larutan HCl nantinya akan digunakan untuk titrasi penentuaan kadar NaHCO 3 dan Na2CO3 sehingga
ketepatan dari kosentrasi HCl sangat diperlukan.
Larutan yang bersifat basa jika ditetesi dengan larutan asam maka akan mengalami penurunan
pH larutan. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada titrasi basa dengan asam (sebaliknya) disebut
kurva titrasi. Pada kurva titrasi terdapat titik yang menunjukkan bahwa larutan asam tepat habis
bereaksi (ekivalen) dengan larutan basa. Titik tersebut dinamakan titik ekivalen. Titik ekivalen tidak
dapat diamati secara langsung pada saat titrasi. Titik ekivalen ditentukan melalui perhitungan dan
pengamatan terhadap kurva titrasi yang dihasilkan dari kedua larutan tersebut. Titik ekivalen dalam
titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan daerah yang mengalami perubahan pH
relatif besar ketika ditambahkan sejumlah kecil dari volume larutan peniter. Jika pada grafik tidak
terdapat perubahan pH yang bernilai signifikan, maka penentuan titik ekivalennya dilihat perpotongan
antara kurva dengan persamaan garis dari kurva tersebut.
Sebelum digunakan untuk standarisasi, alat terlebih dahulu dikalibrasi untuk mempertahankan
keakuratan dari data pengamatan yang dihasilkan. Standarisasi alat telah dilakukan sebelumnya oleh
asisten sehingga titrator dapat langsung digunakan. Pada titrasi potensiometri ini digunakan titrator,
yaitu alat untuk titrasi otomatis yang dihubungkan dengan pH meter (selektif terhadap ion H +) dan
dilengkapi dengan stirrer. Penggunaan titrator sangat mudah, misalnya untuk mengambil larutan
NaOH 25 ml. Pertama, pastikan tabung NaOH (yang dihubungkan dengan botol larutan induk) sesuai
dengan posisi. Kedua, tekan angka 25 lalu tekan tombol ml buret maka secara otomatis akan tempat
penampung (gelas) pada titrator terisi 25ml larutan NaOH. Sedangkan untuk mengetahui pH dari
NaOH cukup menekan angka 3 yang kemudian diikuti dengan menekan tombol pH Calib, maka pada
layar titrator akan muncul angka 12.66 yang menunjukkan pH dari NaOH tersebut. Proses standarisasi
HCl diawali dengan menggeser tabung HCl pada posisi tabung NaOH semula. Tekan angka 1 lalu
tekan ml buret (titrasi dilakukan tiap 1ml larutan HCl). Setelah layar menunjukkan angka nol, maka
tekan angka 3 lalu pH calib (dan jangan lupa atur stirernya). pH larutan akan ditampilkan pada layar.
pH tersebut akan bernilai lebih rendah dari pH semula karena telah ditambah suatu larutan asam.
Titrasi NaOH dengan HCl dilakukan sampai 25 kali (tiap 1 ml larutan HCl) agar ekivalen dengan
NaOH. Proses standarisasi diulangi 2 kali. Ketika NaOH direaksikan dengan HCl maka persamaan
reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
HCl(aq) + NaOH(aq)
NaCl(aq) + H2O(aq)
Grafik yang diplotkan antara pH larutan NaOH dengan volum HCl yang ditambahkan
(pengulangan 1) dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Berdasarkan grafik diatas, mula-mula pH larutan turun sedikit demi sedikit mulai dari penambahan
volum HCl 0 ml sampai 23 ml. Ketika pada volum HCl 24 ml (penambahan 1ml HCl) terjadi
perubahan pH yang sangat dratis dari pH 10.181 menjadi 7.157, ketika pada volum HCl 25 ml pH
juga mengalami perubahan yang dratis yaitu dari 7.157 menjadi 2.831. Titik ekivalen dapat ditentukan
dengan menetapkan daerah yang mengalami perubahan pH relatif besar ketika ditambahkan sejumlah
kecil dari volume larutan peniter. Daerah yang mengalami perubahan pH relative besar ketika
ditambahkan sejumlah kecil volume HCl adalah daerah pH 7.157. Daerah pH 7.157 (volum 24 ml
HCl) dikatakan sebagai titik ekivalen yang pada titik ini mol larutan asam dan mol larutan basa tepat
habis bereaksi. Sedangkan untuk grafik yang diplotkan antara pH larutan NaOH dengan volum HCl
yang ditambahkan pada pengulangan 2 dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Grafik pada pengulangan kedua, tidak jauh berbeda dengan grafik pengulangan pertama. pH larutan
turun sedikit demi sedikit mulai dari penambahan volum HCl 0 ml sampai 23 ml. Ketika pada volum
HCl 24 ml terjadi perubahan pH yang sangat dratis dari pH 10.027 menjadi 7.048, ketika pada volum
HCl 25 ml pH juga mengalami perubahan yang dratis yaitu dari 7.048 menjadi 2.753. Pada grafik
diatas, titik ekivalen terletak pada pH 7.048 (volme HCl 24 ml).
Titrasi potensiometri antara HCl dengan NaOH digunakan volume yang sama dari kedua
larutan yaitu 25 ml. Konsentrasi HCl sebagai larutan baku sekunder dapat ditetapkan dari titrasi ini
menggunakan larutan baku primer NaOH. Volum NaOH yang digunakan adalah 25 ml dengan
konsentrasi 0.1 M, sedangkan volume HCl yang digunakan adalah volum pada saat titik ekivalen,
yaitu pada volum 24 ml. Pengulangan 1 maupun 2 menghasilkan titik ekivalen yang berbeda yaitu
pada pH 7.157 dan 7.048 tetapi memiliki volum ekivalen yang sama yaitu 24 ml (pH 7.157 dan pH
7.048 sama-sama diperoleh ketika volum HCl yang ditambahkan mencapai 24 ml sehingaa volum
ekivalen dari kedua pengulangan adalah sama). Konsentrsi HCl diperoleh dengan cara memasukkan
nilai-nilai dari volum NaOH, konsentrasi NaOH, dan volume HCl kedalam rumus
sehingga diperoleh
.
Kegiatan kedua dari praktikum titrasi potensiometri adalah titrasi soda kue dengan HCl.
Tritrasi ini digunakan untuk menentukan konsentrasi
serta kadar dari
dan
dalam sampel. Reaksi yang terjadi ketika

bereaksi dengan

adalah sebagia berikut:


Na2CO3(s) + HCl(aq)

NaCl(aq) + NaHCO3(s)

Grafik yang diplotkan antara pH larutan soda kue dengan volum HCl yang ditambahkan
(pengulangan 1) dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Berdasarkan grafik diatas, pH larutan yang awalnya 8.91 turun sedikit demi sedikit ketika
ditambahkan asam kuat HCl dengan pH ahir setelah ditambahkan 25 ml HCl adalah 5.91. Lonjakan
yang signifikan dari nilai pH tidak didapatkan untuk titrasi soda kue dengan HCl. Penurunan nilai pH
dari larutan cukup konstan sehingga penentuan titik ekivalen berdasarkan daerah yang mengalami
perubahan pH relatif besar ketika ditambahkan sejumlah kecil dari volume larutan HCl tidak dapat
dilakukan. Penentuan titik ekivalen dapat diperoleh dengan cara melihat titik perpotongan antara
kurva dengan persamaan garis yang dihasilkan. Titik pada saat pH larutan 6.215 merupakan titik
perpotongan antara kurva dengan persamaan garis. pH 6.215 diperoleh ketka penambahan HCl
mencapai volum 19 ml. Titik 6.215 dikatakan sebagai titik ekivalen yang pada titik ini mol larutan
asam dan mol larutan basa tepat habis bereaksi. Sedangkan untuk grafik yang diplotkan antara pH
larutan soda kue dengan volum HCl yang ditambahkan pada pengulangan 2 dapat ditunjukkan
sebagai berikut:
Grafik pada pengulangan kedua, tidak jauh berbeda dengan grafik pengulangan pertama. pH larutan
turun sedikit demi sedikit ketika mulai ditambahkan asam kuat HCl, pH awal dari soda kue adalah
8.96 sedangkan pH ahir setelah ditambah 25 ml HCl adalah 5.765. Lonjakan yang signifikan dari nilai
pH untuk pengulangan kedua juga tidak didapatkan. Penurunan nilai pH dari larutan cukup konstan
sehingga penentuan titik ekivalen akan ditetapkan berdasarkan titik perpotongan antara kurva dengan
persamaan garis yang dihasilkan. Titik pada saat pH larutan 6.14 merupakan titik perpotongan antara
kurva dengan persamaan garis. pH 6.14 diperoleh ketika penambahan HCl mencapai volum 18 ml.
Titik 6.14 dikatakan sebagai titik ekivalen.
Soda kue merupakan campuran dari Na 2CO3 dan NaHCO3. Ketika direksikan dengan HCl
maka persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
Na2CO3(aq) + HCl(aq)
NaHCO3(aq) + NaCl(aq)
NaHCO3(aq) + HCl(aq)

NaCl(aq) + H2O(aq) + CO2(g)

Berdasarkan persamaan diatas, terjadi reaksi antara asam kuat dengan garam dari asam lemah. Titrasi
garam dari asam lemah dengan asam kuat akan menghasilkan titik ekivalen dibawah pH 7. Sesuai
dengan dengan hasil percobaan, kedua pengulangan yang dilakukan untuk titrasi soda kue dengan
HCl menghasilkan pH 6.215 dan pH 6.14.
Penentuan konsentrasi soda kue dilakukan dengan cara titrasi soda kue menggunakan HCl
yang sebelumnya telah distandarisasi menggunakan larutan baku NaOH. Volume yang digunakan
dari kedua larutan tersebut sama yaitu 25 ml. Titrasi antara soda kue dan HCl akan menghasilkan titik
ekivalen, volume HCl pada saat tercapai titik ekivalen digunakan untuk penentuan konsentrasi soda
kue yaitu 19 ml (pengulangan 1) dan 18 ml (pengulangan 2) dengan konsentrasi 0.104 M. Volum
Na2CO3 yang digunakan adalah 25 ml. Konsentrsi Na 2CO3 diperoleh dengan cara memasukkan nilainilai dari volum HCl, konsentrasi HCl, dan volume Na 2CO3 kedalam rumus
sehingga
diperoleh
(pengulangan 1) dan

dengan

Titrasi potensiometri antara soda kue dengan HCl tidak hanya dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi soda kue, tetapi juga digunakan untuk penentukan kadar dari
dan
komposisi

dalam sampel. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan (lampiran),


dalam 0.3 g soda kue adalah 0.21 g (pengulangan 1) dan 0.2 (pengulangan 2)

sehingga kadar yang diperoleh dari 2 pengulangan berturu-turut adalah 70% dan 66.67% dengan
kadar rata-rata 68.33%. Sedangkan komposisi
dalam 0.3 g soda kue adalah 0.16 g
(pengulangan 1) dan 0.157 g (pengulangan 2) sehingga kadar yang diperoleh dari 2 pengulangan
berturu-turut adalah 55.3% dan 52.4% dengan kadar rata-rata 53.85%.

Anda mungkin juga menyukai