Anda di halaman 1dari 3

Pemeriksaan penunjang diagnosis ISK

1. Urinalisis
a. Leukosuria atau pyuria
merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif
bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya
leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun
adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada
inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan
dengan pemeriksaan kultur.
Sepuluh

ml

sampel

urin

yang

telah

dikocok

merata

dan

disentrifugasi dengan kecepatan 1500 - 2000 rpm selama 5 menit.


Cairan bening dibuang, ditinggalkan endapannya. Satu tetes dari
endapan diletakkan di atas kaca objek, kemudian ditutup dengan
kaca penutup. Pertama kali dilihat di bawah mikroskop dengan
lapangan pandang kecil (LPK), kemudian dengan lapangan pandang
besar (LPB)
LPKecil atau LPLemah lensa obyektif 10x
LPBesar/ LPKuat lensa obyektif 40x

b. Haematuria
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10
eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal,
atau nekrosis papilaris.
Sama prosedur dengan leukosuria, hematuria disebabkan karena kerusakan
glomerulus, tumor ginjal, nekrosis papilaris
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan positif
bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak emersi.
Pemeriksaan mikroskopis langsung dilakukan terhadap sediaan hapus yang dibuat
dari sampel urine yang tidak disentrifugasi, dipulas dengan pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram adalah metode pemeriksaan penyaring yang cepat dan sering
dilakukan dengan hasil sensitivitas 90% dan spesifisitas 80%

b. Biakan bakteri
Kultur urin merupakan tes yang penting karena selain dapat menunjukkan adanya koloni
infeksi, tes ini juga dapat mengidentifikasi mikroorganisme yang menginfeksi pasien.
Kriteria yang sering digunakan untuk menunjukkan adanya bakteriuria adalah adanya
bakteri 105CFU/mL, kriteria ini terlihat dari adanya >100 koloni kuman di media kultur
Untuk biakan ini, 0,00l ml urin yang tidak di sentrifugasi, lalu dilakukan
pengenceran, ditanamkan pada lempeng agar darah domba dan MacConkey, urine
di sebar di media, inkubasi 18-20 jam , dihitung koloni.
jika pada lempeng agar darah didapatkan jumlah koloni bakteri, <10 kemungkinan
besar itu kontaminasi dan identifikasi bakteri tdk dilakukan, bisa dilanjut dengan
cara inkubasi kembali
jika hasil 10-100 juga tidak dianggap suatu bakteriuri, melainkan mungkin karena
pengambilan dan penanganan sampel yang kurang benar, jika hasil >100 maka
dianggap sebagai bakteriuria dan mikroorganisme akan diidentifikasi
Ada beberapa metode semikuantitatif kultur urin yaitu standart loop inoculum dan filter
paper inoculum. Metode yang simpel untuk digunakan adalah standart loop inoculum
3. Tes kimiawi
Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar
mikroba kecuali enterokokus, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000 - 1.000.000
bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7%
dan spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi Gram-negatif
4. Tes Plat-Celup (Dip-slide)
Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan padat khusus
dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempeng dimasukkan
kembali ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan pengeraman
semalaman pada suhu 37 C. Penentuan jumlah kuman/ml dilakukan dengan membandingkan
pola pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan
keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam
tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup akurat. Tetapi jenis
kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.
5. USG

Pemeriksaaan USG kandung kemih yang sudah dilakukan, diantaranya pengukuran tebal dinding
kandung kemih untuk kasus yang berhubungan dengan kelainan pada kandung kemih. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara tebal dinding kandung kemih (bladder
wall thickness) dengan beberapa kelainan. Kelainan tersebut diantaranya bladder dysfucntion
karena neurogenic bladder pada muskulus detrussor, obstruksi di luar kandung kemih akibat
massa atau infiltrasi massa ke dinding kandung kemih dari organ disekitarnya atau pembesaran
prostat, kelainan kongenital dan beberapa kasus infeksi pada kandung kemih
Sukandar, E., 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Anda mungkin juga menyukai