Anda di halaman 1dari 2

MK.

Hidrometeorologi
Asisten :
1. Bayu Budi Hanggara
2. Yessica Levani Widha

Nama
NRP
Kelompok

:Nola Clara Diva


:G24140055
:VI

(G24120053)
(G24120074)

INFILTRASI
Dalam siklus hidrologi, air hujan yang turun ke permukaan tanah setelah
terjadi presipitasi akan mengalami tiga proses utama, yaitu run off, infiltrasi, dan
perkolasi. Fokus utama yang akan dilakukan pembahasan dalam praktikum ini
adalah infiltrasi. Infiltrasi merupakan proses masuknya air ke dalam tanah melalui
permukaan tanah secara vertikal, yaitu gerakan ke bawah dari permukaan tanah
(Jury dan Horton 2004). Infiltrasi tanah meliputi infiltrasi kumulatif, laju infiltrasi
dan kapasitas infiltrasi. Infiltrasi kumulatif adalah jumlah air yang meresap ke
dalam tanah pada suatu periode infiltrasi. Laju infiltrasi adalah jumlah air yang
meresap ke dalam tanah dalam waktu tertentu. Sedangkan kapasitas infiltrasi
adalah laju infiltrasi maksimum air meresap ke dalam tanah (Haridjaja,
Murtilaksono dan Rachman, 1991).
Suatu kondisi yang dapat mempengaruhi kemampuan meresapnya air ke
dalam tanah sering disebut sebagai kapasitas untuk meloloskan air. Faktor yang
berpengaruh adalah jenis tanah, derajat kejenuhan, dan sifat penutup tanah.
Kegiatan yang mengubah permukaan tanah atau mengubah sifat-sifatnya juga
dapat mempengaruhi kapasitas infiltrasi. Ketika intensitas curah hujan kurang dari
kapasitas infiltrasi, semua air mencapai tanah dapat terserap. Tetapi jika intensitas
curah hujan melebihi kapasitas infiltrasi, infiltrasi akan terjadi hanya pada tingkat
kapasitas infiltrasi, dan kelebihan air akan disimpan dalam cekungan, menjadi
aliran permukaan, atau menguap (Dingman 2002).
Ada beberapa macam infiltrometer yang dapat digunakan untuk menetapkan
laju infiltrasi, yaitu: (1) ring infiltrometer (single atau double/concentric-ring
infiltrometer), (2) wells, auger hole permeameter, (3) pressure infiltrometer, (4)
closed-top permeameter, (5) crust test, (6) tension and disc infiltrometer, (7)
driper, dan (8) rainfall. Pada praktikum ini, pendugaan nilai laju infiltrasi
menggunakan double-ring infiltrometer. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
pengaruh rembesan lateral yang memungkinkan menyebabkan hasil pengukuran
dari alat ini menjadi tidak mudah untuk diekstrapolasikan ke dalam skala
lapangan.Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan pendugaan
serta perhitungan laju infiltrasi adalah dengan menggunakan model Horton.
Dalam aplikasinya, pemodelan ini dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas
dan laju infiltrasi yang sebenarnya terjadi pada tanah. Horton (1945) pertama
kali melukiskan konsep infiltrasi di dalam persamaan kapasitas infiltrasi di bawah
ini:

ft
fc
fo
k
t

= laju infiltrasi dugaan pada waktu t (depth/time)


= laju akhir atau kapasitas infiltrasi ekuilibrium
= the initial infiltration capacity atau besarnya infiltrasi saat awal
= decay time constant atau konstanta yang menunjukkan laju pengurangan
kapasitas infiltrasi
= waktu

Daftar Pustaka
Dingman. 2002. Physical Hidrology (2nd edition). Prentice Hall.
Bakti Hendra. 2003. Kapasitas Infiltrasi pada Tipe Pulau Campuran di Pulau
Banggai, Sulawesi Tengah. Laporan Penelitian Kerjasama Puslit
Geoteknologi-LIPI dengan Badan Perencanaan Daerah Kab. Banggai
Kepulauan. Bandung: Unpublished.
Haridjaja, O., Murtilaksoo, K. dan Rachman, LM. 1991. Hidrologi Pertanian.
Jurusan Tanah, Faperta IPB. Bogor.
Horton E B. 1945. Erosional Development of Streams and their Drainage Basins;
hydrophysichal Approach to Quantitative Morphology. USA: Geol. Soc.,
America Bull.,56:275-370.

Anda mungkin juga menyukai