Anda di halaman 1dari 22

PRARANCANGAN PABRIK PARAXYLENE

DENGAN PROSES DISPROPORSIONASI TOLUENE


KAPASITAS 500.000 TON/TAHUN

Oleh:
Sherly Zagita L.N
Adrianus Atma Adiwijaya

21030113120023
21030113120105

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
BAB 1.

PENDAHULUAN.............................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 3
1.2. Kapasitas Rancangan................................................................................... 3
1.2.1. Produksi Paraxylene di Indonesia...................................................... 3
1.2.2. Ketersediaan Bahan Baku.................................................................. 3
1.2.3. Proyeksi Kebutuhan Paraxylene di Indonesia.................................... 4
1.3. Pemilihan Lokasi Pabrik.............................................................................. 6
1.3.1
1.3.2

Faktor Utama...................................................................................... 6
Faktor Pendukung............................................................................... 7

1.4. Tinjauan Pustaka.......................................................................................... 8


1.4.1. Macam-macam Proses........................................................................ 8
1.4.2. Kegunaan Produk............................................................................... 12
1.4.3. Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku...................................................... 13
BAB II. DESKRIPSI PROSES....................................................................................... 16
2.1.
2.1.1.
2.1.2.
2.1.3.
2.2.

Spesifikasi Bahan Baku dan Produk.................................................................................... 16


Spesifikasi Bahan Baku....................................................................................................... 16
Spesifikasi Bahan Pembantu............................................................................................... 16
Spesifikasi Produk............................................................................................................... 17
Konsep Proses...................................................................................................................... 17
2.2.1........................................................................................................Dasa
r Reaksi............................................................................................. 17
2.2.2........................................................................................................Mek
anisme Katalis.................................................................................. 17
2.2.3........................................................................................................Mek
anisme Reaksi................................................................................... 18
2.2.4........................................................................................................Kon
disi Operasi....................................................................................... 19
2.2.5........................................................................................................Tinja
uan Termodinamika.......................................................................... 19
2.2.6........................................................................................................Tinja

uan Kinetika..................................................................................... 21
2.3. Diagram Alir Proses............................................................................................................. 21
2.3.1........................................................................................................Lang
kah Proses......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 25
2

LAMPIRAN A
LAMPIRAN B

BAB I
PENDAHULUAN
1. 1.

Latar Belakang Pendirian Pabrik


Perkembangan sektor industri kimia terjadi dengan sangat cepat dalam
beberapa tahun terakhir ini. Perkembangan industri kimia yang pesat di Indonesia
dapat memecahkan beberapa masalah seperti pemenuhan kebutuhan bahan kimia
dalam negeri dan masalah ketenagakerjaan serta dapat juga memicu perkembangan
teknologi menjadi semakin pesat. Maka dari itu, perkembangan sektor industri kimia
harus terus didukung demi kemajuan bangsa.
Paraxylene atau yang disebut juga 1,4 dimetilbenzene merupakan senyawa
hidrokarbon aromatis dengan rumus molekul C8H10, memiliki wujud cairan tidak
berwarna, mudah terbakar, dan mempunyai bau yang baik. Paraxylene dapat
dihasilkan dengan beberapa proses seperti, ekstraksi aromatis, alkilasi toluene,
adsorpsi dan isomerasi etilbenzene, kristalisasi dan isomerasi xylene, dan
disproporsionasi toluene. Dengan menggunakan proses disproporsionasi toluene,
bahan baku hidrogen dapat diperoleh dari beberapa pemasok dalam negeri dan bahan
baku toluene dapat diimpor sebagian dari BP Singapore. Proses tersebut menghasilkan
produk samping yang juga bermanfaat yaitu benzene.
Dari ketiga isomer xylene (para, ortho, dan meta), paraxylene memiliki pasar
komersial yang paling besar. Hal ini dikarenakan paraxylene merupakan bahan baku
pembuatan purified terephthalic acid (PTA) dan dimethyl terephthalate (DMT).
Perkembangan industri PTA sangat pesat, bahkan di Indonesia terdapat lima produsen
PTA yang beroperasi dengan kapasitas total sebesar 4.070.000 ton/tahun. Kemudian,
selanjutnya PTA dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan polimer seperti
polyethylene terephthalate (PET), polypropylene terephthalate (PPT), dan polybutene
terephthalate (PBT). Selain itu, paraxylene banyak digunakan untuk bahan baku
pembuatan fiber, pelapis cat, emulsifier, bahan penggosok, pewarna dan perekat, film,
resin, dan lain-lain.
Saat ini, kebutuhan paraxylene di Indonesia mencapai sekitar 1,6 juta
ton/tahun. Sedangkan, hanya terdapat dua produsen paraxylene di Indonesia yaitu PT.
Trans Pacific Petrochemical Indotama (kapasitas 550.000 ton/tahun dan PT.
3

Pertamina (kapasitas 270.000 ton/tahun), sehingga diperoleh total kapasitas pabrik


paraxylene di Indonesia hanya 820.000 ton/tahun (Badan Pusat Statistik, 2015).
Berdasarkan data tersebut, maka pabrik yang beroperasi saat ini belum mampu
memenuhi kebutuhan paraxylene di Indonesia. Oleh karena itu, perlu didirikan pabrik
paraxylene dengan kapasitas yang cukup besar. Selain itu, produksi paraxylene
dengan proses disproporsionasi toluene menghasilkan produk samping yaitu benzene
yang berguna pada pembuatan bahan kimia seperti alkilbenzene, styrene, cumene, dan
lain-lain.
1. 2.

Kapasitas Rancangan
1. 2. 1.

Produksi Paraxylene di Indonesia


Saat ini, kebutuhan paraxylene di Indonesia mencapai 1,6 ton/tahun, di

mana hanya terdapat dua produsen paraxylene dengan kapasitas total 820.000
ton/tahun untuk menutupi kekurangan paraxylene dalam negeri.
1. 2. 2.

Ketersediaan Bahan Baku


Bahan baku hidrogen dapat diperoleh dari beberapa pemasok dalam

negeri, antara lain PT. Pertamina Petrochina, PT. Alindo Merak, PT. Samator
Gas Industri, PT. Aneka Gas Industri, PT. Air Liquide Indonesia, PT. Usaha
Mulia Gas Mandiri, dan PT. Air Products Indonesia. Sedangkan, untuk
produsen toluene di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Kapasitas produksi toluene dalam negeri sangat sedikit dan tidak
mencukupi bila digunakan sebagai bahan baku. Oleh karena itu, bahan baku
toluene diperoleh dari pabrik dalam negeri dan dari impor luar negeri. Untuk
memenuhi kebutuhan produksi, toluene juga diimpor dari BP Singapore.
Tabel 1.1. Produsen Toluene Dalam Negeri
Nama Perusahaan
PT. Trans Pacific Petrochemical Indonesia
PT. Pertamina IV Cilacap
Total
1. 2. 3.

Kapasitas (ton/tahun)
300.000
12.000
312.000
(Kementrian Perindustrian RI)
Proyeksi Kebutuhan Paraxylene di Indonesia
Kebutuhan paraxylene selama lima tahun terakhir berdasarkan data

Badan Pusat Statistika menunjukkan bahwa jumlah impor paraxylene


mengalami peningkatan seperti terlihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Data Konsumsi Paraxylene di Indonesia
4

Tahun
2011
2012
2013
2014
2015

Impor
Paraxylene (ton)
623.773,147
643.406,104
723.503,203
935.987,042
899.201,496

Kapasitas Produksi

Kebutuhan

Indonesia (ton)
Paraxylene (ton)
820.000
1.443.773,147
820.000
1.463.406,104
820.000
1.543.503,203
820.000
1.755.987,042
820.000
1.719.201,496
(Badan Pusat Statistik, 2010-2015)

2.00
1.80
f(x) = 0.08x - 168.2
1.60
R = 0.85
1.40
1.20
1.00
Kebutuhan Paraxylene (juta ton) 0.80
0.60
Kebutuhan Paraxylene
Linear (Kebutuhan Paraxylene)
0.40
0.20
0.00
2011
2013
2015
2010
2012
2014
2016
Tahun

Gambar 1.1 Grafik Proyeksi Kebutuhan Paraxylene


Pabrik direncanakan beroperasi pada tahun 2020, maka diprediksi
kebutuhan paraxylene di Indonesia pada tahun tersebut sebesar 2.086.000
ton/tahun. Sedangkan, produsen dalam negeri yang sudah ada hanya dapat
memasok 820.000 ton/tahun. jadi kebutuhan yang belum terpenuhi sebesar
1.266.000 ton/tahun. Dengan mempertimbangkan kapasitas pabrik yang telah
beroperasi di dalam maupun di luar negeri, maka ditentukan kapasitas
produksi yang akan dibangun untuk beroperasi pada tahun 2020 adalah
500.000 ton/tahun. Data mengenai kapasitas pabrik produsen toluene di dalam
dan luar negeri tersaji pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3. Kapasitas Pabrik Produsen Paraxylene
Nama Perusahaan
PT Pertamina
PT TPPI
Chevron Philips Chemical
El Paso
Pamex
Sabic-Shell
Idemitsu Petrochemical

Negara
Indonesia
Indonesia
USA
Kanada
Meksiko
Arab Saudi
Jepang

Kapasitas (ton/tahun)
270.000
550.000
454.000
330.000
280.000
520.000
465.000
5

Mitsubishi Oil
Jepang
370.000
Samsung General Chemical
Korea
530.000
Petronas
Malaysia
350.000
Formoca Chemical & Fiber Corp
Taiwan
450.000
Thai Aromatics
Thailand
520.000
Dengan kapasitas 500.000 ton/tahun, diharapkan dapat memenuhi 25%
kebutuhan paraxylene di Indonesia.
1. 3.

Pemilihan Lokasi Pabrik


Pemilihan lokasi pabrik yang tepat sangat penting dalam perancangan suatu
pabrik, sehingga mampu memberi keuntungan dalam segi teknis maupun ekonomis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi suatu pabrik dibagi menjadi dua
yaitu faktor utama dan faktor pendukung.
1. 3. 1. Faktor Utama
1) Ketersediaan Bahan Baku
Produksi paraxylene dengan proses disporporsionasi toluene
termasuk dalam kategori weight loss, yang mana bobot produk yang
dihasilkan lebih ringan dari bobot bahan bakunya. Oleh karena itu,
ketersediaan bahan baku merupakan tinjauan utama dalam pemilihan
lokasi pabrik agar transportasinya lebih murah dan mudah.
2) Pemasaran Produk
Pemasaran paraxylene ditekankan untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri. paraxylene memiliki banyak kegunaan dalam industri
kimia diantaranya sebagai bahan baku industri PTA, fiber, pelapis cat,
emulsifier, bahan penggosok, pewarna dan perekat, plasticizer, film,
resin dan lain-lain.
3) Transportasi
Transportasi dapat mempengaruhi kelancaran produksi dari suatu
pabrik karena kelancaran pengadaan bahan baku maupun penyaluran
produk tergantung pada jumlah dan kualitas fasilitas transportasi yang
tersedia.
4) Utilitas
Dalam industri pabrik kimia tersedianya utilitas berupa air, listrik
dan bahan bakar sangat dibutuhkan agar proses produksi dapat berjalan
dengan baik. Oleh karena itu, lokasi pabrik seharusnya dekat atau berada
dalam kawasan industri sehingga kebutuhan utilitasbias didapatkan lebih
mudah.
5) Tenaga Kerja

Tenaga kerja utama yang dibutuhkan harus berkualitas dan ahli


dalam keseluruhan proses produksi. Sedangkan,tenaga kerja pendukung
dapat terpenuhi oleh masyarakat sekitar pabrik, sehingga berdirinya
pabrik ini turut serta mengurangi pengangguran di sekitar pabrik.
Tabel 1.4. Pemilihan Lokasi Pabrik
Faktor
Ketersediaa

Merak
Bahan baku produksi

Cikarang
Bahan baku toluene dapat

Plaju
Bahan baku produksi

yaitu toluene yang

dipasok dari PT Pertamina

paraxylene ini yaitu hidrogen

didapat dari impor,

Cilacap dan sisanya

dan toluene. Toluene didapat

sedangkan hidrogen

didatangkan dari luar negeri,

dari impor, sedangkan

didapatkan dari PT.

untuk bahan baku hidrogen

hidrogen didapatkan dari

ALIndo.
(7)

dapat dipenuhi dari dalam

Pertamina UP III.

negeri, yaitu dari PT Air

(7)

Bahan

Baku

Products Indonesia yang

Pemasaran

Sebagian besar produk

belokasi di Cikarang.
(9)
Di Cikarang saat ini telah dan

Produk

paraxylene digunakan

akan didirikan pabrik-pabrik

digunakan dalam indsutri

dalam industri PTA di

kimia yang membutuhkan

PTA. Oleh karena itu,

Banten yaitu PT.

paraxylene dalam jumlah yang

produk dapat digunakan

Amoco Mitsui

cukup besar, seperti PT Bakrie

sebagai suply pada Plaju

Indonesia, PT.

Kasei Corp. yang

Aromatic, UP III Plaju.

Polyprima Karyareksa

memproduksi PTA sebanyak

(8)

dan PT. Mitsubishi

600.000 ton/tahun dan PT

Chemical Indonesia.

Amoco Mitsui PTA Indonesia

(9)

dengan produksi PTA 400.000

Paraxylene banyak

ton/tahun.
Transportasi

Utilitas

Kawasan Merak telah

(9)
Cikarang telah dijadikan

Plaju dekat dengan

tersedia sarana

kawasan industri, sehingga

Pelabuhan Tanjung Siapi-api

transportasi baik darat

sarana transportasi darat di

dan Pelabuhan Boom Baru,

maupun laut. Fasilitas

kawasan Cikarang telah

sehingga pasokan bahan

tersebut meliputi jalan

banyak dibangun jalan raya,

baku dan pemasaran hasil

raya lintas Jakarta-

selain itu terdapat juga Jalan

produk dapat dilakukan ke

Merak dan beberapa

Tol Jakarta Cikampek yang

Jawa, pulau-pulau lain di

Pelabuhan yang

semakin mendukung

Indonesia maupun luar

terdapat di kawasan

transportasi.

negeri.

Merak.

(8)

(8)

(8)
Kawasan Merak,

Cikarang merupakan kawasan

Palembang merupakan

Banten merupakan

industri yang telah dilengkapi

daerah industri sehingga

Tenaga
Kerja
Skor

kawasan industri

dengan sarana air dan listrik.

kebutuhan bahan bakar dan

sehingga kebutuhan air,

Air dapat diperoleh dari PT

listrik terjamin. Selain itu

bahan bakar dan listrik

Kawasan Industri Jababeka,

terdapat Sungai Gorong

akan terjamin.

Tbk. Listrik dapat diperoleh

sehingga ketersediaan air

(8)

dari PT Cikarang Listrindo.

melimpah.

UMR Rp. 3.078.058


(6)

(8)
UMR Rp. 2.692.190
(7)

(8)
UMR Rp. 2.053.000
(8)

38

41

39

1. 3. 2. Faktor Pendukung
1) Kemungkinan Perluasan Area Pabrik
Perluasan pabrik untuk peningkatan

kapasitas

produksi

tergantung dari bahan baku dan jumlah lahan yang masih cukup luas. Di
Cikarang yang merupakan kawasan industri masih terdapat lahan yang
cukup luas jika ingin dilakukan perluasan area pabrik.
2) Kebijaksanaan Pemerintah
Sesuai kebijakan pemerintah tentang kebijakan pengembangan
industri, Cikarang telah dijadikan sebagai kawasan industri. Sehingga
faktor-faktor lain seperti iklim, karakteristik lingkungan, dampak sosial
serta

hukum

telah

diperhitungkan.

Dengan

memperhatikan

pertimbangan-pertimbangan di atas maka pendirian pabrik di Cikarang


sangatlah tepat.
1. 4.

Tinjauan Pustaka
1. 4. 1. Macam-macam Proses
1) Ekstraksi Aromatis
Pada proses ini, feed yang mengandung campuran senyawa
aromatis, paraffin, dan nafta setelah dipanaskan dengan rafinat (sebagian
besar terdiri dari paraffin, isoparafin, dan sikloparafin), dikontakkan
secara counter current dengan larutan tetraetilen glikol encer dalam
kolom ekstraksi. Solvent panas yang mengandung senyawa aromatis
benzene, toluene, xylene (BTX) didinginkan dan dimasukkan melalui
puncak kolom stripper. Ekstrak aromatis kemudian dimurnikan dengan
cara distilasi-ekstraktif dan dipisahkan dari solvent dengan cara steam
stripping.
Ekstrak yang mengandung benzene, toluene, xylene, dan
ethylbenzene kemudian dipisahkan. Benzene dan toluene diperoleh
secara terpisah, sedang ethylbenzene dan xylene diperoleh sebagai
8

campuran dan untuk memisahkannya dilakukan dengan teknik


superfractination.
Untuk proses pemisahan p-xylene dari isomer-isomer xylene
lainnya (orthoxylenedan metaxylene) dilakukan dengan proses adsorpsi.
Melalui proses ini, overall yield p-xylene yang diperoleh dapat mencapai
90% (The UOP ED Sulfolane patent, 1979).
2) Metilasi Toluen
Dalam memproduksi paraxylene dengan metode alkilasi toluene
atau metilasi toluen dilakukan dengan mereaksikan toluene dan metanol
sebagai pemberi gugus alkil. Metilasi toluene telah diketahui terjadi
lebih pada katalis asam, khususnya pada zeolite atau katalis zeolite-type,
seperti zeolite ZSM-5, zeolite Beta dan katalis silicaalumuniophosphate
(SAPO). Reaksi ini berlangsung pada suhu 440oC (US 7,321,072 B2).
Secara umum reaksi metilasi toluene dapat diilustrasikan sebagai
berikut:
Reaksi lain yang terbentuk adalah:
Dehidrasi metanol
2CH3OH C2H4 + 2H2O
2CH3OH CH3OCH3 + H2O
3) Kristalisasi dan Isomerisasi Xylene
Proses kristalisasi dan isomerisasi xylene dapat digunakan untuk
memisahkan paraxylene dari C8 aromatis yang mengandung etilbenzen
serta xylene.
Pada proses ini, feed yang mengandung 2223% paraxylene
didinginkan dengan precooler pada 40C, kemudian dikristalisasi
secara seri, di mana masing-masing crystallizer mendinginkan feed
sampai suhu -70C. Selanjutnya, slurrykristal paraxylene dilewatkan
holding tank, kemudian secara bertahap dilewatkan ke dalam centrifuge.
Kristal dari centrifuge yang mengandung 80% paraxylene
selanjutnya dilelehkan dan dikristalkan kembali hingga kemurnian
mencapai 95%. Mother liquor yang masih mengandung paraxyene
dikembalikan ke stage pertama. Sisa mother liquor dari centrifuge stage
pertama kemudian dilewatkan ke reaktor fixed bed katalitik silica
alumina pada tekanan atmosfer dan menggunakan katalis yang
mempunyai selektivitas terhadap paraxylene dan mampu me-recovery
aromatis hingga 95% (Isomar-Maruzen Patent, 2009).
4) Adsorpsi dan Isomerisasi Xylene
9

Proses adsorpsi dan isomerisasi atau Proses kombinasi Aromax


dan Isolene. C8 aromatis (ethylbenzenedan mixed xylene) dipompakan
menuju adsorber untuk menjerap paraxylene dengan adsorbent AD
(Barium Oxide on Silica AluminaSupport) yaitu adsorbent penyaring
molekul temuan UOP. Padatan adsorbent disusun secara seri untuk
mengadsorpsi secara selektif isomer tertentu dari campuran xylene
(AROMAX Patent).
Umpan berupa C8 aromatis dan mix xylene sebelum masuk
reaktor dipanaskan di furnace agar sesuai dengan kondisi reaktor dimana
terjadi reaksi isomerisasi. Isomerisasi katalitik menggunakan katalis
zeolit jenis 19. Reaksi terjadi secara eksotermis reversible. Reaktor
beroprasi secara non isothermal, non adiabatis. Reaksi terjadi pada suhu
450C dan tekanan 24 atm. Produk keluaran reaktor diturunkan
tekanannya menjadi atmosferik menggunakan expander.
Aliran gas dikirim ke separator, didinginkan dalam kompresor
sampai kondisinya antara dew dan bubble point sehingga aliran masuk
separator bisa terpisah antara gas dan cairannya. Hasil atas dikirim ke off
gas, sedangkan aliran hasil bawah C8 aromatis dan sedikit toluene
dikirim ke menara destilasi untuk dimurnikan dan diambil toluennya.
Proses isolene dikembangkan untuk mengisomerisasi keluaran ini untuk
memperbanyak hasil C8 aromatis. Konversi terbentuknya paraxylene
yaitu sebesar 90% (UOP Patent, 1985).
5) Disproporsionasi Toluen
Proses disproporsionasi toluene merupakan proses transkilasi
secara katalitik, di mana toluene dikonversi menjadi benzene dan xylene.
Dua mol toluene menjadi satu benzene dan satu xylene, seperti gambar
berikut ini:

Gambar 1.2. Disproporsionasi Toluene


Xylene yang terbentuk dari campuran ini adalah mixed xylene
dan benzene. Paraselectivity adalah jumlah proporsi paraxylene (p10

xylene) dalam total campuran xylene. Dari percobaan yang dilakukan


oleh Young Butter dan Kaeding (Journal of Catalyst, 1982) di dapatkan
bahwa penggunaan katalis ZSM-5 zeolit pada reaksi disproporsionasi
toluene akan menghasilkan paraxylene dengan konsentrasi 7090%
dalam mixed xylene tersebut. Konsentrasi ini jauh lebih besar
dibandingkan dengan konsentrasi paraxylene dalam kesetimbangan yang
hanya mencapai 24%.
Kenaikan paraselectivity pada katalis ZSM-5 ini disebabkan oleh
adanya kontrol dispersi secara selektif dari pori-pori katalis. Benzene
yang terbentuk dari reaksi disproporsionasi toluen dapat dengan cepat
meninggalkan permukaan katalis, kemudian diikuti oleh paraxylene.
Sedangkan, orthoxylene dan metaxylene memiliki waktu tinggal di
dalam katalis yang lebih lama, hal ini disebabkan oleh difusivitas dari
keduanya yang lebih rendah dibanding paraxylene.
Proses disproporsionasi toluen telah dikembangkan

oleh

beberapa perusahaan seperti Mobil di Enichem Refinery yang diberi


nama MSTDP (Mobil Selective Toluene Disproportionation Process),
lalu perusahaan Fina Oil and Chemical Co. yang diberi nama Finas
T2BX. Selain itu, terdapat proses yang dikembangkan oleh perusahaan
ExxonMobil dan diberi nama PxMax. Sedangkan, proses produksi
paraxylene di Indonesia dilakukan oleh Pertamina yang menggunakan
disproporsionasi toluene dengan proses UOP.
Proses PxMax menghasilkan kemurnian produk paraxylene yang
lebih tinggi, total yield dari xylene yang lebih baik, dan rasio xylenebenzene yang lebih baik pula, serta kebutuhan hidrogen dapat ditekan
sehingga dapat diperoleh keuntungan yang lebih besar.
Berdasarkan penjelasan masing-masing proses

produksi

paraxylene di atas, maka perbandingan dari semuanya dapat ditampilkan


dalam Tabel 1.5.
Tabel 1.5. Perbandingan Proses Produksi Paraxylene

Ekstraksi
Proses

Aromatis
(UOP)

Kristalisasi

Adsorpsi

dan

dan

Disproporsion

Metilasi

Isomerisasi

Isomerisas

asi Toluen

Toluen

Xylene

i Xylene

PxMax

(Isomar,

(Aromax,

(ExxonMobil)

Maruzen)

UOP)
11

C8
Bahan

aromatis
(-)

Alat Proses

(-)

Kristalizer

Adsorber

(+)

reactor (+)

bed reactor

bed reactor

reactor (+)

(-)
Tidak ada

(-)
Tidak ada

(+)

(+)

Ada (2) (-)

Tidak ada (+)

87C

440C

-18C

450C

450C

1 atm (+)

2,4 atm (+)

10 atm (+)

24 atm (-)

30 atm (-)

(+)
88% (-)

Zeolit (-)

90% (+)

Tidak ada
(+)
95% (+)

1-9
support Ba

ZSM-5 (-)

(-)
90% (+)

99,9% (+)

Modal

Memerluk
Ekonomi

Toluen (+)

Fixed bed

Tidak ada

Paraxylene

(-)

dan fixed

(+)

Kemurnian

metanol (-)

dan fixed

Samping
Suhu

Katalis

C8 aromatis

Fixed bed

Tidak ada

Operasi

C8 aromatis

Ekstraktor

Reaksi

Operasi
Tekanan

Toluen,

an banyak

Banyak

solvent

reaksi

generator

samping (-)

(-)
Total (+)
4
3
1. 4. 2. Kegunaan Produk
1) Produk Utama: Paraxylene

Hanya

besar dan

untuk

pemurnian

Umur katalis

kapasitas

produk

panjang (+)

kecil (-)

tidak

efisien (-)
3

Paraxylene berguna sebagai bahan utama pembuatan Purified Terephtalic


Acid (PTA) dan Dimethyl Terephtalate (DMT).Dalam refinery petroleum,
paraxylene dapat digunakan sebagai komponen bensin karena memliki anti
knocking yang tinggi. Selain itu, paraxylene juga digunakan sebagai solvent
dalam industri kimia.
2) Produk Samping: Benzene
Benzene dapat digunakan sebagai:

Bahan baku pembuatan etilbenzena, sikloheksana, styrene, cumene dan lainlain.

12

Bahan baku lain dalam jumlah sedikit juga digunakan pada pembuatan karet,

pelumas, pewarna, obat, deterjen, bahan peledak, dan pestisida.


1. 4. 3. Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku dan Produk
1) Bahan Baku
a. Toluene
Sifat Fisis

Berat Molekul
: 92,141 g/mol
Titik Didih (P= 1 atm)
: 110,6oC
Titik Beku (P= 1 atm)
: - 95,2 oC
Temperatur Kritis
: 318,55oC
Volume Kritis
: 0,316 meter3/mol
Tekanan Kritis
: 40,56 atm
Flash Point
: 40oC
Fire Point
: 480 oC
Density pada 25 oC
: 0,8623 g/cm3
Panas Pembakaran pada 25 oC (P konstan) : 39130,3 kJ/mol
Panas Penguapan pada 25 oC
: 37,99 kJ/mol
Panas Pembentukan Hf 298
Gas : 11,95 kcal/mol
Cair : 2,867 kcal/mol
Entropi, S
Gas : 319,7 kJ/ K
Cair : 219,6 kJ/ K
Gf 298
: 29,205 kcal/mol
(Kirk, R.E and Othmer D.F :Encyclopedia of Chemical Technology)

Sifat Kimia
Reaksi Disporposionasi
2C6H5CH3 C6H6 + C6H4(CH3)2
Reaksi Dealkilasi Toluene
C6H5CH3 + H2 C6H6 + CH4
Reaksi ini terjadi antara suhu 550-650OC dan tekanan 40 sampai 80 atm
(Oxtoby et al.,1999).
b. Hidrogen
Sifat Fisis
Berat Molekul
Titik Didih (P= 1 atm)
Titik Beku (P= 1 atm)
Suhu Kritis
Tekanan Kritis
Volume Kritis
Density pada 25 oC
Viskositas pada 25 oC
Spesific Heat

: 2,016 g/mol
: - 252,8 oC
: -259,2oC
: -239,95oC
: 12,83 atm
: 0,065 meter3/mol
: 0,0352 g/cm3
: 0,013 Cp
: 19,7 g/mol K
13

Flash Point
Fire Point
Sifat Kimia
Reaksi Dealkilasi Toluene

: -28 oC
: -5 oC

C6H5CH3 + H2 C6H6 + CH4


Reaksi ini terjadi antara suhu 550-650OC dan tekanan 40 sampai 80 atm
(Oxtoby, et al., 1999).
2) Produk
a. Produk Utama: Paraxylene
Sifat Fisis

Berat Molekul
Titik Didih
Titik Beku
Temperatur Kritis
Tekanan Kritis
Volume Kritis
Densitas (g/ml)
20 oC
40 oC
Panas jenis
Flash Point
Fire Point
Viskositas (Cp)

: 106,168 g/mol
: 138,3 oC
: 13,2 oC
: 343,05oC
: 34,739 atm
: 0,379 meter3/mol

20 oC

: 0,644

40 oC

: 0,508

: 0,861
: 0,8437
: 0,397 kal/oC
: 27,2 oC
: 530 oC

Densitas Kritis
: 0,29 g/ml
Specific Gravity
: 0,868
Hf 298
: - 5,838 kcal/mol
Gf 298
: 29,014 kcal/mol
(Kirk, R.E and Othmer D.F :Encyclopedia of Chemical Technology)

Sifat Kimia
Reaksi Dealkilasi xylene
C6H4(CH3)2C6H5CH3 + gas hidrokarbon
b. Produk Samping: Benzene
Sifat Fisis
Berat Molekul
Titik Didih
Titik Beku
Temperatur Kritis
Tekanan Kritis
Volume Kritis
Flash Point

: 78,114 g/mol
: 80,1 oC
: 5,5oC
: 288,95 oC
: 48,26 atm
: 0,259 meter3/mol
: -11 oC
14

1. 4. 4.

Fire Point
: 498 oC
Viskositas (absolut)
pada 20 oC
: 0,6468 Cp
Densitas Kritis
: 300 kg/m3
Hf 298
: 19,821 kcal/mol
Gf 298
: 30,974 kcal/mol
(Kirk, R.E and Othmer D.F :Encyclopedia of Chemical Technology)
Tinjauan Proses Secara Umum
Proses pembuatan paraxylene yang dipilih adalah proses Disproporsionasi

Toluene. Pada prinsipnya, proses Disproporsionasi Toluene adalah pemindahan


gugus metil dari suatu molekul toluen ke molekul toluen lainnya. Proses ini juga
biasa disebut dengan transalkilasi.
Pada proses ini, konversi toluen mencapai 31%. Di mana pada reaksi ini, 2
mol toluen akan pecah menjadi 1 mol xylene dan 1 mol benzene dengan selektivitas
paraxylene di dalam xylene mencapai 90% (Kirk Othmer, 1991). Reaksi yang
terjadi adalah sebgai berikut:
2C6H5CH3 C8H10 + C6H6

Pembuatan paraxylene dengan proses Disproporsionasi Toluene merupakan


reaksi dengan fase gas-padat, di mana gas toluen dan hidrogen (feed) direaksikan
dengan bantuan katalis ZSM-5 sehingga dihasilkan paraxylene sebagai produk
utama. Katalis ZSM-5 merupakan zeolit dengan ukuran pori (5,1 5,6 ) ddan
struktur tiga dimensi. Sifat asam yang dimiliki oleh ZSM-5 menyebabkan zeolit ini
banyak digunakan dalam industri petrokimia, salah satunya adalah produksi
paraxylene (Kirk Othmer, 1991).
Adapun alasan digunakannya proses Disproporsionasi Toluene dalam pra
rancangan ini adalah:
1. Reaksi Disproporsionasi

Toluene

menghasilkan

paraxylene

dengan

kemurnian tinggi (99,9%).


2. Tidak ada reaksi samping.
3. Menghasilkan produk samping berupa benzene yang memiliki banyak
manfaat.
4. Umur katalis yang panjang.
\
15

BAB II
DESKRIPSI PROSES
2. 1.

Spesifikasi Bahan Baku dan Produk


2. 1. 1. Spesifikasi Bahan Baku
1) Toluene
Fasa
: Cair (P= 1 atm, T= 30 oC)
Kenampakan
: Jernih
Kemurnian
: min 99,9% wt
Densitas
: 0,8623 g/cm3(T=30 oC)
Impuritas
- P-xylene : max 0,05% wt
- M-xylene : max 0,03% wt
- O-xylene : max 0,02% wt
(PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama)
2) Hidrogen
Fasa
: Gas (P= 1 atm, T= 30oC)
Kenampakan
: Tidak Berwarna
Kemurnian
: min 99,99% wt
16

Densitas
Impuritas
- CH4

: 0,0352 g/cm3(T= 25 oC)


: max 0,01% wt
(PT. Samator Gas Industri)

2. 1. 2. Spesifikasi Bahan Pembantu


Katalis zeolite ZSM-5
Fasa
: padat
Bentuk
: pellet
Diameter
: 2 mm
Ukuran pori-pori
:5
Bulk density
: 0,72 kg/ liter

Carrier

: Alumina Silika dengan rasio

SiO 2
=38
Al 2 O 3

2. 1. 3. Spesifikasi Produk
1) Produk Utama
: Paraxylene
Fasa
: cair
Kenampakan
: jernih
Kemurnian
: min 99,9% wt
Impuritas
- M-xylene : max 0,07% wt
- O-xylene : max 0,02% wt
- Toluene : max 0,01% wt
(PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama)
2) Produk Samping
: Benzene
Fasa
: cair
Kenampakan
: jernih kekuningan
Kemurnian
: min 99,9% wt
Impuritas
- Toluene : max 0,1% wt
(PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama)
2. 2.

Konsep Proses
2. 2. 1.

Dasar Reaksi
Pembuatan paraxylene dengan proses disproporsionasi toluene dapat

dituliskan dengan reaksi berikut:


2C6H5CH3 C8H10 + C6H6
(1)
Pada prinsipnya, proses disproporsionasi toluen adalah pemindahan
gugus metil dari suatu molekul toluen ke molekul toluen lainnya. Proses ini
juga biasa disebut dengan transalkilasi.
Pada proses ini, konversi toluen mencapai 31%. Di mana pada reaksi
ini, 2 mol toluen akan pecah menjadi 1 mol xylene dan 1 mol benzene

17

dengan selektivitas paraxylene di dalam xylene mencapai 90% (Kirk


Othmer, 1991).
2. 2. 2. Mekanisme Katalis
Pembuatan paraxylene dengan proses disproporsionasi toluen
merupakan reaksi dengan fase gas-padat, di mana gas toluen dan hidrogen
(feed) direaksikan dengan bantuan katalis ZSM-5 sehingga dihasilkan
paraxylene sebagai produk utama.
Katalis ZSM-5 merupakan zeolit dengan ukuran pori (5,1 5,6 )
ddan struktur tiga dimensi. Sifat asam yang dimiliki oleh ZSM-5
menyebabkan zeolit ini banyak digunakan dalam industri petrokimia, salah
satunya adalah produksi paraxylene.
Pada proses disproporsionasi toluen akan dihasilkan benzene,
orthoxylene, metaxylene, dan paraxylene. Oleh karena itu, perlu digunakan
katalis berpori sehingga didapatkan konsentrasi paraxylene yang tinggi
pada campuran xylene.
Dalam hal ini, benzene dapat berdifusi dengan cepat sehingga keluar
dari katalis dan isomerasi dalam pori-pori katalis akan terjadi pada xylene
yang terbentuk. Pembatasan difusi ini dihasilkan oleh selectivatingagent,
sehingga laju isomer pembentukan orthoxylene dan metaxylene yang
bergerak melewati pori-pori katalis lebih rendah dibandingkan isomer
paraxylene. Akibatnya, paraxylene mudah melewati pori-pori katalis,
sedangkan orthoxylene dan paraxylene tersusun kembali menjadi
paraxylene pada kondisi asam dari katalis ZSM-5, sehingga dapat melewati
pori-pori katalis sebagai paraxylene (Balasamy et. al., 2011).
2. 2. 3. Mekanisme Reaksi
Pembentukan xylene dan benzene dengan proses disproporsionasi
toluen merupakan reaksi katalitik dengan katalis ZSM-5 zeolit.
Mekanisme reaksi fase gas-padat pada proses disproporsionasi
toluen dapat dibagi menjadi tahapan berikut, di mana (s) adalah permukaan
aktif katalis:
1) Adsorbsi pada permukaan katalis
H2 H2 (s)
(2)
Toluen Toluen (s)
(3)
2) Reaksi aktivasi
H2 (s) H (s)* + H (s)*
(4)
Toluen (s) Toluen (s)*
(5)
3) Reaksi pada permukaan katalis
Toluen (s)* + H (s)* Benzene (s)* + Metil (s)*
Toluen (s)* + Metil (s)* Paraxylene (s)* + H (s)*
4) Deaktivasi

(6)
(7)
18

Paraxylene (s)* Paraxylene (s)


Benzene (s)* Benzene (s)
5) Desorbsi
Paraxylene (s) Paraxylene + s
Benzene (s) Benzene +s
2. 2. 4. Kondisi Operasi

(8)
(9)
(10)
(11)

Reaksi pembentukan toluen berlangsung pada suhu 300 500C,


tekanan 0 30,59 atm, dan 2H 2/HC. Pada perancangan ini dipilih suhu
reaktan masuk 450C dan tekanan 30 atm. Reaktor yang dipilih adalah
fixed bed katalitik (Aneke , 1979).
2. 3.

Diagram Alir Proses

2.3.1. Langkah Proses


Proses pembuatan paraxylene dalam perancangan ini dilakukan
melalui lima tahap proses, yaitu:
1) Tahap Penyimpanan Bahan Baku
Bahan baku toluene disimpan dalam tangkiconical roofT-01 karena
dalam bentuk cair pada suhu kama T=30OC dan P=1 atm. Gas H2 dialirkan
secara in line melalui pipa dari pabrik tetangga dengan tekanan 8 atm dan
suhu 30OC.
2) Tahap Penyiapan Bahan Baku
Tahap ini ditujukkan sebagai persiapan bahan baku toluene dan
hydrogen agar siap diumpankan ke dalam reaktor sesuai dengan kondisi
operasi yang telah ditentukan.
a. Pemanasan dan pengubahan fasa toluene
Umpan toluene dengan kemurnian 99,9%wt dipompa dari T-01
lalu dicampur dengan toluene recycle yang berasal dari hasil atas
kolom destilasi D-02 di mixer M-01. Suhu pencampuran ketiga aliran
ini mencapai 342,612K (69,612OC). Kemudian masuk ke vaporizer
(V-01) untuk mengubah fase dari cair ke gas pada suhu 567,330OK
(294,330C). Kemudian campuran toluene ini masuk ke furnace (F01) untuk dinaikkan suhunya menjadi 723K (450C). Toluene siap
diumpankan masuk reaktor (R-01).
b. Pemanasan gas hidrogen
Gas hidrogen dikompresi dari 8 atm hingga 30atm dengan
compressor

(C-01).

Gas

hidrogen

lalu

dicampur

dengan

gashidrogenrecycle yang berasal dari produk atas separator (S-01)


setelah sebelumnya tekanan dinaikkan menjadi 30 dengan kompresor
19

C-02. Setelah itu dimasukkan ke dalam furnace (F-01) untuk dinaikkan


suhunya hingga 723OK (450OC). Gas H2 siap masuk reaktor R.
3) Tahap Reaksi
Reaksi yang terjadi dalam reaktor adalah reaksi disporposionasi
toluene membentuk paraxylene sebagai produk utama dan benzene
sebagai produk samping. Toluene sebagai bahan baku utama, hIdrogen
serta katalis padat zeolite ZSM-5 sebagai bahan pendukung. Reaktor yang
digunakan reaktor fixed bed.Fasa reaksi adalah gas-padat, dimana fasa
gasnya adalah toluene dan hidrogen sedangkan fasa padatnya adalah
katalis ZSM-5. Proses berlangsung secara adiabatiknon isothermal. Suhu
reaksi 450OC dan tekanan 30 atm.
4) Tahap Pemisahan dan Pemurnian Produk
Produk keluar reaktor berupa fasa gas pada suhu 449,326OC, yang
kemudian

dimanfaatkan

panasnya

untuk

memanaskan

campuran

campuran toluene keluaran mixer ( M-01) sehingga suhunya turun, lalu


produk keluaran reaktor diturunkan suhunya pada heat exchanger (HE01). Untuk proses pemisahan antara fraksi gas hidrogen dengan fraksi
cairan BTX (benzene, toluene, xylene) maka produk ini dialirkan ke
kondenser parsial (CD-01), kemudian dialirkan kedalam separator (S-01)
sebagai tempat pemisahan campuran tersebut. Hidrogen direcycle ke
mixer (M-02) dan sebagian dipurging untuk menghindari terjadinya
akumulasi bahan inert dalam siklus reaktor. Hasil bawah

kedalam

separator (S-01) diturunkan tekanannya melalui expander (EX-01) hingga


1,1 atm.
Kemudian dialirkan ke dalam kolom destilasi D-01 untuk proses
pemisahan benzene dan campurannya. Hasil atas berupa destilat benzene
dengan suhu 81,02OC dan tekanan 1,05 atm. Hasil bawah berupa
campuran xylene dan toluene pada suhu 130,405OC. Kemudian campuran
xylene dan toluene dialirkan pada destilasi (D-02). Dari menara destilasi
diperoleh toluene sebagai destilat yang kemudian direcycle kembali ke
mixer (M-01). Hasil bawah destilasi 2 (D-02) merupakan high purity
paraxylene dengan kemurnian 99,9 %.
5) Tahap Penyimpanan Produk
Benzene yang diperoleh sebagai hasil atas D-02 dipompa menuju tangki
penyimpanan berupa tangkiconical roof (T-02) pada kondisi T=35OC dan
P=1 atm.Paraxylene cair dari destilasi 2 (D-02) dipompa menuju tangki
20

penyimpanan berupa tangki conical roof (T-04) pada kondisi T=30 OC dan
P=1 atm.

21

DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2014, Data Impor Paraxylene di Indonesia, Badan Pusat Statistik Indonesia, Jakarta
Brownell, L.E. and Young, E.H., 1959, Process Equipment Design Vessel Design, John
Wiley and Sons, Inc., New York
Kern, D.Q., 1950, Process Heat Transfer, International Student Edition, Mc Graw- Hill, New
York
Kirk, R.E. and Othmer, D.F., 1960, Encyclopedia of Chemical Technology, 2nd ed.,
Interscience Publishers, John Wiley and Sons, New York
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/II/ 1990
Perry, R.H and, Green, D., 2008, Perrys Chemical Engineers Handbook, 8th ed., McGraw
Hill Companies Inc., USA
UOP Patent, 1985. http://www.uop.com/

22

Anda mungkin juga menyukai