Anda di halaman 1dari 19

TUGAS AUDIT INTERNAL

INTRODUCTION TO OPERATIONAL AUDITING

Disusun Oleh:

Adrian Tri Pamungkas

(1306483914)

Gerhard Rumintar

(1306484482)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM EKSTENSI
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
Introduction to Operational Auditing

1. Nature of Operational Auditing


Ada beberapa tahap bagi seseorang untuk menjadi auditor internal yang
efektif. Langkah awal yang penting termasuk pemahaman mengenai proses
internal audit, konsep internal kontrol dan kebutuhan managemen, dan
melaksanakan prosedur dasar internal audit. Pada bagian ini akan dijelaskan
bagaimana melakukan operational audit, termasuk mengenai finansial, sistem
informasi, dan komponen operasi.
a. Defenition
Berbagai sumber banyak mengartikan review operasional sebagai non
financial audit dengan tujuan untuk menentukan efisiensi managerial dari
sebuah perusahaan, buku ini mengambil pendekatan yang lebih luas dengan
mengartikan:
Audit operasional adalah review independen yang mencakup seluruh aspek
organisasi; fungsi bisnis, kontrol finansial, serta sistem pendukungnya. Hal ini
meliputi review sistematis atas aktifitas organisasi, atau segmen yang telah
ditetapkan dengan hubungannya pada objektif tertentu. Auditor operasional
memiliki tujuan secara menyeluruh untuk menilai kualitas internal kontrol pada
seuatu area, termasuk efektifitas dan efisiensi dari operasi, keandalan laporan
keuangan, serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Istilah lain yang mungkin lebih baik untuk audit operasional adalah audit
managerial. Pada bagian ini kita akan menetapkan suatu aktifitas dan
menjelaskan aktivitas internal audit dalam hal finansial, operasional, dan tujuan
audit sistem komputer.
b. Operational Versus Integrated Auditing
Integrated auditing dideskripsikan sebagai pendekatan audit dimana tidak
dilibatkan tenaga specialis finansial, operasional, atau audit sistem informasi.
Idenya adalah setiap anggota pada tim audit internal harus dapat melaksanakan
review

yang

mencakup

seluruh

atau

area

tertentu

sesuai

keinginan

management. Dengan integrated auditing, departemen audit internal akan


menghire atau melatih auditor internal pada area yang dikhususkan seperti audit
sistem informasi, atau membuat seksi khusus dalam departemen untuk
mereview hal tersebut. Walaupun pendukung integrated audit mengklaim sistem
ini lebih baik dari audit operasional, kenyataannya tidak benar.

Faktor utama yang mendorong integrated auditing adalah kecemasan


management dan masalah yang kadang terjadi pada departemen internal audit
dengan pemisahan spesialis audit. Sebagai contoh, auditor sistem informasi
yang mereview secara sangat teknis namun dengan risiko audit yang terbatas,
atau auditor operasional yang tidak peduli dengan debit dan kredit akuntansi.
Berlawanan

dengan

gerakan

integrated

auditing

ini,

sebagian

lain

beranggapan bahwa beberapa area tertentu merupakan hal yang sangat unik
sehingga auditor yang dilatih secara khusus dibutuhkan.
i. True Integrated Auditing Weaknesses
Perbedaan antara integrated auditing dengan operasional audit dapat
dianalogikan seperti makan pada restoran dengan menu terbatas namun sangat
efisien atau dengan full-service restoran dengan menu yang beragam. Restoran
dengan menu yang terbatas akan memberikan pelayanan yang memadai pada
menu terbatas yang mereka tawarkan, tetapi jika pelanggan memesan diluar
menu maka restoran tersebut tidak dapat menyediakan. Pada restoran fullservice, jika pelanggan ingin pesanan khusus akan dapat dipenuhi dengan
mudah walaupun biasanya disajikan lebih lama dan lebih mahal.
Pada fungsi integrated audit, auditor dilatih untuk memberikan review
umum yang mencakup tujuan audit yang terbatas. Selama auditor mengerti
seluruh aspek pada suatu program tertentu, mereka dapat memberikan hasil
yang sangat baik. Pendekatan ini akan berhasil pada organisasi yang memiliki
banyak cabang yang identik, seperti restoran fast food dan toko retail.
Pendekatan ini akan lemah jika ada auditor pada integrated audit mendapat
tugas pada area yang diluar kemampuannya. Seorang internal auditor yang
dilatih untuk audit finansial dengan pengetahuan yang minim pada audit sitem
informasi akan tidak dapat menentukan kontrol kunci pada penerapan teknologi
yang lebih baru. Sangat sering, pendekatan integrated audit memberikan
kualitas audit yang rendah.
c. Nature of Internal Audit Reviews
Internal auditor modern berisikan utamanya auditor operasional dengan
berbagai kemampuan analisis. Peran auditor internal adalah untuk menyediakan
jasa secara total pada managemen dengan penilaian yang independen dan
objektif pada oerasi. Seperti telah disebutkan sebelumnya, review tersebut harus

mencakup efektifitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan


kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Auditor internal
operasional, mengikuti pendekatan dan rencana yang telah disusun, secara
independen meriview sistem dan prosedur, mengidentifikasi area dimana kontrol
dan

prosedur

dapat

ditingkatkan,

dan

melaporkan

rekomendasi

kepada

managemen.

2. Performing The Operational Audit


Auditor internal yang belum berpengalaman, ketika dihadapkan pada
tantangan untuk merancang audit program, terlebih dahulu harus memiliki
pemahaman yang baik atas operasi, biasanya didapatkan dengan surey
lapangan.
Audit operasional harus mencakup area yang luas pada operasi perusahaan.
Untuk mengetahui luasnya audit operasional dapat dilihat pada Statement of
Responsibilities of Internal Auditors yang dikeluarkan IIA. Secara garis besar
harus mengikuti tujuan:
1. Merivew dan menilai kekuatan, kecukupan dan pengaplikasian kontrol
operasi
2. Memastikan tingkat kepatuhan pada kebijakan, rencana dan prosedur
3.
4.
5.
6.

yang telah ditetapkan


Memastikan keandalan data managemen yang dihasilkan organisasi
Menilai kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan
Memberikan rekomendasi untuk meningkatkan operasi
Akuntansi dan pengamanan aset

a. Financial Audit Procedures For The Operational Auditor


Auditor internal yang terlibat pada prosedur audit finansial melampaui
pemeriksaan laporan keuangan untuk ketepatan dan kecukupan dan menilai
area seperti:

Kekuatan kebijakan dan prosedur keuangan, dan kepatuhan organisasi

terhadapnya
Efektifitas managemen terhadap aset keuangan, termasuk kas serta

investasi jangka pendek dan panjang


Managemen dan administrasi pajak,

termasuk

menentukan laporan pajak sesuai dengan waktunya

prosedur

untuk

Kontrol akuntansi atas operasi seperti prosedur activity-based costing atau

sistem akuntansi untuk mendukung proyek yang besar


Analisis keuangan dan prosedur laporan statistik

b. Importance of Inforamation Systems Controls


Saat ini, sistem komputer telah merevolusi tata cara proses bisnis dibentuk.
Hampir seluruh auditor internal telah memahami prosedur dasar prosedur
kontrol. Area lain, seperti prosedur keamanan sistem informasi dan kontrol
pengoperasian server masih membutuhkan pengetahuan yang lebih spesifik.
Internal auditor harus mpertimbangkan implikasi dari kontrol sistem informasi
setiap pelaksanaan audit operasional.
c. Types of Operational Audit Procedures
Prosedur audit operasional, seperti yangtelah dijelaskan, mencakup mungkin
seluruh hal yang tidak termasuk pada prosedur audit keuangan dan sistem
informasi. Hal yang harus diigingat adalah apakah auditor selalu mengevaluasi
efisiensi dan efektifitas pengendalian internal operasi, dengan mengikuti langkah
berikut:
1. Memahami risiko pengendalian atau keinginan managemen pada area yang
akan direview
2. Melakukan survey pendahuluan atau mengembangkan pemahaman pada
area yang akan direview
3. Mengembangkan rencana audit, tujuan audit dan area yang berpotensi untuk
diuji dan dievaluasi; mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan
tenaga ahli
4. Mulai review dengan mewawancara orang yang bertanggungjawab atau
memeriksa temuan audit
5. Mengevaluasi hasil dari tes audit dan pekerjaan lain dan melakukan
penyesuaian untuk tes selanjutnya
6. Mengembangkan temuan, kesimpulan dan rekomendasi untuk perbaikan.
Laporkan hal tersebut pada managemen

3. Performing The Operational Audit: An Example


Dicontohkan organisasi membeli perusahaan kecil ExampleCo dan dianggap
sebagai divisi operasi baru. Unit ini merakit dan memasarkan produk langsung
kepada konsumen melalui internet. Metode pemasaran dan penjualan online
berbasis komputer ini berbeda dengan prosedur perusahaan tradisional dan

menimbulkan pertanyaan dan kecemasan dari managemen keuangan senior.


Analisis risiko pendahuluan oleh auditor internal akan direview kemudian, namun
CFO meminta internal audit merencanakan review operasional atas penjualan dan
pemasaran ExampleCo.
a. Step 1 : Understanding ExampleCo Control Risks
Audit internal harus pertama kali mengevaluasi ulang risiko pengendalian
yang berhubungan dengan proses penjualan dan pemasaran ExampleCo. Harus
ada diskusi antara managemen senior dengan divisi managemen. Managemen
senior melihat proses baru dengan menjual produk langsung ke konsumen,
dimana perusahaan selalu menjual melalui distributor, sebagai risiko signifikan
bisnis atau kontrol. Jika tidak ditemukan hal yang janggal, maka direktur internal
audit harus bertanya pada managemen tentang risiko lainnya dan apakah audit
tersebut harus dilaksanakan atau tidak.
b. Step 2 : Performing The ExampleCo Preliminary Survey
Pembiasaan adalah langkah pertama dan paling aktivitas paling dasar yang
dibutuhkan bagi team audit untuk memahami aktivitas operasional yang akan
direview. Ada 2 level umum pada pembiasaan ini, biasanya digunakan
preliminary survey. Satu langkah dilakukan sebelum tiba pada lokasi, langkah
lain dilakukan pada lokasi. Sebelum tiba di lokasi, langkah berikut biasanya
dilakukan:

Definition of The Overall Purpose of the Review. Penjelasan ini dapat


datanag dari direktur audit internal atau dari salah satu senior auditor.
Pada contoh ini tujuan audit adalah memeriksa kontrol pada proses

penjualan dan pemasaran ExampleCo


Discussion with other interested personnel. Diskusi ini harus termasuk
dengan staff manager dan key personnel karena mereka terlibat pada
penugasan

audit.

memperingatkan

Tujuan
karyawan

dari

diskusi

bahwa

ini

utamanya

pemeriksaan

adalah

untuk

operasional

akan

dilaksanakan dan mereka akan ditanyai atau memberikan informasi yang

berhubungan dengan pemeriksaan


Accumulation of all pertinent data. Internal audit harus memeriksa seluruh
informasi yang akan berguna untuk review lapangan. Pada bagian ini
auditor dapat merivew kertas kerja dan laporan terdahulu atau sumber
lain yang dianggap relevan.

Advance arrangements with field location. Apabila pemeriksaan tidak


dilakukan dengan metode sidak, audit internal biasanya memberitahukan
kepada perusahaan agar memperiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.

Setelah tiba di lokasi, langkah yang dilakukan dapat berupa:

Discussions

with

the

responsible

manager.

Internal

audit

harus

mengkomunikasikan tentang tujuan, waktu, dan penugasan lainnya

kepada manager yang akan diberikan laporan.


Discussions with other key personnel. Contoh key personel adalah
supervisor pada fungsi penjualan dan pemasaran yang akan dimintakan
detail tambahan atas berbagai subaktivitas sekaligus sebagai kroscek atas

informasi yang telah diterima sebelumnya.


Walk-through of operational area. Internal audit harus meminta tour pada
seluruh aktifitas operasi yang akan diperiksa untum memperhatikan
berbagai prosedur yang dilakukan, alur kerja, dan operasi secara

keseluruhan.
Review of policies and procedures. Tim akan meriview secara singkat
lebijakan dan prosedur yang mempengaruhi aktifitas administrasi dan
kontrol yang ada pada perusahaan.

c. Step 3 : Developing The Detailed Audit Plan


Berdasarkan analisis dan survey pendahuluan, auditor yang bertugas
merancang audit plan. Internal audit bisa saja menggunakan program audit yang
sudah ada dan memodifikasinya. Internal audit mengidentifikasi risiko dan
membuat prosedur audit yang spesifik untuk aktivitas penjualan dan pemasaran
yang unik. Poin yang penying adalah membuat prosedur yang relevan untuk
operasi yang akan diperiksa. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
contoh ini adalah:

Prosedur apa yang tepat untuk mempertahankan sistem online, untuk


mnyediakan backup atas order yang telah dimasukkan, dan untuk

mencatat penjualan dengan benar?


Apakah ada prosedur keamanan yang cukup untuk mencegah pengguna
internet lain untuk mencegah transaksi penjualan atau untuk menjalankan

pengiriman yang tidak diotorisasi?


Apakah material pemasaran yang terlihat pada layar online telah sesuai

dengan aturan perusahaan mengenai harga?


Apakah seluruh penjualan dilakukan dengan transaksi kartu kredit telah
aman dan terverifikasi dan telah dikirimkan kepada bank penerbit kartu
dengan benar?
Tujuan kita disini tidak untuk memberikan program audit secara lengkap

bagi

fungsi

penjualan

dan

pemasaran

ExampleCo

tetapi

untuk

mengilustrasikan tipe dari tes yang akan dipertimbangkan audit internal.


Audit plan harus diberikan kepada direktur audit internal untuk disetujui.

d. Step 4 : Performing The Actual Operational Review


Kita harus memisahkan aktifitas pembiasaan dan audit sebenarnya. Penting
bagi auditor untuk bersifat fleksibel dan kreatif. Jika ada hal baru pada area yang
diaudit dan belum berpengalaman, maka audit program dapat disesuaikan dan
tes dimodifikasi jika diperlukan.
e. Step 5 : Evaluation Of Audit Results
Selanjutnya, internal audit melakukan analisis detail atas informasi yang
diperoleh. Analisis ini dapat menjadi proses verifikasi audit, dimana analisis
detail ExampleCo account balance dapat memverifikasi kebenarannya.

f. Step 6 : Audit Findings, Conclusions, and Recommendations


Setelah pembiasaan, verifikasi dan analisis sekarang harus ditentukan evaluasi
dari hasil audit agar team audit dapat membuat dasar dari rekomendasinya.
Level dari proses ini dapat dibagi menjadi
1. How good are the result presently being achieved?
Pada level ini dibuat pertimbangan awal dari kinerja keseluruhan dari
pemeriksaan atas operasi.
2. Why is the result what it is?
Mengapa kinerja bisa bagus atau tidak bagus seperti ini? Mengapa tidak
lebih baik?
3. What could be done better?
Bisakah proses atau prosedur

dibuat lebih efektif? Apakah kebijakan

tertentu hari diubah atau dihilangkan? Apakah orang yang ditugaskan


telah dilatih ddengan baik?
The Operational Auditing Handbook
Pendahuluan
Pada bab-bab pembahasan sebelumnya kita lebih diarahkan cara melihat
sebuah organisasi adalah sebagai sebuah rangkaian dari area-area aktivitas
yang terpisah dan berbeda satu sama lain, seperti perbendaharaan, produksi,
penggajuan, dan lain sebagainya. Ini adalah sebuah cara yang tradisional dan
mudah dalam melakukan pendekatan penugasan audit, namun hal ini memiliki
kelemahan.
Salah satu kelemahan dari pendekatan fungsional seperti dijelaskan
sebelumnya adalah gagalnya mengidentifikasi aktivitas yang sangat signifikan
yang

secara

alami

tersebar

antar

departemen.

Sebagai

contoh,

proses

peluncuran produk baru merupakan sebuah aktivitas yang signifikan, ini akan
melibatkan koordinasi beberapa fungsi seperti keuangan, penelitian dan
pengembangan, pemasaran, penjualan, produksi, akuntansi, hukum, dan lain
sebagainya. Dengan banyak unit yang terlibat maka sering kali peluncuran
porduk baru dilakukan dengan pengendalian yang lemah. Auditor sangat
mungkin tidak menemukan permasalahan peluncuran produk baru seperti ini,

oleh karenanya sebuah area penting seperti ini sangat mungkin terlewati apabila
pendekatan fungsional diterapkan.
Saat internal auditor melakukan pemeriksaan pada sebuah bagian bisnis
dari

organisasi,

sang

internal

auditor

harus

memperkirakan

banyaknya

kesempatan untuk peningkatan terletak pada titik pertemuan antara bagian


bisnis tersebut dan bagian bisnis lainnya yang mana membutuhkan koordinasi
yang efektif. COntohnya, saat mengaudit penggajian maka auditor harus
memperkirakan untuk menemukan kelemahan pengendalian di sekitar area
penggajian, seperti bagian penggajian mengandalkan notifikasi dari Departemen
Sumber Daya Manusia.
Ruang Lingkup Audit Bisnis Proses
Terdapat beberapa cara untuk membagi sebuah organisasi dalam rangka
menentukan ruang lingkup audit. Salah satunya adalah dengan memisahkan
aspek produktif atau aspek komersial seperti manufaktur dan penjualan, dengan
aktivitas pendukung seperti akuntansi, keamanan.
Salah satu cara paling sederhana untuk menentukan ruang lingkup audit
adalah dengan melihat direktori telefon perusahaan. Dengan cara ini maka dapat
diidentifikasi setiap departemen yang ada dan jika digabungkan dengan melihat
bagan organisasi maka akan diperoleh pemahaman bentuk organisasi. Namun,
pendekatan ini akan memberikan arahan yang bias yaitu seakan-akan setiap
departemen terisolasi dari departemen lainnya.
Ada 2 keuntungan dari penggunaan basis fungsional (berdasarkan
departemen) untuk pemeriksaan audit yaitu
1. Area dalam pemeriksaan secara jelas terikat
2. Jalur pelaporan dan tanggung jawab manajemen jelas
Namun kembali lagi pada penjelasan sebelumnya, dalam praktiknya sangatlah
kecil kemungkinan satu departemen, sistem atau aktivitas akan beroperasi
dalam isolasi total. Setiap unit bisnis akan membutuhkan interaksi dengan data
dan sistem lainnya agar bisa berjalan efektif penuh.
Seringkali titik interaksi antara sistem dan departemen merupakan tempat
pengendalian yang sangat penting. Titik ini adalah di mana kepemilikan data
mulai berpindah tangan. Auditor harus memperhatikan titik interaksi ini dan
meyakinkan mereka bahwa pergerakan data antara sistem tersebut telah
konsisten, lengkap dan akurat sehingga proses selanjutnya telah dilakukan
dengan dasar yang dapat diandalkan.

Membagi ruang lingkup audit ke dalam proses bisnis, tidak dengan


membagi tiap departemen dalam organisasi, memiliki potensi besar untuk
mengungkapkan kemungkinan peningkatan ekonomis, efisiensi, efektivitas
perusahaan. Manajemen risiko dan pengendalian internal biasanya lebih lemah
pada proses bisnis yang terjadi di batas batas departemen. Buku panduan yang
dibutuhkan untuk sebuah prosedur terkadang dikembangkan tidak secara
mendalam

untuk

mendeskripsikan

proses

yang

akan

melewati

batas

departemen.
Auditor yang melakukan pendekatan proses bisnis dalam menentukan
lingkup audit diharuskan dapat mengidentifikasi semua manajer yang relevan
yang bertanggungjawab pada aktivitas-aktivitas dalam lingkup pemeriksaan. Hal
ini untuk meastikan bahwa mereka telah dikonsultasikan dengan benar terkait
pemeriksaan dan juga memberikan kejelasan pada auditor akan jalur pelaporan
dan pemberian rekomendasi audit.
Keuntungan utama dari pendekatan ini adalah dapat melingkupi seluruh
masalh yang relevan dan memberikan keyakinan pada manajemen akan
efektivitas pengendalian internal yang tersebar pada keseluruhan proses. Namun
kesulitan dari metode ini adalah membutuhkan perencanaan auditor yang
sangat hati-hati untuk memastikan seluruh wilayah kerja telah terkoordinasi
dengan baik dalam rangka mengidentifikasi dan menyadari semua risiko dan
masalah pengendalain yang tersebar di beberapa area organisasi yang terpisah.
Self Assessment of Business Processes
Memeriksa proses bisnis dengan control self assessment (CSA) dapat
menjadi

sebuah

alternatif.

Perwakilan

dari

tiap

bagian

organisasi

yang

dibutuhkan untuk koordinasi dalam sebuah proses dapat diundang untuk


menghadiri sebuah pertemuan CSA. Ini mungkin saja akan menjadi pertama
kalinya mereka bertemu bersama mendiskusikan proses secara terintegrasi.
Tiap-tiap dari perwakilan akan mengetahui dengan baik masalah koordinasi yang
telah mereka alami dan mereka akan memiliki pemikiran sendiri untuk
mengatasi masalah tersebut. Pertemuan ini akan menghasilkan sebuah laporan
dan secara alami akan diberikan kepada mereka yang hadir dalam pertemuan
tersebut

untuk

selanjutnya

apa

diimplementasikan.
Alasan Untuk Kelemahan Proses

yang

telah

disetujui

bersama

tersebut

Pengendalian sangat besar kemungkinan akan lebih lemah antar organisasi


dibandingkan dalam organisasi itu sendiri salah satunya karena alasan sikap
kebiasaan. Pegawai adalah manusia yang bersifat soisal. Setiap orang akan
menghargai kelompoknya. Pegawai cenderung mengdientifikasi dirinya dengan
kelompok kerjanya sendiri dengan lebih kuat dibandingkan mengidentifikasikan
dengan organisasi scara keseluruhan. Adalah tanggungjawab manajemen untuk
mengelola mentalitas dasar seperti ini. Jika anggota dari kelompok kerja melihat
rekannya dalam kelompok tersebut melakukan kesalahan maka ia akan
cenderung memperbaikinya sebisa mungkindengan tidak menyinggung orang
tersebut dengan dasar perasaan kesetiaan pada rekan kerja dank arena reputasi
dan kebaikan kelompok kerja tergantung pada produktifitas kelompok.
Jika suatu kelompok melihat kelompok lainnya membuat kesalahan,
mereka akan merasa senang dengan kesalahan tersebut dan bahkan hanya
mengamati kesalahan tersebut yang mana kesalahannya akan semakin dalam
setiap waktu. Kelompok kerja tidak akan menyadari kesalahan yang Ia buat
sampai pada output kelompok akan menjadi input asosiasi kelompok lainnya.
Sebuah

struktur

organisasi

dirangcang

sedemikian

rupa

untuk

menempatkan pegawai dalam satu seksi tersendiri untuk melaksanakan suatu


atau serangkain tugas tertentu yang mebutuhkan interaksi antar pegawai dalam
kelompok tersebut. Namun dengan menempatkan pegawai dalam sebuah seksi
dapat diartikan juga manajemen telah memisahkan mereka dari pegawai lainnya
di seksi yang berbeda yang mana interaksinya sampai batas teretntu juga masih
diperlukan.

Berangkat

dari

hal

tersebut mendorong

Likert

menghasilkan

pemikirian linking pin. Ia berpendapat bahwa antar kelompok butuh dihubungkan


oleh koordinator yang bernama linking pin di mana individu tersebut bisa berada
di kelompok lain juga di waktu yang sama.

Identifikasi Proses Organisasi


Setiap organisasi memiliki keunikannya sendiri sendiri. Oleh karenanya, seorang
internal auditor perlu bertukar pikiran dengan rekan auditor lainnya, dengan
manajemen dan bahkan dengan komite audit dalam rangka mengidentifikasi
bisnis proses utama organisasi dan untuk menentukan yang mana yang harus
menjadi subyek audit. Pada bagian ini diberikan proses bisnis mendasar yang
secara umum dapat ditemui di organisasi, yang dapat digunakan sebagai
gambaran awal bagi kepala auditor untuk menegembangkan identifikasi proses
organisasi.
Six Ubiquitous Processes
Berikut ini adalh 6 proses bisnis yang umumnya ditemui dalam organisasi
1. Proses Pendapatan ( Revenue)
Aktivitas yang berhubungan dengan pertukaran produk dan jasa untuk uang,
oleh karenanya termasuk elemen di bawah ini:
-

Pemberian kredit
Pemrosesan pesanan
Pengiriman
Penagihan pelanggan
Mengelola catatan persediaan yang akurat dan dapat diandalkan
Aktivitas yang berhbungan dengan piutang
Piutang tak tertagih (termasuk mengejar penunggak dan menghapus

hutang tak tertagih)


Mencatat transaksi terkait secara benar dalam sistem akuntansi

2. Proses Pengeluaran (Expenditure)

Adalah aktivitas perolehan barang, jasa, tenaga kerja dan property, membayar
untuk hal tersebut, mengkasifikasikan, mengumpulkan dan melaporkan apa yang
diperoleh dan apa yang yang dibayarkan.
Contoh:
-

Memastikan pemasok satbil, dapat diandalkan, dan mampu menyediakn


barang/jasa

tepat

waktu,di

harga

yang

tepat

pada

kualitas

yang

dibutuhkan.
Perolehan barang, jasa, asset dan tenaga kerja perusahaan
Menerima, menyimpan dan mencatat akuntansi secara benar untuk

barang persediaan
Semua aktivitas yang berhubungan dengan hutang lancer (mencocokkan

pesaan dengan tagihan pemasok dan memastikan akurasi harga)


Merekrut dan membayar pegawai secara benar
Memastikan perpajakan telah dihitung dan dibayar dengan benar
Memastikan semua hal yang berhubungan dengan pencatatan akuntansi
telah dilakukan dengan akurat, up to date dan lengkap.

3. Proses Produksi/Konversi (Production/Conversion)


Istilah konversi mengacu pada penggunaan dan pengelolaan berbagai sumber
daya seperti persediaan barang, tenaga kerja, dan lain sebaginya, dalam proses
produksi barang dan jasa untuk dipasarkan oleh organisasi. Masalah utam dalam
proses ini termasuk pada akuntabilitas pergerkan dan penggunaan sumber daya
sama dengan titik pemasokan yang kemudian berhubungan dengan siklus
penerimaan.

Siklus

konversi

termasuk

akuntansi,

pengalokasian

biaya,pengendalian manufaktur dan pengelolaan barang persediaan.


4. Proses Perbendaharaan (Treasury Process)
Proses ini secara dasar berhubungan dengan dana perusahaan, seperti:
-

Penentuan kebutuhan kas dan pengelolaan arus kas


Alokasi kas yang tersedia
Perencanaan invetasi
Arus kas keluar kepada investor dan kreditor

5. Proses Pelaporan Keuangan (Financial Reporting)


Proses berfokus pada konsolidasi dan pleaporan hasil kepada berbagai pihak
yang berpentingan.
6. Proses Kerangka Kerja Perusahaan (Corporate Framework)

Proses

ini

termasuk

aktivitas

yang

berhubungan

dengan

memastikan

akuntabilitas eksternal dan proses tata kelola perusahaan yang efektif dan layak.
Hal ini dikaitkan dengan pengembagan dan pengelolaan nilai nilai, budaya dan
etika, serta efektivitas dari manajemen, strategi, infrastruktur dan kerangka
pengendalian sehingga dapat memberikan arahan, strukutr dan efektifitas
organisasi.
Alternatif, Klasifikasi Bisnis Proses Yang Lebih Terperinci
Klasisifikasi yang lebih detail dibuat oleh Johnson dan Jaenicke. Klasifikasi ini
mencakup secara lebih terperinci dibandingkan six ubiquitous processes yang
telah dijelaskan di atas. Klasifikasi ini adalah sebagai berikut:
1. Proses Kas (Cash)
Arus kas ke dalam perusahaan terutama melalui pembayaran oleh pelanggan,
fungsi pengakuan kas dan konversi kas dalam rangka pembayaran kepada
pemasok
2. Proses Informasi (Information)
Pengumpulan data dan konversi data menjadi informasi. Analisa informasi untuk
pengambilan keputusan.
3. Proses Integrasi (Integrity)
Pengendalian atas pembentukan, implementasi, keamanan dan penggunaan
program computer, dan pengendalian atas keamanan data.
4. Proses Peluncuran Produk Baru (Launching a New Product)
Termasuk penelitian pasar, R&D, kebutuhan keuangan, peralatan, pengumuman
produk dan peuncuran penjualan
5. Proses Pembayaran (Payment)
Arus transaksi terakit pengeluaran dan pembayaran dan terkait pengendalain
atas pemesanan dan penerimaan pembelian, hutang, dan pengelauran kas.
6. Proses Perencanaan dan Pengendalian (Planning and Control)
Merencanakan

aksi,

pelaksanaan

aksi

tersebut,

mengukur

hasilnya,

membandingkan kinerja katual dengan kinerja perkiraan, dan menentukan


tindakan perbaikan.
7. Proses Produksi (production)
Arus tarnsaksi terkait produksi barang atau jasa dan terkait pengendalian
aktivitas pemindaan persediaan barang dan pengenaan tenaga kerja, overhead
atas produksi.
8. Proses Siklus Kehidupan Produk (Product Life)

Diawali dengan proses peluncuran produk baru, fase produksi rutin, revisi dan
peluncuran kembali produk, penyesuaian harga produk, dan penghentian atau
penurunan produksi produk.
9. Proses Penerimaan (Revenue)
Arus transaksi terkait menghasilkan penerimaan dan fungsi penagihan, dan
terkait pengendalian atas aktivitas seperti pesanan penjualan, pengiriman, dan
penagihan kas.
10. Proses Waktu (Time)
Tidak terbatas pada arus transaksi, siklus ini termasuk kejadian yang disebabkan
oleh alur waktu, pengendalian yang diaplikasi secara periodic, aktivitas
pengakuan tertentu, dan proses pelaporan keuangan.
Mengapa Mengadopsi Pendekatan Siklus atau Proses Untuk Perencanaan dan
Pemeriksaan Pengendalian Internal?
Keuntungan dengan meilhat aktivitas bisnis sebagai sebuah proses adalah
memberikan pandangan yang lebih alami dan berorientasi sistem dengan
mengikuti proses bisnis selama rentang hidupnya sejak awal hingga akhir. Hal
ini menghindari sudut pandang yang sempit yang menghasilan aktivitas bisnis
dilihat hanya sebatas kejadian di dalam seksi (departemen) bisnis tersebut.

Anda mungkin juga menyukai