Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN INSIDEN PENGGUNAAN NAPZA

PADA REMAJA DI RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PALEMBANG TAHUN 2016


Akbar,D.K1, Suzanna2, Bahori,M3
Program Studi Ilmu Keperawatan Palembang, STIKes Muhammadiyah Palembang
Email : dickyilham005@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang : Banyak hal yang dapat menjadi penyebab penyalahgunaan NAPZA, hal itu karna
hubungan yang saling terkait antara prilaku penyalahgunaan, faktor lingkungan dan faktor peredaran
NAPZA di masyarakat, Faktor-faktor yang dapat memepengaruhi terjadinya penyalahgunaan salah
satunya adalah rasa ingin tahu pada masa remaja seseorang lazim mempunyai sifat selalu ingin tahu
segala sesuatu dan ingin mencoba sesuatu yang belumatau kurang diketahui dampak negatifnya. Bentuk
rasa ingin tahu dan ingin mencoba itu misalnya dengan mengenal narkotika, psikotropika maupun
minuman keras atau bahan berbahaya lainnya. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap dengan insiden penggunaan NAPZA pada remaja di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Tahun 2016. Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan
desain survey analitik dengan pendekatan cross sectional, Tehnik Sampling adalah Accindental Sampling
pada remaja pengguna NAPZA di Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar yang berjumlah 35 orang.
Hasil : yang di peroleh berdasarkan pengetahuan didapatkan responden yang pengetahuannya baik
(23,1%) dan responden yang pengetahuannya kurang (63,6%) Ini berarti sebagian besar responden tidak
mengetahui pengertian istilah Napza, jenis Napza, dampak penggunaan Napza, serta bentuk NAPZA. dan
terdapat Hubungan antara Sikap dengan Insiden Penggunaan NAPZA pada Remaja dengan hasil
statistik menunjukan p value = 0,015 < 0,05 hal ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dan sikap dengan insiden penggunaan NAPZA pada remaja. Kesimpulan : Ada Hubungan
yang signifikan anatara Pengerahuan dan Sikap dengan Insiden Penggunaan NAPZA pada Remaja di
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang.
Kata Kunci
:Pengetahuan, Sikap, Insiden Penggunaan Napza, Remaja.
Daftar Pustaka : 38 (2007-2016)

ABSTRACT

Name
Students Number
Study Program
Title

Total Pages

:
:
:
:

Diky Ilham Akbar


05.12.054
Nursing
The Relationship between Knowledge and Attitude with the Incidence of
Drugs (Narcotics, Psychotropic, and Additive) Use to Adolescents in Ernaldi
Bahar Hospital of Palembang in 2016
: 56 Pages

Background: Many things can be the cause of drug abuse, the thing is because the related relationship
between abuse behavior, environmental factor and factor of drug circulation in the community, one of
them is curiosity, in adolescence, someone is prevalent to have the character of curiosity to everything
and want to try something that is not yet known or less negative impact. Forms of curiosity and wanted to
try it for example to recognize narcotics, psychotropic substances or alcohol or other hazardous materials.
Purpose of the Research: It is known the relationship between knowledge and attitude with the
incidence of drug use to adolescents in Ernaldi Bahar Hospital of Palembang in 2016. Method of the
Research: This research was quantitative research using analytical survey design with cross sectional
approach, sampling technique was accidental sampling to the adolescents who consumed the drug in
Camar Room of Ernaldi Bahar Hospital were 35 people. Result: That was gotten based on the knowledge
were the respondents who have the good knowledge (23,1%) and the respondents who have the less
knowledge (63,6%). It means, most of the respondents do not know the definition of Narcotics,
Psychotropic, and Additive (NAPZA), kinds of Narcotics, Psychotropic, and Additive, the impact of the
use of Narcotics, Psychotropic, and Additive (NAPZA), forms of Narcotics, Psychotropic, and Additive
(NAPZA), and there was the relationship between knowledge and attitude with the incidence of drug use
to adolescents with statistic result that showed p value = 0,009 < 0,05, this showed there was a significant
relationship between knowledge and attitude with the incidence of drug use to adolescents. Conclusion:
There was a significant relationship between knowledge and attitude with the incidence of drugs
(Narcotics, Psychotropic, and Additive) use to adolescents in Ernaldi Bahar Hospital of Palembang.
Key words: Knowledge, Attitude, Incidence of Drugs (Narcotics, Psychotropic, and Additive) Use,
Adolescent
Bibliography: 38 (2007 2016)

yang bersifat sementara dan tidak dilakukan secara


terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir
masyarakat seperti melanggar lalu lintas,buang
sampah sembarangan dan lain-lain. Sedangkan
penyimpangan
sekunder
yakni
perilaku
menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari
masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali
seperti minum-minuman keras, merampok,
memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan
lain-lain.
Jenis-Jenis Penyimpangan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu : Penyimpangan Individual
(Individual Deviation) dan Penyimpangan Kolektif
(Group Deviation) Penyimpangan individual
adalah penyimpangan yang dilakukan oleh
seseorang yang berupa pelanggaran terhadap
norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan.
Penyimpangan ini disebabkan oleh kelainan jiwa
seseorang atau karena perilaku kriminalitas.
Kategori Penyimpangan Individual Kategori
tindakan
penyimpangan
individual
yaitu:

A. Pendahuluan
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau
kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan
(agama) secara individu maupun pembenarannya
sebagai bagian dari pada makhluk Sosial
(Suryawati, 2007). Menurut Van Der Zanden
(dalam Arfian. 2010) Perilaku menyimpang adalah
perilaku yang oleh sejumlah orang dianggap
sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.
Sedangkan, menurut (Muhartiny, 2015) Perilaku
menyimpang adalah semua tindakan yang
menyimpang dari norma yang berlaku dalam
sistem sosial yang menimbulkan usaha dari mereka
yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki perilaku menyimpang.
Berdasarkan definisi di atas menurut
(Sunarto, 2007) penyimpangan dapat dibedakan
menjadi dua bentuk yaitu : penyimpangan primer
dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan
primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang

Penyalahgunaan narkoba, Proses sosialisasi yang


tidak sempurna, Pelacuran, Penyimpangan seksual.
Sedangkan Penyimpangan kolektif yaitu :
penyimpangan yang dilakukan secara bersamasama atau secara berkelompok. Penyimpangan ini
dilakukan oleh sekelompok orang yang beraksi
secara bersama-sama (kolektif). Penyimpangan
yang dilakukan secara kelompok antara lain yaitu:
Kenakalan remaja, perkelahian antar pelajar,
penyimpangan kebudayaan (Juwanita, 2011).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
dalam United Nations (2003), penyalahgunaan zatzat terlarang merupakan salah satu dari tiga resiko
kesehatan utama yang mampu menghancurkan
kesehatan. Penggunaan NAPZA dengan cara
menyuntikkan langsung ke dalam tubuh
merupakan salah satu cara penggunaan NAPZA
yang paling beresiko dalam penularan penyakit.
Hal tersebut dikarenakan obat-obatan tersebut
langsung berhubungan dengan darah dan juga
penggunaan jarum suntik secara bergantian serta
penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif. Jenis narkotika
diantaranya heroin, opium, ganja (marijuana),
morfin, kokain. Jenis psikotropika diantaranya
ekstasi, sabu, amfetamin, pil koplo. Sedangkan
jenis zat adiktif lainnya alkohol, inhalans ( lem,
tinner, bensin, penghapus cat kuku), tembakau dan
kafein. (BNN, 2008).
Berdasarkan data yang dilansir Livescience
pada 7 Januari 2012 yang merujuk pada data PBB
diperkirakan terdapat sekitar 149 juta hingga 271
juta orang di seluruh dunia menggunakan atau
mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti :
ganja, sabu, ekstasi, heroin, amfetamin, kokain,
dan apioid (Yakub, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO)
sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah
remaja berumur 10-19 tahun, 900 juta berada di
negara berkembang. Data demografi di Amerika
Serikat menunjukkan jumlah remaja berumur 1019 tahun sekitar 15% populasi. Jumlah penduduk
di Asia Pasifik merupakan 60% dari penduduk
dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10-19
tahun. Kelompok umur 10-19 tahun di Indonesia
menurut Biro Pusat Statistik adalah 22%, terdiri
dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja
perempuan (Soetjiningsih, 2010).
Hasil survei Badan Narkoba Nasional (BNN)
tahun 2012 menunjukkan prevalensi penyalahguna
narkoba di Indonesia telah mencapai 3,8 juta orang
dengan usia antara 10 sampai 60 tahun. 21,2%
tersangka kasus NAPZA berada pada kelompok
umur 1724 tahun. Prevalensi penyalahguna
NAPZA tertinggi adalah anak jalanan yaitu 28,2%.
Berdasarkan data Badan Narkoba Narkotika
Provinsi (BNNP) sumsel pada tahun 2015 tercatat

2.400 pengguna NAPZA yang terjaring razia


petugas angka ini meningkat dari tahun-tahun
sebelumnya.
Berdasarkan data dari Rumah Sakit Ernaldi
Bahar palembang, jumlah pengguna NAPZA
tahun 2014 adalah 374 orang dan meningkat pada
tahun 2015 menjadi 604 orang pengguna NAPZA,
sedangkan pada remaja pada tahun 2014 terdapat
42 orang remaja pengguna NAPZA dan meningkat
pada tahun berikutnya tahun 2015 menjadi 73
orang remaja, Sedangkan 2 bulan terakhir yaitu
bulan februari dan maret telah mencapai 26 orang
remaja pengguna NAPZA di Rumah Sakit Enaldi
Bahar palembang. Berdasarkan data diatas
NAPZA sering kali dikonsumsi oleh remaja.
Remaja adalah individu yang telah mencapai
umur 10-21 tahun dan belum menikah dimana
individu tersebut mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulai dari masa anak-anak
sampai dewasa, sementara dewasa muda adalah
individu yang berada pada rentang usia antara 2040 tahun, dimana terjadi perubahan fisik dan
psikologis pada diri individu yang disertai
berkurangnya kemampuan reproduktif, merupakan
masa dimana individu tidak lagi harus bergantung
secara ekonomis, sosiologis, maupun psikologis
pada orang tuanya, serta masa untuk bekerja,
terlibat dalam hubungan Masyarakat (Sumiati,
2009).
Masa remaja adalah masa transisi dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja
ditandai dengan perubahan-perubahan fisik
pubertas dan emosional yang kompleks, dramatis
serta penyesuaian sosial yang penting untuk
menjadi dewasa. Kondisi demikian membuat
remaja belum memiliki kematangan mental oleh
karena masih mencari identitas atau jati dirinya
sehingga sangat rentan terhadap berbagai pengaruh
dalam lingkungan pergaulan termasuk dalam
perilaku seksualnya (Sarwono, 2011).
Penyalahgunaan
narkotika pada remaja
adalah bentuk dari kenakalan remaja yang akan
menjurus pada kejahatan, dibawah pengaruh
narkotika, remaja akan nekat berbuat apa saja,
tanpa merasa dirinya bersalah. Faktor- faktor
penyebab penyalahgunaan narkotika di kalangan
remaja ada beberapa faktor yang dominan yang
mempengaruhi yaitu : Faktor yang berasal dari diri
remaja itu sendiri, karena remaja ingin mengetahui
apa yang belum pernah ia lakukan, perasaan ingin
tahu, ingin tampil beda, melarikan diri dari
kenyataan dan rasa kesetia kawanan (Syamsu,
2014).
Ada beberapa faktor internal dan eksternal
yang
menjadi
penyebab
individu
menyalahgunakan
NAPZA
dan
menjadi
ketergantungan
terhadap
narkotika
dan
psikotropika. Bahwa di antara faktor-faktor yang

berperan dalam penggunaan NAPZA adalah faktor


kepribadian anti sosial dan psikopatik, kondisi
kejiwaan yang mudah merasa kecewa atau depresi,
kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga,
kesibukan orang tua, hubungan orang tua dengan
anak, kelompok teman sebaya, dan NAPZA itu
sendiri mudah diperoleh dan tersedianya pasaran
yang resmi maupun tidak resmi. Faktor pendorong
di antaranya faktor dari dalam diri sendiri seperti
kepribadian,fisik, dan faktor dari luar seperti
faktor permasalahan keluarga, faktor sosial dengan
lingkungan atau pergaulan dan terakhir dengan
sedikit penalaran penelitifaktor kemudahan
memperoleh NAPZA, lingkungan (keluarga,
sekolah, teman, dan masyarakat), faktor individu
itu sendiri. (Anggreni, 2015).
Sikap penyalahgunaan NAPZA pada remaja
dipengaruhi oleh banyak hal, selain dari faktor
pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor Internal
yang meliputi motivasi pengguna NAPZA,
pembawaan pengguna NAPZA, minimnya
pendidikan agama. Dan faktor eksternal yang
meliputi lingkungan keluarga yang kurang
mendukung, kurangnya penyaluran bakat dan
tenaga para remaja, adanya geng-geng remaja serta
pengaruh budaya asing. Sikap penyalahgunaan
NAPZA remaja bisa berwujud positif ataupun
negatif, sikap positif kecenderungan tindakan
adalah mendukung penyalahgunaan NAPZA
sedangkan sikap negatif kecenderungan tindakan
adalah menghindari atau tidak melakukan
penyalahgunaan NAPZA (Sudarman, 2008)
Banyak hal yang dapat menjadi penyebab
penyalahgunaan NAPZA, hal itu karna hubungan
yang saling terkait antara prilaku penyalahgunaan,
faktor lingkungan dan faktor peredaran NAPZA di
masyarakat,
Faktor-faktor
yang
dapat
memepengaruhi terjadinya penyalahgunaan salah
satunya adalah rasa ingin tahu pada masa remaja
seseorang lazim mempunyai sifat selalu ingin tahu
segala sesuatu dan ingin mencoba sesuatu yang
belumatau kurang diketahui dampak negatifnya.
Bentuk rasa ingin tahu dan ingin mencoba itu
misalnya dengan mengenal narkotika, psikotropika
maupun minuman keras atau bahan berbahaya
lainnya. (Jajuli, 2007).
Menurut masjid (2007) Dampak NAPZA,
memang sangatlah berbahaya bagi manusia.
NAPZA dapat merusak kesehatan manusia baik
secara fisik, emosi, maupun perilaku pemakainya.
Bahkan, pada pemakaian dengan dosis berlebih
atau yang dikenal dengan istilah over dosis (OD)
bisa mengakibatkan kematian tetapi masih saja
banyak orang yang menyalahgunakannya.
Sedangkan menurut anggreni (2015) Dampak
NAPZA terbagi menjadi dua yaitu : Damapk
NAPZA terhadap fisik pemakai NAPZA akan
mengalami gangguan-gangguan fisik sebagai

berikut berat badannya akan turun secara drastis,


matanya akan terlihat cekung dan merah, mukanya
pucat,
bibirnya
menjadi
kehitam-hitaman,
tangannya dipenuhi bintik-bintik merah, buang air
besar dan kecil kurang lancer, sembelit atau sakit
perut tanpa alasan yang jelas. Dampak NAPZA
terhadap emosi pemakai NAPZA akan mengalami
perubahan emosi sebagai berikut sangat sensitif
dan mudah bosan, jika ditegur atau dimarahi,
pemakai akan menunjukkan sikap membangkang,
emosinya tidak stabil, Kehilangan nafsu makan
dan Dampak NAPZA terhadap perilaku pemakai
NAPZA akan menunjukkan perilaku negatif
sebagai berikut malas sering melupakan tanggung
jawab, jarang mengerjakan tugas-tugas rutinnya
menunjukan sikap tidak peduli, menjauh dari
keluarga, mencuri uang di rumah, sekolah, ataupun
tempat pekerjaan, menggadaikan barang-barang
berharga
di
rumah,
sering
menyendiri
menghabiskan waktu di tempat-tempat sepi dan
gelap, seperti di kamar tidur, kloset, gudang, atau
kamar, takut akan air, batuk dan pilek
berkepanjangan, bersikap manipulatif, sering
berbohong dan ingkar janji dengan berbagai
macam alasan, sering menguap, mengaluarkan
keringat berlebihan, sering mimpi buruk, sakit
kepala, nyeri sendi.
Menurut (Simangunsong, 2015) masalah
penyalahgunaan narkoba di Indonesia, sekarang ini
sudah sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan
beberapa hal antara lain karena Indonesia yang
terletak pada posisi di antara tiga benua dan
mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka pengaruh globalisasi, arus
transportasi yang sangat maju dan penggeseran
nilai matrialistis dengan dinamika sasaran opini
peredaran gelap narkoba. Kekhawatiran ini
semakin di pertajam akibat maraknya peredaran
gelap narkotika yang telah merebak di segala
lapisan masyarakat, termasuk di kalangan generasi
muda. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
kehidupan bangsa dan negara pada masa
mendatang.
Berdasarkan dari uraian diatas mengenai
perilaku menyimpang remaja, keterkaitan antara
pengetahuan dan sikap dari penyebab Insiden
Remaja Penggunaan NAPZA itulah yang menarik
minat peneliti. Peneliti tertarik untuk mengetahui
apakah benar terdapat Hubungan Pengetahuan dan
Sikap dengan Insiden Penggunaan NAPZA pada
remaja di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang.
B. Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui hubungan pengetahuan
dan sikap dengan Insiden penggunaan NAPZA
pada remaja di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang

C. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain
survey analitik dengan pendekatan cross sectional,
yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel
yang termasuk efek di observasi sekaligus pada
waktu yang sama.

E. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Insiden Penggunaan NAPZA pada Remaja di
Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Tahun 2016
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Insiden Penggunaan
NAPZA pada Remaja diruang Camar
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang Tahun
2016

D. Populasi dan Sampel Penelitian


Pada penelitian ini yang menjadi
populasi adalah seluruh pengguna NAPZA di
ruang Camar Rumah Sakit Enaldi Bahar
Palembang. semua pasien pengguna NAPZA di
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Tahun 2016 sebanyak
35 sampel.

No
1.
2.

Insiden Penggunaan
NAPZA pada Remaja
Berat
Ringan
Jumlah

n
17
18
35

Persentase
(%)
48,6 %
51,4 %
100 %

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan


insiden penggunaan NAPZA pada remaja hampir
sama antara kategori ringan dan kategori Berat,
yakni kategori ringan 18 orang (51,4%) dan
kategori berat sebanyak 17 orang (48,6%).
b.

Pengetahuan Remaja yang menggunakan


NAPZA di Ruang Camar Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Tahun 2016
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja yang
menggunakan NAPZA diruang Camar Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2016
No
1.
2.

Pengetahuan Remaja
yang menggunakan
NAPZA
Baik
Kurang
Jumlah

Persentase
(%)

13

37,1 %

22
35

62,9 %
100 %

2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan Dengan Indisen
Penggunaan NAPZA Pada Remaja di
Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan dengan Insiden
Penggunaan NAPZA pada Remaja di Ruang
Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Tahun 2016
Insiden
Penggunaan
Jumlah
NAPZA pada
Pengetahua
No
Remaja
n
Berat
Ringan
n %
N % N %
1
Baik
3 23,1 10 76,9 13 100
2
Kurang
14 63,6 8 36,4 22 100

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan


sebagian besar pengetahuan remaja kurang
sebanyak 22 orang (62,9%).

Jumlah

Sikap Remaja Yang Menggunakan NAPZA di


Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Tahun 2016
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Yang
Menggunakan NAPZA diruang Camar Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2016

17 48,6 18 51,4 35 100

Valu OR
e

0,03
0.171
5

c.

No
1.
2.

Sikap Remaja Yang


Menggunakan NAPZA
Positif
Negatif
Jumlah

n
21
14
35

Dari tabel 5.4 menunjukkan hasil analisis


hubungan antara pengetahuan dengan insiden
penggunaan NAPZA pada 13 remaja yang
pengetahuan baik terdapat 3 remaja (23,1%)
dengan insiden penggunaan NAPZA berat dan 10
remaja (76,9%) dengan insiden penggunaan
NAPZA ringan. Dari 14 remaja yang pengetahuan
kurang terdapat 14 remaja (63,6%) dengan insiden
penggunaan NAPZA berat dan 8 remaja (36,4%)
dengan insiden penggunaan NAPZA ringan.
Dari hasil uji chi- square didapatkan p
value = 0,035 lebih kecil dari 0,05 artinya ada
Hubungan antara Pengetahuan dengan Insiden
Penggunaan NAPZA pada Remaja. Dari hasil
analisis di peroleh juga nilai OR = 0,171 artinya

Persentase
(%)
60,0 %
40,0 %
100 %

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan


sebagian besar sikap remaja positif sebanyak 21
orang (60%).

responden yang memiliki Pengetahuan Baik


berpeluang 0,171 kali untuk tidak menggunakan
NAPZA
dibandingakan
Remaja
yang
Pengetahuannya kurang.
b.

narkotika karena remaja ingin mengetahui atau


coba-coba menggunakan NAPZA, perasaan ingin
tahu, ingin tampil beda, melarikan diri dari
kenyataan dan rasa kesetia kawanan (Syamsu,
2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
(situmorang, 2015). Tentang Hubungan Pola Asuh
Keluarga dengan Penyalahgunaan Napza pada
remaja di RSJ Pemprovsu. Menunjukan dimana
hasil penelitian yang diperoleh dari tingkat
penyalahgunaan NAPZA ringan yaitu sebanyak 24
(75%).
Berdasarkan teori, konsep, dan jurnal-jurnal
terkait diatas, serta hasil penelitian diruang Camar
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun
2016. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
insiden penggunaan NAPZA pada remaja hampir
sama antara kategori ringan dan kategori Berat,
yakni kategori ringan 18 orang (51,4%) dan
kategori berat sebanyak 17 orang (48,6%). Hal ini
terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan remaja
terhadap penggunaan NAPZA disebabkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan remaja itu sendiri
sehingga remaja menggunkan NAPZA.

Hubungan Sikap Dengan Insiden Penggunaan


NAPZA pada Remaja di Ruang Camar
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
Tabel 5.5
Hubungan Sikap dengan Insiden
Penggunaan NAPZA pada Remaja di
Ruang Camar Rumah sakit Ernaldi Bahar
Palembang Tahun 2016

No

1
2

Sikap

Positif
Negatif
Jumlah

Insiden
Penggunaan
NAPZA pada
Remaja
Berat Ringan
N % n %
3 21,4 11 78,6
14 66,7 7 33,3
17 48,6 18 51,4

Jumlah

Valu
e

OR

14 100
21 100 0,015
35 100

0.136

Dari tabel 5.5 menunjukkan hasil analisis


hubungan antara sikap dengan insiden penggunaan
NAPZA pada 14 remaja yang memiliki sikap
positif terdapat 3 remaja (21,4%) dengan insiden
penggunaan NAPZA berat dan 11 remaja (78,6%)
dengan insiden penggunaan NAPZA ringan. Dari
21 remaja yang memiliki sikap negatif terdapat 14
remaja (66,7%) dengan insiden penggunaan
NAPZA berat dan 7 remaja (33,3%) dengan
insiden penggunaan NAPZA ringan.
Dari hasil uji chi- square didapatkan p value
= 0,015 lebih kecil dari 0,05 artinya ada hubungan
antara sikap dengan insiden penggunaan NAPZA
pada remaja di ruang camar rumah sakit ernaldi
bahar palembang. Dari hasil analisis di peroleh
juga nilai OR = 0,136 artinya responden yang
memiliki Sikap Positif berpeluang 0,136 kali untuk
tidak menggunakan NAPZA dibandingakan
Remaja yang Sikapnya Negatif.

b. Pengetahuan Remaja yang menggunakan


NAPZA di Ruang Camar Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang dari 35 remaja didapatkan sebagian
besar pengetahuan remaja kurang sebanyak 22
orang (62,9%).
Berdasarkan teori dari
(Notoatmodjo,
2012).Pengetahuan marupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra
penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian (Amiruddin,2013) tentang Gambaran
Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Napza Di
SMA Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep
menunjukkan dimana Hasil penelitian yang
diperoleh berdasarkan pengetahuan didapatkan
responden yang pengetahuannya baik (95,6%) dan
responden yang pengetahuannya kurang (4,4%) Ini
berarti sebagian besar responden mengetahui
pengertian istilah Napza, jenis Napza, dampak
penggunaan Napza, serta bentuk Napza yang
dikarenakan juga di SMA Negeri 1 Bungoro telah
memasukkan
dalam
kurikulum
penjaskes
(pendidikan jasmani dan kesehatan) tentang
narkoba sehingga remaja di SMA Negeri 1
Bungoro memiliki pengetahuan yang baik tentang
Napza.
Berdasarkan teori dan jurnal-jurnal terkait
diatas, serta hasil penelitian diruang Camar Rumah

F. Pembahasan Hasil Penelitian


Pembahasan hasil penelitian ini terdiri dari
analisis univariat dan analisis bivariat yaitu
sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
a. Insiden Penggunaan NAPZA pada Remaja
di Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Tahun 2016
Berdasarkan hasil peneitian yang dilakukan di
Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang dari 35 remaja didapatkan insiden
penggunaan NAPZA pada remaja hampir sama
antara kategori ringan dan kategori Berat, yakni
kategori ringan 18 orang (51,4%) dan kategori
berat sebanyak 17 orang (48,6%).
Insiden penggunaan NAPZA pada Remaja
adalah Bentuk dari kenakalan remaja yang akan
menjurus pada kejahatan dibawah pengaruh

Sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun 2016. Dapat


disimpulkan bahwa sebagian besar pengetahuan
remaja kurang sebanyak 22 orang (62,9%). Hal ini
terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan remaja
terhadap penggunaan NAPZA disebabkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan remaja itu sendiri
sehingga remaja menggunakan NAPZA.

terjadi setelah orang melakukan pengindraan


terhadap suatu suatu objek tertu dan didapatkan
setelah seseorang melakukan penginderaan tentang
bahaya narkoba.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Fazbir, 2014). Hubungan
tingkat pengetahuan dan Kecerdasan spiritual
remaja
Dengan
sikap
kecenderungan
Penyalahgunaan napza Di SMK Negeri 1 siniu
parigi Moutong sulawesi Tengah. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan bahwa tingkat
pengetahuan remaja tentang Napza dikatakan
kurang yaitu 30 responden (36,1%). Hasilnya
maka ada hubungan antara pengetahuan dengan
insiden penggunaan NAPZA pada remaja ( value
yaitu 0,000).
Berdasarkan teori, dan jurnal-jurnal terkait
diatas, serta hasil penelitian diruang Camar Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun 2016. Dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar pengetahuan
remaja kurang sebanyak 22 orang (62,9%). Hal ini
terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan remaja
terhadap penggunaan NAPZA disebabkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan remaja itu sendiri,
sehingga remaja dikategorikan berat menggunakan
NAPZA.

c. Sikap Remaja Yang Menggunakan NAPZA


di Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Tahun 2016
Berdasarkan hasil peneitian yang dilakukan
di Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Tahun 2016 dari 35 remaja didapatkan sebagian
besar sikap remaja positif sebanyak 21 orang
(60%).
Berdasarkan teori dari (Lestari, 2014). Sikap
Sikap adalah fenomena kejiwaan, yang biasanya
termanifestasi dalam bentuk tindakan atau
perilaku. Sikap tidak dapat diamati secara
langsung , untuk mengamati sikap dapat di lihat
melalui perilaku. Sikap merupakan reaksi atau
respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek.
Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Amiruddin, 2013). Tentang
Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja
Tentang Napza Di SMA Negeri 1 Bungoro
Kabupaten Pangkep menunjukkan bahwa sebagian
remaja memiliki sikap positif sebanyak 87 remaja
(96,7%).
Berdasarkan teori, dan jurnal-jurnal terkait
diatas, serta hasil penelitian diruang Camar Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun 2016. Dari
hasil analisis yang di peroleh Dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar remaja yang sikapnya positif
terhadap penggunaan napza tidak akan menjauhi
napza, artinya remaja berpeluang untuk
menggunakan napza karena faktor yang berasal
dari diri sendiri ataupun dari lingkungan
sekitarnya. Sedangkan sikapnya negatif terhadap
penggunaan napza akan menjauhi napza, artinya
tidak untuk menggunakan napza jenis apapun.

b.

Hubungan
Sikap
Dengan
Insiden
Penggunaan NAPZA pada Remaja di
Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Dari Hasil Bivariat menunjukkan hasil
analisis hubungan antara sikap dengan insiden
penggunaan NAPZA pada 14 remaja yang
memiliki sikap positif terdapat 3 remaja (21,4%)
dengan insiden penggunaan NAPZA berat dan 11
remaja (78,6%) dengan insiden penggunaan
NAPZA ringan. Dari 21 remaja yang memiliki
sikap negatif terdapat 14 remaja (66,7%) dengan
insiden penggunaan NAPZA berat dan 7 remaja
(33,3%) dengan insiden penggunaan NAPZA
ringan. Dari hasil uji chi-square didapatkan
value = 0,015 lebih kecil dari = 0,05 artinya ada
hubungan bermakna antara sikap dengan insiden
penggunaan NAPZA pada Remaja.
Berdasarkan teori dari (Wijaya, 2014).
Sikap adalah fenomena kejiwaan, yang biasanya
termanifestasi dalam bentuk tindakan atau
perilaku. sikap yang positif terhadap penggunaan
napza akan menghadirkan tingkah laku yang tidak
menjauhi napza, artinya seseorang akan kompromi
dan membuka kesempatan untuk mencobacoba
napza karena faktor-faktor yang berasal dari diri
sendiri ataupun dari lingkungan sekitarnya.
Hasil Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Lestari dkk, 2014).
Hubungan pengetahuan, sikap siswa dan pekerjaan
orang tua tentang narkoba pada siswa sma negeri 1
takalar. Ada hubungan antara sikap dengan insiden
penggunaan NAPZA pada remaja ( value =
0,027).

2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan Dengan Indisen
Penggunaan NAPZA Pada Remaja di
Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Dari Hasil Bivariat didapatkan sebagian besar
pengetahuan remaja kurang sebanyak 22 orang
(62,9%). sedangkan Insiden Penggunaan NAPZA
pada Remaja kategori berat sebanyak 17 orang
(48,6%).
Dari hasil uji chi-square didapatkan value =
0,035 lebih kecil dari = 0,05 artinya ada
hubungan bermakna antara pengetahuan dengan
insiden penggunaan NAPZA pada Remaja.
Berdasarkan teori dari (Parulian, 2011).
Pengetahuan marupakan hasil dari tahu dan ini

Berdasarkan teori, konsep, dan jurnal-jurnal


terkait diatas, serta hasil penelitian diruang Camar
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun
2016. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
remaja bersikap positif sebanyak 21 orang (60%).
Dari hasil analisis yang di peroleh Dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar remaja yang
sikapnya positif terhadap penggunaan napza tidak
akan menjauhi napza, artinya remaja berpeluang
untuk menggunakan napza karena faktor yang
berasal dari diri sendiri ataupun dari lingkungan
sekitarnya. Sedangkan sikapnya negatif terhadap
penggunaan napza akan menjauhi napza, artinya
tidak untuk menggunakan napza jenis apapun.

DAFTAR PUSTAKA
Afianty, (2014). Gambaran pengetahuan, sikap,
dan perilaku Siswa-Siswi sekolah menengah
kejuruan x tentang napza di kota bandung
tahun
2014.
(http://repository.maranatha.edu/12681/9/1110
119_Journal.pdf) diakses internet pada tanggal
14 maret 2016.
Alimul Hidayat, A. Aziz (2007). Metodelogi
Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa
Data. Jakarta : Salemba Medika
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineke Cipta
BBN,
(2008).
(http://repo.unand.ac.id/449/3/BAB%2520I.pdf
) diakses internet pada tanggal 22 maret 2016.
Bintari. (2014). Korelasi konsep diri dan sikap
religious terhadap kecenderungan perilaku
menyimpang dikalangan siswa pada kelas XI
SMA Negeri 4 Singaraja. e-journal Undiksa
Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1.
(http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJBK/
article/download/3747/ 3002) diakses internet
pada tanggal 28 maret 2016.
Dalami, Dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta Timur : CV.
Trans
Info
Media
http://repo.unand.ac.id/449/3/BAB%2520I.pdf)
diakses internet pada tanggal 14 maret 2016.
Ikhsan, (2013). pengaruh pendidikan kesehatan
merokok terhadap perilaku mengurangi
konsumsi
rokok
pada
remaja.
http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/article/vie
wFile/121/146) diakses internet pada tanggal
24 maret 2016
Jajuli, (2007).dikutip dalam jurnal dewi anggreni
2015. Dampak bagi pengguna narkotika,
psikotropika dan zat adiktif (napza) di
kelurahan gunung kelua samarinda ulu.
eJournal Sosiatri-Sosiologi 2015, 3 (3): 37 51
Kementrian Kesehatan RI, (2010). Rencana
Strategi Kementrian Kesehatan tahun 2010,
2014. Jakarta
Lubis, (2012). Hubungan faktor internal dan
faktor eksternal dengan kekambuhan kembali
pasien penyalahgunaan NAPZA di kabupaten
deli
serdang
tahun
2012.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678
9/38090/1/Appendix.pdf) diakses internet pada
tanggal 30 maret 2016.
Masjid, (2007). dikutip dalam jurnal dewi anggreni
2015. Dampak bagi pengguna narkotika,
psikotropika dan zat adiktif (napza) di
kelurahan gunung kelua samarinda ulu.
eJournal Sosiatri-Sosiologi 2015, (3): 37 51

G. Keterbatasan Peneliti
Dalam penelitian ini, penulis memiliki
keterbatasan :
1. Pada saat dilapangan ada beberapa
responden yang menolak untuk menjadi
responden penelitian
2. Pada saat dilapangan ada beberapa
responden
meminta
peneliti
untuk
menggunakan bahasa palembang
3. Pada saat dilapangan ada beberapa
responden memerlukan bantuan dan
bimbingan untuk menjawab kuesioner
H. Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di rumah
sakit ernaldi bahar palembang pada tanggal 03 Mei
16 Mei 2016 dengan jumlah sampel 35
responden. Kesimpulan hasil penelitian ini terdiri
dari analisis univariat dan bivariat yaitu sebagai
berikut :
a. Sebagian besar responden menunjukkan
insiden penggunaan NAPZA pada remaja
hampir sama antara kategori ringan dan
kategori Berat, yakni kategori ringan 18 orang
(51,4%) dan kategori berat sebanyak 17 orang
(48,6%).
b. Sebagian besar responden menunjukan
pengetahuan remaja kurang sebanyak 22
orang (62,9%).
c. Sebagian besar responden menunjukan sikap
remaja positif sebanyak 21 orang (60%).
d. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan
dengan insiden penggunaan NAPZA pada
remaja diruang camar rumah sakit ernaldi
bahar tahun 2016 dengan nilai (p value =
0,035)
e. Ada hubungan bermakna antara sikap dengan
insiden penggunaan NAPZA pada remaja
diruang camar rumah sakit ernaldi bahar tahun
2016 dengan nilai (p value = 0,015)

Muhartini. (2015). Perilaku menyimpang di sekitar


kawasan pariwisata (studi di desa penibung
kecamatan mempawah hilir kabupaten
mempawah).
Sociologique, Jurnal S-1
sosiologi Volume 3 Nomor 2 Edisi juni (2015).
(http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/sociologi
que/article/download/628/pdf_16)
diakses
internet pada tanggal 14 maret 2016.
Notoadmojo,s (2010). Metodelogi Penulisan.
Jakarta : Rineke Cipta
Notoadmojo.s (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Edisi Revisi, Jakarta : Rineka
Cipta.
Sarwono,
2011.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678
9/49566/5/Chapter %20I.pdf). diakses pada
tanggal 22 april 2016.
Simangunsong. (2015). Penyalahgunaan Narkoba
di kalangan remaja (studi kasus pada badan
Narkotika
Kota
Tanjumg
Pinang).
(http://jurnal.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/garvity_forms/1ec61c9cb232aD3a96d0947c6478e525e/2015/0
9/E-jurnal-Jimmy.pdf) diakses internet pada
tanggal 23 maret 2016.
Situmorang, (2014). Hubungan pola asuh keluarga
dengan penyalahgunaan NAPZA Pada remaja
dipoliklinik NAPZA RSJ PEMPROVSU.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678
9/44464/1/Appendix.pdf ) diakses internet
tanggal 30 maret 2016.
Soetjiningsih, 2010. Bahan Ajar: Tumbuh
Kembang Remaja dan permasalahannya.
Jakarta: Sagung Seto
Sudarman,
(2008).
Sosiologi
Untuk
Kesehatan.Jakarta: Salemba Medika.
Sumiati, Dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja Dan
Konseling, Jakarta: Trans Info Media.
2016

Anda mungkin juga menyukai