Anda di halaman 1dari 39

Step 4 (Mind Map)

Stroke non hemoragik

Peredaran darah ke otak

Hipertensi

Sistem saraf pusat

Kelebihan berat badan,


pola makan tidak sehat,
stres, kurang olahraga, merokok

Kelemahan otot
Batang otak

Aneurisma
Saraf menurun
Pembuluh darah abnormal
Pendarahan di otak

Cerebral Cortexs

Angiopati Amiloid Serebral

Manifestasi klinis

Arteri sobek

Defisit Neurologis mendadak

Obat-obatan

Kelumpuhan

Anti koagulan

Afasia

Atrium Fibrasi

Ataksia

Pembuluh darah pecah

Vertigo

Step 5

Step 6 : Self Study


Step 7 reporting
II. REPORTING
1. Diagnosa medis :
1. Dekubitus.
2. Ulkus gastrik.
2. Terapi yang dilakukan :
Manajmen penanganan stroke akut secara umum, baik itu strokehemoragic atau nonhemoragic difokuskan pada istilah 6B, yaitu :
a. Breath ( pernapasan )
Ini adalah bentiuk penanganan pertama yang harus diperhatikan yaitu
denganmenjaga jalan nafas tetap bebas dan memastikan fungsi oaru-paru cukup
baik. Jika pasien mengalami gangguan kesadaran, maka diperlukan oksigenasi
yang cukup memadai, karena ini adalah bagian penti
kkjng dari manajmen stroke. Penanganan dengan oksigen harus dilakukan dengan
:
-

Oksigen intranasal 2 liter per menit dalam 24 jam pertama


Masker oksigen atau intranasal untuk pasien dengan penyakit pernapaaan
atau edema paru digunakan untuk memonitor gas arteri atau saturasi
oksigen.

Adaoun prosedur untuk pasien yang mengalami kesadaran menurun maka


harus dilakukan :

Posisi dekubitus lateral untuk menghindari obstruksi jalan napas.


Pemasangan endotracheal tube (ET) dan sekresi harus sering dihisap,
jika ventilitator tidak adekuat atau sekret yang keluar tidak terkendali.
3

Pemasangan trakeostomi, jika intubasi diperlukan selama lebih dari 3

hari.
Pemasangan NGT( Naso Gastric Tube ) dan mengevakuasi isi
lambung, tujuannya untuk meningkatkan ventilasi dan mencegah

aspirasi.
Menganalisa gas darah
b. Blood (darah )
Penanganan ini dengan mengatasi dan memantau tekanan darah, hemoglobin
(Hb), glukosa darah, dan keseimbangan elektrolit.
c. Brain ( otak )
Penanganan pada otak memfokuskan pada 3 hal ysitu penurunan kesadaran,
kejang dan peningkatan tekanan intracranial.
d. Bladder ( kandung kemih )
Pengelolaan perkemihan dan keseimbangan cairan tubuh harus diperhatikan,
tujuannya untuk menghindari terjadi retensio atau inkontinensia urine.
e. Bowel ( gastrolnstestinal)
Pengelolaan defekasi dan nutrisi pasien stroke harus diperhatikan, tujuannya
untuk menhindari timbulnya gangguan pada system pencernaan, karena halini
akan membuat pasien stroke menjadi gelisah, contohnya karena terjadi obstipasi.
f. Bone and body skin ( tulang dan kulit )
Tanpa pergerakan atau imobilitas dapat menyebabkan peningkatan katabolisme,
stasis vena, penurunan kapasitas vital, depresi psikologis, stasis urine dan
memperlambatsaluran pencernaan .komplikasi utama yang bias terjadi seperti
pneumonia, emboli paru, ulkus dekubitus, kolesistitis, thrombosis vena dalam dan
infeksi saluran kemih.s
13. Komplikasi, yaitu:

Ulkus,
Perdarahan,
Kakner lambung,
Anemia perisiosa,
Perotonitis,
Perforasi lambung,
Obstruksi pilorus
Diare
4

21. Cara kerja Endoskopi, kelebihan dan kelemahannya, yaitu :


Memasukkan pipa yang ada kameranya, prosedurnya :

Klien yang akan melakukan prosedur endoskopy harus dipuasakan 6-12 jam sebelum
dilakukan prosedur pemerikaan. Kemudian, klien disemprotkan dan berkumur dengan
anastetik lokal disertai pemberian valium secara intravena. Segera sebelum skop
dimasukkan atropin dapat diberikan untuk untuk mengurangi sekresi. Glukagon dapat
diberikan untuk merilekskan usus halus. Klien diposisikan miring untuk memudahkan

aliran saliva dan memberikan akses mudah untuk endoskopi.


Gastrokop dilumasi dengan pelumas larut dalam air dan kemudian dimasukkan dengan
hatihati dan perlahan. Forsep biopsi untuk mendapatkan spesimen jaringan atau apusan
sitologi untuk mendapatkan sel untuk pemeriksaan mikroskopik dapat dimasukkan

melalui skop.
Setelah dilakukan perosedur pemeriksaan klien diinstruksikan tidak makan atau minum
sampai refleksnya kembali setelah 1-2 jam untuk mencegah aspirisi makanan atau cairan

ke paru.
Kelemahannya perawatan alat ini memerlukan biaya yang tidak sedikit.Kontraindikasi :
- Perdarahan
- Acute Miocard Infark
- Gagal jantung

22. Faktor resiko :

Faktor genetik;
Gaya hidup;
Stress;
Mengkonsumdi obat-obatan yang mengandng NSAID dan analgetik; dan
Jenis makanan : perokok dan peminum alkohol.

24. Prognosis penyakit :

Bisa kambuh dalam setahun.


Gastritis dapat menjadi parah menjadi ulkus.

28. Klasifikasi nyeri, yaitu


1. Menurut sumber :
5

o Kutaneus
o Dipsomatik

2. Menurut penyebab :
o Fisik
o Psikogenik
3. Menurut durasi :
o Akut
o Kronik
4. Menurut lokasi :
o Radiating
o Refered
o Intractable
o Panthom pain
Teori nyeri :
Teori spesifik
Teori pattern
Gate control
Selain itu, nyeri dapat juga dibadi berdasarkan serabut reseptornya, yaitu :
Terbakar : serabut delta C
Tertusuk : serabut delta A
Pegal : serabut A
20. Dagnosa banding :

Ulkus peptikum, gaster dan duodenum.

Reaksi kesetimbangan :
H2O + CO2 H2CO3 H+ + Cl HCl (H2 Blocker)
HC03- + Na Na HC03 (bikarbonat)

III. KONSEP PENYAKIT


A. Definisi Stroke
Stroke merupakan penyakit yang terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah otak
atau pecahnya pembuluh darah di otak. Sehingga akibat penyumbatan maupun pecahnya
pembuluh darah tersebut, bagian otak tertentu berkurang bahkan terhenti suplai oksigennya
menjadi rusak bahkan mati akibatnya timbullah berbagai macam gejala sesuai dengan daerah
otak yang terlibat, wajah lumpuh sebelah, bicara pelo (cedal) lumpuh anggota gerak, bahkan
sampai koma dan dapat mengancam jiwa.
Stroke terbagi menjadi dua :
1. Stroke Hemoragic
Stroke hemoragic terjadi akibat pecahnya pembuluh darah diotak karena pecah darah
akan menumpuk dan menekan jaringan otak disekitarnya. Stroke hemoragic dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :
a. Pendarahan Intraserebral
Merupakan jenis yang paling umum dari stroke hemoragic. Ini terjadi ketika arteri
diotak pecah, membanjiri jaringan sekitarnya dengan darah.
b. Pendarahan Subarachnoid
Merupakan pendarahan didaerah antara otak dan jaringan tipis yang menutupinya.
2. Stroke Non Hemoragic
Stroke non hemoragic dan infark adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan
otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga menggangu kebutuhan
darah dan oksigen dijaringan otak.

Etiologi

Trauma yang meluas

Obat-obatan seperti aspirin dan sebagian besar NSAID.

Penyakit hati yang berat

Refluks empedu

Terapi radiasi

Stress

Gaya hidup yang salah (merokok, Diet yang salah, alkohol

Manifestasi Klinis
1. Dapat terjadi ulserasi suprfisial dan mengarah pada hemoragi.
2. Rasa tak nyaman pada abdomen disertai dengan sakit kepala, kelesuan, mual dan
anoreksia. Mungkin terjadi muntah dan cegukan.
3. Dapat terjadi diare jika makanan yang mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi malah
mencapai usus.
4. Nyeri ulu hati.
5. Gangguan hemodinamik seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi sampai
gangguan kesadaran.
6. Pada kasus yang berat dapat terjadi hematemesis dan melena
KOMPLIKASI :
Dekubitus
Adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan sampai
menembus ototsampai mengenai tulang akibat adanya penekanan padasuatu area secara terus
menerus

sehingga

mengakibatkan

gangguan

sirkulasi

darah

setempat.penytebab??

Kenapabisainfeksi? Kenapabisademam
C. Gastritis Kronis
Definisi
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri
helicobacter pylori. (Brunner&Suddart 2001)

Gastritis kronis adalah peradangan mukosa kronis yang akhrinya menyebabkan atrofi
mukosa dan metaplasia epitel (Robbins 2007)
Etiologi
Gastritis kronis dibagi menjadi dua :
1. Gastritis Tipe A (Gastritis Autoimun)
Diakibatkan dari perubahan sel pariental yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi selular.
Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun seperti anemia dan terjadi pada fundus dan
korpus dari lambung.
2. Gastritis Tipe B (Gastritis H.pylori)
Mempengaruhi antrum dan pilorus (ujung bawah lambung dekat duodenum). Ini
dihubungkan dengan bakteri H.pylori, faktor diet seperti minum panas atau pedas,
penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus ke dalam lambung.
Manifestasi Klinis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Rasa tidak enak badan pada abomen


Mual, muntah dan rasa asam di mulut
Hipoklorhidria
Anemia pernisiosa
Anoreksia
Nyeri ulu hati setelah makan
Kembung

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. EGD (Esofagogastriduodenoskopi)/Endoskopi
Endoskopi adalah suatu alat yang digunakan untuk memeriksa organ dalam tubuh
(khususnya saluran cerna) secara visual sehingga dapat dilihat melalui layar monitor.
Sehingga setiap kelainan organ dalam tubuh dapat diketahui dengan sejelas-jelasnya.
Pemeriksaan endoskopi merupakan salah satu sarana penunjang diagnostik yang cukup
akurat.
Endoskop adalah alat yang digunakan dalam pemeriksaan endoskopi. Alat ini berbentuk
pipa kecil panjang yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh, misalnya ke lambung, ke dalam
sendi, atau ke rongga tubuh lainnya. Di dalam pipa tersebut terdapat dua buah serat optik.
Satu untuk menghasilkan cahaya agar bagian tubuh di depan ujung endoskop terlihat jelas,
sedangkan serat lainnya berfungsi sebagai penghantar gambar yang ditangkap oleh kamera.
9

Di samping kedua serat optik tersebut, juga terdapat sebuah bagian lagi yang bisa digunakan
sebagai saluran untuk pemberian obat dan untuk memasukkan atau mengisap cairan. Selain
itu, bagian tersebut juga dapat dipasangi alat-alat medis seperti gunting kecil, sikat kecil, dan
lain-lain. Endoskop umumnya digunakan bersama layar monitor, sehingga gambaran organ
yang diperiksa tidak hanya dilihat sendiri oleh operator, tetapi juga oleh orang lain di
sekitarnya. Gambar yang diperoleh selama pemeriksaan biasanya direkam untuk
dokumentasi dan evaluasi lebih lanjut. endoskopi tidak hanya berfungsi sebagai alat periksa
tetapi juga untuk melakukan tindakan medis seperti pengangkatan polip, penjahitan, dan lainlain. Selain itu, endoskopi juga dapat digunakan untuk mengambil sampel jaringan jika
dicurigai

jaringan

tersebut

terkena

kanker

atau

gangguan

lainnya.

Endoskopi juga sangat berperan dalam menentukan penyebab pendarahan saluran cerna yang
sulit ditentukan berdasarkan pemeriksaan radiologis. Beberapa lesi (terlihat putih atau pucat)
yang tak terlihat pada pemeriksaan radiologis dapat diketahui dengan pemeriksaan
endoskopi.
Berdasarkan fungsinya endoskopi terbagi dua yakni endoskopi diagnostik dan endoskopi
terapeutik. Endoskopi diagnostik berperan dalam menentukan penyebab pendarahan dan
lokasi lesi yang terjadi, sedangkan endoskopi terapeutik berperan untuk menghentikan
pendarahan yang terjadi. Endoskopi pada saluran cerna dibagi menjadi dua bagian besar,
yakni endoskopi saluran cerna atas (esofagoduodenoskopi ) dan saluran cerna bawah
(kolonoskopi).
Endoskopi dikontraindikasikan pada keadaan klinis yang tidak stabil seperti syok
hipovolemi, infark miokard, atau anemia berat.Indikasi penggunaan endoskopi sangat
bervariasi sesuai dengan usia dan gejala yang timbul. Sebelum endoskop dimasukkan melalui
mulut atau organ lainnya, penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa
jam. Sebab, makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa
dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan. Selain itu pasien juga tidak akan merasakan
rasa sakit saat pemeriksaan karena pasien dibius dan akan sadar setelah pemeriksaan selesai.
2. Minum barium dengan foto rontgen
Dilakukan untuk membedakan diagnosa penyebab atau isi lesi.
3. Analisa gaster

10

Untuk mengetahui tingkat sekresi HCl, sekresi HCl meningkat pada klien dengan gastritis
kronik. Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas sekretori gaster,
contoh peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan asam noktural penyebab ulkus
duodenum. Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus gaster, dipersekresi berat dan
asiditas menunjukkan sindrom Zollinger-Ellison.
4. Angiografi
Vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat disimpulkan aatau tidak dapat
dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan kemungkinan isi perdarahan.
5. Amilase serum
Meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis. Normalnya 25-125 U/I.
6. Kadar serum Vitamin B12
Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml. Kadar vitamin B12 yang rendah merupakan tanda dari
gastritis.
7. Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit, albumin, LED.
8. Hispatologi jika karena infeksi.

11

E. DIAGNOSA BANDING

Gastroenteritis
Juga disebut sebagai flu perut (stomach flu), yang biasanya terjadi akibat infeksi virus
pada usus. Gejalanya meliputi diare, kram perut dan mual atau muntah, juga
ketidaksanggupan untuk mencerna. Gejala dari gastroenteritis sering hilang dalam satu
atau dua hari sedangkan untuk gastritis dapat terjadi terus menerus.

Heartburn
Rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang tulang dada ini biasanya terjadi setelah
makan. Hal ini terjadi karena asam lambung naik dan masuk ke dalam esophagus (saluran
yang menghubungkan antara tenggorokan dan perut). Heartburn dapat juga menyebabkan
rasa asam pada mulut dan terasa sensasi makanan yang sebagian sudah dicerna kembali
ke mulut.

Stomach ulsers
Jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus menerus dan parah, maka hal itu
kemungkinan disebabkan karena adanya borok dalam lambung. Stomach (peptic) ulcer
atau borok lambung adalah luka terbuka yang terjadi dalam lambung. Gejala yang paling
umum adalah rasa sakit yang menjadi semakin parah ketika malam hari atau lambung
sedang kosong. Gastritis dan stomach ulcers mempunyai beberapa penyebab yang sama,
terutama infeksi H. pylori. Penyakit ini dapat mengakibatkan terjadinya gastritis dan
begitu juga sebaliknya.

Nonulcer dyspepsia
Merupakan kelainan fungsional yang tidak terkait pada penyakit tertentu. Penyebab pasti
keadaan ini tidak diketahui, tetapi stress dan terlalu banyak mengkonsumsi gorengan,
makanan pedas atau makanan berlemak diduga dapat mengakibatkan keadaan ini.
Gejalanya adalah sakit pada perut atas, kembung dan mual.

F. KOMPLIKASI
1. Ulkus peptikum adalah putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai di
bawah epitel.
2. Karsinoma lambung merupakan neoplasma gastrointestinal yang sering terjadi dan
menyebabkan kematian
12

3. Anemia pernisiosa adalah kerusakan produksi sel darah merah karena kurangnya faktor
intrinsik esensial untuk mengobati absorpsi vitamin B12 (akibat defisiensi menyebabkan
abnormalitas lambung, usus, dan neurologis.
4. Syok Hemoragik adalah yok yang terjadi akibat volume darah terlalu sedikit akibat
kehilangan darah terlalu banyak
5. Stomach Ulcers adalah luka terbuka yang terjadi pada lambung
6. Pendarahan saluran cerna bagian atas pada gastritis diakibatkan karena kerusakan mukosa
lambung
G. PENATALAKSANAAN
NGT : definisi, siapa yg poasang NGT
Konsep nutrisi : cara hitung cara meberikan
Kateter adalah
Anjurkan pada klien yang mengalami mual dan muntah untuk bedrest, status NPO (Nothing
Peroral/Nothing to eat or drink by mouth), pemberian antiemetik (obat untuk mengatasi mual
dan muntah) dan pemasangan infuse intravena (jenis cairan tergantung kebutuhan klien) untuk
mempertahankan cairan tubuh klien. Klien biasanya sembuh dalam beberapa hari. Bila muntah
berlanjut perlu dipertimbangkan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube). Antasida diberikan
untuk mengatasi perasaan penuh dan tidak enak di abdomen dan menetralisir asam lambung
dengan meningkatkan pH lambung sekitar 6. Selain itu, pemberian antagonis H2 (seperti
ranitidine, simetidin) dan inhibitor pompa proton (seperti omeprazole atau lansoprazole) mampu
menurunkan seksresi asam lambung. Dan antibiotik diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh
helicobacter pylori. Kombinasi dua atau tiga antibiotik dapat diberikan untuk mengeradikasi
helicobacter pylori (seperti clarithromycin dan amoksisilin).
Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka perlu dilakukan
transfuse darah untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh dan dilakukan lavage (bilas)
lambung. Bila tidak dapat dikoreksi maka pembedahan dapat menjadi alternatif. Pembedahan
yang dapat dilakukan pada klien dengan gastritis adalah gastrectomi parsial, vagotomi atau
pyloroplasti. Dan injeksi intravena cobalamin dilakukan bila terdapat anemia pernisiosa.
Kategori obat pada gastritis adalah:
* Antasid : menetralisir asam lambung dan menghilangkan nyeri
* Acid blocker : membantu mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
13

* Proton pump inhibitor : menghentikan produksi asam lambung dan menghambat H.pylori.
* Cytoprotective agent : melindungi jaringan mukosa lambung dan usus halus.
H. FAKTOR RESIKO

Sedang menggunakan obat aspirin atau antiradang non steroid.

Aspirin atau asam asetil salisilat adalah obat golongan NSAID. Obat ini biasa
digunakan untuk mengurangi rasa nyeri karena memiliki efek sebagai antiinflamasi dan
analgetik.Perlu diperhatikan bahwa aspirin merupakan obat yang bekerja dengan
menghambat kerjaenzim siklooksigenase secara tidak selektif, sehingga selain
menghambat pembekuan darah,aspirin juga menghambat kerja prostaglandin sebagai
salah satu faktor pelindung dinding salurancerna .Dampak penggunaan aspirin adalah
erosi mukosa lambung, mengurangi mucus, sekresi HCO3 dan mengurangi perbaikan
dan replica sel.

Infeksi kuman Helicobacter pylori.

Sedang mengonsumsi obatobatan steroid, beberapa antibiotik seperti sulfa, eritromisin &
metronidazol, histamin, kafein dan Alkaloid rauwolfi.

Memiliki kebiasaan minum minuman beralkohol

Memiliki kebiasaan ,erokok.

Sering mengalami stress.

Waktu makan yang tidak teratur, sering terlambat makan, atau makan berlebihan.

Terlalu banyak makan makanan yang pedas dan asam.

Sering mengalami refluks usu-lambung (aliran balik makanan dari usus ke lambung)

14

15

16

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data biografi
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Alamat
Agama
Diagnosa Medis

: Nn. Alice
: 27 tahun
: Perempuan
: Karyawan Swasta
::: Gastritis

Anamnesis
Keluhan Utama :
- Klien mengeluh nyeri seperti terbakar pada area epigastrium yang dirasakan lebih nyeri
setelah makan.
(1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi
nyeri. Nyeri dirasakan bertambah ketika setelah makan.
(2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk. Nyeri dirasakan seperti
terbakar.
(3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi. Nyeri dirasakan pada
area epigastrium.
(4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
(5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari. Bertambah buruk saat dirasakan setelah makan.

Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehataan saat ini


Klien mengeluh nyeri seperti terbakar pada area epigastrium yang dirasakan lebih
nyeri setelah makan, mual, muntah, perut kembung dan diare.
Riwayat kesehatan masa lalu
17

Klien seringkali menggunakan aspirin saat ia merasa tidak enak badan


Dapat ditanyakan, apakah klien pernah atau sedang menderita penyakit lain

seperti kanker saluran cerna?


Dapat ditanyakan, apakah klien sebelumnya memiliki riwayat pembedahan pada

saluran cerna?
Dapat ditanyakan, apakah klien sebelumnya memiliki riwayat masalah pada

sistem saraf?
Riwayat kesehatan keluarga
- Dapat ditanyakan, apakah ada anggota keluarga yang mengalami kanker saluran
cerna atau polip?
Riwayat diet
Dapat ditanyakan, bagaimana masukan makanan klien setiap hari? Apakah klien
melakukan diet? Kemungkinan masukan makanan klien tidak teratur karena setiap

hari diburu-buru tugas sehingga tidak menyempatkan untuk makan.


Dapat ditanyakan, bagaimana life style klien, apakah mengosumsi alkohol? Atau
merokok atau mengonsumsi obat-obatan tertentu? Dalam kasus ini klien
mendapatkan terapi cimetidhine dan Mylanta.

Pola-pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.


Adanya tindakan medis serta perawatan di rumah sakit akan mempengaruhi persepsi
klien tentang kebiasaan merawat diri, yang dikarenakan tidak semua klien mengerti
benar perjalanan penyakitnya. Sehingga menimbulkan salah persepsi dalam
pemeliharaan kesehatan dan juga kemungkinan terdapatnya riwayat tentang keadaan
perumahan, gizi,dan tingkat ekonomi klien yang mempengaruhi keadaan kesehatan

klien.
Pola nutrisi dan metabolisme.
Karena intake nutrisi yang kurang klien akan merasakan tubuhnya lemah. Seiring
dengan kurangnya intake nutrisi, metabolism klien semakin meningkat sehingga

terjadi ketidakseimbangan pada status nutrisi klien.


Pola eliminasi.
Klien mengalami perubahan dalam cara eliminasi dikarenakan asupan nutrisi yang

kurang dari kebutuhan. Saat ini klien mengalami diare.


Pola tidur dan istirahat.
Adanya kemungkinan nyeri yang dirasakan klien akan menyebabkan masalah dalam
pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat
18

Pola hubungan dan peran.


Karena sakit klien mengalami perubahan peran atau tidak mampu menjalani peran
sebagaimana mestinya, baik itu peran dalam keluarga ataupun masyarakat. Dalam
kasus ini klien tidak bisa melakukan pekerjaannya sebagai QC di sebuah perusahaan

garment.
Pola penanggulangan stres
Pola penanggulangan stress pada klien mungkin kurang efektif, karena disaat klien
setiap hari diburu-buru tugas akan mempengaruhi pola makan yang tidak teratur,
pekerjaan dan tanggungan yang lumayan berat sebagai QC yang memperparah rasa

sakitnya akibat stress.


Pola tata nilai dan kepercayaan.
Pada klien yang dalam kehidupan sehari-hari selalu taat menjalankan ibadah, maka
semasa sakit ia akan menjalankan ibadah sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal
ini ibadah bagi mereka dijalankan sebagai penanggulangan stres dengan percaya pada
Tuhannya.

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
- Bibir, diinspeksi untuk kelembaban, warna, tekstur, simetrisitas, dan ada tidaknya
ulserasi atau fisura. Normalnya bibir harus lembab, merah muda, lembut, simetris,
-

dan tidak adanya ulserasi atau fisura


Mukosa mulut, normalnya berwarna merah muda, halus, basah, tampak sedikit

vaskuler dan berkilau


Gusi, diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan, retraksi, dan perubahan warna
Lidah, normalnya berwarna merah muda, halus, basah sampai agak kering tetapi

berkilau, tidak ada lesi


Sclera, warna kulit
Spider nevi
Pengeluaran feses (cair atau padat)
Kemungkinan hasil: Nn. Alice menderita diare, pengeluaran feses berupa cairan.
Auskultasi
Bising usus normal atau tidak
Kemungkinan hasil: bising usus Nn. Alice tidak normal karena terjadi gangguan
-

absorbsi pada usus yang menyebabkan diare.


Palpasi
Ada tidaknya tenderness
Keadaan turgor
Perkusi
- Ada tidaknya dullness
19

Kemungkinan hasil: Nn. Alice menderita kembung.


Pemeriksaan Diagnostik

Endoskopi gastrointestinal bagian atas


Endoskop yaitu pipa kecil dengan kamera mini di ujungnya, dimasukkan melalui
mulut (kadang-kadang hidung) menuju lambung untuk melihat dinding lambung. Tes
ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Dengan tes
ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang
terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan
tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini
memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat
menelan endoskop. Kemungkinan hasil pemeriksaan akan ditemukan gambaran
mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi
mukosa yang bervariasi.

USG Endoskopi
Test yang menggunakan teknik menggabungkan pemeriksaan USG dengan endoskopi
dan dilakukan untuk mengevaluasi lesi di lambung. Kemungkinan hasil: ditemukan
lesi akibat erosi dari aspirin.

Pemeriksaan pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.
Uji napas urea dilakukan berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. pylori
dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida. CO2 cepat diabsorbsi melalui
dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara pernapasan. Kemungkinan hasil:

20

jika pernapasan banyak mengandung CO2 lebih dari biasanya berarti kemungkinan
Nn. Alice terinfeksi bakteri H. pylori.

Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes
yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu
waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat

pendarahan lambung akibat gastritis.


Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.

Analisis Lambung
Analisis yang digunakan untuk mengetahui sekresi asam lambung. Dilakukan dengan
cara tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung kemudian dilakukan aspirasi
isi lambung puasa untuk dianalisis.

Pengukuran pH lambung
Mengukur keasaman lambung di mana pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan
apakah terjadi refluks asam atau tidak di lambung.

Pemeriksaan barium
Salah satu media yang paling umum digunakan. Agen in berupa bubuk kurang berasa,
kurang berbau, nongranular, dan tidak diserap sama sekali (karena itu, tidak dapat
diabsorpsi) dicerna dalam bentuk suspensi kental atau encer untuk tujuan pemeriksaan
saluran pencernaan.

Rongent saluran cerna (sinar x)


Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan
ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di
rongent.

Pengkajian psiko-sosial-spiritual-cultural
21

Psikologis
Klien akan merasa cemas yang diakibatkan dari rasa nyeri pada epigastrium setelah
makan. Kaji keadaan emosi klien:
- Bagaimana persepsi diri klien dengan keadaanya saat ini ?
- Bagaimana dukungan atau support dari keluarga ?
- Bagaimana mekanisme koping klien?
Spiritual
- Bagaimana hubungan klien dengan Tuhan-Nya?
- Apakah klien masih melakukan rutinitas ibadah dan membaca kitab suci?
Sosial-cultural
- Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan lingkungannya?
Pada kasus ini klien mungkin akan kehilangan perannya dalam keluarga dan
dalam masyarakat, terutama dalam menjalankan pekerjaannya karena harus
menjalani proses penyembuhan terlebih dulu,

Analisa Data
Data yang Menyimpang

Etiologi

Masalah Keperawatan

DS : Klien mengeluh nyeri Mukosa rusak


seperti terbakar pada area
epigastrium yang dirasakan Merangsang ujung saraf bebas
lebih nyeri setelah makan.

DO : -

Diterima nosiseptor
Serabut delta C
Medulla spinalis
Thalamus
Korteks serebri
Persepsi nyeri
Nyeri

22

Nyeri akut

DS : Klien mengeluh mual

produksi HCl

dan kadang-kadang muntah.

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari

Merangsang pengeluaran zat

kebutuhan

vasoaktif
DO : permeabilitas kapiler dan
vasokonstriksi
Edema
Spasme lambung
Anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan

DS : Klien mengeluh

produksi HCl

perutnya kembung dan


disertai diare.

volume cairan
Iritasi lambung
Infeksi mukosa epitel

DO : -

Resiko tinggi kurang

Merusak villi usus


Absorpsi makanan terganggu
Diare
Resti kurang volume cairan
23

produksi HCl
Merangsang medulla vomiting
Rangsang anti peristaltic
Obat-obat lambung dan usus
berkontraksi
Makanan terdorong keluar
Mual,muntah
Resti kurang volume cairan

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan mukosa lambung ditandai dengan klien
mengeluh nyeri terbakar.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi
yang tidak adekuat ditandai dengan mual muntah.
3. Resiko tinggi kurang volume cairan.
Rencana Asuhan Keperawatan Pada Nn.Allice dengan Gastritis
No
.
1.

Diagnosa
Keperawata

Tujuan

Intervensi

Tupan :

Mandiri

Rasional

n
Nyeri akut
berhubungan
dengan
peradangan

Tidak terjadi iritasi

Puasakan pasien

berlanjut.

pada 6 jam pertama.


24

Mengurangi
inflamasi pada

mukosa

Setelah

dilakukan

lambung

perawatan selama 6

ditandai

x 24 jam, nyeri

dengan klien

klien menghilang.

mukosa
lambung.

Catat keluhan nyeri,

mengeluh

termaguk lokasi,

nyeri

lamanya, intensitas

terbakar.

Tupen:

dengan gejala
nyeri

berkurang

pasien

sebelumnya

Kriteria

dimana

Hasil :

ada

dibandingkan

x 24 jam, nyeri
dengan

selalu
harus

dilakukan

perawatan selama 1
klien

tidak

tetapi bila ada

(skala 0-10).

Setelah

Nyeri

dapat

membantu

Klien mampu

mendiagnosa

mendemonstras

etiologi

ikan kembali

perdarahan

teknik distraksi

dan terjadinya

atau relaksasi.

komplikasi.

Kaji ulang faktor

Membantu

yang meningkatkan

dalam

atau menurunkan

membuat

nyeri.

diagnosa
terapi.

Berikan makanan
sedikit tapi sering

Makanan

sesuai indikasi untuk

mmpunyai

pasien.

efek
penetralisir

25

dan

asam,

juga

menghancurka
n

kandungan

gaster. Makan
sedikit
mencegah
distensi

Identifikasi dan

haluaran

batasi makanan yang

gastrin.

dan

menimbulkan
ketidaknyamanan.

Makanan
khusus

yang

meneybabkan
distres
bermacammacam antara
individu.
Penelitian
menunjukkan
merica
berbahaya dan
kopi (termasuk
dekafein)
dapat
menimbulkan
dispepsia.

Kolaborasi

26

Berikan obat, sesuai

indikasi, mis.,:
a. Analgesik, mis.,
morfin sulfat.

a. Mungkin
pilihan
narkotik untuk
menghilangkan

nyeri

akut/hebat dan
b. Aseraminofen
(tylenol);

menurunkan
aktivitas
peristaltik.

c. Antasida;
b. Meningkatkan
kenyamanan
dan istirahat.
c. Menurunkan
keasaman
gster

dengan

absrpsi

atau

dengan
menetralisir
kimia.
Evaluasi
d. Antikolinergik,

tipe

antasida dalam

mis.,

gambaran

belladona,atropin.

kesehatan
total,

mis.,

pembatasan
natrium.

27

d. Diberikan
pada

waktu

tidur

untuk

menurunkan
motilitas
gaster,
menekan
produksi asam,
memperlambat
pengosongan
gaster,

dan

menghilangkan

nyeri

noktural
sehubungan
dengan

ulkus

gaster.
2

Ketidakseimban
gan nutrisi
kurang dari

Tupan:

Mempertahan Timbang

kebutuhan
berhubungan
dengan intake
makanan tak
adekuat;
rangsangan
muntah sendiri,
ditandai dengan:

Mandiri:

Klien

Memberikan

kan BB tetap

berat badan

informasi

seimbang.

tiap hari.

tentang

Setelah

kebutuhan

dilakukan

diet/keefektif

perawatan

an terapi

selama 3x24

Komplikasi

kebutuhan

paralitik

nutrisi

ileus,

terpenuhi.
DS:

Tupen:

Pemasukan
28

Awasi

obsruksi,

toleransi

pengosonga

terhadap

lambung

masukan

lambat, dan

mengeluh

nutrisi yang

merasa mual

adekuat.

dan kadang-

cairan dan

dilakukan

muntah.

perawatan

dapat terjadi.

makanan,

Setelah

kadang
DO: -

dilatasi gaster

catat distensi
abdomen,
laporkan

selama

acuan dalam

peningkatan

1x24jam

pemenuhan

nyeri/kram,

nutrisi

kebutuhan

mual/muntah.

terpenuhi

Sebagai

nutrisi

dengan

pasien.

kriteria:
-

Klien

Porsi

mencapai

makan
habis
-

Buat program

peningkatan

kebutuhan

Keadaan

berat badan

nutrisi harian

umum

setiap hari

& standar BB

klien

karena

minimum.

mengala

adanya

mi

keinginan

kemajua

dari klien.

Izinkan klien
memilih

Perpisahan

makanan

dari keluarga

(makanan

selama

rendah kalori

beberapa

tidak

waktu akan

diperbolehka

sangat

n).

membantu.

Beralih pada
aktivitas yang

29

menyenangka

n.

Buat struktur
waktu makan
dengan
batasan
waktu
(misalnya 40

Memberikan
rasa nyaman

menit).

pada mulut
dan dapat
mengurangi

Hilangkan

rasa mual.

distraksi
(misalnya

Membantu

pembicaraan,

dalam

menonton

mempertahan

televisi)

kan tonus

selama waktu

otot dan berat

makan.

badan juga
untuk

Berikan

mengontrol

perawatan

tingkat

mulut

pembakaran

sebelum &

kalori.

sesudah
makan.

Dapat
mempengaru
hi nafsu
makan /
pencernaan
dan

30

membatasi
masukan

Monitor

nutrisi.

aktivitas fisik
dan catat

Lingkungan

tingkat

yang

aktivitas

menyenangka

tersebut.

n dapat
menurunkan
stress dan
lebih
kondusif
untuk makan.

Memenuhi
kebutuhan
cairan/nutrisi
sampai
masukan oral
dimulai.

Hindari

Indikator

makanan

kebutuhan

yang

cairan/nutrisi

menimbulkan

da

gas.

keefektifan
terapi dan
terjadinya
komplikasi.
a. Mengontr
ol sindrom

31

dumping,
meningkat

Sediakan
makanan
dengan
ventilasi yang
baik,
lingkungan
yang
menyenangka
n, dengan
situasi yang
tidak terburuburu.
Kolaborasi:

kan
pencernaa
n dan
absorpsi
nutrien.
b. Pengangka
tan
lambung
mencegah
absorpsi
B12
(sehubung

Berikan

an dengan

cairan IV,

kehilangan

hiperalimenta

faktor

si dan lemak

intrinsik)

sesuai

dan dapat

indikasi.

menimbul-

Awasi

kan

pemeriksaan

anemia

laboratorium,

pernisiosa.

mis., Hb/Ht

Selain itu

dan elektrolit.

pengosong
an cepat

Berikan obat
sesuai

32

lambung
menurunk
an

indikasi:
a. Antikoline
rgik,

absorpsi
kalsium.
c. Memperba

contoh

i-

atropin,

ki/

propanteli

mencegah

n bromida

anemia

(ProBanthi

defisiensi

ne).

besi.
d. Protein
tambahan
dapat
membantu
perbaikan
dan

b. Tambahan

penyembu

vitamin

h-

yang dapat

an

larut

jaringan.

dalam

e. Meningkat

lemak,

termasuk

kan proses

B12,

pencernaa

kalsium.

n.
f. Meningkat
kan
absorpsi
lemak dan
vitamin
larut

33

dalam
lemak
untuk
mencegah
c. Sediaan
besi.

masalah
malabsorp
si.

d. Tambahan
protein.

e. Enzim
pankreas.

f. Trigliserid
a rantai
sedang
(TRS).
3

Resiko kurang Tupan:


volume cairan
berhubungan

dengan diare

Kebutuhan cairan

Mandiri:
Awasi masukan dan

Memberikan

dan elektrolit

haluaran,

informasi

terpenuhi

dan

sepenuhnya.

perkirakan

keseimbangan

Mempertahankan

kehilangan yang tak

cairan, fungsi

34

karakter,

jumlah

feses;

tentang

volume cairan

terlihat,

mis.,

ginjal dan

adekuat dibuktikan

berkeringat.

Ukur

kontrol

oleh membran

berat

urine;

penyakit usus

mukosa lembab,

observasi oliguria.

juga

Observasi

merupakan

turgor kulit baik,

janis

tanda-

dan pengisian

tanda

kapiler baik; tanda

bandingkan

vital stabil,

hasil normal pasien

keseimbangan

sebelumnya.

pedoman untuk

vital,

penggantian

dengan

masukan dan

cairan.

haluaran dengan

(termasuk

urine normal dalam


konsentrasi/jumlah.

Hipotensi

Observasi

postural),

kulit

takikardia,

kering berlebihan dan


membran
penurunan
kulit,

demam dapat

mukosa,

menunjukkan

turgor

rspons terhadap

pengisian

dan/atau efek

kapiler lambat.

kehilangan
cairan.

Menunjukkan
kehilangan

Ukur berat badan tiap

cairan

hari.

berlebihan/dehi
drasi.

Pertahankan
pembatasan per oral,
tirah baring; hindari
kerja.

Indikator cairan
dan status

35

Observasi perdarahan

nutrisi.

dan tes feses tiap hari

Kolon

untuk adanya darah

diistirahatkan

samar.

untuk
penyembuhan
dan untuk
menurunkan

Kolaborasi:

Awasi

kehilangan

hasil

cairan usus.

hasil

laboratorium, contoh

elektrolit (khususnya
kalium, magnesium)
dan

GDA

(keseimbangan asambasa).

Berikan obat sesuai


indikasi:

Diet tak
adekuat dan
penurunan
absorpsi dapat
menimbulkan
defisiensi
vitamin K dan
merusak
koagulasi,

a. Antidiare.

potensial risiko
perdarahan.

b. Antiemetik, mis.,

Menentukan

trimetobenzamida

kebutuhan

(Tigan); hidroksin

penggantian

(Vistaril);

dan keefektifan

proklorperazin

terapi.

(Compazine).

a. Menurunkan

c. Antipiretik, mis.,

kehilangan

asetaminofen

cairan dari

(Tyenol).

usus.
b. Digunakan

d. Elektrolit,

mis.,

tambahan kalium
36

untuk
mengontrol

(LCI-IV:

K-lyte,

Slow-K).

mual/munta
h pada
eksaserbasi
akut.
c. Mengontrol
demam,
menurunkan

e. Vitamin
(Mephyton).

kehilangan
tak terlihat.
d. Elektrolit
hilang dalam
jumlah
besar,
khusus pada
usus yang
gundul, area
ulkus, dan
diare dapat
juga
menimbulka
n asidosis
metabolik
karena
kehilangan
bikarbonat
(HCO3).
e. Merangsang
pembentukan
protrombin
hepatik,

37

menstabilisa
si koagulasi
dan
menurunkan
risiko
perdarahan.

38

Daftar Pustaka
Brunner and Suddarth. 2001.Keperawata Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Doenges, E.Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta : EGC
Hirlan dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (edisi 3). Jakarta : EGC
Kumar.dkk. 2004. Buku Ajar Patofisiologi Edisi 7. Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Robbins.2007.Buku Ajar Patologi.Jakarta : EGC
Suratuh, Lusianah. 2010. Askep Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans
Info Media
Susan Martin Tucker, dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan,
Diagnosis, dan Evaluasi. Jakarta : EGC
Wijayanti, Maria. 2001. Safe Motherhood. Jakarta : EGC
http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/20/klasifikasi-nyeri/
http://irmanthea.blogspot.com/2007/10/konsep-nyeri.html
http://www.harianjoglosemar.com/berita/endoskopi-cara-cepat-ketahui-pendarahansaluran-cerna-22550.html

39

Anda mungkin juga menyukai