ERNI HANIFAH
SE. 03.0480
JURUSAN
: STATISTIKA
PEMINATAN : EKONOMI
1i
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan
Mencapai Sebutan Sarjana Sains Terapan pada
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
Oleh
ERNI HANIFAH
SE. 03.0480
2i
Adalah benar-benar hasil dari penelitian sendiri dan bukan dari hasil plagiat
atau hasil karya orang lain. Jika suatu hari diketahui bahwa ternyata skripsi
berasal dari hasil plagiat atau hasil karya orang lain maka penulis
menyatakan bersedia bahwa skripsi ini menjadi tidak sah dan hak
memperoleh sebutan Sarjana Sains Terapan dicabut atau dibatalkan.
Penulis
ERNI HANIFAH
3i
Oleh:
ERNI HANIFAH
SE 03.0480
Mengetahui/Menyetujui
Pembimbing
Penguji I
Penguji II
4i
5i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, atas segala
rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga skripsi yang berjudul Analisis Efisiensi
Pasar Modal di Bursa Efek Jakarta Tahun 2003-2004 dapat terselesaikan.
Hasil penelitian ini merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Sains Terapan di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.
Dalam penulisan skripsi ini penulis memperoleh bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak DR. Satwiko Darmesto selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
2. Bapak Arie Sukarya, M.Com. selaku pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, nasehat dan
dorongan yang sangat bermanfaat, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
3. Bapak Muchlis Husein, S.E, M.A dan Ibu Hj.Siti Haiyinah, S.E selaku
penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan
skripsi ini.
4. Kedua orangtuaku tercinta, kakak-adeku tersayang (mbak Ina dan dhe
Yusuf) serta segenap keluargaku yang selalu memberikan doa, kasih
sayang, semangat dan dukungan yang tak terhingga bagi penulis selama
ini
6i
Piti
untuk
printernya,
Eja
untuk
IHSGnya,
teman
7i
ABSTRAKSI
ERNI HANIFAH, Analisis Efisiensi Pasar Modal di Bursa Efek Jakarta Tahun
2003-2004 Pembimbing ARIE SUKARYA, M. Com.
Pasar modal diperlukan sebagai
alternatif
dalam
rangka
mengembangkan
pembiayaan
investasi, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
terutama dalam situasi ekonomi
dimana perbankan masih belum pulih.
Dengan demikian, peranan pasar
modal yang efisien merupakan salah
satu
tuntutan
dalam
rangka
mengakumulasikan dana bagi kegiatan
investasi di Indonesia
Konsep pasar yang efisien
dalam penelitian ini lebih ditekankan
pada aspek informasi, artinya pasar
yang efisien adalah pasar dimana
harga
semua
sekuritas
yang
diperdagangkan telah mencerminkan
semua informasi yang tersedia. Fama
(1970) menerjemahkan pasar yang
efisien sebagai suatu pasar yang
harganya senantiasa mencerminkan
sepenuhnya informasi yang ada seperti
pengumuman deviden, tingkat bunga
dan sebagainya. Menurut Tandelilin,
konsep tersebut menyiratkan adanya
suatu proses penyesuaian harga
sekuritas menuju harga keseimbangan
yang baru, sebagai respon atas
informasi yang baru masuk ke pasar.
Kondisi bursa efek yang
efisien merupakan keinginan semua
pihak. Emiten akan lebih mudah
membuat keputusan produksi dan
investasi karena tidak biasnya ukuran
yang dipakai. Pada bagian lain para
manajer keuangan profesional sulit
mempunyai cara maupun kesempatan
agar dapat memperoleh informasi
yang memungkinkan para manajer
8i
9i
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR..
ABSTRAKSI........
iii
DAFTAR ISI.........
iv
DAFTAR GAMBAR....
vii
DAFTAR TABEL.............
viii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN.
10
11
15
15
16
16
17
18
20
22
22
10i
24
2.3 Hipotesis.........................................................................................
24
26
26
27
27
27
29
29
30
30
31
32
34
3.2.4.4 Identifikasi.................................................................
37
38
39
40
40
41
42
44
44
46
Jakarta.............................................................................................
4.2.1 Pengujian Efisiensi Pasar Modal dengan Run Test..............
48
49
11i
Autokorelasi........................................................................
4.2.3 Model Box-Jenkins (ARIMA)...............................................
50
56
58
5.1 Kesimpulan.....................................................................................
58
5.2 Saran...............................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
61
LAMPIRAN....................................................................................................
63
84
DAFTAR GAMBAR
12i
No
4.1
Hal
Perkembangan IHSG di Bursa Efek Jakarta Periode Januari 2003Maret 2004...............................................................................................
DAFTAR TABEL
13i
No
Hal
4.1 Dana
yang
Dihimpun
oleh
Sektor
Pasar
Modal
dan
Perbankan.................................................................................................
4.2 Kepemilikan Saham di BEJ.....................................................................
4.3 Run Test Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta
Periode Januari 2003-Maret 2004............................................................
4.4 Nilai Koefisien Autokorelasi Perubahan Indeks Harga Saham
Gabungan di Bursa Efek Jakarta Periode Januari 2003Maret 2004......
4.5 Hasil Unit Root Test dari Data Indeks Harga Saham Gabungan yang
Sudah Dideferencing Satu Kali................................................................
4.6 Ringkasan Output ARIMA Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek
Jakarta......................................................................................................
4.7 Nilai MAPE dari Model yang Layak.......................................................
4.8 Nilai Koefisien, Standar Error, t-Statistik, dan Probalitas Model
ARIMA (2,1,0).........................................................................................
4.9 IHSG Bulanan Periode Januari 2003-Maret 2004 Serta Nilai Ramalan
IHSG Periode April 2004Desember 2004.............................................
DAFTAR LAMPIRAN
14i
26
No
1
Hal
Jumlah Perusahaan yang Go Public (emiten), Nilai Kapitalisasi Saham,
dan
Indeks
Harga
Saham
Gabungan
(IHSG)
di
BEJ...........................................................................................................
2
Hasil Unit Root Test dari Data Indeks Harga Saham Gabungan.............
10
11
12
13
14
15
BAB I
PENDAHULUAN
15i
26
16i
bagaimanapun, bursa efek akan menjadi sumber pemupukan dana yang sangat
diandalkan oleh negara yang ingin memasuki tahap pertumbuhan ekonomi yang
pesat. Pasar modal dengan kapitalisasi dan volume penjualan yang besar akan
menambah dana bagi emiten untuk melakukan ekspansi usaha di sektor riil. Jika
perusahaan (emiten) berekspansi, ekonomi nasional akan mengalami peningkatan
yang berdampak kepada penyerapan tenaga kerja, ekspor akan meningkat, pajak
bisa dioptimalkan, dan semua pelaku ekonomi bisa menjalankan fungsinya.
Fama (1970) menerjemahkan pasar yang efisien sebagai suatu pasar yang
harganya senantiasa mencerminkan sepenuhnya informasi yang ada seperti
17i
pengumuman deviden, tingkat bunga dan sebagainya.1 Konsep pasar yang efisien
lebih ditekankan pada aspek informasi, artinya pasar yang efisien adalah pasar
dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua
informasi yang tersedia. Menurut Tandelilin, konsep tersebut menyiratkan adanya
suatu proses penyesuaian harga sekuritas menuju harga keseimbangan yang baru,
sebagai respon atas informasi yang baru masuk ke pasar.
Jika pasar modal efisien maka sangat bermanfaat bagi pemodal, karena
beberapa faktor, antara lain1:
1. Dalam pasar modal yang efisien tidak akan terjadi praktek-praktek yang dapat
merusak mekanisme pasar modal.
2. Dalam pasar modal yang efisien para manajer keuangan professional sulit
mempunyai cara maupun kesempatan agar dapat memperoleh informasi yang
memungkinkan para manajer tersebut secara konsisten dapat menguasai pasar.
Jika para manajer tidak dapat menguasai pasar maka dimungkinkan harga psar
saham yang terjadi adalah wajar sehingga pemodal tidak ragu dalam
melakukan keputusan investasi.
3. Dalam pasar modal yang efisien harga saham tidak dapat dipengaruhi oleh
setiap peserta pasar maupun sekelompok peserta pasar. Faktor ini juga
mendukung terciptanya harga saham yang layak (fair price). Jika harga saham
layak maka besarnya return dan resiko tercermin dalam harga. Dalam teori
keuangan, investasi dengan resiko tinggi menjanjikan return yang tinggi dan
investasi dengan resiko yang rendah menjanjikan return yang rendah pula.
1
Ahmad Rodoni. Analisis Investasi dan Teori Portofolio, hal 60 PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta,2002.
18i
PT (Persero) Dana Reksa, Pasar modal Indonesia Pengalaman dan Tantangan, hal 208-209
19i
modal bentuk lemah (weak form) selama tahun 1990. Penemuan ini menunjukkan
bahwa nampaknya analisas teknikal tidak bisa memberikan hasil yang secara
konsisten lebih baik dari keputusan beli dan simpan secara sembarang. Hal ini
disebabkan karena harga saham masa lalu tidak dapat digunakan untuk
memprediksi arah pergerakan saham.
Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Udjian Wahyusuprapto
(1990) di BEJ menunjukkan bahwa 25 dari 40 saham yang diuji memiliki
koefisien korelasi diluar daerah kritis
20i
indeks
harga
saham
gabungan
masa
sekarang
(independent).
1) Bagaimanakah model peramalan yang paling sesuai mencerminkan
pergerakan indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Jakarta.
Dengan melihat latar belakang, serta identifikasi dan batasan masalah, maka
tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah BEJ sudah
efisien. Sedangkan secara spesifik tujuan penelitian dapat dirinci sebagai
berikut:
21i
22i
Penelitian ini disajikan dalam lima bab yang secara garis besar
menguraikan hal-hal sebagai berikut:
BAB I
BAB II
BAB III Metodologi Penelitian, berisi tentang metode penelitian, sumber data
dan teknik analisis yang digunakan untuk membahas permasalahan.
BAB IV Pembahasan dan Analisis, berisi tentang efisiensi pasar modal secara
makro, analisis mengenai pengujian efisiensi pasar modal di BEJ,
model Box Jenkins (ARIMA) serta proyeksi IHSG.
BAB V
23i
BAB II
LANDASAN TEORI
24i
Pasar modal adalah pasar dimana terdapat dua pihak yang akan
melaksanakan transaksi jual beli modal jangka menengah dan jangka panjang
yaitu pemodal (perorangan atau lembaga) yang mempunyai kelebihan dana dan
emiten yang merupakan pengusaha yang menerbitkan efek untuk ditawarkan
kepada masyarakat.
Fungsi pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari
unit ekonomi yang memiliki surplus dana ke unit yang mempunyai defisit dana.
Bentuk konkret dari pasar modal adalah bursa efek (Securities/Stock Exchange).
Di Indonesia terdapat dua buah bursa efek, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan
Bursa Efek Surabaya (BES). Bursa efek adalah istilah yang digunakan untuk
lokasi menjual dan membeli surat-surat berharga (efek) serta sistem yang
menjalankannya. Oleh karena itu, harga dari saham dan efek-efek lainnya berubah
sesuai dengan perubahan keseimbangan antara penawaran dan permintaan
terhadap efek yang bersangkutan. Selanjutnya, keberhasilan dan efisiensi pasar
modal sangat dipengaruhi oleh kondisi permintaan dan penawaran terhadap suratsurat berharga tersebut.
25i
26i
Jakarta, dan dimulainya company listing yang meningkatkan jumlah saham dalam
perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Kemudian dilakukan swastanisasi
Bursa Efek Jakarta pada April 1992, dan pada penghujung tahun 1995, ditetapkan
Undang-undang No 8 Tahun 1995 tentang pasar modal.
Berdasarkan Undang-undang No 8 tahun 1995, bursa efek didirikan
dengan tujuan menyelenggarakan efek yang teratur, wajar dan efisien. Dengan
demikian, harga yang terjadi mencerminkan mekanisme pasar berdasarkan
kekuatan permintaan dan penawaran.
Suad Husnan. Efisiensi Pasar Modal Indonesia, Jurnal Ekonomi Indonesia, April 1992.
27i
Udjian Wahjusuprapto. Koreksi Pasar Terhadap Harga Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta,
hal 10 Thesis Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990.
28i
saham dalam kelompok resiko tertentu. Artinya jika semua saham dihargai
dengan tepat, investor akan mencari return dari investasi mereka yang sesuai
dalam kelompok resiko tertentu, dengan tidak memperhatikan saham mana yang
mereka beli. Dengan kata lain, dalam pasar modal yang efisien, saham dihargai
secara benar, yaitu tidak overpriced ataupun underpriced.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa pasar modal
dikatakan efisien jika harga-harga efek telah mencerminkan semua informasi yang
tersedia tentang perekonomian, tentang pasar keuangan serta tentang perusahaan
tertentu yang terlibat di dalamnya. Implikasinya adalah harga-harga pasar untuk
masing-masing efek dengan cepat melakukan penyesuaian terhadap informasi
baru.
Dan karena penyampaian informasi begitu sempurna, dalam pasar modal
yang efisien, pemilik modal manapun tidak mungkin memperoleh laba ekonomi
(keuntungan abnormal) dengan cara memanipulasi informasi yang tersedia khusus
baginya (Jensen/Smith, 1986).
Reilly (1989) menyatakan bahwa asumsi yang memungkinkan terjadinya
pasar modal yang efisien adalah bahwa pertama, terdapat banyak peserta dengan
tujuan memaksimumkan laba dimana para peserta melakukan analisa dan
penilaian saham dan dimana para peserta tersebut beroperasi secara independen
satu sama lain. Asumsi kedua adalah bahwa informasi baru diterima pasar secara
random, dan timbulnya informasi tersebut secara umum independen satu sama
lain. Asumsi ketiga adalah bahwa investor menyesuaikan harga secara cepat untuk
mencerminkan pengaruh dari informasi baru.
29i
4
Dalam Efficient Capital Market: A Review of Theory and Empirical Work, Journal of Finance,
May 1970, Vol.25, halaman 389-390.
30i
Di dalam konsep efisiensi pasar modal, ada tiga bentuk teori pasar modal
yang efisien. Pertama, Weak form efficiency; kedua, Semi strong efficiency, dan
ketiga, strong form efficiency. Ketiga bentuk kategori pasar modal yang efisien
tersebut oleh Robert (1976)5 diuraikan sebagai berikut:
Weak form hypotheses, that current stock price already reflects all
information that can be gleaned from past price changes.
Semi strong form hypotheses, that current stock price reflect not only the
information implied by historical price changes but also information implied
by all publicly available information relevant to a companys securities.
Strong form hypotheses, that current stock price reflects all relevant
information available only to company insider or other frivileged groups.
2.1.4.1 Efisiensi Bentuk Lemah (Weak Form Efficiency)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas
telah mencerminkan semua informasi yang terkandung dalam harga-harga masa
lampau. Jika pasar efisien dalam bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak
dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang, karena tidak ada hubungan
antara perubahan harga masa lampau dengan perubahan harga masa datang, atau
dengan kata lain perubahan harga adalah independen. Ini berarti bahwa di dalam
pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat memperoleh tingkat
keuntungan diatas normal dengan menggunakan trading rules berdasarkan
informasi harga pada masa atau waktu sebelumnya. Dengan demikian maka
analisis teknis (technical analysis) akan sia-sia belaka.
Yudi Pramadi. Efisiensi Pasar Modal di Indonesia, Jurnal Keuangan dan Moneter, Agustus
1996.
31i
Efisiensi
ini
menunjukkan
bahwa
harga
saham
tidak
hanya
mencerminkan semua informasi mengenai harga saham di masa lalu, tetapi juga
mencakup semua informasi yang dipublikasikan. Dengan kata lain, harga saham
akan segera cepat menyesuaikan diri untuk merefleksikan adanya informasi baru
yang tersedia untuk umum.
Informasi yang dipublikasikan ini antara lain informasi mengenai
penerbitan saham baru, pengumuman deviden, pemecahan saham (stock split),
pengambilalihan perusahaan (acquisition), penggabungan usaha (merger),
penggantian manajemen, perkiraan tentang laba perusahaan, perubahan metode
akuntansi, laporan tahunan, laporan triwulanan, dan sebagainya.
Jadi seorang investor yang baru melakukan tindakan setelah suatu
informasi baru dikeluarkan untuk umum tidak dapat mengharapkan laba yang
abnormal atas tindakannya. Hal ini karena harga saham sudah mencerminkan
pengaruh dari informasi baru tersebut.
32i
33i
(correlation test).
a) The run test (pengujian runtun)
Menurut Fisher-Jordan, pengujian efisiensi pasar modal bentuk
lemah dapat dilakukan dengan run test. Run test mengabaikan nilai absolut
34i
dalam series dan hanya melihat pada tandanya. Peneliti kemudian hanya
menghitung nilai run (konsekuensi dari tanda runtun dalam arah yang
sama). Sebagai contoh, runtun ---+0+ mempunyai 4 run, nilai run
sebenarnya yang terlihat dibandingkan dengan nilai yang diharapkan dari
sebuah random series dari perubahan harga. Dan setelah dijalankan
ditemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan yang terlihat. Hasil
selanjutnya memperkuat hipotesis random walk.
Run test tidak dipengaruhi oleh adanya nilai ekstrim, sehingga
dapat mengatasi masalah yang timbul akibat adanya nilai ekstrim. Jika
perubahan harga saham berkorelasi secara positif dari waktu ke waktu,
maka diharapkan akan terjadi runtun yang sedikit. Sebaliknya jika
perubahan harga saham berkorelasi secara negatif dari waktu ke waktu,
maka akan terjadi banyak runtun.
b) Uji autokorelasi (Test korelasi serial)
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara indek harga saham gabungan periode t (IHSGt) dengan
indeks harga saham gabungan periode sebelumnya (IHSGt-1)
Menurut Elton/Gruber autokorelasi dapat diuji dengan Correlation
test. Correlation test adalah pengujian hubungan linier antara return hari
ini dan return masa lalu. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut6:
rt = a + brt 1T + et
a mengukur return yang diharapkan, tidak berhubungan dengan return
35i
Edwin Elton. J. dan Martin Gruber J. Modern Portofolio Theory and Investment Analysis,
Fifth Edition, United State of America: John Willey & Son, Inc, 1995.
36i
splits antara tahun 1927 sampai tahun 1959 (Fuller/Farrell, 1988, hal 104-109).
Untuk menguji efisiensi pasar bentuk semi kuat ini diperlukan indeks pasar,
karena pasar modal dikatakan efisien bila AAR (average abnormal return) untuk
semua saham mendekati 0.
Di Indonesia, Suad Husnan melakukan pengujian terhadap 24 saham di
Bursa Efek Jakarta selama tahun 1990 dimana rata-rata absolut koefisien
otokorelasi, baik untuk lag 1 maupun lag 2 tidak lebih besar dari 2 standar error,
yakni masing-masing 0.1612 dan 0.1059. Angka 2 standar error tersebut
menunjukkan harga saham tidak bersifat acak. Artinya perubahan harga saham
pada minggu-minggu yang lalu hanya menjelaskan 2.6% perubahan harga saham
minggu ini. Dengan membandingakan dengan periode yang lalu (tahun 1984-1987
san 1989), Husnan membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan efisiensi bentuk
lemah.
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Udjian Wahjusuprapto
(1990) di Bursa Efek Jakarta menunjukkan bahwa 25 dari 40 saham yang diuji
memiliki koefisien korelasi diluar daerah kritis
37i
Efisiensi secara
makro
Efisiensi secara
mikro
(informasional)
Efisiensi bentuk
setengah kuat
Efisiensi bentuk
lemah
Efisiensi
bentuk kuat
Infomasi
Efisien
Belum efisien
Penentuan model
yang sesuai/cocok
38i
Peramalan
39i
sekarang, sehingga kita dapat menggunakan data masa lalu untuk melakukan
peramalan, dengan menggunakan model ARIMA (Autoregresif Integrated Moving
Average). Tujuan dari model ini adalah untuk menentukan hubungan statistik
yang baik antara variabel yang diramal dengan nilai historis variabel tersebut
sehingga peramalan dapat dilakukan dengan model tersebut.
2.3 Hipotesis
a) Diduga perubahan-perubahan indeks harga saham gabungan yang terjadi
di Bursa Efek Jakarta bersifat tidak beraturan (random) secara signifikan.
Apabila perubahan-perubahan indeks harga saham gabungan yang terjadi
di Bursa Efek Jakarta bersifat tidak beraturan (random), maka pasar modal
efisien dalam bentuk lemah.
b) Diduga tidak ada hubungan yang signifikan antara indeks harga saham
gabungan yang terjadi pada waktu-waktu yang lalu di Bursa Efek Jakarta
40i
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dari
sisi
makro,
efisiensi
pasar
modal
dapat
dilihat
dengan
membandingkan dana yang dihimpun sektor pasar modal dengan yang dihimpun
oleh sektor perbankan.
41i
Tabel 4.1 Dana yang Dihimpun oleh Sektor Pasar Modal dan Perbankan
Akhir Periode
(1)
1999
2000
2001
2002
2003
2004***
Keterangan:
Pasar Modal*
(milliar Rp)
(2)
229.861,2
254.607,3
263.004,5
278.172,7
314.762,4
315.187,4
Bank
(milliar Rp)
(3)
225.133
269.000
307.594
365.410
437.943
446.589
Rasio**
(%)
(4)
102,13
94,64
85,50
76,12
71,87
70,57
Tabel diatas menunjukkan bahwa rasio antara dana yang dihimpun pasar modal
dengan dana yang dihimpun seluruh perbankan ternyata dari tahun ke tahun
mengalami penurunan7. Pada tahun 1999, dana yang dihimpun oleh pasar modal
sedikit lebih banyak daripada dana yang dihimpun oleh sektor perbankan, yaitu
sekitar 230 triliun rupiah dihimpun oleh pasar modal, sedangkan sektor perbankan
menghimpun dana sebesar 225 triliun rupiah. Kemudian pada tahun-tahun
berikutnya, dana yang dihimpun pasar modal selalu mengalami kenaikan, tetapi
jumlahnya selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan dana yang dihimpun oleh
sektor perbankan. Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa rasio dana yang dihimpun oleh
pasar modal terhadap sektor perbankan menurun dari 102,13 persen pada tahun
1999 menjadi 70,57 persen pada tahun 2004, yang artinya peranan pasar modal
sebagai penghimpun dana mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan efisiensi
makro pasar modal Indonesia mengalami penurunan.
Jika dilihat dari kepemilikan saham, ternyata investor asing masih
mendominasi kepemilikan saham di BEJ.
42i
Asing
(2)
122.164
54.109
46.537
58.726
103.953
104.454
(1)
1999
2000
2001
2002
2003
2004*
Keterangan:
Rasio**
(%)
(4)
475,05
78,79
68,69
135,69
163,67
108,29
: sampai Maret
: rasio antara kepemilikan asing terhadap domestik
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, April 2004.
**
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa walaupun pada tahun 2000 dan 2001 kepemilikan
saham didominasi oleh domestik, tetapi pada tahun 2003 dan 2004 kepemilikan
saham di BEJ kembali didominasi oleh investor asing seperti pada tahun 1999.
Jika dilihat dari nilainya, sebenarnya investasi yang dilakukan oleh domestik terus
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, akan tetapi investasi yang dilakukan
oleh investor asing lebih besar dari investor domestik.
Banyaknya saham yang dimiliki oleh investor asing menunjukkan bahwa
keadaan Indonesia sangat kondusif atau paling tidak menarik minat investor asing
untuk melakukan investasi. Akan tetapi hal ini mengarah pada pasar modal yang
tidak efisien, karena jika sewaktu-waktu para investor asing itu mengalihkan
dananya ke luar negeri jika terjadi instabilitas di dalam negeri, maka pasar modal
Indonesia akan kolaps. Kondisi ini akan sangat berpengaruh bagi pengembangan
pasar modal Indonesia di masa yang akan datang.
Dana yang dihimpun oleh perbankan adalah posisi kredit rupiah dan valas bank umum
43i
500
400
300
50
100
150
IHSG
44i
200
250
523.553
149
150
Total Cases
299
Number of Runs
-16.973
.000
a Median
Nilai Z hitung yang didapat dari run test adalah sebesar 16.973
(signifikan), atau dapat dilihat dari nilai significant value yang sangat kecil
(0.000) sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti perubahan indeks harga saham
45i
gabungan yang terjadi di Bursa Efek Jakarta ada keteraturan (bersifat tidak
rules.
Autokorelasi
Koefisien
Standar error
Autokorelasi Parsial
Koefisien
Standar error
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
2
3
4
0.167
-0.128
0.084
0.134
0.058
0.058
0.057
0.057
0.167
-0.160
0.143
0.073
0.058
0.058
0.058
0.058
46i
-0.040
0.057
-0.053
0.058
Dari Tabel 4.4 tampak ada beberapa lag yang mempunyai koefisien
autokorelasi yang lebih besar dari 2 standar error atau lebih kecil dari -2 standar
error. Koefisien autokorelasi untuk lag 1 lebih besar dari 0.116 (2 standar error),
koefisien autokorelasi untuk lag 2 kecil dari -0.116 (2 standar error). Adapun
pada lag 4, koefisien autokorelasinya lebih besar dari 0.114 (2 standar error).
Kemudian pada koefisien autokorelasi parsial, lag 1 dan lag 3 lebih besar dari
0.116 (2 standar error) sementara itu lag 3 mempunyai koefisien autokorelasi
parsial yang lebih kecil dari -0.116 (2 standar error).
Jadi temuan ini menunjukkan bahwa koefisien autokorelasi dan koefisien
autokorelasi parsial indeks harga saham gabungan secara signifikan berbeda
dengan nol, artinya perubahan indeks selama periode pengamatan adalah tidak
indpenden, yaitu ada hubungan yang signifikan antara indeks harga saham
gabungan yang terjadi pada waktu-waktu yang lalu di Bursa Efek Jakarta dengan
indeks harga saham gabungan pada waktu-waktu sekarang. Sehingga kondisi ini
menunjukkan bahwa pasar modal belum efisien.
47i
-7.024968
1% Critical Value*
-3.9929
5% Critical Value
-3.4266
10% Critical Value
-3.1362
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.
48i
Nilai ADF dari hasil unit root test adalah sebesar (-7.024968), lebih
negatif daripada titik kritisnya pada semua tingkat kepercayaan, baik pada tingkat
kepercayaan 90%, 95%, maupun 99%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data sudah stasioner.
Untuk menentukan ordo AR(p) dan MA(q), dapat dilihat dari plot
autokorelasi parsial dan autokorelasi (Lampiran 7). Dicoba ordo maksimal yang
mungkin p=2, d=1, q=2. Jadi kombinasi model yang mungkin adalah: ARIMA
(0,1,1), ARIMA (0,1,2), ARIMA (1,1,0), ARIMA (1,1,1), ARIMA (1,1,2),
ARIMA (2,1,0), ARIMA (2,1,1), ARIMA (2,1,2).
Secara ringkas8, hasil pengolahan model ARIMA yang mungkin disajikan
pada Tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6 Ringkasan Output ARIMA Indeks Harga Saham Gabungan Bursa
Efek Jakarta
Model
12
18
24
(5)
(6)
(7)
Standar
Error
Estimate
(1)
(2)
(3)
(4)
ARIMA(0,1,1)
C
MA(1)
C
MA(1)
MA(2)
C
AR(1)
C
AR(1)
MA(1)
C
AR(1)
0.0297
0.0000
0.0126
0.0002
0.0338
0.0239
0.0039
0.0190
0.0457
0.0002
0.0141
0.7804
ARIMA(0,1,2)
ARIMA(1,1,0)
ARIMA(1,1,1)
ARIMA(1,1,2)
Parameter Uji t
(Prob)
(8)
Hasil pengolahan model ARIMA yang mungkin secara lengkap disajikan di lampiran.
49i
MA(1)
MA(2)
ARIMA(2,1,0) C
AR(1)
AR(2)
ARIMA(2,1,1) C
AR(1)
AR(2)
MA(1)
ARIMA(2,1,2) C
AR(1)
AR(2)
MA(1)
MA(2)
0.4539
0.4777
0.0067 0.058 0.344 0.512 0.316 6.921766
0.0010
0.0057
0.0092 0.096 0.483 0.642 0.425 6.903877
0.5774
0.1513
0.1737
0.0091 0.183 0.671 0.799 0.579 6.887083
0.0917
0.0044
0.0242
0.0587
50i
model ARIMA (2,1,0) karena koefisien dari model ini signifikan untuk tingkat
kepercayaan 95% maupun 99%. Sedangkan untuk model ARIMA (1,1,1)
koefisien model hanya signifikan untuk tingkat kepercayaan 95%, sedangkan
untuk tingkat kepercayaan 99%, koefisien model tidak signifikan.
Dari ketiga model yang layak, model ARIMA (2,1,0) mempunyai nilai
MAPE (Mean Absolut Persentage Error) yang paling kecil, seperti terlihat pada
Tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7 Nilai MAPE dari Model yang Layak
Model
MAPE
Static
Dinamic
(1)
(2)
(3)
ARIMA (0,1,1)
ARIMA (1,1,1)
ARIMA (2,1,0)
0.957977
0.955754
0.948018
7.410314
7.236040
6.232428
t-Statistic
Prob.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
C
AR(1)
1.133305
0.191787
0.415235
0.057479
2.729312
3.336658
0.0067
0.0010
51i
AR(2)
-0.160776
0.057748 -2.784096
0.0057
Dari tabel diatas terlihat bahwa hipotesis pertama ditolak, yaitu bahwa
koefisien AR signifikan secara statistik, yang ditunjukkan dengan nilai prob yang
lebih kecil dari 0,05. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa data IHSG di BEJ
untuk periode Januari 2003-Maret 2004 mempunyai koefisien 1 dan 2 lebih
besar dari nol. Atau dengan kata lain, model Box-Jenkins (ARIMA) yang
diperoleh dapat digunakan untuk meramalkan IHSG di masa datang. Implikasi
penting dari temuan ini adalah bahwa Bursa Efek Jakarta tidak efisien dalam
bentuk lemah karena ternyata perubahan indeks adalah tidak independen. Hal ini
konsisten dengan hasil run test.
Model terbaik yang dihasilkan adalah ARIMA (2,1,0), dengan persamaan
sebagai berikut:
(1 B )(1 1 B 2 B 2 ) X t = '+ et
(1 1 B 2 B 2 B + 1 B 2 2 B 3 ) X t = '+et
X t 1 BX t 2 B 2 X t BX t + 1 B 2 X t + 2 B 3 X t = '+et
X t = '+1 BX t + 2 B 2 X t + BX t 1 B 2 X t 2 B 3 X t + et
di mana BX t diganti dengan X t 1
B 2 X t diganti dengan X t 2
B 3 X t diganti dengan X t 3
X t = '+1 X t 1 + 2 X t 2 + X t 1 1 X t 2 2 X t 3 + et
X t = '+ X t 1 + 1 X t 1 + 2 X t 2 1 X t 2 2 X t 3 + et
di mana 1 = 0.191787
52i
2 = -0.160776
' = 1.133305
Xt = 1.133305 + X t 1 + 0.191787 X t 1 + (0.160776) X t 2 + 0.191787 X t 2
(0.160776) X t 3 + et
X t = 1.133305 + 1.191787 X t 1 0.031011X t 2 + 0.160776 X t 3 + et
Dari beberapa model yang diterima, model peramalan terbaik yang
didapatkan adalah sebagai berikut:
IHSG Bulanan
2003
2004
(2)
53i
(3)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
388.443
399.220
398.004
450.861
467.930
510.470
507.985
529.675
597.140
625.546
617.080
691.895
752.932
761.081
735.677
759.636
781.169
804.968
829.901
853.700
877.500
900.166
919.432
945.498
Dari tabel diatas terlihat bahwa indeks harga saham gabungan pada tahun
2003 mengalami kenaikan sebesar 303.452 point selama satu tahun, yaitu dari
388.443 pada bulan Januari menjadi 691.895 pada akhir bulan Desember.
Sedangkan dari hasil prediksi, pada tahun 2004 indeks harga saham gabungan
akan mengalami kenaikan sebesar 192.566 point selama satu tahun, yaitu dengan
indeks harga saham gabungan sebesar 752.932 pada bulan Januari diperkirakan
akan naik menjadi 945.498 pada akhir bulan Desember.
Kenaikan indeks harga saham gabungan pada tahun 2004 hingga mencapai
945.498 pada akhir Desember akan terjadi jika kondisi perekonomian Indonesia
terus membaik, pelaksanaan pemilu dan pemilihan presiden-wakil presiden aman,
tidak
ada
kekacauan/huru-hara
dan
kejadian-kejadian
lain
yang
dapat
54i
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisa pada bab sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1) Secara makro, pasar modal Indonesia cenderung tidak efisien, yang
ditandai oleh komposisi kepemilikan saham yang masih didominasi oleh
investor asing.
2) Secara mikro, disimpulkan bahwa selama Januari 2003-Maret 2004 Bursa
Efek Jakarta (BEJ) belum efisien. Hal ini ditandai dengan:
a. Pola indeks harga saham gabungan yang terjadi di BEJ tidak
menunjukkan perilaku random walk, artinya ada keteraturan dalam
pola IHSG. Pada pasar modal yang efisien, perubahan IHSG
berpola acak.
b. Perubahan IHSG yang tidak independen, karena pada beberapa lag
awal, koefisien autokorelasi dan koefisien autokorelasi parsial
lebih besar dari 2 standar error, artinya ada keterkaitan antara
indeks harga saham gabungan di masa lalu dengan indeks harga
saham gabungan di masa sekarang. Sedangkan di dalam bursa yang
efisien tidak terdapat korelasi antara IHSG di masa lalu dengan
IHSG di masa sekarang.
55i
5.2 Saran
Dengan adanya kondisi Bursa Efek Jakarta yang belum efisien, maka
dapat direkomendasikan hal-hal berikut:
1) Investor domestik perlu didorong untuk melakukan investasi di pasar
modal, sehingga pasar modal Indonesia tidak didominasi oleh asing. Hal
ini dapat dilakukan dengan:
a. Memasyarakatkan reksa dana dan pasar modal.
b. Mendirikan perusahaan pialang di kota-kota besar, di setiap
propinsi atau bahkan di setiap ibukota kabupaten untuk
memudahkan masyarakat membeli sekuritas dan mendapatkan
informasi untuk keperluan investasi mereka.
56i
57i
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia April 2004, Jakarta, 2004.
BAPEPAM. Laporan Tahunan 2003, Jakarta 2004
Bisnis Indonesia, Jakarta, 3 Januari 2003.
Curley, Anthony J. , Robert M. Bear. Investment Analysis and Management, New
York: Harper & Row Publisher, 1979.
Elton, Edwin J. , Martin J. Gruber. Modern Portofolio Theory and Investment
Analysis, Fifth Edition, United State of America: John Willey & Son, Inc,
1995.
Fama, Eugene F. Efficient Capital Markets: A Review of Theory and Empirical
Work, Journal of Finance, Vol.25, pages 383-417, Mei 1970.
Fuller, Russell J. , James L. Farrell, Jr. Modern Investment and Security Analysis,
New York: McGraw-Hill Book Company, 1988.
Hadi, Juliantono. Buku Pelatihan Statistik Paket Komputer EViews3.
Hanke, John E. , Arthur G. Reitsch. Bussiness Forecasting, Sixth Edition, United
State of America: Prentice Hall, Inc., 1998.
Hendranata, Anton. ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average),
Manajemen Keuangan Sektor Publik Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2003
Husnan, Suad. Efisiensi Pasar Modal Indonesia, Jurnal Ekonomi Indonesia, 2433, 1 April 1992
Jensen, Michael C. , Clifford W. Smith, Jr. The Modern Theory of Corporate
Finance, Singapore: McGraw-Hill, 1986.
Kompas, Jakarta, Jumat 30 Januari 2004.
Makridakis, Spyros. , Steven C. Wheelwright, dan Victor E. McGee. Metode dan
Aplikasi Peramalan, Jakarta: Erlangga, 1999.
Malkiel, Burton G. A Random Walk Down Wall Street, New York: WW. Norton
and Company, 1990.
58i
PT. (Persero) Dana Reksa. Pasar Modal Indonesia Pengalaman dan Tantangan,
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1987.
Pramadi, Yudi.Efisiensi Pasar Modal di Indonesia, Jurnal Keuangan dan
Moneter, Vol.3, 33-50, Agustus 1996.
Republika, Jakarta, 16 Januari 2004.
Ritter, Lawrence S. , William L. Silber, and Gregory F. Udell. Principle of
Money, Banking and Financial Market, Addison-Wesley, 2000.
Rodoni, Ahmad. Analisis Investasi dan Teori Portofolio, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002.
Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Wahjusuprapto, Udjian. Koreksi Pasar Terhadap Harga Perdana Saham di BEJ,
Thesis Fakultas Pascasarjana, Universitas Indonesia, 1990.
59i
Nama
: ERNI HANIFAH
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Ikatan Dinas
Nama Ayah
Nama Ibu
Alamat
Riwayat Pendidikan :
1. TK Bina Putra Gedangan
2. SD Negeri Salatiga 6
60i