Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF SENYAWA

ORGANIK SECARA FTIR AFFINITY


Bahtiar Rifai, Dionisius Fransisco Rupang Pangkung, Rimaliani Adya Putri, dan
Tiara Mahendra Kurniawati
Abstract
An analysis of functional groups and quantitative analysis using FTIR (Fourier Transform Infrared)
spectroscopy in test samples compound has been done. The spectral of the functional groups is
observed by comparing of the absorption band which is formed on infrared spectrum with the
infrared lines standard and comparing with other known compound and also for the quantitative
analysis by comparing standards concentration with samples. For the qualitative analysis, paraffin
is identified by its alkane (C-H) functional groups that give absorption at 1060,85 cm-1, 2931,80 cm1
, and 2958,80 cm-1 , and for the quantitative analysis with the sample, ethyl acetate, known that
concentration of ethyl acetate is 15,284%.
Key words: FTIR, qualitative analysis, quantitative analysis, ethyl acetate, paraffin, functional
groups, wavenumber

Abstrak
Telah dilakukan penelitian untuk analisis gugus fungsi dan uji kuantitatif pada sampel uji dengan
menggunakan spektroskopi FTIR.. Analisis gugus fungsi suatu sampel dilakukan dengan
membandingkan pita absorpsi yang terbentuk pada spektrum infra merah menggunakan tabel
korelasi dan menggunakan spektrum senyawa pembanding (yang sudah diketahui) dan analisis
kuantitatif dengan membandingkan konsentrasi standar dengan sampel. Pada analisis kualitaif
diperoleh sampel polypropylene memiliki gugus alkane (C-H) yang memberikan serapan pada
bilangan gelombang 1060,85 cm-1, 2931,80 cm-1, and 2958,80 cm-1, sedangkan pada analisis
kuantitatif dengan sampel etil asetat didapatkan kadar sebesar 15,284%.

Kata kunci : FTIR, analisis kualitatif, analisis kuantitatif, etil asetat, parafin, gugus fungsi,
bilangan gelombang

Pendahuluan
Jika
suatu
radiasi
gelombang
elektromagnetik mengenai suatu materi, maka
akan terjadi suatu interaksi, diantaranya
berupa penyerapan energi (absorpsi) oleh
atom-atom atau molekulmolekul dari materi
tersebut. Absorpsi sinar ultraviolet dan cahaya
tampak akan mengakibatkan tereksitasinya
elektron.
Sedangkan
absorpsi
radiasi
inframerah, energinya tidak cukup untuk
mengeksitasi elektron, namun menyebabkan
peningkatan amplitudo getaran (vibrasi) atomatom pada suatu molekul [1]. Hal yang sangat
unik pada penyerapan radiasi gelombang
elektromagnetik adalah bahwa suatu senyawa
menyerap radiasi dengan panjang gelombang
tertentu bergantung pada struktur senyawa

tersebut. Absorpsi khas inilah yang


mendorong
pengembangan
metode
spektroskopi, baik spektroskopi atomik
maupun molekuler yang telah memberikan
sumbangan besar
bagi
dunia
ilmu
pengetahuan
terutama
dalam
usaha
pemahaman mengenai susunan materi dan
unsur-unsur penyusunnya. Salah satu metode
spektroskopi yang sangat populer adalah
metode
spektroskopi
FTIR
(Fourier
Transform
Infrared),
yaitu
metode
spektroskopi inframerah yang dilengkapi
dengan transformasi Fourier untuk analisis
hasil spektrumnya. Metode spektroskopi yang
digunakan adalah metode absorpsi, yaitu
metode spektroskopi yang didasarkan atas
perbedaan penyerapan radiasi inframerah.
Absorbsi inframerah oleh suatu materi dapat
terjadi jika dipenuhi dua syarat, yaitu

kesesuaian antara frekuensi radiasi inframerah


dengan frekuensi vibrasional molekul sampel
dan perubahan momen dipol selama bervibrasi
[2].

Tinjauan Pustaka
Fourier Tansform Infrared Spectroscopy
(FTIR) adalah sebuah teknik yang digunakan
untuk mendapatkan spektrum inframerah dari
absorbansi, emisi, fotokonduktivitas atau
Raman Scattering dari sampel padat, cair dan
gas. FTIR digunakan untuk mengamati
interaksi molekul dengan menggunakan
radiasi elektromagnetik yang berada pada
panjang gelombang 0,75-1000m atau pada
bilangan gelombang 13.000-10 cm-1. FTIR
dapat digunakan untuk menganalisa senyawa
organik dan anorganik. Selain itu, FTIR juga
dapat
digunakan
untuk analisa
kualitatif meliputi analisa gugus fungsi
(adanya peak dari gugus fungsi spesifik)
beserta polanya dan analisa kuantitatif
dengan melihat kekuatan absorbsi senyawa
pada panjang gelombang tertentu.
Daerah inframerah dibagi menjadi 3
bagian yaitu :
1. Daerah inframerah dekat

: = 0,75 - 2,5

m, bilangan gelombang = 13.000 - 4.000


cm-1
2. Daerah inframerah sedang : = 2,5 - 50
m, bilangan gelombang = 4.000 - 200
cm-1
3. Daerah inframerah jauh

: = 50 - 1.000

m, bilangan gelombang = 200 - 10 cm-1

Metode Analisis
Jika senyawa organik dikenai sinar IR
yang mempunya frekuensi tertentu (bilangan
gelombang 500-4000 cm-1) sehingga
beberapa frekuensi diserap oleh senyawa
tersebut. Berapa banyak frekuensi tertentu
yang dapat melewati senyawa tersebut diukut
sebagai persentasi transmitansi. Persentasi
transmitansi dengan nilai 100 berarti semua
frekuensi dapat melewati senyawa tersebut
tanpa diserap sama sekali. Transmitansi
sebesar 5% berarti bahwa hampir semua
frekuensi tersebut diserap oleh senyawa itu.
Besarnya nilai frekuensi yang diserap akan
sebanding dengan frekuensi getaran ikatan
kovalan antar atom. Dengan membandingkan
spektrum IR sampel dan standar, maka gugus
fungsi dapat diketahui.
Spektroskopi FTIR (Fourier Transform
Infrared) merupakan spektroskopi inframerah
yang dilengkapi dengan transformasi Fourier
untuk deteksi dan analisis hasil spektrumnya.
Inti spektroskopi FTIR adalah interferometer
Michelson yaitu alat untuk menganalisis
frekuensi dalam sinyal gabungan. Spektrum
inframerah
tersebut
dihasilkan
dari
pentrasmisian cahaya yang melewati sampel,
pengukuran intensitas cahaya dengan detektor
dan dibandingkan dengan intensitas tanpa
sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
Spektrum inframerah yang diperoleh
kemudian diplot sebagai intensitas fungsi
energi, panjang gelombang (m) atau bilangan
gelombang (cm-1) [7]. Skema alat
spektroskopi FTIR: (1) Sumber Inframerah,
(2) Pembagi Berkas (Beam Spliter), (3) Kaca
Pemantul, (4) Sensor Inframerah, (5) Sampel,
dan (6) Display

[3]

Gambar 2 Instrumentasi FTIR

Gambar 1 Sinar Infra Merah

Analisis gugus fungsi suatu sampel


dilakukan dengan membandingkan pita
absorbsi yang terbentuk pada spektrum infra
merah menggunakan tabel korelasi dan

menggunakan spektrum senyawa pembanding


(yang sudah diketahui) [4].

Referensi

Analisis kuantitatif dilakukan dengan


membuat deret standar dari Ethyl Acetate
99,5% yaitu 5%; 10%; 15%; dan 20%, lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, dan
diencerkan dengan Ethanol hingga tanda tera.
Analisis kuantitatif ini dilakukan dengan
membandingkan linearitas standar dengan
sampel, sehingga konsentrasi sampel dapat
diketahui secara pasti.

[1] Fessenden, 1997, Kimia Organik,


jilid 1, edisi ketiga Erlangga, Jakarta.
[2] Chatwal, G., 1985, Spectroscopy
Atomic and Molecule, Himalaya
Publishing House, Bombay.

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan spektrum IR yang diperoleh
untuk analisis kualitatif senyawa organik
(Ethyl acetate), sampel memberikan serapan
pada bilangan gelombang 1060,85 cm-1,
2931,80 cm-1, and 2958,80 cm-1 yang masuk
ke dalam range C-H alkane. Dari tiga serapan
tersebut menunjukkan bahwa sampel
merupakan senyawa alkana yang didukung
oleh adanya ikatan C-H alkana, yaitu Parafin.

Gambar 3. Spektrum IR Kualitatif

Analisis kuantitatif pada FTIR dilakukan


dengan membandingkan lineritas dari standar
dengan sampel. Pengolahan data dilakukan
oleh alat dan didapatkan kadar etil asetat
sebesar 15,284% dengan nilai regresi linear
sebesar 0.967, dimana kadar yang seharusnya
didapatkan adalah sebesar 15%.

Kesimpulan
1.

2.

Analisis kualitatif gugus fungsi senyawa


organik menunjukkan bahwa sampel
merupakan parafin.
Analisis kuantitatif terhadap sampel etil
asetat diperoleh kadar sebesar 15,284%.

[3] Ratnawati, Lia. fourier transform infrared spectroscopy. Malang:


http://liaratnawati.blogspot.co.id/2012/04
/fourier-transform-infra-red.html, Artikel
4 April 2012, 26 Oktober 2016 pk.
10.31.
[4] Anam, Choirul; Sirojudin; dan Firdausi,
K Sofjan. 2007. ANALISIS GUGUS
FUNGSI PADA SAMPEL UJI, BENSIN
DAN SPIRITUS MENGGUNAKAN
METODE SPEKTROSKOPI FTIR.
Semarang: Fakultas MIPA Universitas
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai