Anda di halaman 1dari 24

SEJARAH PERGERAKAN INDONESIA

A. PERGERAKAN ISLAM

1. Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat
NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31
Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.

1.1 Sejarah

Masjid Jombang, tempat kelahiran organisasi Nahdlatul Ulama


Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat
penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar
untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan
yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan
memang terus menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan
1 | Page

ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi


pendidikan dan pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan
nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan
(Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau
dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan
sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar,
(pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian
rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai
kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki
cabang di beberapa kota.

K.H. Hasyim Asy'arie, Rais Akbar (ketua) pertama NU.


Berangkan komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu
dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk
mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya

2 | Page

muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan
Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim
Asy'ari sebagai Rais Akbar.
Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab
Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.
Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar
dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

1.2 Paham keagamaan


NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah
antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis). Karena itu sumber
pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal
ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu
seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian
dalam bidang fiqih lebih cenderung mengikuti mazhab: imam Syafi'i dan mengakui tiga
madzhab yang lain: imam Hanafi, imam Maliki,dan imam Hanbali sebagaimana yang tergambar
dalam lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan
metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan
syariat.
Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan
kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam

3 | Page

bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskankembali hubungan NU dengan negara. Gerakan
tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.

1.3 Daftar pimpinan


Berikut ini adalah daftar Ketua Rais Aam (pimpinan tertinggi) Syuriyah Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama:
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Nama
KH Mohammad Hasyim Asy'arie
KH Abdul Wahab Chasbullah
KH Bisri Syansuri
KH Muhammad Ali Maksum
KH Achmad Muhammad Hasan Siddiq
KH Ali Yafie (pjs)
KH Mohammad Ilyas Ruhiat
KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudz

1.4 Organisasi
Tujuan

4 | Page

Awal Jabatan
1926
1947
1972
1980
1984
1991
1992
1999

Akhir Jabatan
1947
1971
1980
1984
1991
1992
1999
Petahana

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan


masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Usaha
1. Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan
yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
1. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai
Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan
luas.Hal ini terbukti dengan lahirnya Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa
NU dan sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa.
2. Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang
sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
3. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil
pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.Hal ini
ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti
membantu masyarakat.

4. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas. NU berusaha


mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi masyrakat.

Struktur
1. Pengurus Besar (tingkat Pusat).
5 | Page

2. Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi), terdapat 33 Wilayah.


3. Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang Istimewa untuk
kepengurusan di luar negeri, terdapat 439 Cabang dan 15 Cabang Istimewa.
4. Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan), terdapat 5.450 Majelis
Wakil Cabang.
5. Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan), terdapat 47.125 Ranting.
Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri dari:
1. Mustasyar (Penasihat)
2. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
3. Tanfidziyah (Pelaksana Harian)
Untuk Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:
1. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
2. Tanfidziyah (Pelaksana harian)

Lembaga

6 | Page

Merupakan pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan suatu bidang tertentu. Lembaga ini
meliputi:
1. Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
2. Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU)
3. Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama ( LPKNU )
4. Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU)
5. Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LP2NU)
6. Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI)
7. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU)
8. Lembaga Takmir Masjid (LTM)
9. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia NU
10. Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI)
11. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH)
12. Lajnah Bahtsul Masail (LBM-NU)

Lajnah

7 | Page

Merupakan pelaksana program Nahdlatul Ulama (NU) yang memerlukan penanganan khusus.
Lajnah ini meliputi:
1. Lajnah Falakiyah (LF-NU)
2. Lajnah Ta'lif wan Nasyr (LTN-NU)
3. Lajnah Auqaf (LA-NU)
4. Lajnah Zakat, Infaq, dan Shadaqah (Lazis NU)

Badan Otonom
Merupakan pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu.
Badan Otonom ini meliputi:
1. Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah
2. Muslimat Nahdlatul Ulama
3. Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)
4. Fatayat Nahdlatul Ulama
5. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)
6. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
7. Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)

8 | Page

8. Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa (IPS Pagar Nusa)


9. Jami'iyyatul Qurro wal Huffadz (JQH)

1.5 NU dan politik


Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri dengan
Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil dengan
meraih 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin NU dikenal
sebagai partai yang mendukung Sukarno. Setelah PKI memberontak, NU tampil sebagai salah
satu golongan yang aktif menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor.
NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada tanggal 5
Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru. Mengikuti pemilu 1977 dan 1982 bersama PPP.
Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk 'Kembali ke Khittah 1926' yaitu
untuk tidak berpolitik praktis lagi.
Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang
terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid.
Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan Abdurrahman
Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB memperoleh 52 kursi DPR

B. Pergerakan Nasrani
2.1 Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia

9 | Page

Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia adalah organisasi kemahasiswaan yang didirikan


pada tanggal 9 Februari 1950. Namun Christelijke Studenten Vereeniging op Java (CSV)
yang menjadi cikal bakal GMKI telah ada jauh sebelumnya dan berdiri sejak 28
Desember 1932 di Kaliurang.
Berdirinya CSV tidak terpisahkan dengan peranan Ir. C.L Van Doorn, seorang ahli
kehutanan yang mempelajari aspek sosial dan ekonomi khususnya ilmu pertanian dan
kemudian memperoleh doktor di bidang ekonomi serta sarjana di bidang teologi.
Dengan adanya mahasiswa di Indonesia dan bersamaan dengan berdirinya School tot
Opleiding van Indishe Artsen (STOVIA) tahun 1910-1924 di Batavia. Selain itu, berdiri
juga Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) di Surabaya (1913), Sekolah Teknik di
Bandung (1920), Sekolah Kedokteran Hewan di Bogor (1914) dan Sekolah Hakim Tinggi
di Jakarta (1924). Pada tahun 1924 terbentuklah Batavia CSV dan inilah cabang CSV
yang pertama.
Kurun waktu 1925-1927 para mahasiswa di Surabaya yang tergabung dalam Jong Indie
aktif melakukan penelaahan Alkitab. Kelompok ini bersama Batavia CSV mengadakan
Konferensi di Kaliurang pada bulan Desember 1932. Pembicara-pembicara utama
kegiatan tersebut adalah Dr. J. Leimena, Ir. C.L van Doorn dan Dr. Hendrik Kraemer.
Selain itu, beberapa sumber menyebut bahwa Amir Sjarifuddin juga terlibat dalam CSV
op Java.
Jumlah anggota CSV op Java dalam kurun waktu 1930-an sekitar 90 orang. Cabangcabangnya baru ada di kota-kota perguruan tinggi di Jawa (Jakarta, Bogor, Bandung dan

10 | P a g e

Surabaya). Walaupun kecil dan lemah namun keberadaan CSV op Java telah berhasil
meletakkan dasar bagi pembinaan mahasiswa Kristen yang akan dilanjutkan GMKI di
kemudian hari.
Sejumlah mahasiswa kedokteran dan hukum di Jakarta memutuskan untuk membentuk
suatu organisasi mahasiswa Kristen. Organisasi itu untuk menggantikan CSV op Java
yang sudah tidak ada. Dalam pertemuan di STT Jakarta tahun 1945, dibentuk
Perhimpunan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI) dengan maksud keberadaannya
sebagai Pengurus Pusat PMKI. Dengan demikian Dr. J. Leimena dipilih sebagai Ketua
Umum dan Dr. O.E Engelen sebagai Sekretaris Jenderal. Tetapi karena Leimena sibuk
dengan tugas-tugas sebagai Menteri Muda Kesehatan, tugas-tugasnya diserahkan kepada
Dr. Engelen.
Kegiatan-kegiatan PMKI tidak jauh berbeda dengan CSV op Java dengan Penelahaan
Alkitab salah satu inti kegiatannya. Keanggotaan PMKI sebagian besar adalah mahasiswa
yang memihak pada perjuangan kemerdekaan. Terbentuklah PMKI di Bandung, Bogor,
Surabaya dan Yogyakarta (setelah UGM berdiri) segera menyusul.
Tak lama setelah PMKI lahir, awal tahun 1946 muncul organisasi baru dengan
menggunakan CSV di Bogor, Bandung dan Surabaya dengan CSV yang baru dan tidak
menjadi tandingan PMKI. Kesamaan kedua organisasi ini adalah merealisasikan
persekutuan iman dalam Yesus Kristus dan menjadi saksi Kristus dalam dunia
mahasiswa.

11 | P a g e

Masuknya Jepang ke Indonesia mengakhiri eksistensi CSV op Java secara struktural dan
organisatoris. Pemerintah pendudukan Jepang melarang sama semua kegiatan-kegiatan
organisasi yang dibentuk pada zaman Belanda. Secara prakatis CSV op Java tidak ada
lagi sejak tahun 1942. Sepanjang sejarahnya, CSV op Java dipimpin oleh Ketua
Umumnya Dr. J. Leimena (1932-1936) serta Mr. Khouw (1936-1939). Sedangkan
sekretaris (full time) dijalankan Ir. C.L Van Doorn (1932-1936).
Dengan berakhirnya pertikaian Indonesia dengan Belanda, tahun 1949 berakhir pula
pertentangan antara PMKI dengan CSV baru tersebut. Tanggal 9 Februari 1950 di
kediaman Dr. J. Leimena di Jl. Teuku Umar No. 36 Jakarta, wakil-wakil PMKI dan CSV
baru hadir dalam pertemuan tersebut. Maka lahirlah kesepakatan yang menyatakan
bahwa PMKI dan CSV baru untuk meleburkan diri dalam suatu organisasi yang
dinamakan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan mengangkat Dr. J.
Leimena sebagai Ketua Umum hingga diadakan kongres. Pertemuan tersebut merupakan
pertemuan sangat penting dan suatu moment awal perjuangan mahasiswa Kristen yang
tergabung dalam GMKI maka pada kesempatan itu Dr. J. Leimena menyampaikan pesan
penting yang mengatakan:

"Tindakan ini adalah suatu tindakan historis bagi dunia mahasiswa umumnya dan
masyarakat Kristen pada khususnya. GMKI menjadilah pelopor dari semua
kebaktian

yang

akan

dan

mungkin

harus

dilakukan

di

Indonesia.

GMKImenjadilah suatu pusat sekolah latihan (leershool) dari orang-orang yang


mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan

12 | P a g e

kebaikan negara dan bangsa Indonesia. GMKI bukanlah merupakan Gesellschaft,


melainkan ia adalah suatu Gemeinschaft, persekutuan dalam Kristus Tuhannya.
Dengan demikian ia berakar baik dalam gereja, maupun dalam Nusa dan Bangsa
Indonesia. Sebagai bagian dari iman dan roh, ia berdiri di tengah dua
proklamasi: Proklamasi Kemerdekaan Nasional dan Proklamasi Tuhan Yesus
Kristus dengan Injilnya, ialah Injil Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan"

GMKI kemudian berkembang dengan berdirinya cabang-cabang GMKI di berbagai


wilayah Indonesia. Dalam transisi kepemimpinan nasional di era Ode Lama, Orde Baru, era
Reformasi dan pada masa kini, GMKI mencoba memainkan perannya sebagai wujud
semangat nasionalisme dan ekumenisme.

C. Gerakan Perempuan Indonesia


Sejak berabad-abad lalu, sebenarnya perempuan sudah memiliki kedudukan yang tinggi
di masyarakat, misalnya pada kurun abad ke-14, dalam sejarah tercatat ada tiga penguasa Islam
perempuan di Indonesia, yaitu Sultanah Khadijah, Sultanah Maryam, dan Sultanah Fatimah. Tapi
sayang, mereka harus menyerahkan kekuasaannya, karena pada saat itu muncul peraturan dari
Qodli Makkah (sebagai pusat pemerintahan Islam), bahwa perempuan tidak boleh menjadi
pemimpin. Hal ini menunjukkan diskriminasi hukum yang diterima perempuan, meski
sebenarnya kapabilitas mereka tidak kalah dari kaum laki-laki. Jika ditelaah lebih lanjut tentang
13 | P a g e

peristiwa tersebut, masyarakat memiliki penerimaan yang lebih baik terhadap peran perempuan
dibanding hukum yang diberlakukan.
Selain itu, ada juga Ratu Tri Buana Tungga Dewi dalam sejarah Majapahit serta Ratu
Sima dari kerajaan Kalingga. Ini menunjukkan bahwa di Indonesia, perempuan sudah diakui
peran dan kapasitasnya di sektor publik sejak zaman dahulu.
Pada masa penjajahan, perempuan Indonesia juga turut andil dalam perjuangan menuju
kemerdekaan, sebut saja misalnya Nyi Ageng Serang, Tjut Nyak Dien, Tjut Meutia, Martha
Christina Tiahahu, Wolanda Maramis juga tokoh-tokoh perempuan lain yang perannya tidak
boleh dianggap kecil dalam proses pencapaian kemerdekaan.
Dalam masa selanjutnya, muncul Kartini yang namanya melegenda disebabkan trobosan
pemikiran yaang terhitung sangat maju dibanding zamannya, Kartini mulai mencoba mendobrak
sekat-sekat yang sudah mapan pada saat itu mengenai diskriminasi terhadap perempuan,
terutama pada bidang pendidikan, sehingga Kartini mendirikan sekolah bagi perempuan ketika
dia diperistri oleh Bupati Rembang. Selain itu, sikapnya yang menolak ketika akan dimadu
mencerminkan sikap Kartini yang tegas terhadap keadilan yang dirasanya timpang terhadap
kaum perempuan.
Di samping Kartini, ada toko-tokoh wanita lain seperti Rohana Koedoes yang mendirikan
sekolah Kerajinan Perempuan (1911), di sekolah ini selain diajarkan berbagai macam kerajinan
demi tercapainya kemandirian secara ekonomi, juga diajarkan pendidikan agama termasuk baca
tulis Arab. Selanjutnya pada 1912, ia mulai menerbitkan surat kabar Soenting Melayu yang
menjadi tonggak persebaran informasi serta media menyebarkan semangat memajukan
perempuan.
Tokoh perempuan lain yang berkecimpung dalam dunia perempuan adalah Rasuna Said,
Rahmah el-Yunusiah, Dewi Sartika, dan Nyai Dahlan. Sementara di dunia jurnalistik muncul Hj.
Siti Latifah Herawati Diah.

14 | P a g e

3.1 Perkembangan Organisasi Perempuan


Pada tahun 1912, berdiri organisasi Putri Mardika di Jakarta, atas bantuan Budi Utomo.
Organisasi ini bertujuan agar perempuan bisa bersikap tegas dan tidak malu-malu. Ada pula
Kautamaan Isteri, yang berdiri pada 1913 di tasikmalaya dengan Dewi Sartika sebagai pengajar,
perkumpulan ini bergerak di bidang pendidikan. Organisasi perempuan lain yang berdiri adalah
Pawiyatan Wanito (Magelang, 1915), Purborini (Tegal, 1917), Wanito Soesilo (Pemalang, 1918),
Wanito Hadi (Jepara, 1919), Poeteri Budi Sedjati (Surabaya, 1919), Wanito Oetomo dan Wanito
Moeljo (Yogyakarta, 1920), Serikat Kaoem Iboe Soematra (Bukit Tinggi, 1920), Wanito Katolik
(Yogyakarta, 1924).
Selanjutnya, pada 22 Desember 1928 diadakan kongres perempuan se-Indonesia di
Yogyakarta yang dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan. Dalam kongres ini disepakati
berdirinya gabungan organisasi-organisasi perempuan yang diberi nama Persatoean Perempoean
Indonesia (PPI), yang pada 1929 berganti nama menjadi Perikatan Perhimpunan Istri Indonesia
(PPII).
Setelah kemerdekaan berhasil diraih, pergerakan perempuan berusaha untuk berbenah
diri dan menggalang persatuan yang kuat, maka pada bulan Desember 1945 diadakan kongres di
Klaten. Dalam kongres ini disepakati fusi antara Persatuan Wanita Indonesia (perwani) dan
Wanita Negara Indonesia (wani) menjadi Persatuan Wanita Republik Indonesia (perwari).
Kemudian pada februari 1946 di solo, lahir badan Kongres Wanita Indonesia (kowani), sesuai
dengan kebijakan pemerintah masa itu untuk menembus blokade ekonomi dan politik, kowani
mulai menjalin hubugan internasional yaitu menjalani kerjasama dengan WIDF (Women`s
International Democratic Federation). Hal ini dilakukan guna mendukung usaha-usaha
mempertahankan kemerdekaan dalam bidang pendidikan, sosial, dan politik.
Pada tahun 1954, Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) didirikan. Organisasi ini
mendirikan banyak sekolah di seluruh pelosok negeri dengan biaya yang amat murah bahkan
15 | P a g e

gratis, selain juga aktif menghimpun kaum perempuan berjuang bersama kaum lelaki untuk
merebut hak-hak sosial dan politik. Organisasi ini aktif hingga 1965, karena setelahnya menjadi
korban fitnah orde baru.

3.2 Organisasi Perempuan Masa Kini


Berbeda dengan pergerakan pada masa pra dan kemerdekaan yang juga bertujuan
merebut serta mempertahankan kemerdekaan, organisasi perempuan masa kini sudah lebih
berkonsentrasi pada permasalahan yang bersifat sosial kemasyarakatan, pendidikan serta aspek
lain yang dirasa perlu dalam usaha pemberdayaan perempuan. Organisasi-organisasi tersebut
antara lain:
a. Pundi Perempuan, didirikan di jakarta pada tahun 2002. Organisasi ini berkonsentrasi
pada permasalahan kekerasan dalam rumah tangga.
b. Rifka Annisa, Yogyakarta. Merupakan organisasi penyedia layanan bagi perempuan
korban kekerasan, serta pengembangan sumber daya untuk penghapusan kekerasan terhadap
perempuan.
c. Aliansi Perempuan Merangin, didirikan pada 1 Januari 2003 Jambi. Organisasi ini
bervisi memperjuangkan terwujudnya hak otonomi/hak asasi perempuan
d. Sapa Institute (Sahabat Perempuan Institute), berdiri pada 25 Juni 2002 di Bandung.
Pendirian organisasi ini dilatarbelakangi kurangnya pemahaman masyarakat terhadap hak-hak
perempuan yang mengakibatkan diskriminasi. SI menggunakan tiga pendekatan, yaitu
melakukan kajian dan analisis tentang berbagai persoalan perempuan, pengorganisasian dan
pendampingan komunitas, dan advokasi untuk kebijakan publik yang adil gender.
e. Jurnal Perempuan, Jakarta. Merupakan lembaga swadaya masyarakat yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran mengenai hak-hak perempuan melalui media komunikasi dan
informasi.
f. Koperasi Annisa, didirikan oleh Kasmiati di Mataram pada 4 Maret 1989. Organisasi ini
pada awalnya merupakan perwujudan keprihatinannya terhadap wanita pengusaha ekonomi
lemah yang terjerat rentenir. Namun pada perkembangannya, koperasi ini juga bergerak di
16 | P a g e

bidang usaha kecil sektor informal, gender dan wanita dalam pembangunan, kesehatan, anak,
kependudukan, serta keluarga berencana.

D. PERGERAKAN PEMUDA INDONESIA


4.1 PERHIMPUNAN INDONESIA (PI)
Perhimpunan Indonesia (PI) didirikan pertama kali pada tahun 1908 oleh orang-orang
Indonesia yang berada di Negeri Belanda, diantaranya adalah Sultan Kasayangan, R.N. Nyoto
Suroto, mula-mula organisasi ini bernama Indische Vereeniging. Tujuan awalnya adalah untuk
memajukan kepentingan-kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari Indonesia,
maksudnya orang-orang pribumi dan non pribumi bukan Eropa, di Negeri Belanda dan hubungan
dengan Indonesia. Mulanya organisasi ini hanya bersifat organisasi sosial. Akan tetapi semenjak
berakhirnya Perang Dunia I perasaan anti kolonialisme dan Imperialisme di kalangan pimpinanpimpinan Indische Vereeniging makin menonjol. Terlebih sejak adanya seruan Presiden
Woodrow Wilson dari Amerika detelah PD I berakhir, kesadaran mereka tentang hak dari bengsa
Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri dan merdeka dari penjajahan Belanda semakin
kuat.
Perkembangan baru dalam tubuh organisasi itu membawa perubahan nama yakni
diganti menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1922 dan pada tahun 1925 disamping nama
dalam bahasa Belanda dipakai juga nama Perhimpunan Indonesia dan kelamaan hanya nama PI
saja yang dipakai. Dengan demikian PI semakin tegas bergerak memasuki bidang politik.
Perubahan ini didorong oleh bangkitnya seluruh bangsa-bangsa terjajah di Asia dan Afrika untuk
menuntut kemerdekaan5.
17 | P a g e

Semenjak tahun 1923, PI aktif berjuang bahkan memelopori dari jauh pejuangan
kemerdekaan untuk seluruh rakyat Indonesia dengan berjiwa persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia yang murni dan kompak. Berdasarkan perubahan ini PI keluar dari Indonesisch
Verbond van Studeeren karena dianggap tidak perlu lagi. Langkah radikal selanjutnya adalah
merubah nama majalah PI dari Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka tahun 1924.
Meningkatnya aktivitas PI kearah politik ini terutama sejak datangnya dua mahasiswa Indonesia
ke Belanda yakni A. Subardjo tahun 1919 dan Moh. Hatta tahun 1921 yang keduanya kemudian
pernah menjabat sebagai ketua PI.
Sejak awal berdiri telah diformulasikan secara jelas program-program PI, meliputi
perjuangan untuk tanah air dan juga ditunjang dengan program dalam memperkenalkan
Indonesia ke dunia Internasional. Pada waktu PI diketuai oleh Sukiman, telah disusun programprogram secara tegas dan lebih intensif. Pasal-pasal dalam PI jelas mencerminkan kesadaran PI,
bahwa Indonesia tidak berdiri sendiri, yakni terlihat pada pasal 1, 2, 3. adapun pasal-pasal
tersebut adalah sebagai berikut:
Pasal 1: Mempropagandakan asas-asas perhimpunan lebih intensif, terutama di Indonesia.
Pasal 2: Menarik perhatian internasional pada masalah Indonesia.
Pasal 3: Perhatian para anggota harus dibangkitkan buat soal-soal internasional dengan
mengadakan ceramah-ceramah, bepergian ke negara-negara lain untuk studi dan lain
sebagainya.

18 | P a g e

Untuk melaksanakan program-program kerja PI Pasal 1, telah ditempuh oleh Ali


Sastroamidjojo dengan mengadakan penyelundupan majalah Indonesia Merdeka ke Indonesia.
Sedangkan untuk pasal 2 dan 3 baru dapat dilaksanakan ketika PI di ketuai oleh Moh. Hatta.
Sementara itu kegiatan PI meningkat menjadi nasional-demokratis, non-koperasi dan
meninggalkan sikap kerjasama dengan kaum penjajah, bahkan PI sering mengikuti kegiatankegiatan tingkat Internasional dan anti kolonial. Di bidang Internasional ini PI bertemu dan
bekerjasama dengan tokoh-tokoh pemuda dan mahasiswa dari ASIA, Afrika dan Eropa. Bahkan
PI berhubungan baik dengan perhimpunan pemuda-pemuda Belanda yang mendukung Indonesia
untuk merdeka seperti:
1. SDSC: Sociaal-Democratische Studenten Club (Perhimpunan Mahasiswa Sosial
Demakrat)
2. SVA: Studenten Vredesactie (Perhimpunan Mahasiswa untuk Perdamaian)
3. JVA: Jongeren Vredesactie (Perhimpunan Pemuda untuk Perdamaian)
4. Antifa: Antifacistische Actie (Perhimpunan Mahasiswa anti Fasis)

4.2 Belanda 1932-1940


Pada tahun 1932 keadaan di negeri Belanda susah sekali. Pengengguran bertambah
banyak dan kehidupan bertambah sukar. Hal ini dirasakan oleh semua penduduk Belanda tak
terkecuali mahasiswa Indonesia, kaum Buruh di cabut hak-hak sosialnya hal ini menyebabkan
ketidak senangan dan selalu menimbulkan bentrok. Bahkan di Rotterdam pernah terjadi
bentrokan antara kaum Buruh dengan Polisi yang membawa beberapa korban, karena besarnya
19 | P a g e

bentrokan ini kemudian Pemerintah menyiapkan tentara di atap-atap rumah dengan senapan
mesin untuk meredakan bentrokan tersebut. Hal ini mengejutkan dunia sehingga mata uang
Gulden jatuh di bursa di beberapa negara yang menyebabkan kehidupan bertambah sulit.
Pemerintah Belanda yang bertambah konservatif dan reaksioner menentang kaum
buruh dengan keras. Terlebih lagi setelah Colijn dan partai Anti-Revolusionernya memerintah.
Banyak larangan diberlakukan kepada kaum buruh dan partai kiri oleh pemerintah Colijn. Partaipartai dan perhimpunan banyak yang masuk daftar hitam, PI pun dimasukkan ke dalam daftar
ini. Termasuk juga partai Komunis Nederland seperti

Internationale Roode Hulp,

Malthusiaanche Bond, Antifa dan OSP sehingga tercipta opini publik bahwa PI merupakan
organisasi berhaluan komunis. Hal ini membawa kesulitan bagi PI dalam mengkampanyekan
kemerdekaan Indonesia. Saat itu banyak anti-propaganda terhadap PI. Antara lain PI dikatakan
sebagai Al Capone bende. Di beberapa koran konservatif sering dianjurkan supaya anggota PI
ditangkap, kepada mereka yang berpolitik harus diadakan Undang-undang seperti kepada bangsa
Indonesia di Hindia. Namun karena kedekatan PI dengan kaum buruh serta perasaan senasib
yakni dimasukan dalam daftar hitam maka PI dilindungi oleh kaum buruh sehingga pemerintah
Belanda tidak pernah membubarkan PI atau menangkap ketua PI.
Karena itu walaupun mahasiswa Indonesia banyak yang menempuh studi di Belanda
namun tidak semua mempunyai keberanian untuk masuk dalam organisasi ini. Hanya orangorang dengan karaktervast dan mau berkerja serta berkorban untuk kemerdekaan saja yang dapat
menjadi

anggota.

Biasanya

perekrutan

anggota

melalui

tes-tes

untuk

mengetahui

kemantapannya. Hal tesebut dilakukan karena ketika itu PI mulai menjadi setengah ilegal. PI
mengetahui hal tersebut melalui berita dari Indonesia bahwa setiap anggota PI yang pulang

20 | P a g e

setelah menyelesaikan studinya terus-menerus diawasi oleh Politieke Inlichtingen Dienst (PID)
selama dua sampai tiga tahun. Bahkan sering juga ditangkap dengan alasan dibuat-buat, seperti
yang terjadi pada Iwa kusuma Soemantri, Hatta, Syahrir, dan lain-lain.
Bahkan karena sebagaian besar mahasiswa yang belajar ke Belanda adalah anak-anak
pegawai negeri maka pemerintah kolonial membuat ultimatum pada orang tua mereka yakni:
1. Melarang anaknya menjadi Anggota Perhimpunan Indonesia.
2. Kalau anaknya tidak mau maka kiriman uang distop atau bapaknya dikeluarkan dari
pekerjannya.
Sebenarnya PI dimasukkan ke dalam daftar hitam adalah karena keputusan
Volksraadsehingga hanya Volksraad sendiri yang dapat mencabut PI dari daftar hitam.
Volkstraad menilai PI sebagai organisasi komunis karena suatu artikel dari Indonesia Merdeka
yang terdapat kata-kata massa strijd dan democratische regeering van arbeiders en boeren
Memasuki tahun 1936, PI mempergiat aktifitasnya. Ke dalam, grup-grupnya diharuskan
untuk mempelajari buku-buku politik dengan teratur. Ke luar, mendekati orang-orang yang
dianggap dapat memberi pengaruh di kemudian hari dan dapat menyokong perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu kemudian PI membentuk perkumpulan-perkumpulan
lain, seperti:
1. Rukun Pelajar Indonesia yang bergerak di bidang Sosial dan Ekonomi.
2. SVIK (Studenten Vereeniging Ter Boverdering van Indonesische Kunst) yaitu pergerakan
mahasiswa untuk memperkembangkan kesenian Indonesia.
21 | P a g e

Pendirian perkumpulan-perkumpulan ini dilakukan PI untuk menarik mahasiswa


Indonesia untuk bergabung dan berjuang untuk Indonesia jadi mahasiswa dapat memilih untuk
masuk PI yang berhaluan politik, Rukun Pelajar Indonesia yang berhaluan sosial ekonomi atau
SVIK yang berhaluan seni budaya Indonesia. Disamping itu PI ingin mengenalkan Indonesia
kepada bangsa-bangsa lain. Hal tersebut untuk membuktikan bahwa Indonesia bukanlah bangsa
yang terbelakang melaikan suatu bangsa yang mempunyai kebudayaan tinggi.
Rupanya cara-cara yang ditempuh PI berhasil dan dapat mempopulerkan PI. Karena ke
populeran ini SDAP (Sociaal-Democratische Arbeiders Partij) di negeri Belanda mulai
mendekati PI. SDAP sendiri mempunyai cabang di Indonesia yakni ISDP (Indische SocialDemocratische Partij) yang mempunyai dua orang anggota Volkstraad. Kemudian SDAP melalui
korannya, Het Volks membahas bahwa PI tidak mempunyai ideologi tertentu dan hanya sematamata Perhimpunan Kaum Nasionalis yang memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia dan ingin
melepaskan diri dari penjajahan Belanda. Berkat itu nama PI dapat diperbaiki.

4.3 Perang Dunia II dan Kemerdekaan RI


Sebenarnya ketika pecah Perang Dunia ke-2 dan sewaktu Belanda ditaklukkan Jerman
pada tahun 1941 PI aktif melakukan gerakan bawah tanah sehingga pasca perang EropaPI
mendapat kartu distribusi makanan. Sebagai penghargaan pada PI pula pemerintah Belanda
memberikan dua kursi Tweede Kamer, satu kursi di Eerste Kamer dan ada tawaran untuk
menjadi Minister van Kolonien kepada salah satu anggota PI namun semua itu ditolak karena PI
tidak mau bekerjasama dengan Belanda.

22 | P a g e

Sebagai tambahan setelah Indonesia merdeka para anggota PI tidak dapat langsung
pulang ke Indonesia karen dipersulit oleh pemerintah Belanda. Saat itu dimanfaatkan PI untuk
mengkampanyekan mengenai Kemerdekaan RI termasuk pada kongres World Federation of
Democratic Youth di Chekoslowakia yang dihadiri oleh orang-orang penting AS, Perancis dan
Inggris. Akhirnya pada bulan Oktober 1946 pemerintah Belanda memberikan kesempatan pada
mahasiswa Indonesia untuk pulang dan pada 7 Desember 1946 berangkatlah kapal Weltevreden
yang mengangkut orang-orang Indonesia. PI sendiri berhasil menyelundupkan Dr. Setia Budi
(Douwes Dekker). Pada saat orang Belanda dilarang pergi ke Indonesia.
Berikut adalah masa jabatan serta nama yang pernah menjabat sebagai ketua PI:
1908-1914: Sutan Casyangan (masih menggunakan nama Indische Vereeniging)
1914-1917: Noto Soeroto
1917-1919: Indische Vereeniging bergabung kedalam Indonesisch Verbond van
Studeeren, dan diketua oleh dua orang yaki R.M. Suwardi Suryaningrat
(Ketua) dan dr. Gunawan Mangunkusumo (wakil ketua).
1919-1921: Ahmad Subardjo
1921-1922: Berganti nama menjadi Indonesische Vereeniging, diketuai oleh dr.
Soetomo.
1922-1923: Hermen Kartowisastro.
1923-1924: Iwa Kusuma Sumantri.

23 | P a g e

1924-1925: Nazir Datuk Pamuntjak.


1925-1926: Berganti menjadi Perhimpunan Indonesia dan diketuai oleh Dr. Sukiman
Wirjosandjojo.
1926-1930: Moh. Hatta.
1930-1932: Abdoel Sjoekoer.
Sedangkan dari tahun 1932-1940 hampir setiap Ketua PI diganti setiap tahun kecuali pada tahun
1937-1940.

24 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai